Anda di halaman 1dari 10

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN

BERAGAMA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

THE ROLE OF LOCAL GOVERNMENT ON MAINTAINING


RELIGIOUS HARMONY IN RIAU ISLANDS PROVINCE

Akmal Salim Ruhana


Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Gedung Kementerian Agama, Lt. 17, Jl. MH Thamrin No. 6, DKI Jakarta
Telp. +62 21 392 0662
Email : akmalsalimruhana@gmail.com
Dikirim : 20 Maret 2015 Direvisi: 20 April 2015 Disetujui: 20 Mei 2015

Abstrak
Berdasar pada Peraturan Bersama Menteri No. 9 dan 8 Tahun 2006, pemerintah daerah memiliki tugas
khusus untuk memelihara kerukunan umat beragama di wilayahnya. Faktanya, beberapa pemerintah
daerah belum cukup peduli atas tugasnya tersebut, misalnya dalam fasilitasi FKUB (Forum Kerukunan
Umat Beragama). Penelitian ini mendalami peran Pemerintah Daerah Kepulauan Riau (termasuk kantor
Kementerian Agama wilayah) dalam memelihara kerukunan. Penelitian dengan metode kuasi kualitatif
yang mengumpulkan data dengan kajian pustaka, observasi, dan wawancara ini ditulis secara deskriptif-
analitis. Penelitian menemukan: Pemerintah Daerah Kepri dan Kanwil Kementerian Agama setempat
telah menunjukkan peran yang cukup. Meski terdapat tantangan geografis dan keterbatasan anggaran,
namun kerukunan beragama tetap nyata dalam masyarakatnya.
Kata kunci: Peraturan Bersama, peran Pemda, Kantor Kemenag, pemeliharaan kerukunan

Abstract
Based on the Join Decree No. 9 and 8 of 2006, local governments have a special duty to maintain
religious harmony in their spans of authorities. Factually, some of them have not been care enough on
the duty, such as on facilitating FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama)—the special body to
maintain religious harmony. This research elaborated the roles of Local Government of Kepulauan
Riau (include its local MoRA, Ministry of Religious Affairs) on preserving harmony. The quasi-
qualitative which was found data through literature study, observation, and interview, was written by
descriptive-analytic method, found some results: The Kepri Local Government and its local MoRA have
shown some positive roles. Though geographical difficulties and limited budget have drawbacks, but
religious harmony were a reality in its society.
Keywords: Join Decree, role of Local Govt, Local MoRA, preserving harmony.

PENDAHULUAN daerah ini. Ketiga pihak berperan dan berjalan


beriringan sesuai kapasitasnya masing-masing.
Siapa yang bertanggung jawab memelihara Misalnya, dalam upaya pemeliharaan kerukunan
kerukunan umat beragama? Umat beragama sendiri umat beragama, pemerintah menerbitkan Peraturan
atau pemerintah? Secara teoritik, negara/pemerintah Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
sejatinya memiliki kewenangan dan kewajiban untuk Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman
memelihara kerukunan atau ketentraman masyarakat. Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala
Ada ilmuwan yang mendefinisikan negara sebagai Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat
pihak yang berwenang mengendalikan persoalan- Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat
persoalan bersama atas nama masyarakat. Ada juga Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat (selanjutnya
yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan negara cukup disebut PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006, atau
adalah memelihara masyarakat dengan PBM saja). Meski secara eksplisit judul regulasi
kekuasaannya. Senada dengan itu, Miriam Budiarjo Pemerintah ini menegaskan tugas pemerintah daerah,
(2003) menyebutkan bahwa salahsatu fungsi negara namun dalam implementasinya melibatkan peran
adalah melaksanakan penertiban (law and order). serta umat beragama, yakni Forum Kerukunan Umat
Namun demikian, dalam konteks Negara Beragama (FKUB). Dengan demikian, ketiga pihak
Indonesia pasca reformasi, tanggung jawab berpadu dalam tanggung jawab bersama memelihara
pemeliharaan kerukunan itu lebih terbagi, yakni kerukunan umat beragama.
tanggung jawab umat beragama sendiri, pemerintah Menunjuk beberapa fakta lapangan, dalam
daerah, dan pemerintah (pusat). Peran dari tiga pihak perkembangannya, regulasi yang secara tegas
ini searah dengan semangat peningkatan partisipasi disebutkan sebagai pedoman tugas pemerintah
masyarakat dan upaya desentralisasi di era otonomi daerah ini nampaknya masih belum diperhatikan dan

