Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Haid (menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal
mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya
perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus menstruasi yang normal atau
dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas,
bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak
beradik bahkan saudara kembar, siklus menstruasi tidak terlalu sama. Panjang siklus yang
biasa dijumpai ialah 25–32 hari. Lama menstruasi biasanya antara 3–5 hari, ada yang 1–2 hari
diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7–8 hari. Pada setiap wanita biasanya
lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata ± 16 cc. Pada wanita yang lebih
tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Jumlah darah menstruasi yang lebih dari 80 cc
di anggap patologik.

Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-
turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder. Kita
berbicara tentang amenorrhea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak
pernah mendapat haid, sedang pada amenorrhea sekunder penderita pernah mendapat haid,
tetapi kemudian tidak dapat lagi

Hymen Imperforata merupakan suatu keadaan di mana hymen tidak membentuk


hiatus hymenalis. Kelainan ini dapat dijumpai pada wanita usia pubertas dengan keluhan
perut membesar, teraba massa intraabdominal yang disertai rasa sakit di abdomen secara
periodik setiap bulan atau secara progresif terus menerus akibat akumulasi dari darah
menstruasi yang tertahan di dalam cavum uteri serta di dalam vagina yang tidak dapat keluar.

Prevalensi dari hymen imperforata ini adalah 0,1% - 0,01%, walaupun kasusnya
jarang tapi hymen imperforata adalah kejadian paling sering dalam kasus obstruksi vagina.
Masalah dari hymen imperforata ini adalah kasusnya sering terlupakan atau tidak terdeteksi
sampai saat terjadinya menarke. Padahal hymen imperforata jika terlalu lama terdeteksi
setelah menarke maka dapat meningkatkan risiko untuk menjadi pelvic inflammatory disease
yang dapat menyebabkan infertilitas, nyeri pelvis dan kehamilan ektopik. Pada saat ini,

1
hymen imperforata hanya dapat diketahui dengan cara pemeriksaan ginekologi yang masih
merupakan hal yang cukup tabu terutama untuk masyarakat pedesaan di Indonesia. Hal ini
menyebabkan risiko tidak terdeteksinya meningkat. Rentang usia menarke terjadi pada usia
remaja yaitu 9-15 tahun. Oleh karena variasinya sangat luas, kelainan waktu menarke hanya
bisa dideteksi jika memang telah jauh melewati angka normalnya sehingga hymen
imperforata hanya terdeteksi jika sudah lama diderita setelah menarke.

Anda mungkin juga menyukai