Anda di halaman 1dari 3

Contoh Teks Eksposisi Tentang Ekonomi

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tesis :
Perkembangan ekonomi Indonesia tetap menunjukkkan hasil yang efektif walaupun keadaan
ekonomi di dunia sedang mengalami krisis. Peningkatan ekonomi tersebut kurang lebih 6,4 %
lebih baik dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut dibuktikan bedasarkan catatan suku tahun.
Perkembangan ekonomi Indonesia tercatat 57,5% untuk wilayah pulau Jawa. Hal tersebut
membuat Pulau Jawa menjadi pusat perkembangan ekonomi. Jika dikumpulkan menjadi satu
maka perkembangan semester 1 pada tahun 2016 lebih baik daripada semeter 1 tahun 2015
yang hanya berkembang sebanyak 6,3%.

Argumentasi :
Walaupun demikian perkembangan ekonomi Indonesia mengalami ketidaknormalan. Hal
tersebut dikemukakan oleh peneliti ekonomi Indonesia for global justice yang bernama
Salamuddin Daeng. Salamuddin Daeng berpandangan bahwa perkembangan ekonomi yang
terjadi di Indonesia tidak diimbangi dengan perkembangan kesejahteraan rakyat. Adapula
faktor lain yang membuat perkembangan ekonomi Indonesia mengalami ketidaknormalan.

Faktor tersebut dapat dibagi menjadi empat yaitu perkembangan ekonomi dapat dipengaruhi
oleh daya konsumsi rakyat yang berlebihan, semakin banyaknya hutang Indonesia yang
bertujuan untuk mengembangkan perekonomian rakyat, sumber daya alam Indonesia semakin
dikuasai oleh pihak asing karena banyaknya penanaman modal asing di negara Indonesia,
maupun adanya ekspor bahan mentah keluar negri yang semakin meningkat jumlahnya.

Selain Salamuddin Daeng adapula peneliti ekonomi dari Universitas Gajah Mada yang
bernama A. Tony Prasetiantono yang berpendapat bahwa perkembangan ekonomi Indonesia
ditopang oleh area dalam negeri. Namun akibat dari krisis global yang terjadi maka membut
ekspor pada suku ke tiga maupun keempat tahun ini menurun serta terjadinya penurunan
angka perdagangan di Indonesia. Menurutnya hanya sedikit jumlah angka donatur ekspor
terhadap PDB.

Penegasan Ulang :
Dengan tingkat biaya yang lebih besar dengan tingkat aspirasi pemerintah yang cepat dapat
mendukung perkembangan Indonesia sesuai pendapat dari A. Tony Prasetiantono. Hal
tersebut dapat membuat indikator perubahan ekonomi menjadi kurang dari 5%. Jika tingkat
inflasi menurun maka jumlah tunjangan akan semakin membesar.
Kemacetan dan Masa Depan Kota
By: Novi Ermawati

Tesis :
Transportasi didefinisikan oleh para ahli sebagai kebutuhan turunan dari berbagai
kegiatan ekonomi maupun sosial (lihat misalnya Morlock, 1985). Tipe kegiatan sosial
ekonomi yang berbeda akan memiliki dampak kegiatan transportasi yang berbeda pula.

Argumentasi :
Kegiatan transportasi harian relatif menimbulkan pergerakan yang bersifat berulang,
misalnya yang terjadi pada para pekerja dan mereka yang menempuh pendidikan di sekolah.
Di Yogyakarta, kota kita tercinta ini, kemacetan terjadi setiap hari pada titik-titik yang
menjadi jalur pergerakan para pekerja dan siswa dari tempat tinggal menuju lokasi kerja dan
sekolah.

Kemacetan yang berulang pada jangka lebih panjang cenderung terjadi pada musim
liburan maupun lebaran. Pada tahap kedatangan dan kepulangan, kemacetan parah akan
terjadi pada jalan-jalan arah luar kota (misalnya Jalan Magelang, Jalan Solo, Jalan Palagan
dan Jalan Wates). Pada rentang di antara masa tersebut, kemacetan dapat dirasakan di pusat
kota sebagai lokasi menginap dan tujuan wisata (seperti Malioboro, Prawirotaman), serta
jalan-jalan menuju objek wisata, seperti Jalan Parangtritis.

