DISUSUN OLEH:
Sri Maryana
NPM 1102013280
PEMBIMBING:
Letkol CKM dr. Moh. Andi Fathurokhman, Sp. THT-KL
Kolonel (purn) dr. Tri Damijatno, Sp. THT-KL
dr. Taufani Dewi, Sp. THT-KL
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR TABEL
4
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Telinga
5
superfisialis, vena aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh
cabang nervus cranial V, VII, IX dan X.4
6
Gambar 3. Kelenjar liang telinga
7
Gambar 4. Membran Timpani
Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau tympanic
cavity. Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial dibatasi oleh
promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara tuba Eustachius, posterior oleh
aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh tegmen timpani fossa kranii, inferior
oleh bulbus vena jugularis.9 Batas superior dan inferior MT membagi KT menjadi
epitimpanium atau atik, mesotimpanum dan hipotimpanum.8
Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke dalam
yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan membentuk
artikulasi.. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat
pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap lonjong atau
foramen ovale yang berhubungan dengan koklea (gambar 5).3
8
Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m.
stapedius. M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan
berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus. Otot
ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi lebih
tegang.dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan
melemahkan suara dengan frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam
eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini
menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan
resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan ,
memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga dapat
mencegah kerusakan organ koklea.3
Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri
stylomastoid, arteri petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena
bersama dengan aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan
pleksus pterygoideus.4
9
1.3. Anatomi Telinga Dalam
Fungsi TD ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ auditus atau
indera pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat keseimbangan. Kedua
organ tersebut saling berhubungan sehingga apabila salah satu organ tersebut
mengalami gangguan maka yang lain akan terganggu.9 TD disuplai oleh arteri
auditorius interna cabang dari arteri cerebelaris inferior. Aliran darah vena bersama
dengan aliran arteri.3
10
1.3.1. Koklea
Gambar 8. Koklea
Organon corti (OC) terletak di atas membran basilaris dari basis ke apeks,
yang mengandung organel penting untuk mekanisme saraf pendengaran perifer,
terdiri bagi tiga bagian sel utama yaitu sel penunjang, selaput gelatin penghubung
dan sel-sel rambut yang dapat membangkitkan impuls saraf sebagai respon terhadap
getaran suara (gambar 9). 3
11
Gambar 9. Organ Corti
OC terdiri satu baris sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3 000 dan tiga
baris sel rambut luar yang berjumlah sekitar 12 000. Rambut halus atau silia
menonjol ke atas dari sel-sel rambut menyentuh atau tertanam pada permukaan
lapisan gel dari membran tektorial. Ujung atas sel-sel rambut terfiksasi secara erat
dalam struktur sangat kaku pada lamina retikularis. Serat kaku dan pendek dekat
basis koklea mempunyai kecenderungan untuk bergetar pada frekuensi tinggi
sedangkan serat panjang dan lentur dekat helikotrema mempunyai kecenderungan
untuk bergetar pada frekuensi rendah.10
12
dan dikelilingi oleh perilimfe. Serupa dengan organ Corti, komponen-komponen
vestibularis masing-masing mengandung sel rambut yang berespons terhadap
deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan spesifik endolimfe. Dan seperti sel
rambut auditorik, reseptor vestibularis dapat mengalami depolarisasi atau
hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan cairan. Tidak seperti informasi dari
sistem pendengaran, sebagian informasi yang dihasilkan oleh aparatus vestibularis
tidak mencapai tingkat kesadaran (gambar 10).11
13
Walaupun sebagian besar respons terhadap rangsangan pada makula
bersifat refleks, impuls vestibular juga mencapai korteks serebri. Impuls-impuls ini
diperkirakan berperan dalam persepsi gerakan yang disadari dan memberi sebagian
informasi yang penting untuk orientasi dalam ruang. Vertigo adalah sensasi
berputar tanpa ada gerakan berputar yang sebenarnya dan merupakan gejala yang
menonjol apabila salah satu labirin mengalami inflamasi.11
Percepatan anguler atau percepatan rotasi pada salah satu bidang kanalis
semisirkularis tertentu akan merangsang kristanya. Endolimfe, karena
kelembamannya, akan bergeser ke arah yang berlawanan terhadap arah rotasi.