Peran Pemerintah Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Beragama


di Provinsi Kepulauan Riau – Akmal Salim Ruhana | 185
diimplementasikan secara optimal oleh sejumlah orang pengikut Ahmadiyah; (f) Di Baloi - Lubuk
pemerintah daerah. Dalam hal fasilitasi kerja dan Baja, Batam, ada sekitar 2000 orang pengikut
penganggaran untuk FKUB, misalnya, banyak Miskatul Anwar, (g) Di Tanjung Piayu Laut Sei
pemerintah daerah yang belum cukup memberikan Beduk-Batam ada sekitar 250 orang pengikut
perhatian. Hal ini setidaknya ditunjukkan hasil kelompok An-Nazir; (h) Di Nongsa-Batam ada 20
monitoring Pusat Kerukunan Umat Beragama orang pengikut kelompok Al-Fateh, (i) Di Bulang-
(PKUB) tahun 2009 tentang bantuan untuk FKUB di Batam ada kelompok Wahidiyah dengan sekitar 100
seluruh provinsi Indonesia. Data tersebut pengikut, dan (j) di Tiban-Sekupang ada sekitar 100
menunjukkan sejumlah besaran anggaran sebagai pengikut kelompok Fardhu ‘ain.
bantuan untuk operasional FKUB, mulai dari Rp Mencermati kondisi di atas, menjadi sangat
10.000.000,- yang terkecil hingga Rp 2 milyar yang penting untuk melakukan penelitian terhadap upaya-
terbesar. Terlihat sejumlah Pemda telah memberikan upaya pemerintah daerah dalam pemeliharaan
perhatian yang cukup, namun sebagian besar lainnya kerukunan umat beragama. Sebuah evaluasi atas
belum. Padahal kurangnya perhatian Pemda ini keharusan ideal vis a vis kondisi faktual (das sein
berkebalikan dengan kondisi perlunya peningkatan kontra das sollen). Kementerian Agama setempat
kinerja FKUB sebagai leading sector pemelihara juga penting disertakan sebagai fokus kajian, karena
kerukunan umat beragama. Seperti diketahui, pihak ini berperan bersama-sama pemerintah daerah
belakangan ini kasus-kasus kerukunan internal dan dalam pemeliharaan kerukunan di daerah.
antarumat beragama, misalnya terkait rumah ibadat, Berdasarkan gambaran di atas, maka
terus terjadi di sejumlah daerah dan bahkan teridentifikasi suatu permasalahan penelitian, yakni:
terindikasi cenderung meningkat. Laporan Tahunan sejauh mana Pemerintah Daerah telah berperan
sejumlah LSM menunjukkan hal ini. dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama di
Dalam konteks Kepulauan Riau, diantara daerahnya. Dari identifikasi masalah ini, disusun
kasus-kasus keagamaan yang pernah terjadi terutama sejumlah pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1)
terkait kasus rumah ibadat dan aliran keagamaan. Bagaimana peran Pemerintah Provinsi Kepulauan
Kasus-kasus itu kini telah selesai dan tidak terjadi Riau dalam pemeliharaan kerukunan umat
lagi. Berdasarkan data pada Kantor Wilayah beragama?; (2) Bagaimana peran Kantor
Kementerian Agama Kepulauan Riau dan Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau dalam
wawancara sejumlah narasumber, kasus terkait pemeliharaan kerukunan umat beragama?; (3) Apa
rumah ibadat, antara lain: (a) Protes masyarakat saja tantangan dan hambatan pelaksanaan peran
sekitar Gereja GpdI Bangun Sari Batu IX di dimaksud? Bagaimana upaya yang dilakukan dalam
Tanjungpinang. Hal ini sudah ditangani Pemkot menghadapi tantangan dan hambatan itu?; Dan (4)
Tanjungpinang, (b) Penyalahgunaan izin oleh Gereja Apa saja keberhasilan yang telah dicapai dalam
HKBP-Agape Bengkong Permai di Batam. Hal ini upaya pemeliharaan kerukunan umat beragama di
sudah ditangani Pemkot Batam, (c) Penolakan warga wilayah ini?
Kijang Kecamatan Bintan Timur terhadap Gereja Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1)
HKBP Kijang di Bintan. Hal ini dalam pengurusan mengetahui peran Pemerintah Provinsi Kepulauan
izin/rekomendasinya, (d) Perebutan/pengalihan Riau dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama,
rumah ibadat Vihara Maha Cetya Eri Shanti di (2) mengetahui peran Kantor Wilayah Kementerian
Tanjung Batu Karimun, semula rumah ibadat Agama Provinsi Kepulauan Riau dalam
Buddha menjadi Rumah Ibadat Konghucu, dan (e) pemeliharaan kerukunan umat beragama, (3)
Bangunan Mess Katolik yang dijadikan Gereja di mengetahui sejumlah tantangan dan hambatan
Kabupaten Natuna. Hal ini dalam konfirmasi dengan pelaksanaan peran dimaksud, dan upaya yang
pihak kecamatan dan kabupaten. dilakukan dalam menghadapi tantangan dan
Adapun kasus-kasus terkait aliran keagamaan, hambatan itu, dan (4) mengetahui keberhasilan yang
antara lain: (a) Di Batam Kota ada sekitar 300 orang telah dicapai dalam upaya pemeliharaan kerukunan
pengikut tarekat Naqsabandi Qiblatul Amin yang umat beragama di wilayah ini.
mengkultuskan guru mereka yang mengaku sebagai Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Imam Mahdi, (b) Di Tanjung Sengkuang Batam bermanfaat bagi Kementerian Dalam Negeri,
terdapat aliran Al-Qiyadah yang mengajarkan ada Kementerian Agama, dan Pemerintahan Daerah
nabi selain Nabi Muhammad, (c) Di Batu Aji, ada sebagai bahan untuk menyusun kebijakan terkait
kelompok Bahai dengan 72 orang pengikut, (d) Di dengan implementasi PBM Nomor 9 dan 8 Tahun
Sanggulung, Batu Aji dan Batam Kota terdapat 2006, dan umumnya terkait upaya pemeliharaan
aliran Salafi yang dinilai terlalu mudah kerukunan umat beragama. Diharapkan pula, hasil
membid’ahkan amalan Sunni, (e) Di daerah Tanah penelitian ini dapat secara tidak langsung
Longsor, ada 78 orang pengikut Ahmadiyah memperkuat kondisi kelembagaan dan kinerja FKUB
pimpinan Muhammad Agung, di KM 16 Toapaya dengan adanya sejumlah kebijakan Pemerintah
Selatan, Bintan, 20 anggota Ahmadiyah pimpinan U Daerah dan Kantor Wilayah Kementerian Agama
Ginting; di Kampung Bombaru Bintan Pesisir ada 31 yang lebih signifikan bagi pemeliharaan kerukunan
pengikut Ahmadiyah; dan di Kota Tanjungpinang 14 umat beragama ke depan.

