Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

DI RUANG RENGGANIS

RSUD dr. H. KOESNADI BONDOWOSO

DISUSUN OLEH :

Luluk Wahyuni

(14201.09.17031)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PADJARAKAN – PROBOLINGGO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A. Anatomi Fisiologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang belakang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan
organ lain karena berbentuk cairan.

Darah merupakan medium transpor tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10%
berat badan manusia normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-
tiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau
pembuluh darah. Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut:

1. Plasma darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah.
2. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini:
a. Eritrosit: sel darah merah (SDM-red blood cell)
Sel darah merah atau eritrosit merupakan cairan bikonkaf dengan diameter
sekitar 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel
secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warnanya kuning
kemerah-merahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin. Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria dan ribosom, serta
tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel
atau pembentukan protein.
Eritrosit hidup selama 74-154 hari. Pada usiaa ini sistem enzim mereka gagal,
membrane sel berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh sel
sistem retikulo endotelial. Jumlah normal pada dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam
100cc darah. normal hb wanita 11,5 mg% dan HB laki-laki 13,0 mg%.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya
yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap dari paru-paru. Pada saat
darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat
karbondioksida.
Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di
dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang
lolos dihancurkan oleh hati. Hati mentimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang
kemudian di angkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah
yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan
sekali.
b. Leukosit: sel darah putih (SDP-white blood cell)
Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah jumlahnya dalam
setiap 13 darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih
memiliki inti (nucleus). Sebagian sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah,
membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai system ketahanan tubuh.

Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang penting. Sel
darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (+60%). Tugasnya adalah memerangi
bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu
butir-butir didalam sel segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan
mencegah bakteri berkembang biak. Sel darah putih mengandung +5% eosinofil.
Fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat
pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.

Basofil yang menyusun 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah
terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 s\d 30% kadungan sel
darah putih adalah trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibody, suatu protein
yang membantu tubuh memerangi penyakit. Monosit bertugas mengepung bakteri.
Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih. Tubuh mengatur banyak sel darah
putih yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. Jika kita kehilangan darah, tubuh akan
segera membentuk sel-sel darah untuk menggantinya. Jika kita mengalami infeksi,
maka tubuh akan membentuk lebih banyak sel darah putih untuk memeranginya.

c. Trombosit: butir pembeku darah-platelet


Trombosit (juga disebut Platelet atau keping darah) adalah sel-sel berbentuk
oval kecil yang dibuat di sumsum tulang. Trombosit memiliki fungsi membantu dalam
proses pembekuan. Ketika pembuluh darah pecah, trombosit berkumpul di daerah dan
membantu menutup kebocoran. Ketika pendarahan dari luka tiba-tiba terjadi, trombosit
berkumpul di luka dan berusaha untuk memblokir aliran darah. Mineral kalsium,
vitamin K, dan protein yang disebut fibrinogen membantu trombosit membentuk
gumpalan.
Trombosit bertahan hidup hanya sekitar 9 hari dalam aliran darah dan secara
konstan akan digantikan oleh sel-sel baru. Protein penting yang disebut faktor
pembekuan sangat penting untuk proses pembekuan. Trombosit bisa menutup
kebocoran pembuluh darah kecil dan untuk sementara menghentikan atau
memperlambat pendarahan, dengan adanya faktor pembekuan darah menghasilkan
penggumpalan yang kuat dan stabil.
Jika jumlah trombosit terlalu rendah, perdarahan yang berlebihan dapat terjadi.
Namun, jika jumlah trombosit terlalu tinggi, dapat terbentuk pembekuan darah
(trombosis), yang dapat menghambat pembuluh darah dan mengakibatkan peristiwa
seperti stroke, infark miokard, emboli paru atau penyumbatan pembuluh darah ke
bagian lain dari tubuh , seperti ujung-ujung lengan atau kaki. Suatu kelainan atau
penyakit dari trombosit disebut thrombocytopathy.
Fungsi darah adalah:

1. Mengedarkan sari-sari makanan keseluruh tubuh


2. Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
3. Mengangkut karbondioksida ke paru-paru
4. Mengedarkan hormone
(Syaifuddin, 2012)

B. Definisi
DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypty (Nurarif & Kusuma, 2013). DHF ialah penyakit demam akut
terutama menyerang pada anak-anak dengan manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan syok yang dapat menimbulkan kematian (Depkes, 2006). Dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 2010).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Dengue Haemoragic Fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
menyerang pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam./
C. Etiologi
Penyebab DHF adalah virus dengue sejenis arbovirus, yang dibawa oleh nyamuk
Aedes Aegypti sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Virus
dengue penyebab demam berdarah termasuk group B Arthropod borne virus (arbovirusess)
dan sekarang dikenal sebagai genus flavirus, family flaviviridae dan mempunyai 4 serotipe,
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotype yang
paling banyak sebagai penyebab. Penularan melibatkan tiga faktor yaitu manusia, virus, dan
perantara. Nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia baik secara
langsung, yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia, maupun secara
tidak langsung setelah mengalami masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada
manusia diperlukan waktu 4-6 hari atau 13-14 hari sebelum menjadi sakit setelah virus
masuk dalam tubuh (Suhendro, 2009).
D. Klasifikasi
Berdasarkan derajat beratnya penyakit secara klinis, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi 4 derajat (WHO, 2012):
1. Derajat I (Ringan)
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain, dengan manifestasi tanpa perdarahan
atau perdarahan ringan yaitu tes tourniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II (Sedang)
Golongan ini lebih berat dari derajat I karena ditemukan perdarahan pada kulit dan disertai
pula perdarahan spontan lain, yaitu epistaksis (mimisan), perdarahan gusi, hematemesis
atau mekna (muntah darah).
3. Derajat III (Berat)
Penderita mengalami syok dengan gejala klinik pada derajat I & II, serta ditemukan
kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah,
sianosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan)
4. Dejarat IV
Penderita syok berat dengan tekanan darah yang tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DHF hampir sama seperti infeksi virus lain, maka DHF juga merupakan self
limiting infection diseaser yang akan berakhir sekitar 2-7 hari.

1. Masa inkubasi
Sesudah nyamuk mengigit penderita dan memasukkan virus dengue ke dalam kulit,
berlangsung masa laten selama 4-5 hari diikuti timbulnya gejala demam, sakit kepala, dan
malaise. Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam
berdarah sebagai berikut:
2. Demam
Demam secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari (38-400C), kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Pada fase awal ditandai dengan demam mendadak
tinggi dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak bereaksi terhadap pemberian
antipiretik (mungkin hanya turun sedikit kemudian naik kembali). Bersamaan dengan demam
muncul kemerahan di muka, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, muntah, nyeri ulu hati.
selanjutnya, muncul gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri
punggung, nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah. Bila tidak disertai syok
maka panas akan turun dan penderita sembuh sendiri (self limiting).

3. Perdarahan
a. Perdarahan disebabkan karena kurangnya trombosit (trombositopeni), biasanya terjadi
pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada fungsi vena kulit. Pada uji
torniquet, tampak adanya bintik-bintik merah (purpura) dan ptechi.
b. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis.
c. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
Perdarahan juga dapat mengenai semua organ: echymosis, perdarahan konjungtiva,
epistaksis (mimisan), perdarahan gusi, hematemesis, melena (buang air besar berwarna
hitam berupa lendir bercampur darah) dan hematuria (darah dalam urin).
4. Hepatomegali
Pada permulaan demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di
perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.