Cairan ini mendorong kupula sehingga menyebabkan perubahan bentuk. Hal ini
membuat tonjolan sel rambut menjadi menekuk. Jika telah tercapai kecepatan rotasi
yang konstan, cairan berputar dengan kecepatan yang sama dengan tubuh dan posisi
kupula kembali tegak. Apabila rotasi dihentikan, perlambatan akan menyebabkan
pergeseran endolimfe searah dengan rotasi, dan kupula mengalami perubahan
bentuk dalam arah yang berlawanan dengan arah saat percepatan. Kupula kembali
ke posisi di tengah dalam 25-30 detik. Pergerakan kupula pada satu arah biasanya
menimbulkan lalu lintas impuls di setiap serabut saraf dari 11 kristanya, sementara
pergerakan dalam arah berlawanan umumnya menghambat aktivitas saraf.11
14
3. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
3.1. Defisini
15
3.3. Etiologi BPPV
Penyebab lain yang lebih jarang adalah labirinitis virus, neuritis vestibuler,
pasca stapedoctomi, fistula perilimfa dan penyakit meniere. BPPV merupakan
penyakit pada semua usia dewasa. Pada anak belum pernah dilaporkan.13
Nistagmus mengacu pada gerakan osilasi yang ritmik dan berulang dari bola
mata. Stimulasi pada kanal semisirkular paling sering menyebabkan “jerk
nystagmus”, yang memiliki karakteristik fase lambat (gerakan lambat pada satu
arah) diikuti oleh fase cepat (kembali dengan cepat ke posisi semula). Arah dari
nistagmus ditentukan oleh eksitasi saraf ampula pada kanal yang terkena oleh
sambungan langsung dengan otot ektraokular. Setiap kanal yang terkena
kanalitiasis memiliki karakteristik nistagmus tersendiri. Kanalitiasis mengacu pada
partikel kalsium yang bergerak bebas dalam kanal semisirkular. Sedangkan
kupulolitiasis mengacu pada kondisi yang lebih jarang dimana partikel kalsium
melekat pada kupula itu sendiri. Konsep “calcium jam” pernah diusulkan untuk
menunjukkan partikel kalsium yang kadang dapat bergerak, tetapi kadang terjebak
dalam kanal.12,14
16
Alasan terlepasnya kristal kalsium karbonat dari makula belum dipahami
dengan pasti. Debris kalsium dapat pecah karena trauma atau infeksi virus, tapi
pada banyak keadaan dapat terjadi tanpa trauma atau penyakit yang belum
diketahui. Mungkin ada kaitannya dengan perubahan protein dan matriks gelatin
dari membran otolith yang berkaitan dengan usia. Pasien dengan BPPV diketahui
lebih banyak terkena osteopenia dan osteoporosis daripada kelompok kontrol, dan
mereka dengan BPPV berulang cenderung memiliki skor densitas tulang yang
terendah. Pengamatan ini menunjukkan bahwa lepasnya otokonia dapat sejalan
dengan demineralisasi tulang pada umumnya. Tetapi perlu ditentukan apakah terapi
osteopenia atau osteoporosis berdampak pada kecenderungan terjadinya BPPV
berulang.12
Benign Paroxysmal Positional Vertigo yang paling sering terjadi adalah tipe
kanal posterior. Ini tercatat pada 85 sampai 90% dari kasus dari BPPV, karena
itu, jika tidak diklasifikasikan, BPPV umumnya mengacu pada BPPV bentuk
kanal posterior. Penyebab paling sering terjadinya BPPV kanal posterior adalah
kanalitiasis. Hal ini dikarenakan debris endolimfe yang terapung bebas
cenderung jatuh ke kanal posterior disebabkan karena kanal ini adalah bagian
vestibulum yang berada pada posisi yang paling bawah saat kepala pada posisi
berdiri ataupun berbaring (gambar 11).16
17
Gambar 11. Kanalitiasis dan Kupulolitiasis pada Telinga Kiri
BPPV tipe kanal lateral adalah tipe BPPV yang paling banyak kedua. BPPV
tipe kanal lateral sembuh jauh lebih cepat dibandingkan dengan BPPV tipe
kanal posterior. Hal ini dikarenakan kanal posterior tergantung di bagian
inferior dan 9 barier kupulanya terdapat pada ujung yang lebih pendek dan lebih
rendah. Debris yang masuk dalam kanal posterior akan terperangkap di
dalamnya. Sedangkan kanal lateral memiliki barier kupula yang terletak di
ujung atas. Karena itu, debris bebas yang terapung di kanal lateral akan
cenderung untuk mengapung kembali ke utrikulus sebagai akibat dari
pergerakan kepala.16
18
Dalam kanalitiasis pada kanal lateral, partikel paling sering terdapat di
lengan panjang dari kanal yang relatif jauh dari ampula. Jika pasien melakukan
pergerakan kepala menuju ke sisi telinga yang terkena, partikel akan membuat
aliran endolimfe ampulopetal, yang bersifat stimulasi pada kanal lateral.