186 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni 2015 : 185 - 194
Penelitian ini sesungguhnya merupakan Kantor Kementerian Agama, dalam konteks
kelanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya penelitian ini, adalah instansi Kementerian Agama di
yang mengkaji pelaksanaan PBM Nomor 9 dan 8 tingkat provinsi. Meski Kementerian Agama
Tahun 2006. Seperti diketahui, PBM Nomor 9 dan 8 termasuk Kementerian/Lembaga yang tidak
Tahun 2006 memiliki tiga isu utama, yakni tugas didesentralisasikan, namun Kantor Kementerian
kepala daerah/wakil kepala daerah dalam Agama di daerah dalam perannya memelihara
pemeliharaan kerukunan, pemberdayaan FKUB, dan kerukunan umat beragama senantiasa beriringan
perihal pendirian rumah ibadat. Pada tahun 2007 dengan pemerintah daerah.
Puslitbang Kehidupan Keagamaan melakukan Sedangkan pemeliharaan kerukunan umat
penelitian tentang “Efektivitas Sosialisasi PBM beragama, sebagaimana didefiniskan di dalam PBM
Nomor 9 dan 8 Tahun 2006”. Penelitian setahun pasca No. 9 dan 8 Tahun 2006, adalah upaya-bersama umat
diterbitkannya PBM ini antara lain menyimpulkan beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan,
bahwa sosialisasi PBM telah berkontribusi bagi upaya pengaturan, dan pemberdayaan umat.
pemeliharaan kerukunan umat beragama secara Berdasarkan beberapa definisi operasional di
umum. Kemudian pada tahun 2009 dilakukan atas, penelitian ini sejatinya hendak melihat
penelitian tentang “Peranan FKUB dalam Pelaksanaan pelaksanaan pasal-pasal yang berkaitan dengan peran
Pasal 8, 9, dan 10 PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006”. Pemerintah Daerah sebagaimana ditunjuk atau
Penelitian ini meneliti bagian kedua dari tiga bagian bahkan ditegaskan di dalam PBM meski terbatas
PBM, yakni ihwal FKUB. Penelitian ini antara lain hanya pada peran-peran pokok tertentu saja.
menunjukkan ada sejumlah FKUB yang telah
berperan baik, namun banyak juga yang belum cukup METODE
optimal berperan. Lalu, tahun 2010 dilakukan
penelitian tentang kasus-kasus di seputar pendirian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
rumah ibadat, dan 2011 penelitian kasus pendirian, Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
penertiban, dan penutupan rumah ibadat. Penelitian teknik wawancara, studi kepustakaan (dokumentasi)
tahun 2010-2011 ini mengkaji bagian ketiga dari dan pengamatan lapangan (observasi) dengan
PBM, yakni ihwal pendirian rumah ibadat. Penelitian- bantuan instrumen pengumpulan data. Wawancara
penelitian ini menginventarisir dan mengkaji kasus- dilakukan dengan sejumlah informan kunci di
kasus terkait rumah ibadat yang cenderung meningkat Provinsi Kepulauan Riau, yakni: Kepala Badan
dan menemukan antara lain penyebabnya, yakni tidak Kesbangpol Linmas Provinsi Kepri, Kabid
dipatuhinya ketentuan PBM, dan proses pendirian Ketahanan SBAK Kesbangpol Provinsi Kepri, Ketua
rumah ibadat yang dilakukan dengan cara-cara tidak FKUB Provinsi Kepri, Mantan Ketua FKUB
sepatutnya. Adapun distingsi kajian ini adalah Provinsi Kepri, Kepala Bagian TU dan Kasubbag
fokusnya pada peran Pemerintah Daerah yang Hukmas Infoka KUB dan Umum Kanwil
melengkapi kajian terdahulu tersebut. Karenanya, Kementerian Agama Provinsi Kepri, Pengurus MUI
penelitian ini merupakan bagian akhir dari sekuel tiga Provinsi Kepri, serta tokoh agama Islam-Buddha-
substansi PBM. Kristen di Kepulauan Riau. Wawancara jarak jauh
Peran, dalam konteks ini, adalah apa yang dengan telepon juga dilakukan untuk menyiasati
telah dan sedang dilakukan oleh subyek. Secara jauhnya lokasi narasumber (bahwa ada dua kota
spesifik, sebagaimana diindikasikan di dalam pasal- penting di Kepri, yakni Batam dan Tanjungpinang).
pasal PBM, peran-peran itu mencakup hal fasilitasi, Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan
koordinasi, dan sinkronisasi. Sedangkan peran referensi terkait dari sejumlah toko buku,
Pemda dalam PBM berarti peran-peran terkait perpustakaan daerah, dan dunia-maya. Termasuk
pemeliharaan, pemberdayaan, penyelesaian referensi itu adalah peraturan gubernur, peraturan
perselisihan, pengawasan dan pelaporan. Meski hal- Menteri Dalam Negeri, dan perda terkait, serta
hal tersebut banyak tersebar dalam banyak pasal, berkas-berkas laporan kegiatan kerukunan umat
tulisan ini hanya membatasi pada peran-peran utama- beragama di Pemerintah Daerah dan Kantor Wilayah
substantif para pihak. Kementerian Agama. Sedangkan observasi
Pemerintahan daerah, sebagaimana (pengamatan kondisi) dilakukan langsung ke titik-
didefinisikan dalam Undang-Undang 32 tahun 2004 titik penting yang mendukung penelitian ini, antara
tentang Pemerintahan Daerah, adalah lain: kantor-kantor pemerintahan provinsi dan kota,
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh kantor kementerian agama provinsi dan kota,
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi kantor/sekretariat FKUB, dan tempat lainnya.
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi Data kemudian dinalisis secara deskriptif-
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara analitik, melalui tahap-tahap editing, klasifikasi data,
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud reduksi data, dan interpretasi untuk memperoleh
dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik kesimpulan. Interpretasi data dalam upaya analisis
Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah adalah dilakukan dengan bantuan teori sosial terkait, juga
gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur seperangkat regulasi yang berlaku, baik PBM No. 9
penyelenggara pemerintahan daerah. dan 8 Tahun 2006, Pergub No. 5 Tahun 2011,

