suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan
Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif
Nilai risiko perusahaan terkecil 0,009 dan terbesar 10,117, dengan nilai rata-rata
1,938. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel memiliki risiko terkecil senilai
0,009 dan tertinggi 10,117. Rata-rata risiko perusahaan sampel 1,938 karena nilai
37
rata-rata risiko perusahaan cenderung mendekati nilai minimun daripada
total aset perusahaan 1,938 artinya total aset perusahaan dapat menghasilkan SD
Pada variabel komite audit, semakin besar nilai variabel komite audit
artinya semakin besar jumlah komite audit. Nilai komite audit terkecil 1,000 dan
tertinggi 7,000, dengan nilai rata-rata 3,098. Hal ini berarti bahwa perusahaan
sampel memiliki jumlah komite audit terkecil sebanyak 1 orang dan jumlah
total aset. Semakin tinggi nilai log total aset maka semakin besar ukuran
perusahaan. Sebaliknya semakin rendah nilai log total aset maka semakin rendah
ukuran perusahaan. Nilai log total aset terkecil 4,758 dan tertinggi 8,620, dengan
nilai rata-rata 6,499. Hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan terkecil memiliki
nilai log total aset sebesar 4,758 dan ukuran perusahaan terbesar memiliki nilai
log total aset sebesar 8,620. Rata-rata ukuran perusahaan sampel memiliki nilai
ekuitas (DER), sehingga DER yang tinggi berarti total kewajiban lebih tinggi
sendiri kecil. Sebaliknya DER yang rendah berarti total kewajiban lebih rendah
38
dibandingkan ekuitas atau kemampuan membayar hutang berdasarkan modal
sendiri tinggi. Nilai DER terkecil 0,071 dan terbesar 15,448, dengan nilai rata-rata
1,862. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel memiliki DER terkecil senilai
0,005 dan terbesar 4,052, dengan nilai rata-rata 0,234. Hal ini berarti bahwa
perusahaan menghasilkan laba. Nilai ROA terkecil 0,001 dan terbesar 0,610,
dengan nilai rata-rata 0,092.Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel memiliki
ROA terkecil senilai 0,001 dan ROA tertinggisenilai 0,610. Rata-rata ROA
antara laba bersih dengan total aktiva 9,2% jadi aktiva efektif untuk menghasilkan
39
Pada penelitian ini variabel tax avoidance menggunakan proksi CETR
dikalikan minus satu untuk konsistensi hipotesis. Nilai CETR terkecil -0,484 dan
terbesar -0,018, dengan nilai rata-rata -0,257. Semakin kecil CETR menunjukkan
semakin kecil tax avoidance. Dilihat dari nilai rata-rata sebesar -0,257 artinya
perusahaan sampel cenderung untuk tidak melakukan tax avoidance. Nilai CETR
terkecil senilai -0,484dan tertinggi -0,018. Nilai standard deviasi sebesar 0,091
4.2.1 Normalitas
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 660
Normal Parametersa,b Mean 0,000
Std. Deviation 2,654
Most Extreme Absolute 0,396
Differences Positive 0,382
Negative -0,396
Test Statistic 0,396
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
40
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 atau nilai p < 0,05, yang
berarti distribusi data tidak normal. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan
outliers(explore descriptive). Hasil dari outliers diketahui 120 data termasuk data
normalitas dengan sampel sebanyak 540. Hasil dari uji normalitas dengan
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 540
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,05696330
Most Extreme Absolute ,026
Differences Positive ,017
Negative -,026
Test Statistic ,026
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai p = 0,200 atau nilai p > 0,05, yang
berarti distribusi data normal, yang berarti sampel benar-benar mewakili populasi.