Nistagmus geotropik (fase cepat menuju tanah) akan terlihat. Jika pasien
berpaling dari sisi yang terkena, partikel akan menciptakan arus hambatan
ampulofugal. Meskipun nistagmus akan berada pada arah yang berlawanan, itu
akan tetap menjadi nistagmus geotropik, karena pasien sekarang menghadap ke
arah berlawanan. Stimulasi kanal menciptakan respon yang lebih besar daripada
respon hambatan, sehingga arah dari gerakan kepala yang menciptakan respon
terkuat (respon stimulasi) merupakan sisi yang terkena pada geotropik
nistagmus.16
Kupulolitiasis memiliki peranan yang lebih besar pada BPPV tipe kanal
lateral dibandingkan tipe kanal posterior. Karena partikel melekat pada kupula,
vertigo sering kali berat dan menetap saat kepala berada dalam posisi
provokatif. Ketika kepala pasien dimiringkan ke arah sisi yang terkena, kupula
akan mengalami defleksi ampulofugal (inhibitory) yang menyebabkan
nistagmus apogeotrofik. Ketika kepala dimiringkan ke arah yang berlawanan
akan menimbulkan defleksi ampulopetal (stimulatory), menghasilkan
nistagmus apogeotrofik yang lebih kuat. Karena itu, memiringkan kepala ke sisi
yang terkena akan menimbulkan respon yang terkuat. Apogeotrofik nistagmus
terdapat pada 27% dari pasien yang memiliki BPPV tipe kanal lateral.16
3.5.1. Anamnesis
19
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-30
detik akibat perubahan posisi kepala dan tidak disertai dengan gejala tambahan
selain mual pada beberapa pasien. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat
tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang,
dan membungkuk.16
a. Tes Dix-Hallpike
Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah dengan
leher dan punggung. Tujuannya adalah untuk memprovokasi serangan vertigo
dan untuk melihat adanya nistagmus. Cara melakukannya sebagai berikut: 17
1. Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan
vertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa detik.
2. Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika
posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o-40o, penderita diminta
tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
3. Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau kanalis semisirkularis
posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith
untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di kanalis semisirkularis
posterior.
20
4. Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita
direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
5. Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik. Komponen cepat nistagmus harusnya
“up-bet” (ke arah dahi) dan ipsilateral.
6. Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang
berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar kearah berlawanan.
7. Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o
dan seterusnya.
21
b. Tes Kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dix dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2
macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC, sedangkan suhu air
panas adalah 44oC. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-
masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama
nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin,
diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan
air panas, lalu telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri
atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit
(untuk menghilangkan pusingnya).17
Jika pasien memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV dan hasil tes Dix-
Hallpike negatif, dokter harus melakukan supine roll test untuk memeriksa ada
tidaknya BPPV kanal lateral. BPPV kanal lateral atau disebut juga BPPV kanal
horisontal adalah BPPV terbanyak kedua. Pasien yang memiliki riwayat yang
sesuai dengan BPPV, yakni adanya vertigo yang diakibatkan perubahan posisi
kepala, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnosis BPPV kanal posterior harus
diperiksa ada tidaknya BPPV kanal lateral.18
22
dengan rotasi kepala 90 derajat dengan cepat ke satu sisi dan dokter mengamati
mata pasien untuk memeriksa ada tidaknya nistagmus. Setelah nistagmus
mereda (atau jika tidak ada nistagmus), kepala kembali menghadap ke atas
dalam posisi supinasi. Setelah nistagmus lain mereda, kepala kemudian diputar/
dimiringkan 90 derajat ke sisi yang berlawanan, dan mata pasien diamati lagi
untuk memeriksa ada tidaknya nistagmus.18
23
3.6.1. Diagnosis BPPV Tipe Kanal Posterior
24
meningkat dalam hal intensitas, dan kemudian berkurang dalam hal intensitas
ketika ia menghilang. Ini disebut sebagai crescendo-decrescendo nystagmus.
Nistagmus sekali lagi sering terlihat setelah pasien kembali ke posisi kepala tegak
dan selama bangun, tetapi arah nystagmus mungkin terbalik. Karakteristik lain dari
nistagmus pada BPPV kanal posterior adalah nistagmusnya dapat mengalami
kelelahan (fatigue), yakni berkurangnya keparahan nistagmus ketika manuver
tersebut diulang-ulang. Tetapi karakteristik ini tidak termasuk kriteria diagnosis.18
BPPV tipe kanal lateral (horisontal) terkadang dapat ditimbulkan oleh Dix-
Hallpike manuver. Namun cara yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosis
BPPV horisontal adalah dengan supine roll test atau supine head turn maneuver
(Pagnini McClure maneuver). Dua temuan nistagmus yang potensial dapat terjadi
pada manuver ini, menunjukkan dua tipe dari BPPV kanal lateral.18
Pada kedua tipe BPPV kanal lateral, telinga yang terkena diperkirakan
adalah telinga dimana sisi rotasi menghasilkan nistagmus yang paling kuat.