Peran Pemerintah Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Beragama


di Provinsi Kepulauan Riau – Akmal Salim Ruhana | 187
Permendagri No. 32 Tahun 2011 dan Permendagri Sedangkan sisanya seluas 10.595,41 km2 (4,21%)
No. 39 Tahun 2012 terkait bantuan hibah. merupakan daratan. Total luas wilayah Provinsi
Untuk menguji keabsahan data, digunakan Kepulauan Riau ini adalah 251.810,71 km2.
teknik triangulasi dengan cara pemeriksaan melalui Sedangkan Kota Tanjungpinang, sebagai
sumber-sumber lain. Menurut Patton (1987) ibukota provinsi secara geografis berada di titik
triangulasi dengan sumber berarti membandingkan koordinat 0051’ sampai dengan 0059’ LU (Lintang
dan mengecek balik derajat keterpercayaan suatu Utara) dan 104023’ sampai dengan 104034’ BT
informasi melalui waktu dan alat yang berbeda (Bujur Timur) dengan luas wilayah Kota
(Moleong, 2002:178). Triangulasi misalnya Tanjungpinang hanya sekitar 2,26% dari total luas
dilakukan dengan mendatangi dan melihat kondisi Kepulauan Riau. Laju pertumbuhan penduduk Kota
Kantor Sekretariat FKUB, serta mewawancarai Tanjungpinang 2,21%. Dengan luas wilayah sebesar
informan non-pemerintah yang bermitra dan/atau 239,5 km2, setiap km ditempati penduduk sebanyak
sesekali berhadapan dengan pemerintah, dalam 782 jiwa pada tahun 2010.
konteks ini FPI Kepulauan Riau dan majelis-majelis Provinsi ini berada pada posisi yang sangat
agama. strategis. Wilayahnya berbatasan langsung dengan
Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Riau, negara-negara lain. Di sebelah utara berbatasan
tepatnya di Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan
Kepulauan Riau. Provinsi Kepulauan Riau dipilih Jambi, di barat berbatasan dengan Singapura,
karena dinilai sebagai provinsi yang memiliki Malaysia, dan Provinsi Riau, dan di timur dengan
mobilitas sosial yang cukup tinggi dan akan Malaysia, Brunei, dan Provinsi Kalimantan Barat.
mendorong kemajemukan, sehingga diasumsikan Keunikan propinsi ini, secara budaya, adalah
sumber konflik pun semakin luas. Dari segi soal kemelayuannya yang kuat. Provinsi “gurindam
heterogenitas komposisi pemelukan agama dua belas” ini bertekad untuk membangun daerahnya
masyarakat dan dinamika kehidupan keagamaannya menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian
juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokus nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai
ini. Budaya Melayu yang didukung oleh masyarakat
Secara umum, penelitian dilakukan selama 4 yang sejahtera, cerdas, dan berakhlak mulia. Tak
bulan, mulai April hingga Juli. Adapun pengumpulan heran, mottonya “Berpancang Amanah Bersauh
data lapangannya dilakukan selama 14 hari, dari Marwah”. “Berpancang Amanah” bermakna
tanggal 31 Mei hingga 13 Juni 2012 di Provinsi menunjukkan sifat teguh untuk mempertahankan
Kapulauan Riau. adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan
kitabullah guna mencapai akhlak mulia. Sedangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN “Bersauh Marwah” bermakna menjaga adat dan
budaya guna menata masa depan yang lebih baik
Sekilas Kepulauan Riau menuju cita-cita luhur untuk mencerdaskan dan
Provinsi Kepulauan Riau terbentuk sebagai mensejahterakan masyarakat Kepulauan Riau. Tak
Provinsi ke-32 di Indonesia. Semula hanya memiliki heran pula jika setiap hari Jumat, seluruh pegawai di
6 kabupaten dan kota, yakni Kota Tanjungpinang, lingkungan Pemerintahan dan juga para siswa di
Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten semua jenjang sekolah di Kepulauan Riau
Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga. berseragam baju melayu, sebagai penegasan identitas
Namun pada tahun 2008, Kabupaten Natuna budaya.
dimekarkan menjadi Kabupaten Natuna dan Kepu- Budaya Melayu cenderung pada perdamaian.
lauan Anambas. Provinsi yang 95,79% wilayahnya Sebagaimana diungkapkan Daeng Ayub (2011)
merupakan lautan dan hanya 4,21% daratan ini, bahwa dalam menghadapi berbagai permasalahan
memiliki sekitar 2.408 pulau besar dan kecil. Pulau ataupun pertikaian, budaya Melayu selalu mengacu
(daratan) terbesar yakni Kabupaten Karimun kepada prinsip “agar retak tidak membawa belah,
(27,12%), dan yang kedua Kabupaten Lingga agar sumbing tidak membawa pecah” atau dikatakan
(19,99%). Sedangkan yang terkecil belum diketahui, “salah besar diperkecil, salah kecil dihabisi” melalui
karena sekitar 40% dari 2.408 pulau-pulau di kearifan musyawarah mufakat.
Kepulauan Riau bahkan belum bernama dan Kondisi kehidupan keagamaan di Kepulauan
berpenduduk. Kota Batam sebagai pusat Riau, sebagai wilayah yang berbudaya Melayu,
perekonomian dan perindustrian di Kepulauan Riau secara umum tampak kondusif. Secara kajian
hanya mendiami daratan seluas 7,27%, dan Kota budaya, Melayu memang kerap diidentikkan dengan
Tanjungpinang sebagai ibukota propinsi hanya sifat-sifat lembut, toleran. Kondisi inilah antara lain
mendiami 2,26% saja. yang berkontribusi pada kondusivitas keamanan dan
Sebagai daerah kepulauan, Provinsi ketertiban di Kepri.
Kepulauan Riau sekitar 241.215,30 km2 (95,79%) Secara statistik, Islam menjadi agama yang
wilayahnya adalah lautan yang memisahkan gugusan paling banyak dipeluk masyarakat Kepulauan Riau
pulau-pulau yang ada di wilayah provinsi ini. dan Tanjungpinang. Hal ini dapat dipahami karena

