Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muthiya Harlingga 1610713016

Ash Shiffa Inayati 1610713038


Syifa Aprilian S 1610713075
Kelas : 6C K3L
Mata Kuliah : Ergonomi
Tugas : Beban Kerja Mental dan Pengukuran

 Pengertiaan Beban Kerja Mental


Beban kerja mental menurut Henry R. Jex yaitu selisih antara tuntutan beban kerja dari
suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi.
Beban kerja mental dapat disebabkan beberapa faktor yang menyebabkan perubahan aspek
psikologis yang dapat berasal dari dalam diri sendiri (internal) atau dari luar diri sendiri seperti
pekerjaan dan lingkungan (eksternal). Baik faktor internal maupun eksternal sulit dilihat dari
kasat mata sehingga dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil pekerjaan atau faktor yang
dapat diukur secara obyektif ataupun dari tingkah laku dan penuturan si pekerja sendiri yang
dapat diidentifikasi.
Kejenuhan kerja (burnout) dapat diketahui dari adanya kelelahan fisik, mental, dan
emosional, serta rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri. Salah satu indikator penyebab
timbulnya kejenuhan kerja (burnout) adalah beban kerja fisik maupun beban kerja mental.
Beban kerja fisik maupun beban kerja mental sangat erat kaitannya dengan kajian ergonomi.
Dari sudut pandang ergonomi, beban kerja fisik masuk dalam dimensi ergonomi fisik
sedangkan beban kerja mental masuk dalam dimensi ergonomi kognitif.
Aktivitas mental pekerja yang berlebihan atau dengan sebutan beban kerja mental dapat
berakibat kepada kondisi pekerja baik. Akibat dari dampak berlebihan pada beban kerja
mental memang tidak dapat dilihat secara langsung pada pekerja, tetapi dapat diamati dan
diawasi secara berkala. Secara fisiologis, aktivitas mental dikenal sebagai jenis pekerjaan yang
ringan. Tetapi jika dilihat dari segi moral dan tanggung jawab, aktivitas mental secara jelas
lebih berat dibandingkan aktivitas fisik karena lebih banyak melibatkan kerja otak (white-
collar) daripada kerja otot (blue-collar). Grandjean (1993) mengungkapkan bahwa setiap
aktivitas mental akan banyak melibatkan unsur persepsi, interpretasi dan proses mental yang
berasal dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris dengan tujuan pengambilan
keputusan. Hai ini mendasari munculnya ide mengenai beban kerja mental.
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Mental
Menurut MacCormick dan Sanders pelaksanaan pengukuran beban kerja mental memiliki
beberapa kriteria yaitu:
1. Sensitivity
Dalam pengukuran beban kerja mental seharusnya mencirikan suatu yang berbeda
dalam situasi pekerjaan tertentu.
2. Selectivity
Pengukuran beban mental sebaiknya tidak dipengarui oleh faktor-faktor selain
dari beban mental itu sperti fisik dan emosional.
3. Interference
Dalam pelaksanaan pengukuran beban kerja mental hendaknya tidak
mempengaruhi atau mengintrupsi kepada beban kerja yang telah diprediksi.
4. Reliability
Mengukur beban kerja hendaknya dapat dipercaya hasil pengukurannya.
5. Acceptability
Hasil pengukuran beban kerja dapat diterima masyarakat umunya dan khususnya
untuk tempat diambilnya penelitian.
 Dampak Beban Kerja Mental Berlebihan
Ada beberapa hal yang menampakan dampak dari kelebihan beban mental berlebih, seperti
yang diterangkan oleh Hancock dan Mesahkati yaitu:
1. Kebingungan, frustasi dan kegelisahan
2. Stres yang muncul dan berkaitan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan
3. Stres yang tinggi dan intens berkaitan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan
sehingga stres membutuhkan suatu pengendalian yang sangat besar.
 Pengukuran Beban Kerja Mental
a) Metode Pengukuran Obyektif Berdasarkan Widyanti dkk. (2010), Beban kerja mental
dapat diukur dengan pendekatan fisologis (karena terkuantifikasi dengan dengan kriteria
obyektif, maka disebut metode obyektif). Kelelahan mental pada seorang pekerja terjadi
akibat adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran. Pendekatan yang bisa
dilakukan antara lain:
1. Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate)
Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami
oleh seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi
kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan
(tidak terbebani mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya relatif
cepat.
2. Flicker test
Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia, melalui
perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai flicker ini umumnya
sangat dipengaruhi oleh berat/ringannya pekerjaan, khususnya yang
berhubungan dengan kerja mata.
3. Pengukuran kadar asam saliva
Memasang alat khusus untuk mengetahui beban kerja yang diterima
pekerjayang melibatkan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar
liur utama yang terletak diluar rongga mulut.
4. Pengukuran Denyut Jantung
Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan meningkatnya
level pembebanan kerja.
b) Metode Pengukuran Subjektif Sedangkan metode pengukuran beban kerja secara suyektif
menurut Widyanti dkk. (2010) merupakan pengukuran beban kerja mental berdasarkan
persepsi subjektif responden/pekerja. Berikut ini merupakan beberapa jenis metode
pengukuran subjektif:
1. National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX)
2. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)
3. Modified Cooper Harper Scaling
4. Multidescriptor Scale
5. Rating Scale Mental Effort (RSME)
c) Tahapan pengukuran beban kerja mental secara subjektif:
1. Menentukan faktor-faktor beban kerja mental pekerjaan yang diamati.
2. Menentukan range dan nilai interval.
3. Memilih bagian faktor beban kerja yang signifikan untuk tugas-tugas yang spesifik.
4. Menentukan kesalahan subjektif yang diperhitungkan berpengaruh dalam
memperkirakan dan mempelajari beban kerja.
d) Tujuan Pengukuran Beban Kerja Mental Secara Subjektif:
1. Menentukan skala terbaik berdasarkan perhitungan eksperimental dalam percobaan.
2. Menentukan perbedaan skala untuk jenis pekerjaan yang berbeda.
3. Mengidentifikasi faktor beban kerja mental yang secara signifikan berhubungan
berdasarkan penelitian empiris dan subjektif dengan menggunakan rating beban kerja
sampel populasi tertentu.

