Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PILATES EXERCISE

TERHADAP INDEX MASSA TUBUH PADA ANGGOTA GYM ISOMETRIC


PILATES JAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan guna melengkapi tugas dan syarat untuk menyelesaikan program


Pendidikan S1 Fisioterapi

Disusun Oleh :

SURTI WARDANI
J 120121018

PROGDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
ABSTRACT

"THE INFLUENCE OF PILATES EXERCISE CONCERNING BODY MASS INDEX


ON MEMBER GYM ISOMETRIC PILATES JAKARTA".

SURTI WARDANI

Background : Physical Activity is one of the recommendations to address this issue, in a way
that is easy and not very time consumig. Good physical activity used ti tackleexess body weight
are by design to eliminate weight are by design to eliminate weight and fat content. One physical
activity that can be used is a Pilates exercise that has six priciples of exercise.
Objective : This study aimed in this research is to know the influence of pilates exercise with
body mass index.
Research method : This type of research is research observasional with designretropektif. The
sample in research using a measurement tool for measuring weight and height while measuring
teh BMI measurement using the parameters of the Departement of health
Results : The results of comparative tests of paired samples t test get results on the effect of
0.05 p < Pilates exercise to changes in all categories of BMI.
Conclusion: there are influences between pilates exercise with body mass index.

Key words: Pilates exercise, Body Mass Index, influence,


PENGARUH PILATES EXERCISE TERHADAP INDEX MASSA TUBUH
PADA ANGGOTA GYM ISOMETRIC PILATES JAKARTA

(SURTI WARDANI, 30 HALAMAN)

Latar belakang : Aktifitas fisik menjadi salah satu


rekomendasi untuk mengatasi permasalahan ini, dengan cara yang
mudah dan tidak terlalu memakan banyak waktu. Aktifitas fisik yang
baik digunakan untuk mengatasi berat badan berlebih ini adalah
aktivitas dengan desain untuk menghilangkan berat badan dan
kandungan lemak. Salah satu aktivitas fisik yang dapat digunakan
adalah Pilates exercise yang memiliki enam prinsip latihan.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan dalam penitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh antara Pilates exercise dengan Index Massa
Tubuh.
Metode penelitian : Jenis penelitian adalah penelitian
observasional dengan desain retropektif. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 60 orang diambil melalui metode Purposive sampling,
pengukuran dalam penelitian menggunakan alat ukur berupa pengukur
berat badan dan pengukur tinggi badan sedangkan pengukuran BMI
menggunakan parameter dari DEPKES.
Hasil : Dari hasil uji komparatif paired sampel t test
mendapatkan hasil p < 0,05 pada pengaruh Pilates exercise terhadap
perubahan semua kategori BMI .
Kesimpulan: Ada pengaruh antara Pilates exercise dengan
Index Massa Tubuh.

Kata kunci : Pilates exercise, Index Massa Tubuh, Pengaruh,

Pendahuluan
Latar Belakang
Index Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan
(membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks",
IMT sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan
(dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan. Orang yang memiliki berat
badan pada angka kisaran normal biasanya lebih sehat dibandingkan mereka yang
angka berat badannya di atas atau di bawah kisaran normal. Disamping itu, nilai
estetikanya terasa lebih baik dari kenampakan tubuhnya yang proporsional
(Grummer et al., 2002)
Berat badan yang berlebih ini dalam perhitungan Index Massa Tubuh (IMT)
menurut World Health Organization (WHO) masuk dalam golongan lebih dari 30,
dengan nilai batas normal 20-29 (WHO, 2003). Obesitas atau kelebihan berat badan
merupakan salah satu faktor munculnya permasalahan seperti cardiovascular,
diabetes, hipertensi dan permasalahan kesehatan lainnya. Menurut penelitian dari
Avery (2007)dalam penelitiannya The relationship between Body Mass Index and
health-related quality of life mendapatkan hasil bahwa memiliki tubuh yang
proposional cenderung untuk tidak memiliki permasalahan kesehatan yang berarti
dan memiliki kualitas hidup yang baik
Tujuan pendirian sanggar pusat kebugaran ini adalah sepenuhnya untuk
menciptakan manusia yang sehat, bugar dan memiliki bentuk tubuh yang ideal,
Isometric Pilates ini juga mengadopsi metode Pilates Stott dan juga dalam
pelatihannya menyediakan kelas, individu, dan kelompok-kelompok kecil dengan
program latihan yang disesuaikan yang mencakup peningkatan kesehatan dan
kebugaran umum. Dosis pemberian latihan Pilates exercise ini dilakukan selama satu
jam dan tiga kali dalam satu minggu. Dari beberapa hasil penelitian diatas terbukti
bahwa Pilates exercise dapat menurunkan berat badan akan tetapi sampai saat ini
terutama di Indonesia belum banyak diketahui hubungannya dengan Index Massa
Tubuh (IMT). Melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan Pilates exercise dengan Index Massa Tubuh.

Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh Pilates exercise terhadap Index Massa Tubuh pada anggota
Gym Isometric Pilates Jakarta?

Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pilates exercise
terhadap Index Massa Tubuh pada anggota Gym Isometric Pilates Jakarta.

Landasan Teori
1. Pilates exercise
a. Pilates exercise
Pilates exercise adalah bentuk latihan gerak tubuh yang dikembangkan
oleh Joseph Pilates, olahraga ini menekankan keseimbangan tubuh dengan
core strength atau kekuatan keseimbangan baik dari otot dalam dan luar
tubuh. Pilates exercise menekankan latihan pada penguatan otot perut,
pinggul, lengan dan punggung.
Pilates exercise lebih terkenal dikalangan perempuan, prinsip latihan
Pilates sendiri memiliki enam prinsip pokok yaitu centering, control, flow,
breath, precision dan concentration (Bryden, 2009).
1) Centering (Berpusat)
2) Control (Pengendalian)
3) Flow (Mengalir)
4) Breath (Nafas)
5) Precision (Presisi)
6) Concentration (Konsentrasi)
b. Pengaruh Pilates exercise
Teknik Pilates menawarkan penguatan otot dan juga meningkatkan
fleksibilitas dan keseimbangan. Selama pelaksanaan dilakukan dengan benar
akan meningkatkan kekuatan, body alignment, keseimbangan tubuh,
kesadaran tubuh, mengurangi berat badan, mengurangi resiko cedera tubuh
dan meningkatkan performa gerakan (Firmpointpilates, 2011).
c. Indikasi dan kontraindikasi Pilates exercise
Pilates exercise diindikasikan untuk membantu dalam penguatan core,
membantu dalam mengurangi keluhan nyeri backpain, meningkatkan
keseimbangan dinamis serta dapat juga digunakan untuk mengurangi berat
badan. Sedangkan untuk kontraindikasi dari Pilates exercise dapat dikatakan
hampir tidak ada, semua bisa melakukan senam ini tanpa pengecualian.
Meskipun demikian tetap ada pengecualian untuk latihan ini yaitu orang yang
memiliki gangguan pada sendi tulang belakang (Kenedy et al., 2006).
Gerakan Pilates exercise memuat unsur gerakan isometrik dengan
melawan gravitasi dengan pusat pada core sebagai bidang tumpu, gerakan
Pilates dilakukan dengan menahan posisi dalam beberapa menit, hal ini akan
menyebabkan terjadinya kontraksi otot dalam beberapa waktu dan
menghasilkan pembakaran terhadap lemak didalam jaringan otot yang
bekerja, dalam Pilates exercise, gerakan yang dilakukan terletak kepada
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, sehingga akan menyebabkan
terjadinya keseimbangan proses metabolisme lokal yang menyeluruh pada
seluruh tubuh (Kenedy, 2006).
2. Index Massa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan
antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. Index massa tubuh
dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam
tubuh seseorang. Index massa tubuh tidak mengukur lemak tubuh secara
langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa index massa tubuh berkorelasi
dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing
dan dual energy x-ray absorbtiometry. Index massa tubuh juga merupakan
alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta
menggunakan metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan
(Strawn et al., 2002).
Index massa tubuh merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai
untuk mengukur lemak tubuh. Walau bagaimanapun, terdapat beberapa
kekurangan dan kelebihan dalam mnggunakan index massa tubuh sebagai
indikator pengukuran lemak tubuh. Kekurangan indeks massa tubuh adalah:
a. Pengukuran pada olahragawan: tidak akurat (terutama atlet bina) yang
cenderung berada pada kategori obesitas dalam index massa tubuh disebabkan
mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemak
tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam pengukuran
berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai index massa tubuh
adalah disebabkan oleh lemak tubuh.
b. Pada anak-anak: tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh seseorang. Jumlah lemak tubuh
pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama pertumbuhan. Oleh itu, pada
anak-anak dianjurkan untuk mengukur berat badan berdasarkan nilai persentil
yang dibedakan atas jenis kelamin dan usia.
c. Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena
harus dimodifikasi mengikuti kelompok bangsa tertentu. Sebagai contoh index
massa tubuh yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori kelebihan berat
badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas pada
kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu. (CORE, 2007).
Kelebihan indeks massa tubuh adalah:
a. Biaya yang diperlukan tidak mahal
b. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan
tinggi badan seseorang.
c. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar
3. Pengaruh Pilates exercise terhadap Index Massa Tubuh.
Pilates exercise memberikan manfaat peningkatan metabolisme dalam
tubuh, hal ini membantu dalam pembakaran kalori. Pilates exercise menawarkan
bentuk latihan yang didalamnya memuat unsur aerobic dengan gerakan yang
tidak terlalu berat tetapi menyeluruh dengan berpusat kepada core. Perubahan
yang terjadi dalam tubuh untuk ukuran skala mikro adalah dengan adanya
peningkatan metabolisme lokal, baik yang terjadi pada core muscle ataupun
group otot yang dipengaruhi dalam setiap gerakan yang dilakukan. Peningkatan
metabolisme lokal ini membantu dalam proses pembuangan zat sisa dan
pengambilan cadangan energy yang berada pada lemak tubuh saat sistem tubuh
tidak mampu lagi mencukupi kebutuhannya (Segal et al., 2004).
Sedangkan untuk pencapaian pada otot besar, hal ini memberikan efek
pembakaran lemak dengan model kontraksi isometrik yang terjadi pada otot
perut, belakang dan panggul, meskipun demikian gerakan pada ekstremitas yang
lebih jauh baik pada ekstremitas atas ataupun bawah juga tercapai, hal ini
dikarenakan hasil dari gerakan kontrol movement Pilates exercise (Cakmacy,
2012). Pilates exercise dalam perkembangannya digunakan juga untuk mencapai
nilai normal dari index massa tubuh dalam kategori 18,5-22,9. Dari beberapa
penelitian menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pemberian Pilates
exercise terhadap index massa tubuh, diantaranya adalah Kloubec (2010) dan
Slentz et al. (2004). yang mendapatkan hasil bahwa Pilates exercise memberikan
pengaruh signifikan terhadap perubahan index massa tubuh dan komposisi tubuh.
Hal ini karena dalam prosesnya, pada saat dalam keadaan istirahat dan selama
kerja ringan, otot menggunakan lipid dalam bentuk asam lemak bebas (free fatty
acids /FFA) sebagai sumber energi. Bila intensitas kerja meningkat, penyediaan
energi yang dibutuhkan dengan cepat tidak dapat diperoleh hanya dari lipid,
sehingga pemakaian karbohidrat menjadi penting sebagai komponen campuran
bahan bakar otot. Glukosa sebagai hasil pemecah karbohidrat yang berada dalam
darah masuk ke dalam sel dan mengalami degradasi melalui serangkaian reaksi
kimia menjadi piruvat. Sumber glukosa intra sel lain yang berarti juga sumber
piruvat adalah glikogen, suatu polimer karbohidrat yang terdapat dalam jumlah
sangat banyak di dalam hati dan otot rangka. Proses penguraian glukosa
(glikolisis) dan lipid (lypolisis) dapat terjadi secara aerob seperti pada Pilates
exercise.

