Anda di halaman 1dari 8

Achondroplasia Merupakan Salah Satu

Kelainan Pewarisan Sifat pada Manusia


Clara Nikita Angeline

(102019031)

Kelompok : A1
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : clara.102019031@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Achondroplasia adalah entitas khusus dan tidak lagi dianggap identik dengan dwarfisme
tungkai-pendek. Kerdil Achondroplastik dideteksi saat lahir dengan anggota tubuh pendek,
badan ukuran normal, dan kelainan kraniofasial. Roentgenogram bersifat diagnostik dan
menunjukkan penyempitan caudal pada kanal tulang belakang lumbar, pedikel vertebral
pendek, takik sacrosciatic yang sempit, dan mikromelia rhizomelik. Masalah ortopedi yang
sering dijumpai termasuk bowlegs, supinasi kaki, kontraktur pinggul, fibromyositis, dan
radang kandung lendir. Malalignment tulang belakang, tidak termasuk lumbosis lumbalis yang
berlebihan, dapat diperkirakan terjadi pada 70 persen pasien. Kyphosis biasanya ringan, dan
terletak di daerah torakolumbar; scoliosis, biasanya juga ringan, terutama di vertebra lumbar.
Beberapa kesulitan neurologis yang serius, dijumpai pada setidaknya 12 persen pasien, dapat
terjadi akibat gangguan saraf medula spinalis atau saraf akar yang tidak terlihat pada individu
normal.

Kata Kunci : Achrondoplasia, Kerdil, Kromosom

Abstract

Achondroplasia is a special entity and is no longer considered synonymous with short-leg


dwarfism. Achondroplastic dwarf is detected at birth with short limbs, normal size body, and
craniofacial abnormalities. The roentgenogram is diagnostic and shows caudal narrowing of
the lumbar spinal canal, short vertebral pedicles, narrow sacrosciatic notches, and rhizomelic
micromelia. Common orthopedic problems include bowlegs, leg supination, hip contractures,
fibromyositis, and bursitis. Spinal malalignment, excluding excessive lumbar lumbosis, can be
estimated to occur in 70 percent of patients. Kyphosis is usually mild, and is located in the
thoracolumbar region; scoliosis, usually also mild, especially in the lumbar vertebra. Some
serious neurological difficulties, found in at least 12 percent of patients, can occur due to
disorders of the spinal cord or nerve root that are not seen in normal individuals.

Keywords : Achrondoplasia, Chromosm, Dwarfism

Pendahuluan

Latar Belakang

Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani; achondros yaitu tidak memiliki


kartilago dan plasia yaitu pertumbuhan. Istilah yang pertama kali digunakan oleh Parrot (1878)
ini secara harfiah berarti pembentukan kartilago menjadi tulang – tulang (terutama tulang
panjang) yang terganggu. Achondroplasia ini merupakan suatu penyakit genetika yang
diturunkan secara autosom dominan, namun sebagian besar kasus juga terjadi karena adanya
mutasi dalam gen secara spontan.
Achondroplasia disebut juga dwarfisme atau kekerdilan. Istilah lain yang biasa
digunakan untuk penyakit ini antara lain Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia
Fetalis, Chondrodystrophy Syndromeatau Osteosclerosis Congenital. Umumnya pertumbuhan
tulang yang normal bergantung pada produksi tulang rawan, yaitu sebuah jaringan ikat fibrosa.
Asupan kalsium ke dalam tubuh secara normal akan disimpan dalam tulang rawan sehingga
tulang rawan akan mengeras menjadi tulang. Namun pada penyakit Achondroplasia, kelainan
menyebabkan pertumbuhan tulang, terutama pada bagian tangan dan kaki, menjadi terhambat
dimana pada saat itu juga terjadi proses penebalan tulang. Selain itu bukaan di tengkorak
menuju sumsum tulang belakang dan sumsum tulang belakang itu sendiri berukuran lebih kecil
dari ukuran biasanya sehingga terjadi akumulasi cairan yang berlebihan dikepala.

Pembahasan

Pewarisan Sifat (Hereditas)

Pewarisan sifat atau yang sering dikenal dengan Hereditas merupakan suatu fenomena
dimana terjadinya pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Cabang ilmu yang
memepelajari mengenai pewarisan sifat ini disebut dengan Genetika. Pewaerisan sifat ini dapat
ditentuka dari Kromosom dan Gen. 1
A. Teori Pewarisan Sifat
1. Teori Embrio
Teori ini dikemukakan oleh Willam Harvey, 1578-1657 yang menyatakan
bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Raider de
Graff (1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma dengan
sel telur. Sel sperma dan Sel telur yang akan membentuk embrio. Rainer de Graff
menyatakan bahwa Ovarium pada burung sama dengan Ovarium pada kelinci.1

2. Teori Preformasi
Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang
menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai
miniatur yang telah terbentuk sebelumnya. 1