41
4.2.2 Multikolinieritas
multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas yang dilihat dari nilai VIF disajikan
pada Tabel:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Karakter Eksekutif (Risiko) 0,770 1,298
Komite Audit 0,962 1,040
Ukuran Perusahaan (Log TA) 0,853 1,172
Leverage (DER) 0,845 1,183
Pertumbuhan (Growth Sales) 0,940 1,064
Profitabilitas (ROA) 0,899 1,112
Sumber: Data sekunder yang diolah (2015)
memiliki nilai VIF < 10, yang berarti bebas multikolinieritas, sehingga asumsi
variabel independen.
4.2.3 Heteroskedastisitas
42
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model Sig.
1 (Constant) 0,803
Karakter Eksekutif (Risiko) 0,261
Komite Audit 0,520
Ukuran Perusahaan (Log TA) 0,061
Leverage (DER) 0,693
Pertumbuhan (Growth Sales) 0,780
Profitabilitas (ROA) 0,327
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
4.2.4 Autokorelasi
periode t-1 (sebelumnya). Hal ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson diperoleh
demikian, nilai DW ini berada diantara du dan 4-du, yang berarti model regresi
bebas autokorelasi.
43
4.3 Hasil Analisis Regresi Berganda
variabel dependen secara simultan. Selain itu juga untuk melihat suatu model
regresi fit atau tidak. Hasil uji F pada penelitian ini adalah:
Tabel 4.6
Hasil Uji F
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,762 6 0,460 140,289 0,000b
Residual 1,749 533 0,003
Total 4,511 539
a. Dependent Variable: Tax Avoidance (CETR)
b. Predictors: (Constant), Profitabilitas (ROA), Komite Audit, Leverage (DER),
Ukuran Perusahaan (Log TA), Pertumbuhan (Growth Sales), Karakter Eksekutif
(Risiko)
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
tax avoidance secara simultan, sehingga model regresi dinyatakan sebagai model
yang fit.
44
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
1
R 0,782a
R Square 0,612
Adjusted R Square 0,608
Std. Error of the Estimate 0,057
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas (ROA), Komite Audit,
Leverage (DER), Ukuran Perusahaan (Log TA), Pertumbuhan
(Growth Sales), Karakter Eksekutif (Risiko)
b. Dependent Variable: Tax Avoidance (CETR)
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
penelitian diterima atau ditolak. Hasil uji t (uji hipotesis) pada penelitian ini
adalah:
45
Tabel 4.8
Hasil Uji Hipotesis
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig. Sig./2
1 (Constant) 0,139 0,029 4,812 0,000 0,000
karakter eksekutif 0,019 0,001 0,524 17,051 0,000 0,000 H1 diterima
komite audit 0,001 0,005 0,007 0,253 0,800 0,400 H2 ditolak
ukuran perusahaan (ln total aset) -0,022 0,004 -0,161 -5,504 0,000 0,000 H3 ditolak
leverage (DER) 0,006 0,001 0,167 5,677 0,000 0,000 H4 diterima
pertumbuhan penjualan -0,014 0,008 -0,048 -1,720 0,086 0,043 H5 ditolak
profitabilitas (ROA) -0,242 0,026 -0,264 -9,288 0,000 0,000 H6 diterima
a. Dependent Variable: tax avoidance (CETR)
Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)
Keterangan:
1. Hipotesis Pertama
karakter risk taking maka semakin tinggi tax avoidance. Sebaliknya, semakin
eksekutif memiliki karakter risk averse maka semakin rendah tax avoidance.
46
Hasil ini menunjukkan bahwa karakteristik eksekutif berpengaruh positif
2. Hipotesis Kedua
terhadap CETR tetapi tidak signifikan. Sedikit atau banyaknya jumlah komite
ditolak.