Dari beberapa metode tersebut metode yang paling banyak digunakan dan terbukti
memberikan hasil yang cukup baik adalah NASA-TLX dan SWAT (Hancock dan Meshkati,
1988).

1. Metode NASA-TLX
a. Definisi NASA-TLX
Metode NASA-TLX merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis beban
kerja mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melakukan berbagai aktivitas dalam
pekerjaannya. Metode ini di kembangkan oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames
Research Center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981
berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang terdiri dari skala sembilan
faktor (kesulitan tugas, tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik, usaha mental,
performansi, frustasi, stress dan kelelahan). Dari sembilan faktor ini disederhanakan lagi
menjadi 6 yaitu Mental demand (MD), Physical demand (PD), Temporal demand (TD),
Performance (P), Effort (E), Frustation level (FR). NASA-TLX (Nasa Task Load Index)
adalah suatu metode pengukuran beban kerja mental secara subjektif. Pengukuran
metode NASATLX dibagi menjadi dua tahap, yaitu perbandingan tiap skala (Paired
Comparison) dan pemberian nilai terhadap pekerjaan (Event Scoring).
b. Pengukuran metode NASA-TLX
Langkah-langkah pengukuran dengan menggunakan NASA TLX adalah sebagai
berikut (Hancock dan Meshkati, 1988):
1. Pembobotan Pada bagian ini responden diminta untuk memilih salah satu dari dua
indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental
terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner NASA-TLX yang diberikan berupa
perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap
indikator yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally menjadi bobot untuk
tiap indikator beban mental.
2. Pemberian Rating Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap
keenam indikator beban mental. Rating yang diberikan adalah subjektif
tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Untuk
mendapatkan skor beban mental NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap
indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan 15 (jumlah
perbandingan berpasangan).
3. Menghitung nilai produk Diperoleh dengan mengalikan rating dengan bobot
faktor untuk masing-masing deskriptor. Dengan demikian dihasilkan 6 nilai
produk untuk 6 indikator (MD, PD, TD, CE, FR, EF): Produk = rating x bobot
faktor
4. Menghitung Weighted Workload (WWL) Diperoleh dengan menjumlahkan
keenam nilai produk
5. Menghitung rata-rata WWL Diperoleh dengan membagi WWL dengan jumlah
bobot total.
6. Interpretasi Skor Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1981) dalam teori
NASA-TLX, skor beban kerja yang diperoleh terbagi dalam tiga bagian yaitu:

Golongan Beban Kerja Nilai


Rendah 0-9
Sedang 10-29
Agak Tinggi 30-49
Tinggi 50-79
Sangat Tinggi 80-100

Output yang dihasilkan dari pengukuran dengan NASA-TLX ini berupa tingkat beban kerja
mental yang dialami oleh pekerja.
Susilowati juga menjelaskan beberapa subskala yang ditulis Hart dan Staveland antara lain:
1. Skala yang berhubungan dengan tugas
Peringkat yang diberikan pada kesulitan tugas memberikan informasi langsung
terhadap persepsi kebutuhan subjek yang dibedakan oleh tugas. Tekanan waktu
dinyatakan sebagai faktor utama dalam definisi dan model beban kerja yang paling
operasional, dikuantitatifkan dengan membandingkan waktu yang diperlukan untuk
serangkaian tugas dalam eksperimen.

2. Skala yang berhubungan dengan tingkah laku


Faktor usaha fisik memanipulasi eksperimen dengan faktor kebutuhan fisik sebagai
komponen kerja utama. Hasil eksperimen menunjukan bahwa faktor usaha fisik
memiliki korelasi yang tinggi tapi tidak memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap beban kerja semuanya. Faktor usaha mental merupakan kontributor penting
pada beban kerja pada saat jumlah tugas operasional meningkat karena tanggungjawab
pekerja berpindah-pindah dari pengendalian fisik langsung menjadi pengawasan.
Peringkat usaha mental berkorelasi dengan peringkat beban kerja keseluruhan dalam
setiap kategori eksperimen dan merupakan faktor kedua yang paling tinggi korelasinya
dengan beban kerja keseluruhan.
3. Skala yang berhubungan dengan subjek
Frustasi merupakan beban kerja ketiga yang paling relevan. Peringkat
frustasi berkorelasi dengan peringkat beban kerja keseluruhan secara signifikan pada
semua kategori eksperimen. Peringkat stres mewakili manipulasi yang mempengaruhi
peringkat beban kerja keseluruhan dan merupakan skala yang paling indivenden.
Hancock dan Meshkati menjelaskan langkah-langkah dalam pengukuran beban kerja
mental dengan menggunaka metode NASA-TLX yaitu:
a. Penjelasan indikator beban mental yang akan diukur dalam tabel dibawah ini:
b. Pembobotan (penilaian)
Pada bagian ini responden diminta untuk melingkari salah satu dari dua indikator
yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan
tertentu. Kuisioner NASA-TLX yang diberikan berbentuk perbandingan
berpasangan yang terdiri dari 15 perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini
dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah
tally ini kemudian akan menjadi bobot untuk setiap indikator beban mental.
c. Pemberian Ranting
Pada bagian ini responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator
beban mental. Rating yang yang diberikan adalah subjektif tergantung pada beban
mental yang dirasakan oleh responden tersebut. Rating yang diberikan adalah
subjektif tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut.
Untuk mendapatkan skor beban mental NASA-TLX bobot dan rating untuk setiap
indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi 15 (jumlah perbandingan
berpasangan).

Anda mungkin juga menyukai