3. Teori Epigenesis Embriologi


Teori ini dikemukakan oleh CF.Wolf , 1738-1794, yang menyatakan bahwa ada
kekuatan vital dalam tubuh organisme dan kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan
embrio menurut pola perkembangan sebelumnya. 1

4. Teori Plasma Nutfah


Teori ini dikemukakan oleh J.B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan
sifat yang terjadi karena rangsangan yang terjadi dari luar (Lingkungan) terhadap
struktur dan fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya. 1

5. Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C.R Darwin 1882-1980 yang menyatakan
bahwa setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang
disebut gemuaia. 1

Pengertian DNA

Deoxyribonucleic acid (DNA) adalah polimer asam nukleat yang tersusun secara
sistematis dan merupakan pembawa informasi genetik yang diturunkan kepada keturunannya.
Informasi genetik disusun dalam bentuk kodon yang berupa tiga pasang nukleotida. Secara
struktural, DNA merupakan polimer nukleotida, di mana setiap nukelotida tersusun atas gula
deoksiribosa, fosfat, dan basa. Polimer tersebut membentuk struktur dua untai heliks ganda
yang disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang ada. Terdapat 4 macam basa di
dalam DNA, yaitu Adenin (A), Sitosin (C), Guanin (G), dan Timin (T). 2

Pengertian Kromosom

Kromosom adalah pembawa gen yang terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom
berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata chrome yang berarti warna dan soma berarti badan.
Kromosom dapat diartikan sebagai badan yang mampu menyerap warna. Istilah kromosom
diperkenalkan pertama kali oleh W. Waldeyer pada tahun 1888. Satuan terkecil dari makhluk
hidup adalah sel. Segala aktivitas sel diatur oleh inti sel (nukleus). Di dalam inti, terkandung
substansi genetik yang terdapat dalam kromosom. 3

Pengertian Gen

Gen merupakan unit terkecil materi genetik. Gen terdapat dalam setiap lokus yang khas
pada kromosom. Gen adalah substansi genetik terkecil yang terdiri atas sepenggal DNA yang
menentukan sifat individu melalui pembentukan polipeptida. Jadi, gen berperan penting dalam
mengontrol sifat-sifat individu yang diturunkan. Setiap gen terletak pada suatu lokus. Gen
memenuhi lokus suatu kromosom sebagai zarah kompak yang mengandung satuan informasi
genetik dan mengatur sifat-sifat menurun tertentu. Pada kenyataannya, batas-batas lokus satu
sama lain tidak seperti kotak dan gen itu sendiri masing-masing tidak kompak seperti butir-
butir kelereng. 4

A. Macam – macam Gen

1. Gen dominan, yaitu gen yang menutupi ekspresi gen lain, sehingga sifat yang
dibawanya terekspresikan pada turunannya (suatu individu) dan biasanya
4
dinyatakan dalam huruf besar, misalnya A.

2. Gen resesif, yaitu gen yang terkalahkan (tertutupi) oleh gen lain (gen dominan)
sehingga sifat yang dibawanya tidak terekspresikan pada keturunannya. 4

3.
Gen heterozigot , yaitu dua gen yang merupakan perpaduan dari sel sperma (A)
dan sel telur (a). 4
4. Gen homozigot, dominan, yaitu dua gen dominan yang merupakan perpaduan
dari sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, misalnya genotipe AA. 4

5. Gen homozigot resesif, yaitu dua gen resesif yang merupakan hasil perpaduan
4
dua sel kelamin. Misalnya aa.

6. Fenotipe, yaitu sifat-sifat keturunan pada F1, F2, dan F3 yang dapat dilihat,
seperti tinggi, rendah, warna, dan bentuk. 4

7. Genotipe, yaitu sifat-sifat keturunan yang tidak dapat dilihat, misalnya AA, Aa,
dan aa. 4

Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)

Bunyi hukum Mendel I (segresi bebas) menjelaskan bahwa pasangan alel akan berpisah
pada saat pembentukan gamet akan bertemu secara acak pada saat pembuahan.hukum Mendel
I dibuktikan dengan melalui persilangan monohibrid. Pada percobaan Mendel I ini
menunjukkan jika dominansinya penuh maka persilangan ini merupakan persilangan
5
monohibrid yang memiliki fenotif 3:1.