Hasil dan Pembahasan


Pengambilan data dengan menggunakan instrument pengukuran Indeks Massa
Tubuh dari DEPKES RI. Dengan uraian hasil sebagai berikut :
1. Karakteristik responden menurut umur
Distribusi responden berdasarkan umur disajikan pada tabel di bawah:
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Prosentase
21-22 14 23,3%
23-24 - 0%
25-26 11 18,3%
27-28 23 38,3%
29-30 5 8,3%
31-32 3 5%
33-35 4 6,6%
Jumlah 60 100 %
Sumber : Hasil pengolahan data

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden terbanyak adalah


rentan umur 27-28 tahun sebanyak 23 orang (38,3%).
2. Hasil nilai kategori Indeks Massa Tubuh menurut DEPKES
Tabel Distribusi hasil nilai kategori Indeks Massa Tubuh menurut DEPKES
Kurus Normal Gemuk Ringan Gemuk Berat
(BMI) (BMI) (BMI) (BMI)
Pre 7 18 22 13
Post - 43 17 -
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Indeks Massa Tubuh pada
pengukuran pre kategori normal berjumlah sebanyak 18 responden, kategori
gemuk ringan sebanyak 22 responden dan kategori gemuk berat sebanyak 13
responden. Kemudian pada kelompok pengukuran post kategori normal berjumlah
sebanyak 43 responden, kategori gemuk ringan sebanyak 17 responden.
3. Hasil nilai perubahan kategori Indeks Massa Tubuh
Tabel Distribusi hasil nilai perubahan kategori Indeks Massa Tubuh menurut
DEPKES
Kurus Normal Gemuk Ringan Gemuk Berat
(BMI) (BMI) (BMI) (BMI)
Kurus - 7 - -
Normal - 18 - -
Gemuk Ringan - 18 4 -
Gemuk Berat - 1 12 -
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai perubahan Indeks Massa
Tubuh pada penelitian ini terbanyak adalah dari kategori gemuk ringan ke normal
dengan jumlah responden sebanyak 18 orang (30%) diikuti dari kategori gemuk
berat menjadi gemuk ringan dengan jumlah responden sebanyak 12 (20%) orang.

4. Karakteristik responden menurut sebaran IMT dan umur


Distribusi responden berdasarkan umur disajikan pada tabel di bawah:
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Gemuk
Umur Kurus Normal Gemuk Berat Frekuensi
Ringan
21-22 1 3 6 3 13
23-24 - - - - -
25-26 1 6 2 2 11
27-28 1 7 8 6 24
29-30 - 2 3 - 5
31-32 - - 2 1 3
33-35 2 - 1 1 4
Jumlah 7 18 22 13 60
Sumber : Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa responden dengan rentan
umur 21-22 tahun memiliki rata-rata indeks massa tubuh terbanyak adalah gemuk
ringan, umur 25-26 tahun memiliki rata-rata indeks massa tubuh terbanyak adalah
normal, pada umur 27-28 tahun memiliki rata-rata indeks massa tubuh gemuk
ringan, umur 29-30 memiliki rata-rata indeks massa tubuh gemuk ringan dan pada
usia 33-35 tahun memiliki rata-rata indeks massa tubuh kurus.

Analisis Data
1. Uji normalitas data Pilates exercise terhadap Indeks Massa Tubuh kategori

gemuk.

Tabel Hasil Uji Kolmogorov Smirnof test Indeks Massa Tubuh


No Pilates exercise Signifikansi
1 Pre .002
2 Post .004
Sumber : hasil pengolahan data

Pada hasil pengujian normalitas data menggunakan Kolmogorov smirnov


mendapatkan hasil bahwa nilai signifikansi pada nilai Indeks Massa Tubuh pre dan
post mendapatkan nilai p < 0,05 yang berarti data dalam penelitian ini berdistribusi
tidak normal.

