Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERKALSEMI

DISUSUN OLEH:

TUTIK JATI NUR RAHAYU

2A

P1337420418051

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

DIII KEPERAWATAN BLORA

2020
A. HIPERKALSEMIA
1. Definisi
Hiperkalsemia terjadi bila kadar kalsium serum total melebihi 10,5 mg/dl (5,5
mEq/L) (Sylvia, 2006:354).
Hiperkalsemia adalah kondisi di mana tingkat kalsium dalam darah di atas normal.
Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang, dan memainkan peran penting dalam
kontraksi otot, memastikan bahwa saraf dan fungsi otak tetap baik, dan melepaskan
hormon. Namun, proses ini dapat dipengaruhi oleh kadar kalsium yang terlalu tinggi.

2. Etiologi
- Hiperkalsemia simtomatik dapat terjadi karena peningkatan dalam kalsium serum
total atau peningkatan pada presentase kalsium bebas dan terionisasi.
- Kerja berlebihan dari satu atau lebih kelenjar paratiroid yang mengatur kalsium

adalah penyebab utama dari hiperkalsemia. Kelenjar paratiroid yang terlalu aktif
biasanya menyebabkan wanita pasca menopause mengalami hiperkalsemia.
Penggunaan yang berlebihan suplemen kalsium dan vitamin D, gangguan medis
tertentu, kanker dan beberapa obat-obatan juga dapat menyebabkan hiperkalsemia.

3. Manifestasi Klinis
a. Letargi
b. Kelemahan
c. Anoreksia
d. Mual muntah
e. Poliuria
f. Gatal
g. Nyeri tulang
h. Parastesiz
i. Depresi
j. Perubahan pribadi
k. Koma.
5. Patofisiologi
Kadar kalsium yang berlebihan meningkatkan penghambatan efek pada natrium
dalam otot skelet. Hal ini menimbulkan penurunan eksitabilitas baik pada otot dan
saraf, yang akhirnya menimbulkan flaksiditas. Hiperkalsemia dihubungakan dengan
penurunan kadar fosfat. Penyebab utama adalah hiperparatiroidisme, yang
menimbulkan peningkatan hormon paratiroid, yang meningkatkan ambilan kalsium dari
tulang ke dalam sirkulasi darah. Diuretik tiazid juga dapat menyebabkan peningkatan
kadar hormon paratiroid dan hiperkalsemia. Beberapa keganasan tumor mensekresi
substansi seperti hormon paratiroid, yang berfungsi serupa dengan hormon paratiroid
sejati.
Hiperkalsemia menyebabkan kelemahan otot skelet, anoreksia, mual dan muntah,
konstipasi, penurunan berat badan, dan peningkatan ekskresi kalsium dalam urine.
Peningkatan kalsium sirkulasi dapat disimpan di mana saja, etapi ginjal adalah yang
paling rentan. Deposisi kalsium dapat mengakibatkan batu ginjal.
6. PATHWAY

4. Pemeriksaan Penunjang
a.Kadar kalsium serum total : dapat > 10,5 mg/dl.
b. Kalsium terionisasi : akan > 5,5 mg/dl.
c.Hormon paratiroid: peningkatan kadar terjadi pada hipertiroidisme primer atau
sekunder.
d. Temuan sinar x : dapat menunjukkan adanya oesteoporosis rongga tulang,
atau batu ginjal

5. Penatalaksanaan
a.Medis
1) Fosfat IV: untuk penyebab penurunan resiprokal kalsium serum.
2) Penurunan resorpsi tulang : dilakukan melalui peningkatan tingkat
aktivitas, indometasin, atau mitramisin. Mitramisin, antibiotik sitotoksik,
bertindak secara langsung pada tulang untuk mengurangi dekalsifikasi dan
digunakan terutama untuk mengatasi hiperkalsemia karena penyakit neoplastik.
3) Kalsitonin : untuk menurunkan resorpsi tulang, peningkatan deposisi
tulang terhadap kalsium dan fosfor, dan peningkatan ekskresi kalsium dan fosfat
urine.
4) Hemodialisis : digunakan bila hiperkalsemia dihubungkan dengan gagal
ginjal.
b. Keperawatan
Pemberian diet :
1) Diet rendah kalsium dan kortison : untuk menurunkan absorpsi usus
terhadap kalsium.
2) Hindari pemberian makanan tinggi kalsium seperti kacang Putih, jeruk,
kacang almond, ikan sardin, sayuran hijau.