Hukum Mendel II (Hukum Asortasi Bebas)

Bunyi hukum Mendel II (asortasi) menjelaskan bahwa “pengelompokan gen secara


bebas terjadi pada saat meiosis berlangsung. Setiap gen dapat dipasangkan secara bebas dengan
gen yang lain. Hukum Mendel II hanya berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan. Hukum
Mendel II dapat diamati pada persilangan dihibrid atau polihibrid. Pada percobaan Mendel II
dibuktikan melalui adanya dominasi tidak penuh sehingga persilangan ini memiliki fenotip
1:2:1. 5

Linkage

Gen terangkain atau yang sering dikenal dengan Linkage adalah kejadian dimana gen
yang terletak pada kromosom yang sama. Alel – alel dari gen – gen yang terangkai dengan
sendirinya tidak dapat memisah secara bebas. 6
Autosom Resesif

Kriteria pewarisan autosom resesif, antara lain 6 :

1. Sifat sering melewatkan generasi


2. Jumlah hamper sama laki -laki dan perempuan
3. Sifat – sifat sering ditemukan pada keturunan dari perkawinan sekerabat
4. Jika kedua orangtua menderitam maka semua keturunan menderita
5. Jika penderita menikah dengan orang normal, maka keturunan akan normal.
6. Kebanyakan penderita memiliki orang tua yang memiliki sifat pembawa
(carrier)

Autosom Dominan

Kriteria pewarisan autosom dominan, antara lain 6 :

1. Sifat tidak harus melewatkan generasi (kecuali sifat kekurangan penetrasi


penuh).
2. Ketika Orang yang menderitas menikah dengan orang yang tidak menderita
sekitar 50% dari keturunan menderita.
3. Sifat muncul dalam jumlah yang hamper sama antara laki – laki dan perempuan.

Achondroplasia

Istilah Achondroplasia pertama kali digunakan oleh Parrot (1878). Achondroplasia


berasal dari bahasa Yunani yaitu; achondros: tidak ada kartilago dan plasia: pertumbuhan.
Secara harfiah Achondroplasia berarti tanpa pembentukan/ pertumbuhan kartilago, walaupun
sebenarnya individu dengan Achondroplasia memiliki kartilago. Masalahnya adalah gangguan
pada proses pembentukan kartilago menjadi tulang terutama pada tulang-tulang panjang.
Achondroplasia adalah dwarfisme atau kekerdilan yang disebabkan oleh gangguan osifikasi
endokondral akibat mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan
pendek kromosom 4p16.3. Sindroma ini ditandai oleh adanya gangguan pada tulang-tulang
yang dibentuk melalui proses osifikasi endokondral, terutama tulang-tulang panjang. Selain
itu, Achondroplasia memberikan karakteristik pada kraniofasial. Achondroplasia juga dikenal
dengan nama Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy
Syndrome atau Osteosclerosis Congenital. 8

Achondroplasia disebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada gen FGFR3 (fibroblast
growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16.3. Gen FGFR3 berfungsi
memberi instruksi dalam hal pembentukan protein yang terlibat dalam pembentukan dan
pemeliharaan tulang, khususnya pembentukan tulang secara osifikasi endokondral. Dua mutasi
spesifik pada gen FGFR3 bertanggungjawab pada hampir semua kasus Akondroplasia Mutasi-
mutasi ini mengakibatkan protein tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tulang. Adanya mutasi gen FGFR3 pada
Achondroplasia menyebabkan gangguan pada proses osifikasi endokondral, dimana kecepatan
perubahan sel kartilago menjadi tulang pada pelat pertumbuhan (growth plates) menurun
sehingga pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu. 8

Gejala umum pada penderita Achondroplasia adalah memiliki postur tubuh yang
pendek. Pada laki – laki akan memiliki tinggi sekitar 131 cm, sedangkan pada perempuan 124
cm. penderita juga akan Memiliki tangan dan kaki yang pendek dengan lengan dan paha atas
yang pendek, pergerakan siku terbatas, kepala besar dengan dahi yang lebar, dan memiliki jari
– jari yang pendek. 8

Simpulan

Dapat diketahui bahwa kelainan genetika Achondroplasia disebabkan oleh mutase gen
pada kromosom 4 yang mengakibatkan terjadinya disfungsu pada reseptor FGRF3 yang
menyebabkan protein tidak dihasilkan.

Daftar Pustaka

1. Elfayetti. IPA DASAR. Medan: FIS UNIMED Medan, 2011.

2. Brooker, J, R.. Genetics Analysis and Principle 4th Edition. Hill Internasional edition.
McGraw.
3. Mohammed O. Molecular detection of Salmonella species in bovine fecal
samples.Journal of V eterinary Diagnostic Investigation. 2013. 25(6), 756-758.
4. Smith, J. E. Biotechnology. Fifth Edition. UK. Cambridge University Press. 2009
5. Suryo. Genetika Manusia. Cetakan 8. Yogyakarta : Gadjah Mada Universuty Press.
2005
6. Susilowati RP. Kajian Sel dan Molekuler. Pena Persada. 2019. 1(1). 1-352
7. Goriely A, Wilkie AO. Paternal age effect mutations and selfish spermatogonial
selection: causes and consequences for human disease. Am J Hum
Genet. 2012;90:175–200.

Anda mungkin juga menyukai