2. Hasil pengaruh pemberian Pilates exercise terhadap Indeks Massa Tubuh pada
semua kategori. Dengan hasil sebagai berikut:
Tabel Hasil Uji Wilcoxon Test
No Pilates exercise Signifikansi
1 Pre - Post 0,000
Sumber : hasil pengolahan data
Hasil pada penilaian uji komparatif Wilcoxon Test menunjukkan nilai
signifikansi p < 0,05 pada awal penilaian sampai akhir penilaian yang berarti
terdapat pengaruh pemberian Pilates exercise terhadap Indeks Massa
Tubuh.
Pembahasan
1. Karakteristikal Responden.
a. Umur
Penelitian mendapatkan jumlah responden sebanyak 60 orang yang diambil
dari tempat Gym Isometrik Pilates Jakarta dengan distribusi menurut umur
mendapatkan hasil terbanyak responden dengan rentang umur 27-28 tahun
sebanyak 34 orang (56,7%). Hal ini dikarenakan wanita selalu ingin terlihat
cantik. Perempuan dengan rentang usia 27-28 tahun dikota besar memiliki
kesadaran akan penampilan fisik lebih dikarenakan faktor lingkungan kebutuhan
kehidupan metropolitan, untuk tampil sempurna sebagai istri, pasangan, teman
dan dalam profesi kesehariaanya (Wibowo, 2003).
b. Indeks Massa Tubuh
Penelitian ini mendapatkan hasil responden dengan Indeks Massa Tubuh
kategori terbanyak adalah kategori gemuk ringan dengan jumlah sampel sebanyak
22 responden (36,7%).
2. Pengaruh pemberian Pilates exercise terhadap Indeks Massa Tubuh pada semua
kategori.
Hasil pada penilaian pengaruh Pilates exercise terhadap semua kategori
Indeks Massa Tubuh menunjukkan nilai signifikansi p= ,001 (p<0,05) dimana
berarti pemberian Pilates exercise yang dilakukan dengan menggunakan enam
prinsip pokok yaitu centering, control, flow, breath, precision dan concentration.
Ditambah dengan manfaat secara fisiologis teknik Pilates menawarkan penguatan
otot dan juga meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan. Selama pelaksanaan
dilakukan dengan benar akan meningkatkan kekuatan, body alignment,
keseimbangan tubuh, kesadaran tubuh, mengurangi berat badan, mengurangi
resiko cedera tubuh dan meningkatkan performa gerakan. Perubahan ini dapat
dilihat dari hasil nilai rata-rata Index Massa Tubuh sebelum melakukan Pilates
exercise yaitu sebesar 64,62 dan sesudah melakukan Pilates exercise nilai rata-
ratanya berubah menjadi 59,55 dengan tingkat perubahan sebesar 5,07 %.
Pilates exercise memang bukanlah bentuk latihan yang low energy tetapi
mampu membakar kalori cukup banyak, hal ini ditambahkan dengan bentuk
pemfokusan latihan pada segmen tertentu dalam tubuh, sebagai bagian dalam
prinsip latihan yang bertujuan untuk membentuk aligment tubuh yang sempurna.
Ditambah dengan penelitian dari Patch dkk (2013) yang mendapatkan hasil
penelitian bahwa pemberian Pilates exercise memberikan manfaat dalam
penurunan berat badan setelah dilakukan sekitar 4-6 minggu, atau satu bulan.
Pilates exercise memberikan manfaat peningkatan metabolisme dalam
tubuh, hal ini membantu dalam pembakaran kalori. Pilates exercise menawarkan
bentuk latihan yang didalamnya memuat unsur aerobic dengan gerakan yang tidak
terlalu berat. Perubahan yang terjadi dalam tubuh untuk ukuran skala mikro
adalah dengan adanya peningkatan metabolisme lokal, baik yang terjadi pada core
muscle ataupun group otot yang dipengaruhi dalam setiap gerakan yang
dilakukan. Peningkatan metabolisme lokal ini membantu dalam proses
pembuangan zat sisa dan pengembalian cadangan energi yang berada pada lemak
tubuh saat sistem tubuh tidak mampu lagi mencukupi kebutuhannya (Segal et al.,
2004).
Pada saat melakukan latihan isotonik dengan intensitas 60 menit maka
proses metabolisme yang terjadi adalah metabolisme aerobik dengan inti dari
semua proses metabolisme aerobik adalah untuk menresintesis molekul ATP
dimana prosesnya akan dapat berjalan secara aerobik. Proses hidrolisis ATP yang
akan menghasilkan energi ii dapat dituliskan melalui persamaan reaksi kimia
sederhana sebagai berikut ATP + H O ---> ADP + H + Pi -31 kJ per 1 mol ATP.
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar
31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP (Adenosine
Diphospate) dan Pi (Inorganik Fosfat) pernafasan (Vanderley et al., 2013).