3. Hipotesis Ketiga
terhadap CETR. Dengan kata lain, semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin rendah tax avoidance, dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa
4. Hipotesis Keempat
47
Dengan kata lain, semakin tinggi leverage maka semakin tinggi tax avoidance,
5. Hipotesis Kelima
secara signifikan terhadap CETR dan signifikan. Dengan kata lain semakin
6. Hipotesis Keenam
48
4.4. Pembahasan
tinggi risiko perusahaan) maka semakin tinggi tax avoidance. Risiko perusahaan
risk taking atau risk averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taking lebih
tax avoidance karena mereka lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan
kesejahteraan dan kewenangan yang lebih tinggi. Dengan demikian mereka harus
mampu mendatangkan cash flow yang tinggi pula guna memenuhi tujuan pemilik
perusahaan yakni untuk mendapatkan cash flow dari operasi yang dilakukan oleh
pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash flow (Guire, et al., 2011).
berpengaruh positif secara signifikan terhadap tax avoidance yang tinggi atau
dengan kata lain berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Hal ini sesuai
49
dengan pendapat Dyreng, et al (2010) bahwa eksekutif memiliki peranan
signifikan terhadap tax avoidance perusahaan. Hasil penelitian ini juga konsisten
terhadap tax avoidance” ditolak, ini artinya sedikit atau banyaknya jumlah
komite audit tidak berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya tax avoidance
terdaftar di BEI wajib memiliki komite audit, yang anggotanya terdiri dari satu
orang komisaris independen sebagai ketua dan minimal 2 orang pihak eksternal
efisien, namun juga memiliki kelemahan, yakni ide dan hasil pemikiran berasal
dari orang yang lebih sedikit. Jadi komite audit dengan jumlah yang sedikit
cenderung lebih efisien namun ada kelemahan ide lebih sedikit, dan komite audit
dengan jumlah yang lebih banyak juga memiliki kelemahan yaitu akan lebih
komite audit tetap memiliki kelemahan sehingga tidak berpengaruh terhadap tax
50
avoidance. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Kurniasih dan Sari
(2013) dan Fadhilah (2014) yang menyatakan bahwa komite audit tidak
positif terhadap tax avoidance” ditolak karena beda arah koefisien regresi
terhadap tax avoidance, ini artinya semakin besar ukuran perusahaan (yang
diindikasikan dengan semakin besar log total aset) maka semakin rendah tax
avoidance.
pajak lebih tinggi pula. Namun, pihak perusahaan untuk menjaga citra perusahaan
pajak. Jadi semakin tinggi ukuran perusahaan akan semakin rendah penghindaran
pajak atau tax avoidance. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tax
avoidance karena semakin besar ukuran perusahaan maka untuk menjaga citra
tidak melakukan penghindaran pajak. Selain itu, semakin besar ukuran perusahaan
51
menjadi sorotan dan sasaran keputusan regulator. Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian Siegfried (1972) dalam Richardson dan Lanis (2007) bahwa
diindikasikan semakin tinggi DER) maka semakin tinggi tax avoidance (yang
menjadi pengurang laba kena pajak, sedangkan dividen yang berasal dari laba
ditahan tidak dapat menjadi pengurang laba. Beban bunga yang dapat digunakan
sebagai pengurang laba kena pajak adalah beban bunga yang muncul akibat
adanya pinjaman kepada pihak ketiga atau kreditur yang tidak memiliki hubungan
dengan perusahaan (Marfu’ah, 2015). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
52
penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance karena kaitannya dengan laba yang
pajak.
penjualan yang tinggi berarti memiliki kinerja yang baik dan laba perusahaan
avoidance. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Swingly &
melakukan operasinya dengan efisien dan oleh pemerintah hal ini akan dihargai
dengan memberikan tarif pajak efektif yang lebih rendah dibandingkan dengan
Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki ROA tinggi akan wajib untuk
53
kecenderungan untuk melakukan tax avoidance, bahkan mengurangi
membayar pajak tidak ada masalah karena memiliki arus kas yang cukup untuk
setiap tindakan manager bisa diawasi oleh pemegang saham dan pemegang saham
senang dengan laba yang tinggi supaya harga laba sahamnya tinggi. Mungkin ada
maka harga saham juga akan menurun. Sehingga perusahaan tidak melakukan
54