Abstrak
Berdasar pada Peraturan Bersama Menteri No. 9 dan 8 Tahun 2006, pemerintah daerah memiliki tugas
khusus untuk memelihara kerukunan umat beragama di wilayahnya. Faktanya, beberapa pemerintah
daerah belum cukup peduli atas tugasnya tersebut, misalnya dalam fasilitasi FKUB (Forum Kerukunan
Umat Beragama). Penelitian ini mendalami peran Pemerintah Daerah Kepulauan Riau (termasuk kantor
Kementerian Agama wilayah) dalam memelihara kerukunan. Penelitian dengan metode kuasi kualitatif
yang mengumpulkan data dengan kajian pustaka, observasi, dan wawancara ini ditulis secara deskriptif-
analitis. Penelitian menemukan: Pemerintah Daerah Kepri dan Kanwil Kementerian Agama setempat
telah menunjukkan peran yang cukup. Meski terdapat tantangan geografis dan keterbatasan anggaran,
namun kerukunan beragama tetap nyata dalam masyarakatnya.
Kata kunci: Peraturan Bersama, peran Pemda, Kantor Kemenag, pemeliharaan kerukunan
Abstract
Based on the Join Decree No. 9 and 8 of 2006, local governments have a special duty to maintain
religious harmony in their spans of authorities. Factually, some of them have not been care enough on
the duty, such as on facilitating FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama)—the special body to
maintain religious harmony. This research elaborated the roles of Local Government of Kepulauan
Riau (include its local MoRA, Ministry of Religious Affairs) on preserving harmony. The quasi-
qualitative which was found data through literature study, observation, and interview, was written by
descriptive-analytic method, found some results: The Kepri Local Government and its local MoRA have
shown some positive roles. Though geographical difficulties and limited budget have drawbacks, but
religious harmony were a reality in its society.
Keywords: Join Decree, role of Local Govt, Local MoRA, preserving harmony.
186 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni 2015 : 185 - 194
Penelitian ini sesungguhnya merupakan Kantor Kementerian Agama, dalam konteks
kelanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya penelitian ini, adalah instansi Kementerian Agama di
yang mengkaji pelaksanaan PBM Nomor 9 dan 8 tingkat provinsi. Meski Kementerian Agama
Tahun 2006. Seperti diketahui, PBM Nomor 9 dan 8 termasuk Kementerian/Lembaga yang tidak
Tahun 2006 memiliki tiga isu utama, yakni tugas didesentralisasikan, namun Kantor Kementerian
kepala daerah/wakil kepala daerah dalam Agama di daerah dalam perannya memelihara
pemeliharaan kerukunan, pemberdayaan FKUB, dan kerukunan umat beragama senantiasa beriringan
perihal pendirian rumah ibadat. Pada tahun 2007 dengan pemerintah daerah.
Puslitbang Kehidupan Keagamaan melakukan Sedangkan pemeliharaan kerukunan umat
penelitian tentang “Efektivitas Sosialisasi PBM beragama, sebagaimana didefiniskan di dalam PBM
Nomor 9 dan 8 Tahun 2006”. Penelitian setahun pasca No. 9 dan 8 Tahun 2006, adalah upaya-bersama umat
diterbitkannya PBM ini antara lain menyimpulkan beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan,
bahwa sosialisasi PBM telah berkontribusi bagi upaya pengaturan, dan pemberdayaan umat.
pemeliharaan kerukunan umat beragama secara Berdasarkan beberapa definisi operasional di
umum. Kemudian pada tahun 2009 dilakukan atas, penelitian ini sejatinya hendak melihat
penelitian tentang “Peranan FKUB dalam Pelaksanaan pelaksanaan pasal-pasal yang berkaitan dengan peran
Pasal 8, 9, dan 10 PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006”. Pemerintah Daerah sebagaimana ditunjuk atau
Penelitian ini meneliti bagian kedua dari tiga bagian bahkan ditegaskan di dalam PBM meski terbatas
PBM, yakni ihwal FKUB. Penelitian ini antara lain hanya pada peran-peran pokok tertentu saja.