Diantara kedua tipe dari BPPV kanal lateral, tipe geotrofik adalah tipe yang paling
banyak.18
25
lain dari BPPV. Benign Paroxysmal Positional Vertigo kanal anterior kronis atau
persisten jarang. Dari semua tipe BPPV, BPPV kanal anterior tampaknya tipe yang
paling sering sembuh secara spontan. Diagnosisnya harus dipertimbangkan dengan
hati-hati karena downbeating positional nystagmus yang berhubungan dengan lesi
batang otak atau cerebellar dapat menghasilkan pola yang sama.15
Sentral Perifer
Nausea berat + +++
Memburuk dengan pergerakan kepala non spesifik ++ -
Paroxysmal upbeating dan torsional nystagmus - +++
dengan manuver Dix-Hallpike
Nistagmus horizontal (geotrofik atau apogeotrofik) + ++
dipicu oleh supine head turning/supine roll test
26
Nistagmus downbeating persisten pada posisi +++ -
apapun
Nistagmus berkurang (Fatigue) dengan pengulangan - +++
posisi
Nistagmus dan vertigo sembuh mengikuti manuver - +++
terapi posisi
a. Manuver Epley
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal.
Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 450 , lalu
pasien berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu
kepala ditolehkan 900 ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi
lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu pasien
27
mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara
perlahan.19
28
c. Manuver Lempert
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral.
Pasien berguling 3600 , yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien
menolehkan kepala 900 ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh
ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti
ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 900 dan tubuh
kembali ke posisi lateral dekubitus lalu kembali ke posisi supinasi. Masing-
masing gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat dari
partikel-partikel sebagai respon terhadap gravitasi.19
Manuver ini digunakan pada BPPV tipe kanal lateral. Tujuannya adalah
untuk mempertahankan kekuatan dari posisi lateral dekubitus pada sisi telinga
yang sakit dan dipertahankan selama 12 jam.19
e. Brandt-Daroff exercise
29
Gambar 18. Brandt-Daroff exercise
3.7.2. Farmakologi
3.7.3. Operasi
Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronik dan
sangat sering mendapat serangan BPPV yang hebat, bahkan setelah melakukan
manuver-manuver yang telah disebutkan di atas. Dari literatur dikatakan indikasi
untuk melakukan operasi adalah pada intractable BPPV, yang biasanya mempunyai
klinis penyakit neurologi vestibular, tidak seperti BPPV biasa.20
Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik operasi yang dapat dipilih,
yaitu singular neurectomy (transeksi saraf ampula posterior) dan oklusi kanal
posterior semisirkular. Namun lebih dipilih teknik dengan oklusi karena teknik
neurectomi mempunyai risiko kehilangan pendengaran yang tinggi.20
30
3.8. Prognosis
Pada pasien dengan vertigo tipe perifer vestibular umumnya baik, dapat
terjadi remisisempurna, sebalignya pada tipe sentral prognosisnya tergantung dari
penyakit yangmendasarinya misalnya : infrak arteri basilar atau vertebral,
menandakan prognosis buruk.
31
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
33
10. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa: Setiawan
I, Tengadi KA, Santoso A. 1 st ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1997:
827-34.
11. Ganong W. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. 22nd ed. (Novrianti A, ed.).
Jakarta: EGC; 2005.
12. Purnamasari Prida P, Diagnosis Dan Tata Laksana Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV). FK Universitas Udayana, Denpasar 2013.
Available at:
[download.portalgaruda.org/article.php?article=82555&val=970]
13. Soepardi EA dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher, edisi 6. FKUI, Jakarta 2011.
14. Bashir K, Irfan F & Cameron P, Management of benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV) in the emergency department, Journal of
Emergency Medicine, Trauma & Acute Care (JEMTAC), Qatar 2014.
15. Fife D.T. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Semin Neurol Journal.
2009;29:500-508.
16. Parnes et al. Diagnosis and Management of Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV). CMAJ. 2003;169 (7): 681-93.
17. Teixeira L.J., Pollonio J.N., Machado. Maneuvers for the treatment of
Benign Positional Paroxysmal Vertigo: a systemic review. Brazilian Journal
of Otorhinolaryngology. 2006;72(1): 130-8.
18. Bhattacharyya N, Baugh F R, Orvidas L. Clinical Practice Guideline:
Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Otolaryngology-Head and Neck
Surgery. 2008;139: S47-S81.
19. Bittar et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosis and
Treatment. International Tinnitus Journal. 2011;16(2): 135-45.
20. Leveque et al. Surgical Therapy in Intractable Benign Paroxysmal
Positional Vertigo. Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
2007;136:693-698.
34