Pengegasan Ulang :
Kemacetan harian yang dominan ditimbulkan oleh aktivitas masyarakat dalam lingkup
internal. Kemacetan yang berulang setiap hari merupakan ekses dari pola tempat tinggal,
bekerja dan bersekolah. Upaya mendekatkan lokasi tempat tinggal dengan lokasi kegiatan
merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan. Bentuknya dapat berupa pemberian
insentif tempat tinggal berupa rumah susun sewa maupun milik yang cukup nyaman untuk
beraktivitas. Selama ini sepertinya belum ada upaya pengaturan pola berkegiatan yang
sistematis.
Contoh Teks Eksposisi
Kemacetan dan Masa Depan Kota

Transportasi didefinisikan oleh para ahli sebagai kebutuhan turunan dari berbagai
kegiatan ekonomi maupun sosial (lihat misalnya Morlock, 1985). Tipe kegiatan sosial
ekonomi yang berbeda akan memiliki dampak kegiatan transportasi yang berbeda
pula.
Kegiatan transportasi harian relatif menimbulkan pergerakan yang bersifat
berulang, misalnya yang terjadi pada para pekerja dan mereka yang menempuh
pendidikan di sekolah. Di Yogyakarta, kota kita tercinta ini, kemacetan terjadi setiap
hari pada titik-titik yang menjadi jalur pergerakan para pekerja dan siswa dari tempat tinggal
menuju lokasi kerja dan sekolah. Di bagian utara, termasuk Sleman misalnya, kemacetan
setiap pagi dan sore dapat dirasakan misalnya pada ruas Jalan Nyi Condrolukito (AM
Sangaji), Jalan Affandi (Gejayan), serta Jalan Kaliurang terutama pada persimpangan dengan
Jalan Lingkar Utara. Hal yang sama terjadi pada wilayah lain yang memiliki para pekerja dan
anak sekolah relatif besar di Kota Yogyakarta, misalnya Bantul. Seperti diketahui, ketiga
wilayah ini memiliki keterkaitan kegiatan sosial ekonomi yang erat, yang membentuk
aglomerasi wilayah Yogyakarta-Sleman-Bantul (Kartamantul).
Kemacetan yang berulang pada jangka lebih panjang cenderung terjadi pada
musim liburan maupun lebaran. Pada tahap kedatangan dan kepulangan, kemacetan parah
akan terjadi pada jalan-jalan arah luar kota (misalnya Jalan Magelang, Jalan Solo, Jalan
Palagan dan Jalan Wates). Pada rentang di antara masa tersebut, kemacetan dapat dirasakan
di pusat kota sebagai lokasi menginap dan tujuan wisata (seperti Malioboro, Prawirotaman),
serta jalan-jalan menuju objek wisata, seperti Jalan Parangtritis.
Kemacetan harian yang dominan ditimbulkan oleh aktivitas masyarakat dalam lingkup
internal. Kemacetan yang berulang setiap hari merupakan ekses dari pola tempat
tinggal, bekerja dan bersekolah. Upaya mendekatkan lokasi tempat tinggal dengan
lokasi kegiatan merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan. Bentuknya dapat
berupa pemberian insentif tempat tinggal berupa rumah susun sewa maupun milik
yang cukup nyaman untuk beraktivitas. Selama ini sepertinya belum ada upaya
pengaturan pola berkegiatan yang sistematis.

Analisis struktur teks Kemacetan dan Masa Depan Kota


Tesis Tipe kegiatan sosial ekonomi yang berbeda akan memiliki dampak
kegiatan transportasi yang berbeda pula.

Argumentasi Kegiatan transportasi harian relatif menimbulkan pergerakan yang


bersifat berulang, misalnya yang terjadi pada para pekerja dan
mereka yang menempuh pendidikan di sekolah.
Kemacetan yang berulang pada jangka lebih panjang cenderung
terjadi pada musim liburan maupun lebaran.
Penegasan Kemacetan yang berulang setiap hari merupakan ekses dari pola
Ulang tempat tinggal, bekerja dan bersekolah. Upaya mendekatkan lokasi
Pendapat tempat tinggal dengan lokasi kegiatan merupakan salah satu solusi
yang dapat dilakukan. Bentuknya dapat berupa pemberian insentif
tempat tinggal berupa rumah susun sewa maupun milik yang cukup
nyaman untuk beraktivitas.

Anda mungkin juga menyukai