Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR RENDAH (BBLR)

Oleh:

Detrika Laura Sari Munthe

30120115021

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

2018
1. PENGERTIAN
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga
dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah
bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan
Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).

2. ANATOMI FISIOLOGI
1. Sistem pernapasan
Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan adanya
sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin matur
dan bayi lebih besar berat badannya, maka akan semakin besar alveoli,
pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler. Otot pernafasan bayi
ini lemah dan pusat pernafasan kurang berkembang. Terdapat juga
kekurangan lipoprotein paru-paru, yaitu suatu surfaktan yang dapat
mengurangi tegangan permukaan pada paru-paru, surfaktan diduga
bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil,sehingga mencegah
terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.
Pada bayi preterm yang terkecil relaks batuk tidak ada. Hal ini dapat
mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan
timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat sempit dan
cidera terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Hal ini penting untuk diingat
ketika memasukkan tabung nasogastrik atau tabung endotrakeal melalui
hidung. Kecepatan pernafasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi
preterm. Pada bayi neonates dalam keadaan istirahat, maka kecepatan
pernafasan dapat 60 sampai 80 per menit, berangsur-angsur menurun
mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34 sampai 36 per menit.

2. Sistem sirkulasi
Jantung secara relatif kecil saat lahir, pada beberapa bayi pre-term
kerjanya lambat dan lemah. Terjadi ekstra sistole dan bising yang dapat
didengar pada atau segera setelah lahir. Sirkulasi perifer seringkali buruk
dan dinding pembuluh darah juga lemah. Hal ini merupakan sebab dari
timbulnya kecenderungan perdarahan intrakanial yang terlihat pada bayi
pre-term. Tekanan darah lebih rendah dbandingkan dengan bayi aterm,
tingginya menurun dengan menurunnnya berat badan. Tekanan sistolik
pada bayi aterm sekitar 80 mmhg dan pada bayi pre-term 45 sampai 60
mmhg. Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30
sampai 45 mmhg. Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit.

3. Sistem perncernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflek menghisap dan
menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif.
Regurgitasi merupakan hal yang sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh
karena mekanisme penutupan spingter jantung yang kurang berkembang
dan spingter pilorus yang secara relatif kuat. Pencernaan tergantung pada
perkembangan dari alat pencernaan. Lambung dari seorang bayi dengan
berat 900 gram memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula
sekretoris, demikian juga otot, kurang berkembang.
4. Sistem urinarius

Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan. Fungsi ginjal kurang efesien dengan adanya angka filtrasi
glumerolus yang menurun, dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasi
urin dan urin menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit
mudah terjadi.
5. Sistem persarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung ada drajat maturitas. Pusat
pengendali fungsi vital, penrafasan, suhu tubuh, dan pusat reflek, kurang
berkenbang. Reflek moro dan reflek leher tonik di temukan pada bayi
premature yang normal,tetapi reflek tandon berfariasi. Karena
perkembangan saraf buruk maka bayi kecil lebih lemah dibangunkan dan
mempunyai tangisan yang lemah ( Price, 2006 ; Syaifudin, 2006 ).
3. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
c. Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
d. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam
tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat
besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi
terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain.
Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi
aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan,
koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum berkembang
dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR
kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya
lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan
kebutuhan kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah
kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.

5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:

a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni


b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :


a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia
mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan
refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan
tangisanya lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang

Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif
pada lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak
efektif dan tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

6. KOMPLIKASI
a) Hipotermia
b) Hipoglikemia
c) Gangguan cairan dan elektrolit
d) Hiperbilirubinemia
e) Sindrom gawat nafas
f) Paten duktus arteriosus
g) Infeksi
h) Perdarahan intraventrikuler
i) Apnea of Prematury
j) Anemia