188 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni 2015 : 185 - 194
Islam dan identitas Melayu saling berpadu, 1. memelihara ketenteraman dan ketertiban
sebagaimana istilah “menjadi orang Melayu berarti masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya
menjadi Muslim” (Milner, 2008 dan Al Mudra, kerukunan umat beragama di provinsi;
2009). Saat ini memang Kepulauan Riau sudah 2. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di
menjadi lebih multikultural-multirelijius dengan provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat
berkembangnya agama-agama lain, seperti Buddha, beragama;
Kristen, dan Katolik. Namun, sebagaimana tipikal di 3. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling
daerah lainnya, data-data keagamaan dari berbagai pengertian, saling menghormati, dan saling
sumber di provinsi ini ternyata tidak sama antar satu percaya di antara umat beragama; dan
sumber dengan sumber lainnya. Misalnya, jumlah 4. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil
pemeluk agama dan jumlah rumah ibadat disuguhkan bupati dan walikota/wakil walikota dalam
secara beragam oleh BPS, Dinas Kependudukan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
Catatan Sipil, serta Kantor Wilayah Kementerian ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam
Agama setempat. Pada Tabel 1 menjelaskan kehidupan beragama.
selengkapnya dengan gambaran perbandingan Tugas memelihara ketenteraman dan
beberapa sumber. ketertiban masyarakat diwujudkan dengan penguatan
Paparan perbandingan data dari tiga sumber regulasi dan sejumlah program kegiatan. Bahwa
ini menunjukkan perbedaan (selisih) yang cukup PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006 yang secara tegas
signifikan. Jika data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjuk peran Pemerintah Daerah dalam
menyebutkan Buddha sebagai mayoritas-kedua, pada pemeliharaan kerukunan umat beragama, merupakan
data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil regulasi yang berlaku efektif dan telah cukup
(Disdukcapil) dan Kementerian Agama setempat dipahami. Untuk menguatkannya di tingkat lokal,
menunjukkan agama Kristen yang banyak dipeluk sesuai perintah Pasal 12 PBM, di Kepulauan Riau
masyarakat Kepulauan Riau setelah agama Islam. telah diterbitkan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun
Data yang juga berbeda ditunjukkan oleh 2011 tentang Forum Kerukunan Umat Beragama dan
hasil sensus penduduk 2010 (BPS RI). Dalam data Pendirian Rumah Ibadat Provinsi Kepulauan Riau.
hasil sensus tersebut disebutkan pemeluk Islam Pergub ini ada beda dan kelebihannya dibanding
1.332.201 jiwa (79,34%), Kristen 187.576 jiwa PBM, yakni mengatur pembentukan FKUB di
(11,17%), Katolik 38.252 jiwa (2,28%), Hindu 1.541 tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan.
jiwa (0,09%), Buddha 111.730 jiwa (6,65%), Dengan demikian, saat ini di semua kecamatan di
Khonghucu 3.389 jiwa (0,20%), dan Lainnya 198 Kepulauan Riau telah terbentuk FKUB Kecamatan
jiwa, sehingga total pendu¬duk beragama di meski tugasnya lebih sebagai pendukung tugas dan
Kepulauan Riau berjumlah 1.679.163 jiwa. Uniknya, peran FKUB kabupaten/kota.
data BPS melalui SP 2010 ini lebih dekat Sayangnya, terdapat kesalahan yang luput dari
kesamaannya dengan data Disdukcapil dan Kemenag penyusunnya terkait Pasal 4 Pergub yang ditandatangi
daripada data BPS tersebut di atas. Gubernur Kepulauan Riau tersebut, yang memuat
Sedangkan data tentang jumlah rumah ibadat, kalimat sebagai berikut:
juga dengan gambaran perbandingan dari beberapa (1) Pemiliharaan kerukunan umat beragama di
sumber data dapat dilihat pada Tabel 2. Kabupaten/Kota menjadi tugas dan kewajiban
Bupati/ Walikota se- Provinsi Kepulauan Riau.
Peran Pemda dan Kantor Kemenag dalam (2) Tugas dan kewajiban Bupati/Walikota
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Sebagai provinsi ke-32 di Indonesia yang dilaksanakan oleh Kepala Kantor Kementerian
dibentuk tahun 2005, Kepulauan Riau merupakan Agama Kabupaten/Kota se Provinsi Kepulauan
provinsi yang telah, sedang, dan akan terus aktif Riau.
membangun daerahnya. Terlebih, sebagai provinsi Dengan kalimat “dilaksanakan oleh” berarti
kepulauan yang berhadapan langsung dengan negara- bermakna mendelegasikan tugas. Padahal di dalam
negara lain, Kepulauan Riau merupakan daerah yang PBM redaksi ihwal serupa termuat di pasal 4 dengan
sangat potensial secara ekonomi. Karenanya kalimat “dibantu oleh” sehingga Kakanwil berperan
ketentraman dan kerukunan adalah menjadi prasyarat membantu kepala daerah. Pada faktanya memang
utama terwujudnya pembangunan tersebut. Untuk Kakanwil Agama Kepualuan Riau membantu
itu, pemerintah daerah menegaskan urgensi Gubernur Kepulauan Riau dalam pemeliharaan
ketentraman dan kerukunan tersebut dengan upaya- kerukunan umat beragama, sehingga kesalahan ini
upaya sadar dan berkelanjutan. dipahami sebagai kekeliruan redaksional saja
Secara normatif, tugas kepala daerah dalam (Wawancara dengan Bp. I, Kabid pada Badan
pemeliharaan kerukunan umat beragama tercantum Kesbanglinmas Provinsi Kepulauan Riau pada 8 Juni
dalam PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006, pada Pasal 2012).
5 Ayat (1), yang menegaskan tugas dan kewajiban Di tingkat provinsi saat ini telah dikukuhkan
gubernur, yakni: pengurus FKUB periode 2011-2016 berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Nomor 493 Tahun 2011

Peran Pemerintah Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Beragama


di Provinsi Kepulauan Riau – Akmal Salim Ruhana | 189
Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemelukan Agama di Provinsi Kepulauan Riau Tahun
2010/2011 (Perbandingan Beberapa Sumber)

Jumlah Pemeluk Agama di Provinsi Kepulauan Riau (2010/2011)


Agama versi BPS versi Disduk dan Capil versi Kanwil Kemenag
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Islam 1.403.835 78,37 1.549.529 77,47 1.515.961 77,21
Kristen 137.234 7,66 240.688 12,03 237.850 12,11
Katolik 75.921 4,24 48.396 2,42 48.436 2,47
Hindu 10.299 0,57 1.777 0,09 2.159 0,11
Buddha 160.441 8,96 156.110 7,80 154.152 7,85
Khonghuc 1.752 0,10 -- -- 4.613 0,23
u
(Lainnya) 1.752 0,10 3.742 0,19 298 0,02
1.791.234 100 2.000.242 100 1.963.469 100
Sumber: data diolah, berbagai sumber, 2012.

Tabel 2. Data Tempat Peribadatan di Provinsi Kepulauan Riau


Tahun 2011 (Perbandingan Beberapa Sumber)

Agama Tempat Peribadatan Jumlah (versi BPS) Jumlah (versi Kemenag)


a. Masjid 1.402 1.328
Islam
b. Musholla 861 936
Kristen Gereja 431 397
a. Gereja 45 41
Katolik
b. Kapel 1 2
Hindu Pura 3 3
Buddha a. Wihara 68 68
b. Cetya 68 83
Khonghucu Lithang/Klenteng 19 22
Sumber: data diolah, berbagai sumber, 2012