menunjukkan ada sejumlah FKUB yang telah
berperan baik, namun banyak juga yang belum cukup METODE
optimal berperan. Lalu, tahun 2010 dilakukan
penelitian tentang kasus-kasus di seputar pendirian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
rumah ibadat, dan 2011 penelitian kasus pendirian, Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
penertiban, dan penutupan rumah ibadat. Penelitian teknik wawancara, studi kepustakaan (dokumentasi)
tahun 2010-2011 ini mengkaji bagian ketiga dari dan pengamatan lapangan (observasi) dengan
PBM, yakni ihwal pendirian rumah ibadat. Penelitian- bantuan instrumen pengumpulan data. Wawancara
penelitian ini menginventarisir dan mengkaji kasus- dilakukan dengan sejumlah informan kunci di
kasus terkait rumah ibadat yang cenderung meningkat Provinsi Kepulauan Riau, yakni: Kepala Badan
dan menemukan antara lain penyebabnya, yakni tidak Kesbangpol Linmas Provinsi Kepri, Kabid
dipatuhinya ketentuan PBM, dan proses pendirian Ketahanan SBAK Kesbangpol Provinsi Kepri, Ketua
rumah ibadat yang dilakukan dengan cara-cara tidak FKUB Provinsi Kepri, Mantan Ketua FKUB
sepatutnya. Adapun distingsi kajian ini adalah Provinsi Kepri, Kepala Bagian TU dan Kasubbag
fokusnya pada peran Pemerintah Daerah yang Hukmas Infoka KUB dan Umum Kanwil
melengkapi kajian terdahulu tersebut. Karenanya, Kementerian Agama Provinsi Kepri, Pengurus MUI
penelitian ini merupakan bagian akhir dari sekuel tiga Provinsi Kepri, serta tokoh agama Islam-Buddha-
substansi PBM. Kristen di Kepulauan Riau. Wawancara jarak jauh
Peran, dalam konteks ini, adalah apa yang dengan telepon juga dilakukan untuk menyiasati
telah dan sedang dilakukan oleh subyek. Secara jauhnya lokasi narasumber (bahwa ada dua kota
spesifik, sebagaimana diindikasikan di dalam pasal- penting di Kepri, yakni Batam dan Tanjungpinang).
pasal PBM, peran-peran itu mencakup hal fasilitasi, Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan
koordinasi, dan sinkronisasi. Sedangkan peran referensi terkait dari sejumlah toko buku,
Pemda dalam PBM berarti peran-peran terkait perpustakaan daerah, dan dunia-maya. Termasuk
pemeliharaan, pemberdayaan, penyelesaian referensi itu adalah peraturan gubernur, peraturan
perselisihan, pengawasan dan pelaporan. Meski hal- Menteri Dalam Negeri, dan perda terkait, serta
hal tersebut banyak tersebar dalam banyak pasal, berkas-berkas laporan kegiatan kerukunan umat
tulisan ini hanya membatasi pada peran-peran utama- beragama di Pemerintah Daerah dan Kantor Wilayah
substantif para pihak. Kementerian Agama. Sedangkan observasi
Pemerintahan daerah, sebagaimana (pengamatan kondisi) dilakukan langsung ke titik-
didefinisikan dalam Undang-Undang 32 tahun 2004 titik penting yang mendukung penelitian ini, antara
tentang Pemerintahan Daerah, adalah lain: kantor-kantor pemerintahan provinsi dan kota,
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh kantor kementerian agama provinsi dan kota,
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi kantor/sekretariat FKUB, dan tempat lainnya.
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi Data kemudian dinalisis secara deskriptif-
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara analitik, melalui tahap-tahap editing, klasifikasi data,
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud reduksi data, dan interpretasi untuk memperoleh
dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik kesimpulan. Interpretasi data dalam upaya analisis
Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah adalah dilakukan dengan bantuan teori sosial terkait, juga
gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur seperangkat regulasi yang berlaku, baik PBM No. 9
penyelenggara pemerintahan daerah. dan 8 Tahun 2006, Pergub No. 5 Tahun 2011,
188 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni 2015 : 185 - 194
Islam dan identitas Melayu saling berpadu, 1. memelihara ketenteraman dan ketertiban
sebagaimana istilah “menjadi orang Melayu berarti masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya
menjadi Muslim” (Milner, 2008 dan Al Mudra, kerukunan umat beragama di provinsi;
2009). Saat ini memang Kepulauan Riau sudah 2. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di
menjadi lebih multikultural-multirelijius dengan provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat
berkembangnya agama-agama lain, seperti Buddha, beragama;
Kristen, dan Katolik. Namun, sebagaimana tipikal di 3. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling
daerah lainnya, data-data keagamaan dari berbagai pengertian, saling menghormati, dan saling
sumber di provinsi ini ternyata tidak sama antar satu percaya di antara umat beragama; dan
sumber dengan sumber lainnya. Misalnya, jumlah 4. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil
pemeluk agama dan jumlah rumah ibadat disuguhkan bupati dan walikota/wakil walikota dalam
secara beragam oleh BPS, Dinas Kependudukan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
Catatan Sipil, serta Kantor Wilayah Kementerian ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam
Agama setempat. Pada Tabel 1 menjelaskan kehidupan beragama.