5. Dengue shock Syndrom (Syok)


Shock Syndrome adalah syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorraghic Fever
(DHF). 30-50% penderita DHF mengalami renjatan yang berakhir dengan suatu kematian
terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat. Syok pada DBD terjadi karena
kebocoran pembuluh darah sehingga cairan plasma darah dapat merembes keluar dari
pembuluh darah dan berkumpul di rongga-rongga tubuh yaitu ronga perut dan rongga dada.
Akibatnya pembuluh darah menjadi kolaps dan jalan mengatasinya ialah dengan infuse.
6. Leukosit
Jumlah leukosit dapat normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi sel
neutrofil. Selanjutnya pada akhir fase demam, jumlah leukosit dan sel neutrofil bersama-
sama menurun sehingga jumlah sel limfosit secara relatif meningkat. Peningkatan jumlah sel
lifosit atipikal atau limfosit plasma biru >15 % dapat dijumpai pada hari sakit ketiga, sebelum
suhu tubuh turun atau sebelum syok terjadi.
7. Trombositopeni
Jumlah trombosit <150.000 /mm3 dan terjadi pada hari ke-3 sampai ke-7.
8. Hemokonsentrasi
Meningkatnya nilai hematokrit diatas 20% dari normal dan merupakan indikator
kemungkinan terjadinya syok.
9. Gejala-gejala lain:
a. Mual muntah,
b. Anoreksia
c. Sakit perut
d. Diare atau konstipasi
e. Menggigil
f. Kejang
g. Sakit kepala
h. Penurunan kesadaran
i. Muncul bintik merah pada kulit (petechie) (Bruce, 2010).
Terdapat 3 fase pada penyakit demam berdarah dengue, yaitu :

1. Fase febril, pada DBD ditandai dengan naiknya suhu tubuh hingga ≥400C, hal ini dikarenakan
terjadinya viremia. Pada fase ini DBD dapat bermanifestasi seperti demam dengue.
Manifestasi perdarahan yang terjadi berupa perdarahan ringan seperti pada demam dengue.
Viremia dengue ini puncaknya pada 3-4 hari pertama setelah onset demam, tetapi kemudian
viremia menghilang sehingga tidak terdeteksi setelah beberaa hari. Tingkat viremia dan
demam biasanya saling berbanding lurus, dan nilai IgM antibodi dengue meningkat setelah
demam menghilang.
2. Fase kritis, pada fase demam turun merupakan fase kritis dimana terjadinya kebocoran
plasma dari pembuluh darah ke intersisial sehingga dapat memunculkan efusi pleura dan
asites pada kavitas abdomen, pada pasien yang sudah terjadi kebocoran plasma, maka harus
di monitor secara ketat untuk menilai keadaan hemodinamik pasien, karena pada fase ini
bisa terjadi syok seperti takikardi, nadi yang teraba lemah, ekstremitas terasa dingin, dan
menyempitnya selisih antara sistol dan diastol (<20mmHg), memanjangnya waktu pengisian
kapiler (>2 detik) dan menurunnya urin output (oliguria).
Warning sign termasuk nyeri pada abdomen, muntah persisten, dan perubahan suhu
tubuh yang nyata (dari demam ke hipotermia), manifestasi perdarahan, atau perubahan
status mental (Iritabilitas, kelemahan dan obtundasi). Pasien juga dapat mengalami tanda-
tanda syok, seperti kulit teraba dingin, nadi teraba lemah, dan penyempitan sistolik dan
diastolik. Pasien dengan gejala-gejala tersebut harus segera dibawa ke rumah sakit.
3. Fase konvalesen terjadi dengan komplit tetapi lambat, dengan gejala fatigue dan kelelahan
dapat terus ada hingga demam benar-benar hilang. Fase konvalesen dapat berlangsung
selama 2 minggu, pada fase ini ditandai dengan berhentinya kebocoran plasma dan mulai
reansorbsi cairan kedalam intravaskular, tanda bahwa pasien sudah memasuki masa
konvalesen adalah kembalinya nafsu makan pasien, vital sign yang mulai stabil (Mansjoer &
Suprohaita, 2000).
F. Pathway
Infeksi virus dengue