Pada saat melakukan latihan, terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat
digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine
(PCr), glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat,
lemak dan juga protein. Pada kegiatan latihan dengan aktivitas aerobik yang
dominan, metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan
karbohdrat, lemak. Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan
dengan kehadiran oksigen ( O2 ) yang diperoleh melalui proses pernafasan, dan
pernafasan merupakan salah satu unsur dari pilates exercise (Vanderley et al.,
2013).
Sedangkan untuk pencapaian pada otot besar, hal ini memberikan efek
pembakaran lemak dengan model kontraksi isometrik yang terjadi pada otot perut,
belakang dan panggul dalam bentuk trigleserida. Pembakaran lemak ini diawali
dari proses pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh melalui
proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan dikonversi
menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada proses ini, untuk setiap 1
molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1 molekul
gliserol. Gliserol yang terbentuk akan masuk ke dalam siklus metabolisme untuk
diubah menjadi glukosa atau juga asam piruvat. Sedangkan asam lemak yang
terbentuk akan dipecah menjadi unitunit kecil melalui proses yang dinamakan ß-
oksidasi untuk kemudian menghasilkan energi (ATP) di dalam mitokondria sel.
Proses ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran oksigen serta membutuhkan
adanya karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada proses
ini, asam lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri dari ±
16 atom karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2 atom
karbon. Tiap unit 2 atom karbon yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat
kepada 1 molekul KoA untuk membentuk asetil KoA. Molekul asetil-KoA yang
terbentuk ini kemudian akan masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diproses
untuk menghasilkan energi seperti halnya dengan molekul asetil-KoA yang dihasil
melalui proses metabolisme energi dari glukosa/glikogen. meskipun demikian
gerakan pada ekstremitas yang lebih jauh baik pada ekstremitas atas ataupun
bawah juga tercapai, hal ini dikarenakan dengan hasil dari gerakan kontrol
movement Pilates exercise (Cakmacy, 2012).
Pilates exercise dalam perkembangannya digunakan juga untuk mencapai
nilai normal dari Indeks Massa Tubuh dalam kategori 18,5 - 22,9. Hal ini karena
berat badan berlebih atau kegemukan biasanya terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar dan
merupakan akumulasi simpanan energy yang berubah menjadi lemak (Pritasari,
2006).
Dengan meningkatnya usia kecepatan metabolisme juga mulai menurun
mulai usia 30 tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka timbunan lemak
menjadi kegemukan. Hal ini karena dalam prosesnya, pada saat dalam keadaan
istirahat dan selama kerja ringan, otot meng-gunakan lipid dalam bentuk asam
lemak bebas (free fatty acids /FFA) sebagai sumber energi. Bila intensitas kerja
meningkat, penyediaan energi yang dibutuhkan dengan cepat tidak dapat
diperoleh hanya dari lipid, sehingga pemakaian karbohidrat menjadi penting
sebagai komponen campuran bahan bakar otot. Glukosa sebagai hasil pemecah
karbohidrat yang berada dalam darah masuk ke dalam sel dan mengalami
degradasi melalui serangkaian reaksi kimia menjadi piruvat. Sumber glukosa intra
sel lain yang berarti juga sumber piruvat adalah glikogen, suatu polimer
karbohidrat yang terdapat dalam jumlah sangat banyak di dalam hati dan otot
rangka. Proses penguraian glukosa (glikolisis) dan lipid (lypolisis) dapat terjadi
secara aerob seperti pada Pilates exercise.
Dari beberapa penelitian menunjukkan adanya perubahan yang signifikan
pemberian Pilates exercise terhadap Indeks Massa Tubuh, diantaranya adalah
Kloubec (2010) dan Slentz et al. (2004) yang mendapatkan hasil bahwa Pilates
exercise memberikan pengaruh signifikan terhadap perubahan Indeks Massa
Tubuh dan komposisi tubuh. Kesimpulan ini didukung dengan analisa data dalam
penelitian ini dengan hasil analisis data uji beda pengaruh yang menunjukkan nilai
p < 0,05.