selengkapnya dengan gambaran perbandingan Tugas memelihara ketenteraman dan
beberapa sumber. ketertiban masyarakat diwujudkan dengan penguatan
Paparan perbandingan data dari tiga sumber regulasi dan sejumlah program kegiatan. Bahwa
ini menunjukkan perbedaan (selisih) yang cukup PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006 yang secara tegas
signifikan. Jika data Biro Pusat Statistik (BPS) menunjuk peran Pemerintah Daerah dalam
menyebutkan Buddha sebagai mayoritas-kedua, pada pemeliharaan kerukunan umat beragama, merupakan
data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil regulasi yang berlaku efektif dan telah cukup
(Disdukcapil) dan Kementerian Agama setempat dipahami. Untuk menguatkannya di tingkat lokal,
menunjukkan agama Kristen yang banyak dipeluk sesuai perintah Pasal 12 PBM, di Kepulauan Riau
masyarakat Kepulauan Riau setelah agama Islam. telah diterbitkan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun
Data yang juga berbeda ditunjukkan oleh 2011 tentang Forum Kerukunan Umat Beragama dan
hasil sensus penduduk 2010 (BPS RI). Dalam data Pendirian Rumah Ibadat Provinsi Kepulauan Riau.
hasil sensus tersebut disebutkan pemeluk Islam Pergub ini ada beda dan kelebihannya dibanding
1.332.201 jiwa (79,34%), Kristen 187.576 jiwa PBM, yakni mengatur pembentukan FKUB di
(11,17%), Katolik 38.252 jiwa (2,28%), Hindu 1.541 tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan.
jiwa (0,09%), Buddha 111.730 jiwa (6,65%), Dengan demikian, saat ini di semua kecamatan di
Khonghucu 3.389 jiwa (0,20%), dan Lainnya 198 Kepulauan Riau telah terbentuk FKUB Kecamatan
jiwa, sehingga total pendu¬duk beragama di meski tugasnya lebih sebagai pendukung tugas dan
Kepulauan Riau berjumlah 1.679.163 jiwa. Uniknya, peran FKUB kabupaten/kota.
data BPS melalui SP 2010 ini lebih dekat Sayangnya, terdapat kesalahan yang luput dari
kesamaannya dengan data Disdukcapil dan Kemenag penyusunnya terkait Pasal 4 Pergub yang ditandatangi
daripada data BPS tersebut di atas. Gubernur Kepulauan Riau tersebut, yang memuat
Sedangkan data tentang jumlah rumah ibadat, kalimat sebagai berikut:
juga dengan gambaran perbandingan dari beberapa (1) Pemiliharaan kerukunan umat beragama di
sumber data dapat dilihat pada Tabel 2. Kabupaten/Kota menjadi tugas dan kewajiban
Bupati/ Walikota se- Provinsi Kepulauan Riau.
Peran Pemda dan Kantor Kemenag dalam (2) Tugas dan kewajiban Bupati/Walikota
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Sebagai provinsi ke-32 di Indonesia yang dilaksanakan oleh Kepala Kantor Kementerian
dibentuk tahun 2005, Kepulauan Riau merupakan Agama Kabupaten/Kota se Provinsi Kepulauan
provinsi yang telah, sedang, dan akan terus aktif Riau.