6. Komplikasi
a.Komplikasi Akut
1) Komplikasi metabolik : Ketoasidosis diabetik, koma hiperglikemik
hiperismoler non ketotik, hipoglikemia, dan asidosis lactate.
2) Infeksi Berat
b. Komplikasi Kronik
1) Komplikasi vaskuler
b) Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
c) Mikrovaskuler : retinopati, nefropati

2) Komplikasi neuropati
Neuropati sensori motorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare diabetik,
buli – buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks kardiovaskuler.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERKALSEMIA


1. Pengkajian
a. Biodata Pasien
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no register, dan dignosa medis.
2) Identitas orang tua yang terdiri dari : nama ayah dan ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
3) Identitas saudara kandung meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
b. Riwayat pekerjaan
1) Pencatatan pekerjaan dan kegemaran yang terus-menerus secara
kronologis.
c. Riwayat penyakit
d. Riwayat kebisaan
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
1) Data subyektif yang muncul:
- Sakit Kepala
- Kesemutan
- Iritabilitas
- Ansieta
- Kram yang menyakitkan
- Kekakuan
- Keletihan
- Palpitasi
- Depresi
- Kebas dan kesemutan di sekitar mulut, ujung jari dan kaki

2) Data obyektif yang muncul:


a) System neurologis
- Kelebihan emosi
- Perubahan tingkat kesadaran
- Parasitesia pada bibir, lidah, jari, dan kaki katarak yang disebabkan
oleh kalsifikasi lensa tremor
- Hiperefleksia
- Tanda chavostek dan trousseau positif
- Tetanus
- Kejang
b) System muskoloskeletal
- Kekakuan
- Spasmekedutan
- Kelemahan
- Keletihan
- Abnormalitas gigi
c) System kardiovaskuler
- Gagal jantung akibat hipokalsemia
- Disritmia jantung
- Perubahan EKG : interveal Q-T memanjang, gelombang T
memuncak atau inversi, blok jantung
d) System pernapasan
- Suara parau
- Stridor laring
- Edema laring
- Spasme laring
e) System Gastrointestinal
- Mual muntah
- Diare
f) System integument
- Kulit dan kuku distropi, kering, dan bersisik
- Pigmentasi kutan
- Rambut menipis
- Alopesia
- Rigi horizontal pada kuku
- Kuku rapuh
g) Pemeriksaan diagnostik:
- Darah : penurunan kalsium serum, peningkatan fosfor serum,
penurunan bikarbonat serum, penurunan atau tidak adanya hormone
paratiroid serum.
- Urine : hipokalsiuria, hipofosfaturia
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
jantung sekunder terhadap hipokalsemia atau toksisitas digitalis yang terjadi pada
terapi penggantian kalsium.
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan suplai oksigen
sekunder terhadap spasme laringeal yang terjadi pada hipokalsemia berat.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nafsu makan yang menurun.

3. Rencana Keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
jantung sekunder terhadap hipokalsemia atau toksisitas digitalis yang terjadi pada
terapi penggantian kalsium
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 3x8 jam diharapkan masalah curah
jantung adekuat, dengan kriteria hasil:
- Curah jantung pasien adekuat dibuktikan oleh cvp< 6 mmHg (< 12
cmH20), FJ < 100
- TD dalam rentang normal: 120/80mmHg
- Tak ada tanda klinis gagal jantung atau ademapulmonel (mis, crakles,
sesaknafas).
- Pasien perawatan kritis menunjukan TAP 20 – 30 / 8 – 15 mmHg.