tanggal 9 November 2011, yang juga mengangkat Kepri dengan gubernur. Selain itu, dewan penasihat
Dewan Penasihat FKUB Provinsi Kepri di mana terlibat dan berperan dalam perumusan-perumusan
Wakil Gubernur berperan sebagai ketuanya. FKUB kebijakan terkait kerukunan, misalnya ketika
Provinsi Kepri selengkapnya berjumlah 21 orang, perumusan kesepakatan diantara tokoh-tokoh agama
terdiri atas pemuka agama secara proporsional dari se-Kepri, terkait upaya bersama menjaga kerukunan
jumlah pemeluk agama di Provinsi Kepulauan Riau. umat beragama di Prov. Kepulauan Riau.
FKUB Provinsi Kepulauan Riau (2011-2016) Adapun susunan lengkap Dewan Penasihat
beranggotakan dua orang dari Kristen, satu Katolik, FKUB Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai
dua Buddha, satu Hindu, satu Khonghucu, dan berikut: Gubernur Kepulauan Riau (Pengarah),
lainnya dari Islam. Wakil Gubernur Kepulauan Riau (Ketua), Kakanwil
Sedangkan Dewan Penasihat FKUB Provinsi Kementerian Agama (Wakil Ketua), Kaban
Kepulauan Riau diangkat dengan Surat Keputusan Kesbangpol dan Linmas (Sekretaris), dan sejumlah
Gubernur Nomor 493 Tahun 2011 tanggal 9 anggota terdiri atas: Kakanwil Kementerian Hukum
November 2011. Peran dewan penasihat, dan HAM, Danrem 033 Wira Pratama, Kapolda,
sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 11 Ayat (2) Kepala Kejaksaan Tinggi, Kepala Biro Hukum
PBM, adalah sebagai berikut: Setdaprov, Kepala Biro Administrasi Pemerintahan
(2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana Setdaprov., Kepala Biro Kesra Setdaprov., dan
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: Kepala Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi.
a. membantu kepala daerah dalam merumuskan Adapun program kegiatan yang pernah
kebijakan pemeliharaan kerukunan umat dilakukan dalam kerangka pemeliharaan dan
beragama; dan fasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di
b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan provinsi, antara lain sebagai berikut:
pemerintah daerah dan hubungan antar 1. mengadakan rapat-rapat rutin dengan anggota
sesama instansi pemerintah di daerah dalam FKUB Provinsi Kepri.
pemeliharaan kerukunan umat beragama. 2. memfasilitasi ruang Sekretariat FKUB. Kantor
Wakil gubernur melakukan perannya sebagai Sekretariat FKUB Provinsi Kepulauan Riau
dewan penasihat misalnya dengan memfasilitasi berlokasi di samping gedung Kantor Wilayah
pertemuan audiensi antara pengurus FKUB Prov. Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau.

190 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni 2015 : 185 - 194
Hanya saja gedung tersebut memang belum Gubernur Kepulauan Riau, dan Kepala Kepolisian
dimaksimalkan, karena belum ada alat tulis Daerah Provinsi Kepulauan Riau).
kantor (ATK) dan prasarana pendukung selain Diantara butir-butir penting kesepakatan itu
soal lokasi yang dinilai terlalu jauh dari pusat adalah: sepakat untuk senantiasa memelihara
kota. kerukunan, sepakat untuk tidak terpengaruh dengan
3. sosialisasi PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006 untuk peristiwa-peristiwa di luar Kepulauan Riau, sepakat
para pengurus FKUB kabupaten/kota. untuk mentaati PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006, dan
4. memberikan anggaran untuk operasional FKUB, sepakat untuk bersama Pemerintah Provinsi
yang dinilai lumayan cukup untuk mendukung Kepulauan Riau dalam menjaga kerukunan umat
kinerja FKUB. Secara singkat, didalam Tabel 3 beragama di Kepulauan Riau.
menjelaskan data tentang bantuan untuk FKUB Terkait tugas pengordinasian bupati/wakil
dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. bupati dan walikota/wakil walikota dalam
Tabel 3. Bantuan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk FKUB (2007-2012)

Tahun anggaran 2007 2008 2009 2010 2011 2012


Jumlah bantuan 150 juta - - - 50 juta 30 juta
Sumber: Pemprov Kepri 2012. Skema anggaran dititipkan pada DIPA Kesbang

Saat penelitian ini dilakukan, FKUB provinsi pemeliharaan kerukunan umat beragama dilakukan
sedang mengadakan upaya mendapatkan anggaran dengan menerbitkan surat yang meminta laporan dari
tambahan dari dana Anggaran Pendapatan dan masing-masing kabupaten/kota terkait kerukunan
Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) yang akan umat beragama. Meski belum semua kabupaten/kota
dibahas pada bulan September 2012. memberikan respon berupa laporan dimaksud,
Kegiatan mengoordinasikan instansi vertikal namun diantara ada yang menyampaikan laporan.
dilakukan dengan memberikan arahan pada rapat- Pemerintah Kota Tanjungpinang adalah
rapat anggota FKUB ataupun dalam kesempatan salahsatunya. Melalui Surat Nomor No. 450-
pertemuan unsur pimpinan daerah. Demikian halnya 7/BKPLPM/104-a tanggal 25 Januari 2011 tentang
dalam rapat-rapat muspida (musyawarah pimpinan laporan FKUB Tahun 2010, Walikota
daerah), gubernur dan atau wakil gubernur Tanjungpinang, Hj. Suryatati A. Manan melaporkan
memberikan arahan tentang visi dan agenda-agenda beberapa hal terkait kondisi kerukunan di Kota
kerukunan yang perlu dilakukan. Antara lain terkait Tanjungpinang dan aktivitas FKUB dan upaya
penciptaan suasana kondusif, terutama di saat ada pemeliharaan kerukunan secara umum.
kasus keagamaan tertentu di tingkat nasional yang Demikianlah beberapa peran yang dilakukan
mungkin juga berimbas ke ranah lokal. Misalnya, Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau dalam
ketika terjadi peristiwa peledakan bom atau kasus pemeliharaan kerukunan umat beragama. Meski
Ahmadiyah mengemuka sebagai wacana nasional. telah cukup banyak yang dilakukan pemerintah ini,
Misalnya, sebagai tindak lanjut, pada 14 April 2011 pendapat outsider ternyata berbeda. Misalnya Ketua
dilakukan sosialisasi SKB 3 Menteri tentang Front Pembela Islam (FPI) Kepulauan Riau, melihat
Ahmadiyah di Wisma PIH, Batam, yang pemerintah daerah kurang berperan dalam
dinarasumberi Staf Ahli Menteri Agama, Kepala pemeliharaan kerukunan. Justru upaya swadaya
Kepolisian Daerah Kepulauan Riau, dan Kepala masyarakat yang menciptakan dan mendukung
Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau. kerukunan tetap terjaga. Pemerintah dinilai kurang
Tugas menumbuhkembangkan keharmonisan, proaktif, atau lebih sekadar responsif.
saling pengertian, saling menghormati, dan saling Memang diketahui masih ada sejumlah
percaya di antara umat beragama, dilakukan dengan hambatan yang menantang peran pemda dalam
mengadakan temu tokoh agama rutin setiap pemeliharaan kerukunan. Hal itu antara lain adalah
tahunnya. Selain itu, yang agak menarik adalah kondisi lingkungan provinsi yang luas dan berpulau-
upaya menjalin komunikasi diantara pimpinan pulau, sehingga cukup sulit dalam hal
majelis-majelis agama Provinsi Kepulauan Riau. keterjangkauan, koordinasi, dan seterusnya. Selain
Bahwa pada tanggal 23 September 2010 terjadi itu, dinamika politik yang lebih menyibukkan
kesepakatan diantara pimpinan majelis-majelis (termasuk seringnya terjadi rotasi jabatan di
agama se-provinsi Kepulauan Riau, yang lingkungan pemerintah provinsi), nampaknya
ditandatangani oleh setiap pimpinan majelis agama berpengaruh pada pelaksanaan program-program
(Majelis Ulama Indonesia, Majelis Agama Kristen, kerukunan. Sebagai contoh, rotasi seorang Kepala
Majelis Agama Katolik, Majelis Agama Hindu, Badan Kesbang atau pejabat tertentu di pemerintah
Majelis Agama Buddha, dan Majelis Agama provinsi yang memiliki tugas dan fungsi pada soal
Khonghucu) serta jajaran pimpinan daerah di kerukunan umat beragama dan FKUB,
Kepulauan Riau (Ketua FKUB Provinsi Kepulauan mengakibatkan keterputusan visi dan aksi untuk
Riau, Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Riau, kerukunan atau setidaknya memerlukan waktu untuk