membangun daerahnya. Terlebih, sebagai provinsi Dengan kalimat “dilaksanakan oleh” berarti
kepulauan yang berhadapan langsung dengan negara- bermakna mendelegasikan tugas. Padahal di dalam
negara lain, Kepulauan Riau merupakan daerah yang PBM redaksi ihwal serupa termuat di pasal 4 dengan
sangat potensial secara ekonomi. Karenanya kalimat “dibantu oleh” sehingga Kakanwil berperan
ketentraman dan kerukunan adalah menjadi prasyarat membantu kepala daerah. Pada faktanya memang
utama terwujudnya pembangunan tersebut. Untuk Kakanwil Agama Kepualuan Riau membantu
itu, pemerintah daerah menegaskan urgensi Gubernur Kepulauan Riau dalam pemeliharaan
ketentraman dan kerukunan tersebut dengan upaya- kerukunan umat beragama, sehingga kesalahan ini
upaya sadar dan berkelanjutan. dipahami sebagai kekeliruan redaksional saja
Secara normatif, tugas kepala daerah dalam (Wawancara dengan Bp. I, Kabid pada Badan
pemeliharaan kerukunan umat beragama tercantum Kesbanglinmas Provinsi Kepulauan Riau pada 8 Juni
dalam PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006, pada Pasal 2012).
5 Ayat (1), yang menegaskan tugas dan kewajiban Di tingkat provinsi saat ini telah dikukuhkan
gubernur, yakni: pengurus FKUB periode 2011-2016 berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Nomor 493 Tahun 2011
tanggal 9 November 2011, yang juga mengangkat Kepri dengan gubernur. Selain itu, dewan penasihat
Dewan Penasihat FKUB Provinsi Kepri di mana terlibat dan berperan dalam perumusan-perumusan
Wakil Gubernur berperan sebagai ketuanya. FKUB kebijakan terkait kerukunan, misalnya ketika
Provinsi Kepri selengkapnya berjumlah 21 orang, perumusan kesepakatan diantara tokoh-tokoh agama
terdiri atas pemuka agama secara proporsional dari se-Kepri, terkait upaya bersama menjaga kerukunan
jumlah pemeluk agama di Provinsi Kepulauan Riau. umat beragama di Prov. Kepulauan Riau.
FKUB Provinsi Kepulauan Riau (2011-2016) Adapun susunan lengkap Dewan Penasihat
beranggotakan dua orang dari Kristen, satu Katolik, FKUB Provinsi Kepulauan Riau adalah sebagai
dua Buddha, satu Hindu, satu Khonghucu, dan berikut: Gubernur Kepulauan Riau (Pengarah),
lainnya dari Islam. Wakil Gubernur Kepulauan Riau (Ketua), Kakanwil
Sedangkan Dewan Penasihat FKUB Provinsi Kementerian Agama (Wakil Ketua), Kaban
Kepulauan Riau diangkat dengan Surat Keputusan Kesbangpol dan Linmas (Sekretaris), dan sejumlah
Gubernur Nomor 493 Tahun 2011 tanggal 9 anggota terdiri atas: Kakanwil Kementerian Hukum
November 2011. Peran dewan penasihat, dan HAM, Danrem 033 Wira Pratama, Kapolda,
sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 11 Ayat (2) Kepala Kejaksaan Tinggi, Kepala Biro Hukum
PBM, adalah sebagai berikut: Setdaprov, Kepala Biro Administrasi Pemerintahan
(2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana Setdaprov., Kepala Biro Kesra Setdaprov., dan
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: Kepala Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi.
a. membantu kepala daerah dalam merumuskan Adapun program kegiatan yang pernah
kebijakan pemeliharaan kerukunan umat dilakukan dalam kerangka pemeliharaan dan
beragama; dan fasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di
b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan provinsi, antara lain sebagai berikut:
pemerintah daerah dan hubungan antar 1. mengadakan rapat-rapat rutin dengan anggota
sesama instansi pemerintah di daerah dalam FKUB Provinsi Kepri.
pemeliharaan kerukunan umat beragama. 2. memfasilitasi ruang Sekretariat FKUB. Kantor
Wakil gubernur melakukan perannya sebagai Sekretariat FKUB Provinsi Kepulauan Riau
dewan penasihat misalnya dengan memfasilitasi berlokasi di samping gedung Kantor Wilayah
pertemuan audiensi antara pengurus FKUB Prov. Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau.