DAFTAR PUSTAKA
Avery, C. 2007. The Relationship Between Body Mass Index And Health-Related
Quality Of Life: Comparing The EQ-5D, Euroqol VAS And SF-6D.
International Journal of Obesity, 31 (1). pp. 189-196. ISSN 0307-0565.

Bryden, Joy George. 2009. Stability Ball Exercises By Lincoln Bryden.


www.fitnesstraining forlife. com.

Cakmacy, Evrim. 2012. The effect of 10 week Pilates Mat Exercise Program on
Weight Loss and Body Composition for Overweight Turkhis Women. School
of Physical Education and Sport. Selcuk University, Konya Turkey.
Dickson, Andrew. 2002. Physical Education Tools. Determining Your Body Mass
Index. Diakses
darihttp://www2.btcs.org/webportals/anderson/ClassPages/SpecialAreas/Ph
ysicalEducati Coach Dixon/tabid/480/Default.aspx pada 20 Juni 2014.

Ferreira, C. Carvalho.Neto dan Alcevedo. 2009. Effect of Three Monthsof Pilats


based in Women on Body Composition. Medicine and Science in Sport and
Exercise.

Fimrpointpilates. 2011. Benefit of Pilates Exercise. Diakses dari


http://www.Firmpointpilates .com/firmpoint_indo.html pada 20 Juni 2014.

Grummer-Strawn, Angelo Pietrobelli, Ailsa Goulding, Michael I Goran, and William


H Dietz. 2002. Validity Of Body Mass Index Compared With Other Body-
Composition Screening Indexes For The Assessment Of Body Fatness In
Children And Adolescents. Am J Clin Nutr 2002;75:978–85. Printed in
USA. © 2002 American Society for Clinical Nutrition.

Kennedy, et al., 2006. The effects of Pilates-based exercise on dynamic balance in


healthy adults. Journal of Bodywork Movement Therapie. Exercise
Physiology. Volume 11. Hal: 238-242.

Kloubec, J.A. 2010. Pilates for Improvment of Muscle Endurance. Flexibility,


Balance and Posturale. J Strenght Cod Res. 661-667.

Patch. Wolkodoff. Andrick. Lazarus. Braunstein. 2013. The Physiological & Health
Effects of a Pilates Program combined With Nutritional Intervention on
Subjects with Metabolic Syndrome. Pilates Metabolic Syndrome. Study
Journal Of Fitness Research Volume 2, Issue 1, July 2013.

Pronk, NP. 1994. Physical ctivity and Long Terms Maintenance of Weight Loss.
Obesity Research 2. 587-299.

Ogle, Marguerite. 2010. Exercises for Pilates Beginners. Diakses pada tanggal 24
September 2014 dari: http://pilates.about.Com /od/pilatesmat/tp /Beginner
Exercises.htm.

Rico, Laura. 2010. BMI Exercise Equipment & Pilates for Weight Loss. Diakses pada
tanggal 26 September 2014 dari http://www.ehow.com/way_5748000_bmi-
_amp_-pilates-weight-loss.html.

Slentz, Duscha, Jhonshon, Ketchum. Aiken, Samsa. 2004. Effect of the Amount of
Eercise on Body Weight, Body Composition and Mesaures of Central
Obesity. Arch Intern Med. Pp 164.
Strawn, Grummer. Pietrobelli A, Goulding A, Goran MI, Dietz WH. 2002. Validity
Of Body Mass Index Compared With Other Body-Composition Screening
Indexes For The Assessment Of Body Fatness In Children And Adolescents.
Division of Nutrition and Physical Activity, Centers for Disease Control and
Prevention, Atlanta, GA 30341-3724, USA.

WHO, 2003. Report of Join WHO/FAO Expert Consultation Report on Diet,


Nutrition and the Prevention of Cronic Disease. Geneva.

Wibowo, Timothy. 2003. Mengapa Wanita Selalu Ingin Cantik. Diakses pada 22
September 2014 dari http://www.timothywibowo.com/mengapa-wanita-
selalu-ingin-cantik.

Anda mungkin juga menyukai