Anda di halaman 1dari 11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Studi kasus adalah penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara mendetail
tentang latar belakang sifat maupun karakter yang khas dari suatu kasus dengan kata lain
bahwa studi kasus ini lebih memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
Studi ini biasanya banyak dilakukan oleh perawat yang bekerja di rumah sakit terutama jika
menemukan fenomena baru dari hasil pemberian asuhan keperawatan. Penelitian dalam
metode ini dilakukan secara mendalam terhadap suatu keadaan / kondisi yang disebut sebagai
kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan,
pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan hasilnya sehingga hasilnya kan
menunjukkn pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi
dasar bagi penelitian selanjutnya. (pamungkas & Usman, 2017) .
Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan
Pada Bayi Hipertermi Berhubungan Dengan Terapi Sinar Pada Pasien Hiperbilirubinemia Di
Ruang Teratai RSUD Dr. Harjono Ponorono.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah Asuhan Keperawatan Pada Bayi
Hipertermi Berhubungan Dengan Terapi Sinar Pada Pasien Hiperbilirubinemia yang akan
dilakukan di ruang teratai RSUD Dr. Harjono Ponorogo, maka penyusun studi kasus harus
menjabarkan tentang konsep asuhan keperawatan bayi hipertermi berhubungan dengan terapi
sinar pada pasien hiperbilirubinemia. Batasan istilah disusun secara naratif dan apabila
diperlukan ditambahkan informasi kualitatif sebagai penciri dari batasan yang dibuat oleh
penyusun studi kasus.
3.3 Partisipan
Partisipan pada studi kasus ini adalah 1 klien dengan diagnosa medis
Hiperbilirubinemia dengan masalah keperawatan Hipertermi Berhubungan Dengan Terapi
Sinar Di Ruang Teratai RSUD Dr. Harjono Ponorogo,

42
43

Dengan kriteria subjek :


a. Bayi hiperbilirubinemia dengan hipertermi yang mendapatkan terapi sinar.
b. Tidak mengalami kelainan konginetal lain seperti hernia, obstruksi saluran napas, dan
meningokel.
c. Bayi yang tidak mengalami infeksi.
3.4 Lokasi dan waktu
1. Lokasi
Lokasi studi kasus ini rencananya akan dilakukan di Ruang Teratai RSUD Dr.
Harjono Ponorogo.
2. Waktu Penelitian
Jadwal kegiatan studi kasus ini direncanakan akan dilakukan Januari 2019 sampai
Maret 2019.
3.5 Pengumpulan data
1. Prosedur penulisan
Dalam melakukan penulisan ini, prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Pengajuan judul penelitian.
b. Membuat latar belakang masalah.
c. Melakukan survei pendahuluan tentang bayi hipertermi berhubungan dengan terapi
sinar pada pasien hiperbilirubinemia diRuang Teratai RSUD Dr. Harjono Ponorogo.
d. Membuat proposal penelitian studi kasus.
e. Mengurus perijinan dan persetujuan, koordinasi dengan institusi Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Kampus VI Malang.
f. Mengurus perijinan dan persetujuan penelitian ke BAKESBANGPOL kabupaten
Ponorogo.
g. Mengurus perjanjian dan persetujuan penelitian kepada RSUD Dr. Harjono
Ponorogo.
h. Bekerjasama dengan kepala ruang (CI) dan perawat di Ruang Teratai RSUD Dr.
Harjono Ponorogo, untuk memperoleh informasi/data mengenai calon responden
(pasien).
i. Menentukan responden yang akan digunakan.
44

j. Memberikan penjelasan kepada calon responden yaitu ibu atau keluarga bayi tentang
tujuan penelitian, bila bersedia menjadi responden dipersilahkan menandatangani
lembar persetujuan.
k. Melakukan pengkajian askep.
l. Menganalisa data dan mendiagnosis keperawatan.
m. Merencanakan tindakan.
n. Melaksanakan tindakan keperawatan selama minimal 3 hari.
o. Melakukan evaluasi keperawatanbaik evaluasi jangka panjang maupun jangka
pendek.
2. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-
langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan teknik
instrument yang digunakan. Selama proses pengumpulan data, peneliti memfokuskan
pada penyediaan subjek, melatih tenaga pengumpulan data (jika diperlukan),
meperhatikan prinsip-prinsip validasi dan reliabilitas, serta menyelesaikan masalah-
masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2016).
a. Memilih subjek
Subjek dapat dipilih selama proses pengumpulan data. Penentuan pemilihan
subjek bergantung pada rancangan penelitian yang digunakan peneliti. Penetapan
subjek biasanya direncakana secara cermat karena analisa data dan interpretasi hasil
bergantung pada akurasi jumlah subjek yang dipilih. Peneliti harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang terjadi selama proses pengumpulan data
untuk menghindari terjadinya suatu bias penelitian. Faktor-faktor penghambat dalam
pemilihan subjek antara lain :
1) Semakin meningkatnya perawat yang melakukan riset, sehingga jumlah subjek
juga terbatas.
2) Melibatkan pasien atau perawat sebagai subjek berarti juga menjadi masalah
bagi perawatan dan institusi.
45

3) Pasien dilindungi secara hukum dari berbagai kegiatan penelitian yang


mungkin dapat merugikan pasien (Nursalam, 2016).
b. Mengumpulkan data secara konsisten
Konsep agar pengumpulan data dapat akurat adalah perlunya suatu konsistensi.
Konsistensi tersebut perlu untuk mempertahankan pola pengumpulan data pada
setiap tahap berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini penting dilakukan
agar tidak terjadi perbedaan hasil antara waktu pengumpulan data satu dengan yang
lainnya(Nursalam, 2016).
c. Mempertahankan pengendalian dalam penelitian
Tujuan pengendalian penelitian adalah untuk meminimalisasi terjadinya bias
pada hari penelitian. Peneliti perlu memperhatikan dan mengendalikan adanya
variabel-variabel yang tidak diteliti tetapi mempunyai pengaruh terhadap variable
yang diteliti. Variabel-variabel tersebut sering timbul pada saat proses pengumpulan
data dilaksanakan. Jika variabel-variabel yang tidak diprediksikan (variabel acak)
terjadi, maka peneliti harus menuliskan dalam hasil untuk dijadikan kajian penelitian
lebih lanjut atau sebagai suatu keterbatasan dalam penelitian (Nursalam, 2016).
d. Menjaga integritas/validasi penelitian
Mempertahankan konsistensi dan pengendalian selama pengumpulan data
berarti mempertahankan adanya suatu integritas atau validitas penelitian. Untuk
dapat melaksanakannya, peneliti harus selalu cermat terhadap adanya setiap
perubahan atau upaya mengubah suatu rencana yang telah ditetapkan agar tidak
terjadi ketidaksinambungan (Nursalam, 2016).
e. Memecahkan masalah
Masalah dapat dipersepsikan sebagai suatu frustrasi atau sebagai suatu
tantangan. Tujuan yang terpenting dalam pengumpulan data adalah menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi. Jalan yang bisa ditempuh untuk dapat menyelesaikan
masalah dalam pengumpulan data adalah perlu adanya orang lain untuk memberikan
masukan dan berdikusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik, agar tujuan
penelitian dapat dicapai (Nursalam, 2016).
46

3. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam
tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang
lain sebelumnya. (Sujarweni, 2014).
Dalam studi kasus ini wawancara yang akan dilakukan adalah menanyakan data
subjektif dari pasien. Sumber informasi yang dicari dari wawancara, dapat diperoleh dari
keluarga, ibu, pengasuh, teman sejawat, ataupun profesi kesehatan lain yang menangani
klien. Dalam wawancara, peneliti bisa mendapat data secara verbal yang meliputi:
keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat kehamilan dan persalinan. Wawancara
juga digunakan untuk mencari data-data yang valid serta mendukung proses pemenuhan
kebutuhan cairan bayi, melihat pengetahuan ibu tentang bayi agar mampu untuk
memberikan cairan dan nutrisi yang tepat.
4. Pengamatan (observasi)
Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan
penelitian, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Hasil observasi berupa aktivitas,
kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu (Sujarweni, 2014).
Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan seperti observasi tanda-tanda vital,
observasi tanda-tanda hipertermi pada pasien Bayi Hiperbilirubinemia dengan Hipertermi
yang biasanya didapatkan Observasi, yang perlu dilakukan pada Bayi Hiperbilirubinemia
pada studi kasus ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi keadaan umum bayi.
b. Observasi TTV.
c. Observasi kemampuan fisik bayi.
d. Observasi pernafasan bayi.
e. Observasi reflek menghisap, menelan bayi.
f. Observasi mengenai adanya gerakan aktif, spontan dan respon terhadap rangsangan
serta adanya gerakan pasif sangat berarti dalam pengkajian neurologis. Pemeriksaan
47

harus dilakukan segera setelah perawatan diruang bayi, karena semua observasi
manajemen bayi didasarkan pada informasi ini.
g. Observasi tanda-tanda hipertermi yang meliputi :
1) Berat badan menurun.
2) Kenaikan suhu tubuh.
3) Tonus aktivitas (kelesuan).
4) Penapasan (napas tidak teratur).
5) Perubahan warna kulit.
6) Dehidrasi.
Dalam observasi dan penelitian ini, alat yang digunakan adalah lembar pengkajian
untuk mengetahui data-data dasar dalam menegakkan diagnosa keperawatan dan lembar
observasi tentang indikator score termoregulasi bayi baru lahir untuk mengukur tingkat
hipertermi bayi hiperbilirubinemia yang menjalani terapi sinar.
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dalam pengkajian keperawatan dipergunakan untuk memperoleh
data obyektif dari klien. Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk menentukan status
kesehatan klien, mengidentifikasi masalah kesehatan, dan memperoleh data dasar guna
menyusun rencana asuahan keperawatan. Fokus pemeriksaan fisik yang dilakukan
perawat adalah pada kemampuan fungsional klien.Pemeriksaan fisik dapat dilakukan
melalui empat teknik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dalam studi kasus
ini, yang diharapkan oleh penulis bisa mendapatkan data yang meliputi (Nursalam,
2008):
a. Inspeksi
Melihat setiap bagian tubuh pada bayi hiperbilirubinemia meliputi ukuran tubuh,
warna kulit, bentuk tubuh, posisi dan kesimetrisan tubuh serta membandingkan bagian
tubuh yang normal dengan bagian tubuh yang abnormal (Nursalam, 2008).
Data pada penelitian ini, inspeksi dilakukan untuk mendapatkan data valid seperti
ukuran tubuh bayi, warna kulit bayi, bentuk bayi, posisi bayi, kesimetrisan bagian
tubuh bayi, lesi / luka, terjadi odema atau tidak, dan warna sklera dan mukosa bayi.
48

b. Palpasi
Palpasi pada bayi hiperbilirubinemia dilakukan dengan dengan teknik indra
peraba untuk mengumpulkan data tentang suhu, turgor kulit, bentuk, kelembapan,
vibrasi, ukuran dan bagian abnormal pada bayi (Nursalam, 2008).
Data pada penelitian ini, palpasi dilakukan untuk mendapatkan data valid seperti
suhu tubuh bayi, turgor kulit bayi, dan kita bisa meraba bagian abnormal pada tubuh
bayi.
c. Perkusi
Perkusi pada bayi hiperbilirubinemia dilakukan dengan mengetuk-ngetukkan jari
perawat ke bagian tubuh bayi dengan satu jari, yang akan dikaji untuk
membandingkan bagian kiri dan kanan serta untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk dan konsistensi jaringan (Nursalam, 2008).
Data pada penelitian ini, perkusi dilakukan untuk mendapatkan data valid seperti
suara paru yang dihasilkan waktu diketuk kiri dan kanan sama atau tidak.
d. Auskultasi
Auskultasi pada bayi hiperbilirubinemia untuk mendengarkan bunyi yang
dihasilkan oleh tubuh bayi apakah bunyinya keras atau lembut, kualitasnya menguat
atau melemah dan lama pendek atau panjang (Nursalam, 2008).
Data pada penelitian ini, auskultasi dilakukan untuk mendapatkan data valid
seperti suara nafas,bunyi jantung dan bising usus pada bayi.
6. Studi dokumentasi
Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data kualitatif sejumlah besar
fakta dan dat tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi (Sujarweni W. , 2014).
Dalam studi kasus ini mengumpulkan data dengan cara mengambil data yang
berasal dari dokumen asli. Dokumen tersebut dapat berupa hasil laboraturium, status
pasien, dan lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti.
3.6 Analisa Data
Analisa data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh
suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab (Sujarweni W. , 2014).
49

Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan
bantuan computer, tidak aka ada maknanya tanpa dianalisis. Menganalisa data tidak sekedar
mendiskripsikan dan mengintrepretasikan data yang telah diolah. Keluaran akhir dari analisis
data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut. Intrepretasi data
mempunyai dua sisi, sisi yang sempit dan sisi yang luas. Interpretasi data yang sempit, hanya
sebatas pada masalah penelitiannya yang akan dijawab melalui data yang diperoleh tersebut.
Sedangkan dari sisi yang lebih luas, interpretasi data berarti mencari makna data hasil
penelitian tersebut, tetapi juga melakukan inferensi atau generalisasi dari data yang diperoleh
melalui penelitian tersebut (Notoatmodjo S. , 2010).
Analisa dan penelitian studi kasus keperawatan yang digunakan adalah analisa deret
waktu. Analisa deret waktu adalah serangkaian nilai pengamatan yang diambil selama kurun
waktu tertentu (7 hari) dan studi literature dituangkan secara diskriptif dan naratif.
Analisa data berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data
dengan alur tahapan sebagai berikut (Sujarweni W. , 2014):
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang
terperinci.Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum,
dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.
2. Penyajian Data
Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok-pokok permasalahan dan
dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola
hubungan satu data dengan data lainnya.
3. Penyimpulan dan Verifikasi
Penyajian data dapat dilakukan dengan naratif dan tabel. Kerahasian klien dijamin
dengan jalan merahasiakan identitas klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.
Penarikan kesimpulan dengan metode induksi yaitu dengan membandingkan antara fakta
pada pasien dengan teori yang ada.
50

Data yang diambil pada penelitian ini merupakan hasil dari observasi dengan
menggunakan lembar indikator score termoregulasi bayi baru lahir untuk mengukur
tingkat hipertermi bayi hiperbilirubinemia yang menjalani terapi sinar. Hasil observasi
ini diklasifikasikan menjadi beberapa indikatorsebagai berikut:
Nilai 1 : Berat badan tetap (tidak ada kenaikan berat badan) BB lahir, suhu >39,5°C,

tonus aktivitas kelesuan dengan postur bayi , respirasi rate (<10 x/menit),
terdapat perubahan warna kulit pada 4 bagian : (wajah, leher, ekstremitas atas dan
bawah, tubuh) berwarna merah, tanda dehidrasi (ubun-ubun cekung, mata sangat
cowong, mukosa sangat kering, turgor kulit sangat menurun, kehilangan cairan
>10% BB).
Nilai 2 : BB turun 5 g/hari, suhu > 38,5̊ C – 39,5̊ C, tonus aktivitas kelesuan dengan postur

bayi , Respirasi Rate (10-20 x/menit), Terdapat perubahan warna kulit pada 3
bagian: (Wajah, leher, tubuh) berwarna merah, tanda dehidrasi (Mata sedikit cowong,
turgor kulit menurun, mukosa kering, kehilngan cairan mencapai 10% BB).
Nilai 3 : BB turun 10 g/hari, suhu > 38̊C – 38,5̊C, tonus aktivitas kelesuan dengan postur

bayi , Respirasi Rate (21-30 x/menit), Terdapat perubahan warna kulit pada 2
bagian: (Wajah, leher,) berwarna merah, tanda dehidrasi (Turgor kulit jelas menurun,
mukosa kering, kehilangn cairan mencapai 5 – 10% BB).
Nilai 4 : BB turun 15 g/hari, suhu > 37,5̊C - 38̊C, tonus aktivitas kelesuan dengan postur

bayi , Respirasi Rate (31-39 x/menit), Terdapat perubahan warna kulit pada 1
bagian Wajah, berwarna merah, tanda dehidrasi (Takikardi, mukosa kering, kehilangan
cairan mencapai 5% BB).
Nilai 5 : BB turun 20 g/hari, suhu 36.5̊C – 37,5̊C, tonus aktivitas kelesuan dengan postur

bayi , Respirasi Rate (40-60 x/menit), Tidak ada perubahan kemerahan pada kulit,
tanda dehidrasi (Ubun-ubun normal, mata normal, ,tidak mengalami penurunan turgor
kulit, tidak takikardi, tidak kehilangan cairan).
Setelah itu, hasil indikator diklasifikasikan dengan menggunakan skore sebagai berikut :
Hipertemi gangguan sangat berat : 6 – 11

Hipertermi gangguan berat : 7 – 12

Hipertermi gangguan sedang : 13 – 18


51

Hipertermi gangguan ringan : 19 – 24

Tidak terjadi gangguan : 30

3.7 Etik Penelitian


Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manuasia menjadi isu
sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan , karena hampir 90%
subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip
etika penelitian. Jika hal ini tidak dilaksanakan maka penelitian akan melanggar hak
(otonom) manusia yang kebetulan sebagai klien. Penelitian yang sekaligus pengamat sering
memperlakukan subjek penelitian seperti memperlakukan kliennya, sehingga harus menurut
semua ajuran yang diberikan (Nursallam, 2015).
Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu prinsip manfaat,prinsip menghargai hak-hak subjek dan prinsip
keadilan. Selanjutnya diuraikan sebagai berikut.
1). Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa menagibatkan penderitaan kepada subjek,
khususnya jika menggunakan tindakan khusus (Nursallam, 2015).
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan yang tidak
menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau
informasi yang telah diberikan tidak akan dipengaruhi dalam hal-hal yang dapat
merugikan subjek dalam bentuk apapun (Nursallam, 2015).
c. Resiko (benefit ration)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat
kepada subjek pada setiap tindakan (Sujarweni V. W., Metodologi Penelitian
Keperawatan, 2014).
2). Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self determinated). Subjek
harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan apakah
mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau
52

akan berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien (Nursallam,


2015).
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perilaku yang diberikan (right to full
disclosure). Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada subjek (Nursallam, 2015).
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang
akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi responden. Pada imformed consent juga perlu dicantumkan bahwa data
yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu (Nursallam,
2015).
3). Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right to fair treatment). Subjek
harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya
dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia
atau dikeluarkan dari penelitian (Nursallam, 2015).
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama(anonymity) dan rahasia
(confidentiality) (Nursallam, 2015).

Anda mungkin juga menyukai