190 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni 2015 : 185 - 194
Hanya saja gedung tersebut memang belum Gubernur Kepulauan Riau, dan Kepala Kepolisian
dimaksimalkan, karena belum ada alat tulis Daerah Provinsi Kepulauan Riau).
kantor (ATK) dan prasarana pendukung selain Diantara butir-butir penting kesepakatan itu
soal lokasi yang dinilai terlalu jauh dari pusat adalah: sepakat untuk senantiasa memelihara
kota. kerukunan, sepakat untuk tidak terpengaruh dengan
3. sosialisasi PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006 untuk peristiwa-peristiwa di luar Kepulauan Riau, sepakat
para pengurus FKUB kabupaten/kota. untuk mentaati PBM No. 9 dan 8 Tahun 2006, dan
4. memberikan anggaran untuk operasional FKUB, sepakat untuk bersama Pemerintah Provinsi
yang dinilai lumayan cukup untuk mendukung Kepulauan Riau dalam menjaga kerukunan umat
kinerja FKUB. Secara singkat, didalam Tabel 3 beragama di Kepulauan Riau.
menjelaskan data tentang bantuan untuk FKUB Terkait tugas pengordinasian bupati/wakil
dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. bupati dan walikota/wakil walikota dalam
Tabel 3. Bantuan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk FKUB (2007-2012)
Saat penelitian ini dilakukan, FKUB provinsi pemeliharaan kerukunan umat beragama dilakukan
sedang mengadakan upaya mendapatkan anggaran dengan menerbitkan surat yang meminta laporan dari
tambahan dari dana Anggaran Pendapatan dan masing-masing kabupaten/kota terkait kerukunan
Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) yang akan umat beragama. Meski belum semua kabupaten/kota
dibahas pada bulan September 2012. memberikan respon berupa laporan dimaksud,
Kegiatan mengoordinasikan instansi vertikal namun diantara ada yang menyampaikan laporan.
dilakukan dengan memberikan arahan pada rapat- Pemerintah Kota Tanjungpinang adalah
rapat anggota FKUB ataupun dalam kesempatan salahsatunya. Melalui Surat Nomor No. 450-
pertemuan unsur pimpinan daerah. Demikian halnya 7/BKPLPM/104-a tanggal 25 Januari 2011 tentang
dalam rapat-rapat muspida (musyawarah pimpinan laporan FKUB Tahun 2010, Walikota
daerah), gubernur dan atau wakil gubernur Tanjungpinang, Hj. Suryatati A. Manan melaporkan
memberikan arahan tentang visi dan agenda-agenda beberapa hal terkait kondisi kerukunan di Kota
kerukunan yang perlu dilakukan. Antara lain terkait Tanjungpinang dan aktivitas FKUB dan upaya
penciptaan suasana kondusif, terutama di saat ada pemeliharaan kerukunan secara umum.
kasus keagamaan tertentu di tingkat nasional yang Demikianlah beberapa peran yang dilakukan
mungkin juga berimbas ke ranah lokal. Misalnya, Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau dalam
ketika terjadi peristiwa peledakan bom atau kasus pemeliharaan kerukunan umat beragama. Meski
Ahmadiyah mengemuka sebagai wacana nasional. telah cukup banyak yang dilakukan pemerintah ini,
Misalnya, sebagai tindak lanjut, pada 14 April 2011 pendapat outsider ternyata berbeda. Misalnya Ketua
dilakukan sosialisasi SKB 3 Menteri tentang Front Pembela Islam (FPI) Kepulauan Riau, melihat
Ahmadiyah di Wisma PIH, Batam, yang pemerintah daerah kurang berperan dalam
dinarasumberi Staf Ahli Menteri Agama, Kepala pemeliharaan kerukunan. Justru upaya swadaya
Kepolisian Daerah Kepulauan Riau, dan Kepala masyarakat yang menciptakan dan mendukung
Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau. kerukunan tetap terjaga. Pemerintah dinilai kurang
Tugas menumbuhkembangkan keharmonisan, proaktif, atau lebih sekadar responsif.