Peran Pemerintah Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Beragama


di Provinsi Kepulauan Riau – Akmal Salim Ruhana | 191
penyesuaian-penyesuaian. Hal ini cukup menjadi 3. fasilitasi dan pemberdayaan FKUB melalui
tantangan. Hal lain adalah soal keterbatasan APBD penganggaran operasional FKUB. Meski di
untuk FKUB dan kegiatan dalam rangka kerukunan. tingkat kota belum memiliki kantor sekretariat
Bahwa alokasi APBD banyak terserap pada pos-pos tetap (masih mengontrak sebuah ruko), namun
lain yang dinilai lebih prioritas atau menjamah telah diberikan anggaran kegiatan secukupnya.
langsung problem-problem masyarakat. 4. menyelenggarakan pertemuan tokoh lintas
Meski begitu, harus pula diakui sejumlah agama, pasca kasus Bom di GBIS Solo. Hal ini
keberhasilan yang telah dicapai selama ini. Bahwa dalam rangka menghindari ekses-ekses negatif
tetap terjaganya kerukunan di Provinsi Kepulauan bagi masyarakat Kota Tanjungpinang dan
Riau adalah suatu keberhasilan bagaimana upaya Kepulauan Riau secara umum.
pemeliharaan kerukunan dilakukan. Terwujudnya 5. melakukan sosialisasi PBM bersama FKUB,
kesepakatan diantara tokoh-tokoh agama se- misalnya pada 28 Desember 2010 di Hotel Plaza,
Kepulauan Riau terkait upaya bersama menjaga Tanjungpinang.
kerukunan umat beragama di Provinsi Kepulauan 6. Berperan serta aktif di dalam Forum Dewan
Riau, juga adalah prestasi yang tidak mudah. Kiranya Penasihat FKUB, dan forum-forum lainnya
perlu apresiasi untuk hal-hal ini. terkait pemeliharaan kerukunan misalnya dalam
Sementara itu, sebagai bagian dari forum rapat Bakor Pakem.
pemerintahan daerah, Kementerian Agama setempat Selain itu, dilakukan juga program pembinaan
berperan bersama pemerintah daerah dalam rumah ibadat, penguatan fungsi dakwah, dan
pemeliharaan kerukunan di daerah. Secara normatif penggangan keakraban dalan hubungan dengan
sebagaimana ditegaskan di dalam Pasal 3 dan 4 masyarakat.
PBM, peran Kementerian Agama membantu Peran Kementerian Agama daerah juga
pemerintah daerah dalam memelihara kerukunan. tampak pada proses penerbitan IMB, yakni pada
Dalam Pasal 14, misalnya, tampak Kementerian rekomendasi pendirian rumah ibadat. Selain itu
Agama memiliki peran penting sebagai salahsatu menerima pelaporan dalam penggunaan tempat
pihak yang dimintai rekomendasi pendirian rumah bukan rumah ibadat untuk tempat ibadat sementara.
ibadat. Demikian pula di dalam kepengurusan Sejauh ini, peran-peran semacam itu dilakukan
Dewan Penasihat FKUB, Kepala Kanwil secara mengalir. Bahwa sejumlah permohonan
Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau rekomandasi pendirian rumah ibadat masuk ke
adalah wakil ketua Dewan Penasihat FKUB provinsi. Kementerian Agama, pimpinan kerapkali
Peran-perannya adalah membantu kepala dan wakil mendiskusikannya dengan FKUB meskipun
kepala daerah dalam perumusan kebijakan dan keputusannya masing-masing.
fasilitasi FKUB.
Secara kedinasan, Kementerian Agama KESIMPULAN
Wilayah juga berperan dalam upaya pemeliharaan
kerukunan umat beragama. Hal ini selaras dengan Searah dengan permasalahan di atas, dari
tugas dan fungsinya serta misi dan visi Kanwil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal
Kementerian Agama Kepulauan Riau sendiri. sebagai berikut:
Visinya adalah “Terwujudnya Masyarakat Provinsi 1. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau telah cukup
Kepulauan Riau Taat Beragama, Rukun, Cerdas, optimal dalam upaya pemeliharaan kerukunan
Mandiri, sejahtera Lahir Batin dan Berakhlak umat beragama di wilayahnya. Peran itu
Mulia”. Sedangkan misinya mencakup salah satunya ditunjukkan dengan sejumlah program bernuansa
“Terwujudnya masyarakat provinsi Kepulauan Riau kerukunan, dan upaya harmonisasi masyarakat
taat beragama, rukun, cerdas, mandiri, sejahtera lahir umat beragama. Dukungan anggaran bagi FKUB
batin dan berakhlak mulia.” memang masih belum optimal dan perlu didorong
Diantara program yang dilakukan kantor terus, demikian pula sarana pra sarana pendukung
wilayah kementerian agama ini antara lain: kerja untuk kerukunan.
1. menyelenggarakan kegiatan Harmonisasi dan 2. Sedangkan peran Kantor Wilayah Kementerian
Temu Tokoh Umat Beragama se-Provinsi Agama Provinsi Kepulauan Riau sebagai pihak
Kepulauan Riau, pada 29 Maret s.d. 1 April 2011 pendukung dan pembantu pemerintah daerah
di Hotel Bintan Plaza Tanjungpinang. Kegiatan dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama,
ini diikuti oleh 45 orang tokoh agama Islam, cukup memadai. Hal ini setidaknya ditunjukkan
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. dengan sejumlah program terkait kerukunan umat
2. menggelar Orientasi Pengembangan Wawasan beragama termasuk program yang dilakukan oleh
Multikultural bagi Pengurus Rumah Ibadah se- Kementerian Agama pusat dan bertempat di
Kepulauan Riau. Orientasi yang bertujuan untuk provinsi ini.
mengajak umat beragama saling menghormati ini 3. Tantangan dan hambatan pelaksanaan masing-
dilaksanakan di Hotel Bintan Plaza pada 6 April masing peran antara lain cukup luasnya wilayah
2011 yang diikuti oleh 45 orang peserta. dengan kondisi alam yang cukup sulit, sebagai
provinsi kepulauan jangkauan menjadi cukup

