PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,
atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang. (Sidharta Ilyas, 2004).
1
1.3 Tujuan Umum
1.3.1 Memahami pengertian dari penyakit gloukoma
1.3.2 Memahami klasifikasi dari penyakit gloukoma
1.3.3 Mengetahui etiologi dari penyakit gloukoma
1.3.4 Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit gloukoma
1.3.5 Mengetahui patofisiologi dari penyakit gloukoma
1.3.6 Mengetahui manifestasi klinik dari penyakit gloukoma
1.3.7 Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari penyakit gloukoma
1.3.8 Mengetahui penatalaksanaan medis dari penyakit gloukoma
1.3.9 Mengetahui penatalaksanaan keperawatan dari penyakit gloukoma
1.4 Tujuan Khusus
Mengetahui asuhan keperawatan dari penyakit gloukoma
1.4.1 Pengkajian data keperawatan
1.4.2 Analisa data keperawatan
1.4.3 Diagnosa keperawatan
1.4.4 Perencanaan keperawatan
1.4.5 Implementasi keperawatan
1.4.6 Evaluasi keperawatan
1.5 Metode penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode dengan
studi kepustakaan yaitu menggunakan beberapa literatur yang digunakan
sebagai referensi.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari BAB satu sampai dengan
BAB tiga. Setiap BAB di jelaskan dengan uraian singkat dan bentuk penyajian
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang menguraikan tentang Latar Belakang Penulisan,
Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Pembahasan yang menguraikan tentang konsep dasar penyakit
meliputi pengertian, tipe, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi,
manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan
penatalaksanaan medis atau threatment dan konsep asuhan
2
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB III : Simpulan dan rekomendasi yang menguraikan tentang
kesimpulan dan rekomendasi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,
atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang. Penyakit yang
ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini, disebabkan
bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar dan berkurangnya
pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(glaukoma hambatan pupil). (Ilyas Yulianti, 2015)
4
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua di antara orang dewasa di
Amerika Serikat. Sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala sampai
kerusakan yang ekstensif dan ireversibel terjadi. Glaukoma memengaruhi
individu di segala usia, tetapi lebih menonjol terjadi pada usia lanjut (di atas
40 tahun). Pasien lain yang berisiko adalah pasien diabetes, Afro-Amerika,
individu dengan riwayat keluarga glaukoma, dan individu yang sebelumnya
pernah mengalami trauma atau pembedahan mata atau yang mendapat terapi
steroid jangka panjang. Tidak ada penyembuhan untuk glaukoma, tetapi
penyakit dapat dikontrol. (Burnner, Suddarth. 2012)
5
terlambat dengan penglihatan sudah berbentuk terowong (funnel).
Berakhir dengan kebutaan.
b. Glaukoma sudut tertutup (akut)
Glaukoma sudut tertutup akut terjadi bila jalan keluar akuos humor
tiba-tiba tertutup, yang akan mengakibatkan rasa sakit yang berat
dengan tekanan bola mata yang tinggi. Hal ini merupakan keadaan
darurat yang gawat. Penglihatan berkabut dan menurun, enek dan
muntah, hal ini sekitar sinar, mata merah dan mata terasa. Glaukoma
congenital yang terjadi pada bayi dapat terjadi akibat diturunkan. Saat
lahir terlihat kelainan perkembangan mata dengan pembesaran bola
mata. Bola mata besar dengan kornea keruh. Mata merak dengan rasa
takut pada sinar dan berair.
c. Glaukoma kongenital
d. Glaukoma sekunder.
c. Glaukoma kongenital
6
1) Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata
atau susunan anatomis bilik mata yang menyempit
2) Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik
mata depan (goniodisgenesis), berupa trubekulodisgenesis,
iridodisgenesis dan korneodisgenesis dan yang paling sering
berupa trabekulodis genesis dan goniodisgenesis
Trabekulodis genesis adalah:
1) Barkan menemukan membran yang persisten menutupi
permukaan trabekula
2) Iris dapat berinsersi pada permukaan trabekula tepat pada
skleral spur atau agak lebih ke depan
3) Goniodisgenesis
b. Glaukoma simpleks
7
Bila pengaliran cairan mata (akous humor) keluar di sudut billk mata
normal maka disebut glaukoma hipersekresi. Ekskavasi papil, degenerasi
papil dan gangguan lapang pandang dapat disebabkan langsung atau tidak
langsung oleh tekanan bola mata pada papil saraf optik dan retina atau
pembuluh darah yang memperdarahinya. Mulai timbulnya gejala glaukoma
simpleks ini agak lambat yang kadang-kadang tidak disadari oleh penderita
sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Pada keadaan ini glaukoma
simpleks tersebut berakhir dengan glaukoma absolut.