saling pengertian, saling menghormati, dan saling Memang diketahui masih ada sejumlah
percaya di antara umat beragama, dilakukan dengan hambatan yang menantang peran pemda dalam
mengadakan temu tokoh agama rutin setiap pemeliharaan kerukunan. Hal itu antara lain adalah
tahunnya. Selain itu, yang agak menarik adalah kondisi lingkungan provinsi yang luas dan berpulau-
upaya menjalin komunikasi diantara pimpinan pulau, sehingga cukup sulit dalam hal
majelis-majelis agama Provinsi Kepulauan Riau. keterjangkauan, koordinasi, dan seterusnya. Selain
Bahwa pada tanggal 23 September 2010 terjadi itu, dinamika politik yang lebih menyibukkan
kesepakatan diantara pimpinan majelis-majelis (termasuk seringnya terjadi rotasi jabatan di
agama se-provinsi Kepulauan Riau, yang lingkungan pemerintah provinsi), nampaknya
ditandatangani oleh setiap pimpinan majelis agama berpengaruh pada pelaksanaan program-program
(Majelis Ulama Indonesia, Majelis Agama Kristen, kerukunan. Sebagai contoh, rotasi seorang Kepala
Majelis Agama Katolik, Majelis Agama Hindu, Badan Kesbang atau pejabat tertentu di pemerintah
Majelis Agama Buddha, dan Majelis Agama provinsi yang memiliki tugas dan fungsi pada soal
Khonghucu) serta jajaran pimpinan daerah di kerukunan umat beragama dan FKUB,
Kepulauan Riau (Ketua FKUB Provinsi Kepulauan mengakibatkan keterputusan visi dan aksi untuk
Riau, Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Riau, kerukunan atau setidaknya memerlukan waktu untuk
192 | Jurnal Bina Praja | Volume 7 Nomor 2 Edisi Juni 2015 : 185 - 194
terbatasi. Selain itu, anggaran untuk kerukunan Masyarakat, Hukum dan Agama. Bandung:
yang terbatas juga sangat membatasi, serta Pustaka Setia.
masyarakat yang masih kurang memahami Kaloh, J. 2003. Kepala Daerah: Pola Perilaku,
regulasi yang ada. Upaya yang dilakukan antara Kekuasaan, dan Perilaku Kepala Daerah,
lain dengan upaya memperbesar anggaran, dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta:
sehingga upaya sosialisasi dan menjangkau ke PT Gramedia Pustaka Utama.
daerah jauh dapat dilakukan lebih optimal. Koentjaraningrat, dkk. 2007. “Masyarakat Melayu dan
4. Meskipun tantangan kerukunan cukup besar, Budaya Melayu dalam Perubahan”. Yogya-
karta: Penerbit Adicita Karya Nusa.
namun kondisi kerukunan di Kepulauan Riau
Milner, Anthony. 2008. The Malays. United Kingdom:
tetap kondusif terpelihara. Jikapun terjadi
John Wiley and Sons.
beberapa kasus keagamaan, hal itu dapat dengan Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.
cepat tertangani dan tidak sempat membesar. Hal Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
ini kiranya menjadi bukti nyata keberhasilan Mufid, Ahmad Syafii. 2011. Taman Bunga dan Buah
upaya pemeliharaan kerukunan umat beragama di Kerukunan Itu Bernama FKUB: Pergumulan
wilayah ini. Selain itu, adanya kesepakatan para Lintas Agama Selama Lima Tahun di Jakarta.
pemuka agama untuk bersama-sama memelihara Sepuluh Tahun Pusat Kerukunan Umat
kerukunan adalah butir penting upaya para pihak. Beragama, Jakarta: PKUB.
Dari kesimpulan-kesimpulan di atas dapat Natuna, Daeng Ayub. 2011. Kearifan Budaya dan
diusulkan rekomendasi, sebagai berikut: Etnosentrisme dalam Kehidupan Masyarakat
1. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau perlu Majemuk”. Makalah disampaikan pada kegiatan
memberikan dukungan anggaran yang lebih Peningkatan Wawasan Multikultural bagi Guru-
memadai bagi FKUB termasuk sarana pra sarana Guru Agama di Kepri, yang diselenggarakan oleh
pendukung kerjanya. Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau,
2. Peran Kantor Wilayah Kementerian Agama pada 2 Mei 2011 di Hotel Harmoni One, Batam.
Provinsi Kepulauan Riau, perlu lebih Tim Penyusun. 2011. Buku Saku Sosialisasi PBM dan
ditingkatkan. Tidak sekadar mendukung atau Tanya Jawabnya (Edisi Tanya Jawab yang
membantu pemerintah daerah, melainkan Disempurnakan). Jakarta: Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI.
melakukan langkah-langkah proaktif dalam
pemeliharaan kerukunan di daerahnya.
3. Anggaran untuk pemeliharaan kerukunan umat
beragama perlu ditingkatkan, sehingga upaya
sosialisasi dan pembinaan dapat lebih luas dan
merata dilakukan. Dalam hal ini, Kementerian
Agama dan Kementerian Dalam Negeri perlu
mendorong dan mengawal proses pengalokasian
kegiatan kerukunan yang lebih memadai tersebut.
4. Para pemuka agama dan pemerintah daerah perlu
secara bersama-sama dan sinergis meningkatkan
upaya-upaya pemeliharaan kerukunan umat
beragama.
Daftar Pustaka