192 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni 2015 : 185 - 194
terbatasi. Selain itu, anggaran untuk kerukunan Masyarakat, Hukum dan Agama. Bandung:
yang terbatas juga sangat membatasi, serta Pustaka Setia.
masyarakat yang masih kurang memahami Kaloh, J. 2003. Kepala Daerah: Pola Perilaku,
regulasi yang ada. Upaya yang dilakukan antara Kekuasaan, dan Perilaku Kepala Daerah,
lain dengan upaya memperbesar anggaran, dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta:
sehingga upaya sosialisasi dan menjangkau ke PT Gramedia Pustaka Utama.
daerah jauh dapat dilakukan lebih optimal. Koentjaraningrat, dkk. 2007. “Masyarakat Melayu dan
4. Meskipun tantangan kerukunan cukup besar, Budaya Melayu dalam Perubahan”. Yogya-
karta: Penerbit Adicita Karya Nusa.
namun kondisi kerukunan di Kepulauan Riau
Milner, Anthony. 2008. The Malays. United Kingdom:
tetap kondusif terpelihara. Jikapun terjadi
John Wiley and Sons.
beberapa kasus keagamaan, hal itu dapat dengan Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.
cepat tertangani dan tidak sempat membesar. Hal Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
ini kiranya menjadi bukti nyata keberhasilan Mufid, Ahmad Syafii. 2011. Taman Bunga dan Buah
upaya pemeliharaan kerukunan umat beragama di Kerukunan Itu Bernama FKUB: Pergumulan
wilayah ini. Selain itu, adanya kesepakatan para Lintas Agama Selama Lima Tahun di Jakarta.
pemuka agama untuk bersama-sama memelihara Sepuluh Tahun Pusat Kerukunan Umat
kerukunan adalah butir penting upaya para pihak. Beragama, Jakarta: PKUB.
Dari kesimpulan-kesimpulan di atas dapat Natuna, Daeng Ayub. 2011. Kearifan Budaya dan
diusulkan rekomendasi, sebagai berikut: Etnosentrisme dalam Kehidupan Masyarakat
1. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau perlu Majemuk”. Makalah disampaikan pada kegiatan
memberikan dukungan anggaran yang lebih Peningkatan Wawasan Multikultural bagi Guru-
memadai bagi FKUB termasuk sarana pra sarana Guru Agama di Kepri, yang diselenggarakan oleh
pendukung kerjanya. Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau,
2. Peran Kantor Wilayah Kementerian Agama pada 2 Mei 2011 di Hotel Harmoni One, Batam.
Provinsi Kepulauan Riau, perlu lebih Tim Penyusun. 2011. Buku Saku Sosialisasi PBM dan
ditingkatkan. Tidak sekadar mendukung atau Tanya Jawabnya (Edisi Tanya Jawab yang
membantu pemerintah daerah, melainkan Disempurnakan). Jakarta: Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI.
melakukan langkah-langkah proaktif dalam
pemeliharaan kerukunan di daerahnya.
3. Anggaran untuk pemeliharaan kerukunan umat
beragama perlu ditingkatkan, sehingga upaya
sosialisasi dan pembinaan dapat lebih luas dan
merata dilakukan. Dalam hal ini, Kementerian
Agama dan Kementerian Dalam Negeri perlu
mendorong dan mengawal proses pengalokasian
kegiatan kerukunan yang lebih memadai tersebut.
4. Para pemuka agama dan pemerintah daerah perlu
secara bersama-sama dan sinergis meningkatkan
upaya-upaya pemeliharaan kerukunan umat
beragama.

Daftar Pustaka

Al Mudra, Mahyudin. 2009. Kemelayuan dan Keislaman


di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar
Wacana Dunia Melayu bertema “Unsur
Keislaman dan Kemelayuan di Nusantara’,
Kedah, Malaysia, 11 Juni 2009. Diakses dari
http://www.mahyudinalmudra.com/work/detail/
290/Kemelayuan-dan-Keislaman-di-Indonesia,
diunduh pada 10 Juni 2012.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kepulauan Riau Dalam
Angka 2011. Jakarta: BPS Kepri.
Boedihardjo, Miriam, dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu
Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fadjar, A. Mukthie. 2005. Negara Hukum. Malang:
Bayu Media.
Ihsan Ali-Fauzi, dkk. 2011. Kontroversi Gereja di Jakarta.
Yogyakarta: CRCS.
Ismatullah, Deddy & Asep A. Sahid Gatara. 2007. Ilmu
Negara dalam Multi Perspektif: Kekuasaan,

Peran Pemerintah Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Beragama


di Provinsi Kepulauan Riau – Akmal Salim Ruhana | 193
194 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni 2015 : 185 - 194

Anda mungkin juga menyukai