Intervensi Rasional
1. Pantau EKG terhadap tanda 1. Mengetahui keadaan
hipoklasemia yang memburuk jantung klien
(interval QT memanjang) atau
toksisistas digitalis pada pengantian
kalsium: kontasksi ventrikel
premature multi vocal atau
begiminal (KVP), takikardi atrium
paroksismal dengan berbagai blok 2. Dangkal, respirasi cepat
atrium vetrikel (AV), blok jantung adalah karakteristik penurunan
wenckebach (AV tipe 1). curah jantung. Crackles
2. Pantau pasien terhadap gagal
menunjukkan penumpukan
jantung atau edema pulmonal :
cairan sekunder akibat
crakles, ataurales, ronkhi, sesak pengosongan ventrikel kiri yang
nafas, penurunan TD, peningkatan terganggu
3. Mengurangi hasil curah
FJ, peningkatan TAP, atau
jantung mengurangi perfusi
peningkatan CVP.
3. Catat asupan dan keluaran. Jika ginjal, dengan penurunan output
pasien sakit parah, hitunglah hasil urin yang dihasilkan.
4. Posisi tegak dianjurkan
urin per jam dan perhatikan
untuk mengurangi preload dan
penurunan output.
4. Posisikan pasien di semi- pengisian ventrikel bila
Fowler's ke Fowler kelebihan cairan penyebabnya.

b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan suplai oksigen


sekunder terhadap spasme laringeal yang terjadi pada hipokalsemia berat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan masalah
gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan kedalaman , pola, dan frekuensi pernafasan (12 – 20
nafas/menit) dalam rentang normal
- Psimtomatik dari spasme laryngeal: stridor laryngeal, dispneu, atau
mengorok.
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi pernafasan 1. Pola pernafasan yang cepat
pasien, karakter, dan irama. dan dangkal serta hipoventilasi
Waspadai terhadap mempengaruhi pertukaran gas.
stidornlaryngeal, dispneu, dan
mengorok yang terjadi pada
spasme laring, komplikasi
2. Posisi tegak atau posisi semi-
hipokalsemia yang mengancam
Fowler memungkinkan
hidup.
peningkatan kapasitas toraks,
2. Posisi pasien dengan kepala
penurunan penuh diafragma, dan
tempat tidur ditinggikan, dalam
posisi semi-Fowler (kepala tempat peningkatan ekspansi paru-paru
tidur pada 45 derajat saat yang mencegah isi perut dari
terlentang) seperti yang ditoleransi. keramaian.
3. Turning penting untuk
3. Ubah posisi pasien setiap 2
mencegah komplikasi imobilitas,
jam. Pantau saturasi oksigen vena
namun pada pasien yang sakit
campuran erat setelah berbalik.
kritis dengan kadar hemoglobin
Jika turun di bawah 10% atau gagal
rendah atau penurunan curah
untuk kembali ke awal segera,
jantung, berpaling ke kedua sisi
putar pasien kembali ke posisi
dapat menyebabkan desaturasi.
telentang dan evaluasi status
oksigen.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan masalah
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan kriteria hasil:
- BB pasien bertambah setiap minggu atau minimal tidak mengalami
penurunan BB signifikan
- Pasien menunjukkan kemauan mengonsumsi makanan bergizi sesuai
rekomendasi untuk memenuhi nutrisi tubuhnya.
- Pasien makan sendiri tanpa didorong.

Intervensi Rasional
1. Beri kesempatan pasien 1. Mengetahui tindakan yang
mendiskusikan alasan tidak nafsu akan dilakukan selanjutnya
makan. untuk membuat klien nafsu
makannya kembali
2. Observasi dan catat asupan
2. Mengetahui makanan yang
klien (baik itu makanan cair atau
cocok untuk klien konsumsi
padat) yang dikonsumsi pasien
3. Tawarkan suplemen TKTP 3. Diet TKTP adalah
(Tinggi kalori tinggi protein) pengaturan jumlah proteoin dan
kalori serta jumlah protein dan
kalori serta jenis zat makanan
yang dimakan disetiap hari agar
4. Ajarkan klien diet tinggi
tubuh tetep sehat.
kalsium namun rendah fosfor. 4. Klien dapat mengetahui
Ingatkan pasien untuk tidak makanan yang bisa dikonsumsi
mengonsumsi keju dan produk dan tidak bisa dikonsumsi
susu lainnya, mengingat makanan
ini tinggi akan fosfor.
5. Beri makanan dalam porsi kecil 5. Menghindari mual muntah
tetapi sering agar pemenuhan kebutuhan
nutrisi tetap terjaga
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma,Hardhi-2015. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Nanda, Nic-Noc Dala, Bebagai Kasus.
Jogjakarta.

Tim Pokja SDKI.2016. Standar Diagnose Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.

https://id.scribd.com>documen hipokalsemia

Anda mungkin juga menyukai