Pada glaukoma simpleks tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau lebih
dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang
mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa
disadari oleh penderita. Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atrofi papil
disertai dengan ekskavasio glaukomatosa.
Glaukoma primer yang kronis dan berjalan lambat sering tidak ketahui
bila mulainya, karena keluhan pasien amat sedikit atau samar. Misalnya
mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang kadang
penglihatan kabur dengan anamnesa tidak khas. Pasien tidak mengeluh
adanya halo dan memerlukan kaca mata koreksi untuk presbiopia lebih kuat
dibanding usianya. Kadang-kadang tajam penglihatan tetap normal sampai
keadaan glaukomanya sudah berat.
Bila diagnosis sudah dibuat maka penderita sudah harus memakai obat
seumur hidup untuk mencegah kebutaan. Tujuan pengobatan pada
glaukoma simpleks adalah untuk memperlancar pengeluaran cairan mata
8
(akous humor) atau usaha untuk mengurangi produksi cairan mata (akous
humor).
Diberikan pilokarpin tetes mata 1-4% dan bila perlu dapat ditambah
dengan asetazolamid 3 kali satu hari. Bila dengan pengobatan tekanan bola
mata masih belum terkontrol atau kerusakan papil saraf optik berjalan terus
disertai dengan penciutan kampus progresif maka dilakukan pembedahan.
9
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta
pada badan siliar untuk menekan fungsi badan sillar, alkohol retrobulbar
atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak
berfungsi dan memberikan rasa sakit.
2.1.3 Etiologi
a. Penglihatan kabur
b. Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya
terang
c. Memiliki sudut buta (blind spot)
d. Kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak sama.
2.1.5 Patofisiologi
10
fisiolgis, tekanan intraokuli Yang tinggi akan menyebabkan terhambatnya
aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan
menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi
peningkatan tekanan intraokular, aku akan timbul penggaungan dan
degenerasin saraf optikus yang dapat dibsebabkan oleh beberapa faktor :
11
a. Patologis
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata
Nyeri
TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat
12
2.1.6 Manifestasi Klinis
a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga),
e. Visus menurun,
f. Edema kornea,
g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak pada glaukoma sudut terbuka),
h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya, dan tio meningkat
13
mempertahankan IOP tetap berada di dalam kisaran yang tidak mungkin
menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
14
(Sumber : buku klien gangguan mata dan penglihatan, Ns Anas Tamsuri,
S.Kep tahun 2010)
15
masih dapat ditoleransi oleh pasien, maka trabekuloplasti selektif atau
trabekuloplasti argon diindikasikan diikuti oleh glaucoma filtering
surgery atau terapi lain yang dianggap perlu. Bila progresifitas kerusakan
saraf optik dan lapang pandang tetap terjadi meskipun tekanan
intraokular sudah sesuai dengan target maka perlu dilakukan penurunkan
target tekanan intraokular dan dipertimbangkan bahwa mekanisme
neuropati optik yang terjadi tidak bergantung pada tekanan intraokular.
Regimen terapi yang dipilih adalah terapi minimal yang dapat
memberikan respon terapi yang diinginkan. Evaluasi dan follow-up
dilakukan berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
Meskipun kerusakan saraf optik dan lapang pandang dapat terjadi pada
tekanan intraokular rendah pada Normotension Glaucoma (NTG),
namun penurunan tekanan intraokular dikatakan tetap efektif untuk
mencegah progresifitas glaukoma. Pada sebagian pasien dengan NTG
terjadi mekanisme glaucomatous optic neuropathy yang tidak tergantung
tekanan intraokular sehingga kelainan kardiovaskular seperti anemia,
hipotensi, gagal jantung kongestif, aritmia jantung dan serangan iskemik
harus diterapi untuk menyediakan perfusi maksimal saraf optikus.