7. PATHWAY
(Terlampir)

8. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan
kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein
3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB,
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan
lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga
ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh
polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada
abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain:
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut
untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas.
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang
yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat
bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas.
KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terjadi pada bayi premature yang dalam pertumbuhan di dalam
kendungan terganggu.
b. Keluhan utama
Menagis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah.
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minggu, berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit,
0 sampau 3 menunukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan
sedang, dan 7-10 normal.
e. Riwayat penyakit terdahulu
Ibu memiliki riwayat kelahiran premature, kehamilan ganda, hidramion.
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola nutrisi: reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhna nutrisi terganggu.
2) Pola istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia.
3) Personal hygiene: tahap awal tidak memandikan.
4) Pola aktivitas: gerakan kaki dan tangan lemas.
5) Pola eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah.
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi: 180 x/menit, kemudian menurun sampai 120-140 x/menit
c) RR: 80 x/menit, kemudian menurun sampai 40 x/menit
d) Suhu: kurang dari 36,50C
2) Pemeriksaan fisik
a. Sistem kardiovaskular: frekuensi dan irama jantung rata-rata 120-
160 x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi
sianosis atau pucat, pengisian capillary refill time kurang dari 2-3
detik.
b. Sistem pernapasan: bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal (frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60 x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c. Sistem gastrointestinal: distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltic usus, muntah (jumlah, warna,
konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristi, konsistensi
dan bau), reflex menelan dan menghisap yang lemah.
d. Sistem geritourinaria: abdominalis genital, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e. Sistem neurologis dan musculoskeletal: gerakan bayi, menghisap,
menggenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensu,
ukuran lingkar kepala kurang dari 33 mc, respon pupil, tulang
kartilago telinga belum tumbuh dengans empurna, lembut dan
lunak.
f. Sistem integumen: keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
g. Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput (Pantiawati, 2010).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada BBLR adalah:

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,


keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
3. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Pola nafas tidak Pola napas menjadi efektif 1. Observasi pola Nafas.
efektif Kriteria hasil: 2. Observasi frekuensi
1. RR 30-60 x/mnt dan bunyi nafas
2. Sianosis (-) 3. Observasi adanya
3. Sesak (-) sianosis.
4. Ronchi (-) 4. Monitor dengan teliti
5. Whezing (-) hasil pemeriksaan gas
darah.
5. Tempatkan kepala
pada posisi
hiperekstensi.
6. Beri O2 sesuai
program dokter
7. Observasi respon bayi
terhadap ventilator
dan terapi O2.
8. Atur ventilasi
ruangan tempat
perawatan klien.
9. Kolaborasi dengan
tenaga medis lainnya.

2 Hipotermi b.d Suhu tubuh dalam rentang 1. Observasi tanda-


kontrol suhu yang normal tanda vital.
imatur dan Kriteria hasil: 2. Tempatkan bayi pada
penurunan lemak 1. Suhu 36-37C. incubator.
tubuh subkutan 2. Kulit hangat. 3. Awasi dan atur
3. Sianosis (-) control temperature
4. Ekstremitas dalam incubator
hangat sesuai kebutuhan.
4. Monitor tanda-tanda
Hipertermi.
5. Hindari bayi dari
pengaruh yang dapat
menurunkan suhu
tubuh.
6. Ganti pakaian setiap
basah
7. Observasi adanya
sianosis.
3 Ketidak seimbangan Status gizi 1. Observasi intake dan
nutrisi kurang dari Indikator : output.
kebutuhan tubuh b.d 1. Masukan nutrisi 2. Observasi reflek
ketidakmampuan (makanan dan cairan) hisap dan menelan.
mencerna nutrisi adekuat 3. Beri minum sesuai
karena imaturitas 2. Berat badan normal program
3. Hematokrit normal 4. Pasang NGT bila
4. Hidrasi dan tonus otot reflek menghisap dan
normal menelan tidak ada.
5. Monitor tanda-tanda
b. b.Status intoleransi terhadap
gizi: Asupan makanan nutrisi parenteral.
dan cairan 6. Kaji kesiapan untuk
Indikator : pemberian nutrisi
1. Masukan makanan enteral.
dan cairan oral 7. Kaji kesiapan ibu
adekuat untuk menyusu.
2. Asupan via NGT 8. Timbang BB setiap
adekuat hari.
3. Asupan cairan IV
adekuat
4. Asupan nutrisi
parenteral adekuat
d. Kontrol berat badan
Indikator :
1. Berat badan ideal
2. Persentasi lemak
tubuh dalam batas
normal
3. Lingkar kepala
normal
4. Tinggi dan berat
normal
4 Resiko infeksi b.d Tidak terjadi infeksi 1. Kaji tanda-tanda
pertahanan Kriteria hasil: infeksi.
imunologis yang 1. Suhu 36-37C 2. Isolasi bayi dengan
kurang 2. Tidak ada tanda-tanda bayi lain.
infeksi. 3. Cuci tangan
3. Leukosit 5.000- sebelum dan
10.000 sesudah kontak
dengan bayi.
4. Gunakan masker
setiap kontak
dengan bayi.
5. Cegah kontak
dengan orang yang
terinfeksi.
6. Pastikan semua
perawatan yang
kontak dengan bayi
dalam keadaan
bersih/steril.
7. Kolaborasi dengan
dokter.
8. Berikan antibiotic
sesuai program.
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni.2006. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC


Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : YBP –SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:
Nuha Medika

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai