Anda di halaman 1dari 12

AMTSALUL QUR’AN

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

ULUMUL QUR’AN

Dosen : Din zakaria

Oleh

Kelompok XI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

SURABAYA
2018

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, shalawat serta salam mudah-mudahan senantiasa
Allah karuniakan atas penutup dan Nabi paling mulia, Muhammad SAW juga atas segenap keluarganya,
para shahabat, para Tabi’in dan Tabi’in-tabiin serta para pengikut setia Nya hingga akhir zaman.

Makalah yang berjudul “Amtsalul Qur’an” ini, kami susun unuk memenuhi tugas yang diamanahkan
kepada kami pada mata kuliah Ulumul Qur’an serta sebagai wasilah untuk memperdalam tentang
Ulumul Qur’an dan pihak lain yang berkenan membacanya, makalah ini bahasanya sangat sederhana
dan fokus pada pokok bahasan sehingga mudah dipahami dan memiliki ruang lingkup yang terbatas
pada judul diatas.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah mendatang. Dalam menyusun
makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tulungagung, 13 Maret 2015


Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Amtsalul Qur’an................................................................ 3

B. Macam-Macam Amstalul Qur’an ...................................................... 4

C. Faedah Amtsalul Qur’an .................................................................... 7

D. Hukum membuat Amtsal dengan Al-Qur’an .................................... 9

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak zaman jahiliyah atau sebelum kedatangan Rasulullah SAW,salah satu kegemaran orang arab adalah
berpantun atau bersyair dengan menggunakan bahasa-bahasa yang menurut standar mereka sudah
mengandung nilai-nilai estetika bahasa.Sehingga dalam beberapa cataatan sejarah menunjukkan
semakin indah bahasa yang digunakan seseorang dalam melantunkan syair maka semakin menguatkan
status sosialnya dikalangan masyarakat umum.Ketika Allah SWT yang Maha Mengetahui ,Maha Indah,
mengutus seorang Rasul di tengah- tengah masyarakat pada saat itu ,maka Allah SWT membekalinya
dengan sebuah kitab , yang keindahanya bahasa dan sastranya tidak bisa di tandingi oleh para penyair
arab.

Disamping gaya bahasa dan sastra yang bernilai tinggi , Al-Qur’an juga menawarkan ungkapan dengan
menggunakan perumpamaan-perumpammaan (amtsal) yang sangat indah dan logis,sehingga
perumpamaan - perumpamaan mengandung ajaran itu bisa diterima masyarakat pada masa itu. Karena
terlalu indah, kadang –kadang para ulamak tidak mampu untuk membahasakan keindahan
perumpamaan-perumpamaan yang ada di dalam al Qur’an.

Untuk memahami itu semua maka ulamak tafsir menganggap perlu adanya ilmu yang menjelaskan
tentang perumpamaan dalam Al-Qur’an agar manusia mampu mengambil pelajaran dengan
perumpamaan-perumpamaan tersebut.Karena itulah kami mencoba menjelaskan tentang ilmu
tersebut,yaitu ILMU AMTSALUL AL- QUR’AN.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa pengertian Amtsalul Qur’an?

b. Ada berapa macam-macam Amtsalul Qur’an?

c. Apakah faedah-faedah Amtsalul Qur’an?


d. Bagaimana hukum membuat Amtsal dengan Al-Qur’an?

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AMTSALUL QUR’AN

Secara bahasa (etimologi) kata Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal, mitsul dan matsil.[1] Kata ini
memiliki makna kata syabah, syibah dan syabih baik secara lafal maupun maknanya. Bentuk tersebut di
ungkapkan sebanyak 19 kali di berbagai ayat dan surat dalam Al-Qur’an.[2] Sedang dalam bentuk lain di
ungkapkan sebanyak 146 kali dalam berbagai ayat dan surat dalam Al-Qur’an.[3] Pengertian Amtsal
secara bahasa ada tiga macam yaitu:

1. Perumpamaan, gambaran atau perserupaan

2. Cerita atau kisah, jika keadaannya sangat menakjubkan

3. Sifat, keadaan atau tingkah laku.

Sedangkan menurut istilah (terminologi) Amtsal mempunyai beberapa definisi diantaranya sebagai
berikut:

1. Menurut ulama ahli ilmu adab:

‫ب قثاولْل لماحيكيي ثسا ثئيلْر يلااق ث‬


‫صلد بييه تثاشبيايهل‬ ‫ثواالْثمثثلل فيي ااثلثد ي‬

‫ي ثحايل االْثليذيِ لحيكثي فياييه بيثحيل االْثليذيِ قيايثل يللاجيله‬

Artinya: “Amtsal (perumpamaan) dalam ilmu adab ialah ucapan yang seringkali disebutkan untuk
menggambarkan ungkapan lain yang dimaksudkan untuk menyamakan atau menyerupakan keadaan
sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang dituju”.

Maksud dari definisi diatas adalah Amtsal itu bertujuan untuk menyamakan hal yang akan di
ceritakan dengan asal ceritanya (asal mula cerita). Contohnya yaitu ucapan orang arab: ‫ب ثريميلةة يمان‬
‫لر ل‬

‫ثغايير ثراةم‬
Artinya: ” Banyak panahan yang tidak ada panahanya”

Maksudnya, betapa banyak lemparan panah yang mengenai sasaran yang dilakukan oleh seorang
pelempar yang biasanya tidak tepat lemparannya.

2. Menurut ulama ahli ilmu bayan :

‫ب الْثليذيِ تث للكاولن ثعلثقثتللهل االْلمتثثشابيثهة‬


‫اثالْثمثثلل هلثو االْثمثجالز االْلمثرثك ل‬

Artinya: “Perumpaan ialah bentuk majaz murakkab yang kaitanya / konteknya ialah persamaan”.

Maksudnya, Amtsal adalah sebuah ungkapan majaz atau kiasan yang majemuk, dimana hubungan
antara yang disamakan dengan asalnya adalah karena adanya persamaan atau keserupaan antar
keduanya.

B. MACAM –MACAM AMTSALUL QUR’AN

Amtsal dalam al qur’an ada tiga macam yaitu:[4]

1. Amtsal Musharrahah yaitu amtsal yang tegas dan jelas menggunakan kata-kata
perumpamaan.Didalamnya ada lafadz matsal atau yang menunjuk kepada tasybih. Contohnya: Firman
Allah tentang orang-orang munafik (QS.Al Baqarah 17-20).

Dalam ayat ini Allah SWT membuat dua perumpamaan bagi orang munafik yaitu matsal yang
berkenaan dengan api. Allah SWT menyebut orang munafik “….adalah seperti orang yang menyalakan
api….”

Untuk penerangan dan manfaat, mengingat mereka memperoleh manfaat materi dengan sebab masuk
islam. Namun disisi lain, Islam tidak memberikan pengaruh cahayanya kepada hati mereka. Kenapa?
karena Allah SWT menghilangkan cahaya dalam api itu”. Allah hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka…” dan perumpamaan yang kedua yaitu matsal yang berkenaan dengan air…” atau seperti
(orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit…” Allah SWT menyerupakan orang munafik dengan
keadaan orang yang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, gemuruh dan kilat. Sehingga rusaklah
segenap kekuatan orang itu dan ia meletakkan jari jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan
mata karena takut petir menimpanya. Ini mengingat bahwa Al-Qur’an dengan segala peringatan,
perintah, larangan dan kitabnya bagi orang munafik tak ubahnya seperti petir yang sambar-menyambar.

2. Amtsal Kaminah yaitu amtsal yang tersembunyi.


Maksudnya,lafadz tamsil (pemisalanya ) tidak ditegaskan tetapi menunjuk kepada makna-makna yang
indah ,menarik dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Contohnya sbb:

Ayat –ayat yang senada dengan perkataan:

(sebaik-baiknya urusan adalah pertengahanya) yaitu:

a. FirmanAllahSWTmengenai sholat )QS.Al-Isra’110)Artinya: “…Katakanlah: “Dan janganlah kamu


mengeraskan suaramu dalam shalatmudan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di
antara kedua itu…”

b. Firman Allah SWT mengenai sapi betina (QS.Al Baqarah 68) Artinya: “…Bahwa sapi betina itu adalah
sapi betina yang tidak tua dan tidak muda:pertengahan antara itu…”

c. Firman Allah SWT mengenai sapi betina (QS.Al Baqarah 68) Artinya: “…Bahwa sapi betina itu adalah
sapi betina yang tidak tua dan tidak muda:pertengahan antara itu…”

d. Firman Allah SWT mengenai harta (QS.Al-Furqon 67) Artinya: “Dan orang-orang yang
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan pembelanjaan itu
ditengah antara yang demikian”.

3. Amtsal Mursalah yaitu amtsal yang terlepas .

Maksudnya, kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas. Contoh:

a. ‫ص االْثح ل‬
“Sekarang jelaslah kebenaran ini’’ (QS.Yusuf 51) ‫ق‬ ‫االْئثثن ثح ا‬
‫صثح ث‬

b. “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka terpecah belah” (QS. Al- Hasyr 14) ‫تثاحثسبلهلام ثجيمايثعا‬
‫ثوقللللاوبلهلام ثشلتي‬

c. “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya itu selain Allah” (QS. An-Najm 58) ‫س لْثثها يمان لداوين اي‬
‫لْثاي ث‬
‫ثكا يشثفه‬

Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai ayat-yat yang mereka namakan amtsal mursallah ini
apa atau bagaimana hukum menggunakanya sebagai matsal. Sebagian ahli ilmu memandang hal
demikian telah keluar dari adab Al-Qur’an, Ar-Razy berkata ketika menafsirkan ayat ‫لْثلكام يداينل للكام ثولْييثيدايثن‬
“Untukmu agamamu dan untukku agamaku” (QS.Al- Kafirun 6).

Sebagian orang menjadikan ayat ini sebagai matsal (untuk membela, membenarkan perbuatanya
ketika meninggalkan agama/murtad) padahal hal demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah menurunkan
Al-Qur’an bukan untuk dijadikan matsal,tetapi untuk di renungkan dan kemudian di amalkan isi
kandungannya.
C. FAEDAH AMTSALUL QUR’AN

Beberapa faedah dari adanya Amtsalul Al-Qur’an adalah: [5]

1. Memperjelas pengertian yang abstrak dengan menggunakan bentuk yang kongkrit, akan mudah
ditangkap oleh indera dan mendorong akal manusia untuk memahami ajaran Al-Quran. Seperti
gambaran Al-Qur’an dalam surat Al Baqarah 264 yang menggambarkan hilangnya pahala sedekah
yang diserupakan dengan hilangnya debu diatas batu akibat tersiram air hujan deras.

2. Dapat mengungkapkan realitas perkara dan mengkongkritkan hal yang abstrak. Contoh surat Al
Baqarah 275 Artinya: “Orang-orang yang maakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila”. Ayat ini mengumpamakan
orang yang makan riba adalah orang yang tertipu oleh hawa nafsunya, diserupakan dengan orang yang
sempoyongan karena kesurupan syaitan.

3. Dapat mengumpulkan makna yang indah ,menarik,dengan ungkapan yang singkat dan padat.
‫ للكلل يحاز ة‬Artinya: “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan
Contoh surat Al-Mu’minun 53. ‫ب بيثما لْثثداييهام فثيرلحاوثن‬
apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”.

4. Mendorong manusia giat beribadah, beramal dengan melakukan hal-hal yang dijadikan
perumpamaan yang sangat menarik dalam Al-Quran. Contoh: Surat Al-Baqarah 261, Artinya: “…
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus
biji.Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki”.

Perumpamaan diatas dapat mendorong orangn untuk lebih banyak beramal sedekah dikarenakan
besarnya pahala bagi yang mengerjakanya karena terdorong oleh perumpamaan tersebut.

5. Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang dijadikan perumpamaan dalam


alquran,setelah ia memahami kejelekan dari perbuatan tersebut. Contoh: Surat Al-Hujurat ayat 12,
Artinya: “… Dan janganlah sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah senang jika
salah seorang diantara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya”.

Manusia akan merasa jijik dan tidak suka memakin bangkai, karena itu Allah SWT menyamakan
perbuatan menggunjing orang lain dengan tersebut agar manusia menjauhi perbuatan tercela itu.

6. Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan, seperti pujian Allah kepada sahabatnya Rasulullah
dalam Surat Al-Fath 29 Artinya: “…Demikianlah sifat-sifat mereka dalam taurat dan sifat-sifat mereka
dalam injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu
kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pohonnya, tanamn itu menyenangkan hati
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kufur (dengan kekuatan mu’min)…’’
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa pada permulaan islam, kaum yang mau beriman hanyalah
sedikit, tidak lebih dari10. Namun dalam waktu yang terbilang singkat 23 tahun, para sahabat jumlahnya
menjadi sangat banyak dan mampu menaklukkan kaum musyrikin dalam peristiwa Fatkhul Makkah.

7. Digunakan untuk mencela ,ini terjadi apabila sesuatu yang menjadi perumpamaan adalah hal yang
di anggap buruk oleh manusia. Seperti dalam Surat Al-A’raf 176, Artinya: “Dan kalau kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan
menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu
menghalaunya diulurkanya lidahnya dan jika kamu membiarkanya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami…”

Dalam mencela orang-orang yang berilmu namun mereka tetap cenderung pada kehidupan dunia
dan mengikuti hawa nafsunya, Allah menyerupakan mereka dengan anjing yang selalu menjulurkan
lidahnya.

8. Pesan yang disampaikan melalui Amtsal lebih mengena dihati ,lebih mantap dalam menyampaikan
nasehat atau larangan serta lebih kuat pengaruhnya. Dalam kaitanya ini Allah berfirman di surat Az-
Zumar 27, Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an ini setiap macam
perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran”.

D. HUKUM MEMBUAT AMTSAL DENGAN AL-QUR’AN

Para sastrawan biasa menggunakan matsal di tempat-tempat yang kondisinya serupa atau sesuai
dengan isi matsal tersebut. Jika hal ini di benarkan dalam ungkapan manusia, maka para ulama tidak
menyukai penggunaan ayat Al-Qur’an sebagai matsal. Sebab Allah menurunkan Al-Qur’an bukan untuk
dijadikan matsal, tetapi untuk direnungkan dan di amalkan isi kandunganya,demikian menurut Ar-Razi.
Mereka tidak memandang perlu bahwa orang harus membacakan sesuatu ayat matsal dalam kitabullah
ketika ia menghadapi urusan duniawi. Hal ini demi menjaga keagungan Al-Qur’an dan kedudukannya
dalam jiwa orang-orang mukmin.

Ulama lain berpendapat, tak ada halangan bila seseorang mempergunakan Alqur’an sebagai matsal
dalam keadaan sungguh-sungguh. Misalnya, ia merasa sangat sedih dan berduka karena tertimpa
bencana, sedangkan sebab-sebab tersingkapnya bencana itu telah terputus dari manusia, lalu ia
mengatakan: “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah” (Q.S.An-Najm 58).

Kata Abu Ubaid, “Demikianlah,seseorang yang ingin bertemu dengan sahabatnya atau ada
kepentingan denganya tiba-tiba sahabat itu datang tanpa di minta,maka ia berkata kepadanya sambil
bergurau:

‫يجائ ث‬
َ‫ت ثعثلئَ قثثدةر ثيا لماوثسئ‬
Artinya’’ Kamu datang menurut waktu yang di tetapkan hai Musa.’’(QS.Toha ayat 40). Berdosa besar bagi
seseorang yang dengan sengaja berpura-pura pandai, lalu dia menggunakan Alqur’an sebagai matsal
sampai – sampai ia terlihat bagai sedang bersenda gurau”.

Perbuatan demikian merupakan penghinaan terhadap Al-Qur’an. Ibnu Syihab Az-zuhri berkata,
“Janganlah kamu menyerupakan sesuatu dengan Kitabullah dan Sunnah Rasululloh”. Maksudnya kata
Abu Ubaid, “janganlah kamu menjadikan bagi keduanya sesuatu perumpamaan, baik berupa ucapan dan
perbuatan”.[6]

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas tentang Amtsalul Al-Qur’an maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Amtsal Al-Qur’an adalah perumpamaan dalam Al-Qur’an yang menampakkan pengertian yang
abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih
maupun majaz mursal ungkapan bebas.

2. Macam-macam amtsal al-quran adalah amtsal yang jelas dengan menggunakan lafazh dan amtsal
yang berupa ungkapan bebas tanpa adat tasybih.

3. Faedah mempelajari amtsal Al-Qur’an yang terpenting adalah untuk mendorong manusia untuk
melakukan amal ibadah dan mencegahnya melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta
menggambarkan hal-hal yang nyata agar pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia.
Tujuannya agar manusia mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dengan mengambil hal hal yang baik dan
menjauhi hal hal yang buruk demi mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

4. Para ulama tidak menyukai ayat-ayat Al-Qur’an sebagai matsal. Mereka tidak memandang perlu
bahwa orang harus membacakan sesuatu matsal dalam kitabullah ketika ia menghadapi urusan
duniawi.Hal ini demi menjaga keagungan Al-Qur’an dan kedudukannya dalam jiwa orang mukmin.Dasar
pengembangan ilmu amtsalul qur an diriwayatkan oleh Baihaqi: “Sesungguhnya Al-qur an diturunkan
atas lima cara 1.Halal 2.Haram 3.Muhkam 4.Mutasyabih 5.Amtsal.Oleh karena itu, pelajari yang halal dan
hindari yang haram,ikuti yang muhkam dan berimanlah dengan mutasyabih,dan ambil pelajaran dari
amtsal” (HR.Baihaqi).

DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Qamus al –munawwir. Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku Ilmiah
Keagamaan, Pondok Pesantren Krapyak

Channa, Liliek dan Hidayat ,Syaiful. 2014. Ulumul Qur’an dan Pembelajaranya. Surabaya: Kopertais IV
Press

Fu’ad, Muhammad. al-Mu’jam al- Mufahras li Alfa Al-Qur’an. Kairo: Daral Kutub

Radhiati. Makalah Amstalul Qur’an. 2013. http://Radhiatiali, blogspot.com


[1] Ahmad Warson al-munawwir, Qamus al-munawir, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku Ilmiah
Keagamaan Pondok Pesantren Krapyak, 1984,h.1404

[2] Untuk lebih mengenal kata amtsal tersebut lebih jelas ,lihat QS.al-An’am 38,160. QS.al-A’raf 194.
QS.al-Ra’du 17. QS. Ibrahim 25. QS.al-Nahl 74. QS.al-Nur 35. QS.al-Furqon 39. QS.al-Ankabut 43. QS.
Muhammad3,10,38.

[3] Muhammad Fu’ad Abd al Baqi ,al-Mu’jam al- Mufahras li Alfa Al-Qur’an. Kairo: Daral
Kutub,t.t.,h.659-661

[4] Liliek chana dan Syaiful Hidayat,Ulumul Qur’an dan pembelajaranya (Surabaya: Kopertais IV
Perss,2014) h.365.

5 Liliek chana dan Syaiful Hidayat,Ulumul Qur’an dan pembelajaranya (Surabaya: Kopertais IV
Perss,2014) h.368

[6] Radhiati,Makalah Amstalul Qur’an ,http://Radhiatiali, blogspot.com/2013/12/ulumul qur’an,di akses


tanggal 13 maret 2015 pulul 09.30 WIB<

Anda mungkin juga menyukai