(Sumber : Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Primary Open Angle
Glaucoma. Dalam: Becker-Shaffer’s Diagnosis and Therapy of the
Glaucomas. Edisi ke-7 tahun 2009)
16
pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekankan
bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi penglihatan, tapi
hanya mempertahankan fungsi pernglihatan yang masih ada.
17
BAB III
I. Pengkajian
A.pengumpulan data
1.identitas pasien
Nama.
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
Diagnosa medis
Tanggal masuk Rs
Tanggal pengkajian
2. Riwayat
a. Riwayat okular
1) Tanda peningkatan TIO : nyeri tumbul,mual muntah pandangan
kabur.
2) Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma, pembedahan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Merupakan penjelasan tentang keluhan utama seperti yang di
rasakan misal orang pasien katarak seperti penglihatan mulai
menurun
c. Riwayat penyakit dahulu
1) Adanya riwayat penyakit sistemik yang di alami pasien
misalnyaMenderita diabetes melitus, hipertensi, penyakit
kardiovaskular, serebrovaskular, gangguan tiroid.
18
d.Riwayat kesehatan keluarga
1) Keluarga apakah menderita glaukoma , menderita diabetes atau
vaskuler.
3.Pemeriksaan Fisik
Kemungkinan
Data Masalah
Penyebab
19
dari pasien sebagai suatu dengan Asuhan
pendapat terhadap suatu Keperawatan. Prioritas
situasi dan kejadian. masalah ditentukan
Contohnya: Pasien berdasarkan hierarki
mengeluh kebutuhan menurut
penglihatannya kabur. Maslow.
20
III. Perencanaan keperawatan
No Diagnosa Intevensi Rasional
keperawatan
1 Penurunan Kaji ketajaman Mengidentifikasi
persepsi sensori penglihatan kemampuan visual
penglihatan yang pasien pasien
berhubungan Dekati pasien Memberikan
dengan dari sisi sehat rangsangan sensori
penurunan tajam mengurangi rasa
penglihatan dan isolasi/terasing
kejelasan Identifikasi Memberikan
penglihatan alternatif untuk keakuratan
optimalisasi penglihatan dan
sumber perawatan nya
rangsangan
Meningkatkan
Sesuaikan kemampuan
lingkungan untuk persepsi sensori
optimalisasi
penglihatan :
1.orientasi pasir
pada ruang rawat
2.letakkan alat di
dekat pasien atau
pada sisi mata
yang lebih sehat
3.berikan
pencahayaan
cukup
4.letakkan alat di
tempat yang tetap
21
5.hindari cahaya
menyilaukan
2 Ansietas yang Kaji derajat nyeri Mengetahui
berhubungan setiap hari atau penyebab
dengan kurang sesering kecemasan
pengetahuan mungkin.
tentang penyakit Terangkan Meningkatkan
dan prognosis penyebab nyeri pemahaman pasien
akan penyakit
Anjurkan pasien Menimbulkan rasa
untuk aman dan perhatian
menghindari bagi pasien
perilaku yang
dapat
memprovokasi
nyeri
Kolaborasi Memberikan rasa
pemberian obat semangat dalam
analgetik peran aktif dalam
hal perawatan
pasien
Ajarkan tindakan Berbagi perasaan
distraksi dan dan pendapat
relaksasi pada menirukan
pasien ketegangan pikiran
Mengorientasikan
penyakit dan
kemungkinan
realistik sebagai
konsekuensi
penyakit .
22
3 Nyeri yang Kaji derajat nyeri Nyeri glaukoma
berhubungan setiap hari atau umumnya sangat
dengan sesering nyeri terutama
peningkatan mungkin. pada glaukoma
tekanan intra sudut tertutup
okular Terangkan Penyebab
penyebab nyeri munculnya nyeri
karna adanya
peningkatan
tekanan intraokular
yang dapat
meningkat
Anjurkan pasien Untuk mencegah
untuk peningkatan TIO
menghindari lebih lanjut
perilaku yang
dapat
memprovokasi
nyeri
Kolaborasi Berfungsi
pemberian obat untukmeningakan
analgetik ambang nyeri
Ajarkan tindakan Untuk menurunkan
distraksi dan sensasi nyeri
relaksasi pada
pasien
4 Ansietas Jelaskan Meningkatkan
berhubungan gambaran pre- pemahan tentang
dengan kurang dan pascaoperasi gambaran operasi
pengetahuan untuk menurunkan
tentang operasi ansietas
23
Menjawab Meningkatkan
pertanyaan kepercayaan dan
khusus tentang kerja sama
pembedahan
IV. Implementasi
No Diagnosa keperawatanV.Implementasi VI.Ttd
VII.1 Penurunan persepsi 1.Kaji ketajaman penglihatan pasien
VIII.
sensori penglihatan Hasil :
yang berhubungan 2.Dekati pasien dari sisi sehat
dengan penurunan Hasil :
tajam penglihatan dan 3.Identifikasi alternatif untuk
kejelasan penglihatan optimalisasi sumber rangsangan
Hasil :
4.Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
orientasi pasir pada ruang
rawat
Letakkan alat di dekat pasien
atau pada sisi mata yang
lebih sehat
berikan pencahayaan cukup
letakkan alat di tempat yang
tetap
hindari cahaya menyilaukan
hasil :
IX.2 Ansietas yang 1.Kaji derajat nyeri setiap hari atauX.
berhubungan dengan sesering mungkin.
kurang pengetahuan Hasil :
tentang penyakit dan 2.Terangkan penyebab nyeri
prognosis Hasil :
24
3.Anjurkan pasien untuk
menghindari perilaku yang dapat
memprovokasi nyeri
Hasil :
4.Kolaborasi pemberian obat
analgetik
Hasil :
5.ajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada pasien
Hasil :
XI.3. Nyeri yang 1.Kaji derajat nyeri setiap hari atau
XII.
berhubungan dengan sesering mungkin.
peningkatan tekanan Hasil :
intra okular 2.terangkan penyebab nyeri
Hasil :
3.Anjurkan pasien untuk
menghindari perilaku yang dapat
memprovokasi nyeri
Hasil :
4.Kolaborasi pemberian obat
analgetik
Hasil :
5.ajarkan tindakan distraksi dan
relaksasi pada pasien
Hasil :
XIII.4. Ansietas berhubungan 1.Jelaskan gambaran pre-dan
XIV.
dengan kurang pascaoperasi
pengetahuan tentang Hasil :
operasi 2.Menjawab pertanyaan khusus
tentang pembedahan
Hasil :
25
V. EVALUASI
26
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Gloukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatan
tekanan intra okuler yang bisa rusak saraf mata jadi mengakibatkan kebutaan.
Gloukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya
pandangan ireversibel tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat
timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam.
Gloukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder, dan kongenital. Tipe primer
terbagi lagi menjadi glaoukoma sudut terbuka dan gloukoma sudut tertutup.
Tanda dan gejala yang dialami adalah penglihatan kabur, terdapat
lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya terang, memiliki sudut
buta (blind spot), kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak
sama. Manifestasi kelinis pada gloukoma adalah Nyeri pada mata dan
sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga), pandangan kabut, melihat halo
disekitar lampu, mual, muntah, berkeringat, mata merah, hiperemia
konjungtiva, dan siliar, visus menurun, edema kornea, bilik mata depan
dangkal (mungkin tidak pada glaukoma sudut terbuka), pupil lebar lonjong,
tidak ada refleks terhadap cahaya, dan TIO meningkat.
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang
penyakit ini serta penatalaksanannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir
pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekankan
bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi penglihatan, tapi
hanya mempertahankan fungsi pernglihatan yang masih ada.
4.2 Rekomendasi
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan baik
dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan rekomendasi yang membangun agar
kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca mahasiswa
27
khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan
datang.
28
Daftar Pustaka :
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2019. Situasi gloukoma di
Indonesia di https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/19080500002/situasi-
glaukoma-di-indonesia.html
https://www.academia.edu/30744242/LP_Askep_Glaukoma
Stamper RL, Lieberman MF, Drake MV. Primary Open Angle Glaucoma. Dalam:
Jakarta:ECG.
Tamsuri, Anas. 2015. Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
29