Viremia Kompleks virus antibodi Depresi sumsum tulang

Demam Mual, muntah Aktivasi komplemen C3 – Trombositopenia


C5

Dehidrasi Antihistamin dilepaskan

Gangguan Resti Permeabilitas membran Resti perdarahan lebih


rasa ketidaksei meningkat lanjut
nyaman : mbangan
Pusing cairan
Kebocoran plasma
hemokonsentrasi

Gangguan Gangguan
aktivitas pemenuhan
nutrisi

Hipovolemia

Syok

Asidosis metabolik

Kematian
G. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Akibat
aktivasi ini dapat melepaskan histamine yang merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui
endotel dinding itu. Akibatnya terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Selain
itu nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah sehingga dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila
tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, asidosis metaboik dan kematian.
Hipovolemia juga dapat disebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah yang menyebabkan kebocoran plasma. Adanya komplek imun antibody-virus juga
menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan pendarahan berlebihan yang
jika berlanjut terjadi shock dan apabila shock tidak teratasi maka akan menyebabkan Hipoxia
jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolic. Asidosis metabolik juga disebabkan karena
kebocoran plasma yang akhirnya terjadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi
jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hypoxia jaringan.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
c. Rontgen thorax : Efusi pleura.
d. Uji test tourniket (+)
I. Penatalaksanaan
 Medik
1) DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg
Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi
luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg
BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB
)
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
 Keperawatan
1) Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam ,
periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri
kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt,
perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan
sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda
– tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb,
Ht dan thrombocyt.
2) Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

3) Peningkatan suhu tubuh


- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres
J. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Efusi pleura
d. Penurunan kesadaran.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering menyebabkan kematian pada
anak, remaja dan dewasa.
b. Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita DHF. Tetapi
kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
c. Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar saja,
kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan sampai di
pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat.
2. Riwayat Keperawatan
P (Provocative) : Virus dengue.

Q (Quality) : Keluhan dari ringan sampai berat.

R (Region) : Semua sistem tubuh akan terganggu.

S (Severity) : Dari Grade I, II, III sampai IV.

T (Time) : Demam 5-8 hari, ruam 5-12 jam.

3. Keluhan Utama
Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu
hati, mual dan nafsu makan menurun.

4. Riwayat Keperawatan Sekarang


Panas tinggi (demam) 2-7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, ruam, malaise,
mual, muntah, sakit kapala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati dan penurunan
nafsu makan (anoreksia), perdarahan spontan.

5. Riwayat Keperawatan Sebelumnya


Tidak ada hubungannya antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan penyakit DHF
yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam satu rumah
atau beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes: Aedes aigepty dan Aedes
albapictus.

8. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeki: ukuran kepala normal, kulit kepala bersih.
Palpasi: nyeri pada bagian kepala.
b. Kulit
Inspeksi: kulit kering, terjadi bintik merah seluruh tubuh.
c. Rambut
Inspeksi: rambut tampak kusam, rambut agak tebal, warna rambut hitam, rambut rontok.
d. Mata
Inspeksi : konjungtiva anemis, sclera ikterik, pupil isokor, tidak ada raccoon eyes, reaksi
pupil berubah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.
e. Telinga
Inspeksi : letak simetris, kebersihan telingan cukup bersih, tidak ada battle sign dan tidak
ada memar.
f. Hidung
Inspeksi : bentuk normal, perdarahan melalui hidung (epistaksis),, distribusi sillia normal.
g. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat sariawan, cyanosis sekitar mulut,
julam gigi berkurang, lidah cukup bersih, perubahan pola bicara. Perdarahan pada gusi.
h. Leher
Inspeksi : tidak ada lesi, jejas, dan tidak ada luka.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada deviasi trachea.
i. Paru-paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, tidak ada cuping hidung, adanya penggunaan
otot dada, adanya retraksi dinding dada.
Palpasi : pernapasan dangkal, tachypnea, tidak ada nyeri tekan, tidak ada indikasi
krepitasi, teraba pembesaran jantung.
Perkusi : sonor .
Auskultasi : Sesak, terdengar ronchi, effusi pleura (crackless).
j. Jantung
Inspeksi : tidak ada luka, jejas, dan tidak ada lesi
Palpasi : terdapat ictus cordis pada ruang intercosta kiri Y, agak ke medial (2 cm) dari linea
midklavikularis kiri.
Perkusi : melakukan perkusi dari arah lateral ke medial, Batas bawah kanan jantung
adalah di sekitar ruang interkostal III-IV kanan, di linea parasternalis kanan. Sedangkan
batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan. Batas jantung
sebelah kiri yang terletak di sebelah cranial iktus, pada ruang interkostal II letaknya lebih
dekat ke sternum daripada letak iktus cordis ke sternum, kurang lebih di linea
parasternalis kiri.
Auskultasi : adanya suara tambahan, khususnya s3 dan s4 yang mencerminkan penurunan
daya regang dan lentur (komplians) miokardium yang tampak dari pengurangan curah
jantung. Auskultasi jantung ditemukan adanya irama ireguler, suara ekstrasistole.
k. Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada asites, bentuk datar, Auskultasi : peristaltic usus
normal
Palpasi : nyeri tekan pada epigastrik pembesarn limpa, pembesaran pada hati
(hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen
teregang,
Perkusi : untuk mengetahui suara tympani.
l. Ekstermitas
Uji tourniquet positif

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
2. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Nyeri
5. Resiko syok hypovolemik

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Diagnosa keperawatan : Hipertermi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam status kenyamanan: fisik
baik yang ditunjukkan dengan skala sebagai berikut.

1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
No Indikator 1 2 3 4 5

1. Relaksasi otot
2. Posisi yang nyaman
3. Perawatan pribadi dan kebersihan
4. Suhu tubuh
5. Kepaenan jalan nafas

Intervensi keperawatan: Hipertermia


1. Perawatan demam
 Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
 Beri obat atau cairan iv (misalnya, antipiretik, agen anti bakteri, dan agen anti menggigil)
 Berikan oksigen yang sesuai
2. Pengaturan suhu
 Monitor suhu paling tidak setap 2 jam, sesuai kebutuhan
 Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai kebutuhan
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
 Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
3. Terapi oksigen
 Batasi aktivitas (merokok)
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Monitor aliran oksigen
 Sediakan oksigen ketika pasien dibawa/dipindahkan.
1. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam hidrasi berkurang yang
ditunjukkan dengan skala sebagai berikut.
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak.terganggu
No Indikator 1 2 3 4 5

1. Turgor kulit
2. Membran mukosa lembab
3. Haus
4. Warna urin keruh
5. Bola mata cekung dan lunak

Intervensi keperawatan: Resiko ketidakseimbangan volume cairan


1. Manajemen cairan
 Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
 Masukkan kateter urin
 Monitor anda-tanda vital pasien
 Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makan dengan baik
2. Monitor cairan
 Tentukan apakah pasien mengalami kehausan atau gejala
perubahan cairan (misalnya, pusing, sering berubah pikiran,
melamun, keakutan, mudah tersinggung, mual)
 Periksa turgor kulit dengan memegang jaringan sekitar tulang
seperti, tangan atau tulang kering, mencubit kulit dengan lembut,
pegang dengan kedua tangan dan lepaskan (di mana, kulit akan
turun kembali dengan cepat jika pasien erhidrasi dengan baik)
 Catat ada tidaknya vertigo pada saat bangkit untuk berdiri.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam
diharapkan status nutrisi terpenuhi dengan skala sbb:
Status nutrisi: 1= sangat menyimpang dari rentang normal
2= banyak emnyimpang dari rentang normal
3= cukup menyimpang dari rentang normal
4= sedikit menyimpang dari rentang normal
5= tidak menyimpang dari rentang normal
No Indikator 1 2 3 4 5

1 Asupan gizi

2 Asupan makanan

3 Asupan cairan

4 Energi

5 Rasio berat badan/tinggi bedan

6 Hidrasi

Intervensi:
1. Manajemen diare
a. Tentukan riwayat diare
b. Ambil tinja untuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas bila diare
berlanjut
c. Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek samping pada
gastrointestinal
d. Ajari pasien cara penggunaan obat antidiare secara tepat
e. Instruksikan pasien atau keluarga untuk mecatat warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi tinja
f. Amati turgor kulit secara berkala
2. Manajemen nutrisi
a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk
memenuhi kebutuhan gizi
b. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi mkanan yang dimiliki
pasien
c. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
d. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan
3. Manajemen saluran cerna
a. Monitor BAB termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume, dan
warna, dengan cara yang tepat
b. Monitor bising usus
c. Instruksikan pasien mengenai makanan tinggi serat, dengan cara
yang tepat
4. Manajemen energi
a. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai
dengan konteks usia dan perkembangan
b. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
c. Gunakan instrumen yang valid untuk mengukur kelelahan
d. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara
farmakologis maupun non farmakologis dengan tepat
e. Monitor intake/asupan nutrisi untuk emgetahui sumber energi yang
adekuat.
5. Terapi intravena
a. Verifikasi perintah untuk terapi
b. Instruksikan pasien tentang prosedur
c. Jaga teknik aseptik dengan ketat
d. Lakukan prinsip lima benar sebelum memulai infus atau pemberian
pengobatan
e. Monitor tanda vital
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta: EGC
Mandriani E. 2009. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Yang
Mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS) Rawat Inap Di RSU Dr.Pirngadi
Medan Tahun 2008.
Rampengan, T.H.2008.Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.Jakarta : EGC
Setiati TE. Soemantri Ag. 2009. Demam Berdarah Dengue Pada Anak dan Dewasa
:Patofisiologi, Resusitasi Mikrovaskuler dan Terapi Komponen Darah.
Semarang: Pelita Insani
//
/

Anda mungkin juga menyukai

  • Pathway
    Pathway
    Dokumen4 halaman
    Pathway
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Letak Sungsang
    Laporan Pendahuluan Letak Sungsang
    Dokumen33 halaman
    Laporan Pendahuluan Letak Sungsang
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • LP Tetanus
    LP Tetanus
    Dokumen36 halaman
    LP Tetanus
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • LP Inc
    LP Inc
    Dokumen32 halaman
    LP Inc
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • LP Letak Sungsang
    LP Letak Sungsang
    Dokumen18 halaman
    LP Letak Sungsang
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Baru
    Leaflet Baru
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Baru
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • DM Dina Firnanda
    DM Dina Firnanda
    Dokumen25 halaman
    DM Dina Firnanda
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • LP Preeklamsi Iyza
    LP Preeklamsi Iyza
    Dokumen17 halaman
    LP Preeklamsi Iyza
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan KB
    Satuan Acara Penyuluhan KB
    Dokumen16 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan KB
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • INC
    INC
    Dokumen27 halaman
    INC
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Sap KB
    Sap KB
    Dokumen8 halaman
    Sap KB
    Vhie Ra
    Belum ada peringkat
  • LP Inc
    LP Inc
    Dokumen32 halaman
    LP Inc
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • INC
    INC
    Dokumen27 halaman
    INC
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • LP Preeklamsi Iyza
    LP Preeklamsi Iyza
    Dokumen17 halaman
    LP Preeklamsi Iyza
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • REFRENSI
    REFRENSI
    Dokumen1 halaman
    REFRENSI
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • LP Preeklamsi Iyza
    LP Preeklamsi Iyza
    Dokumen17 halaman
    LP Preeklamsi Iyza
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat
  • Anatomi
    Anatomi
    Dokumen18 halaman
    Anatomi
    Ifroh amaliah
    Belum ada peringkat