PENDAHULUAN
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang lebih
dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis
dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, sisik, gatal pada
kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat
mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki
indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti
racun yang terdapat pada berbeda, antara lain dermatitis. Berdasarkan uraian tersebut, maka
penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada
klien dengan Dermatitis dan Psoriasis”.
1. Tujuan Umum
Mampu untuk memahami Konsep Penyakit Dermatitis dan Psoriasis serta mampu
memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis dan Psoriasi
2. Tujuan Khusus
A. Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi
Juanda,2005)
Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan sinar
matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia. (812 Resep U/
Mengobati 236 Penyakit Oleh H. Arief Hariana:Hml 136)
Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan.
B. Anatomi Fisiologi
Kulit merupakan pembungkus yang elastisk yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15%
dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m2 .
Rata- rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6
mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan
paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Lapisan
kulit terbagi menjadi epidermis (lapisan luar atau
kulit ari), dermis (lapisan dalam atau kulit
jangat) , dan hipodermis (lapisan pengikat bawah
kulit atau lapisan lemak kulit).
Lapisan Epidermis memiliki tebal kurang lebih 0,1 mm dan terdiri atas empat
lapisan jaringan epitel. Setiap Lapisan pada Epidermis memiliki ciri khas tersendiri, Lapisan
Epidermis ini tidak memiliki pembuluh darah, sehingga ia mendapatkan suplai nutrisi melalui
proses difusi dari lapisan dermis yang ada dibawahnya. Berikut adalah 4 Lapisan pada
Epidermis :
c. Ujung Saraf Indra, terdiri dari ujung saraf peraba dan ujung saraf perasa.
Bagian ujung saraf perasa ini dapat merasakan rangsangan berupa
sentuhan, tekanan, nyeri, dingin, dan panas. Sedangkan ujung saraf peraba
dapat merasakan kasar atau halusnya sesuatu. Ujung saraf ini tidak
tersebar merata ke seluruh permukaan lapisan dermis, contohnya ujung –
ujung jari lebih banyak memiliki ujung – ujung saraf peraba.
e. Katung Rambut, merupakan bagian rambut yang berisi akar dan batang
rambut. Rambut dapat tumbuh karena mendapat suplai nutrisi dari
pembuluh kapiler ke akar rambut. Di dekat akar rambut terdapat otot – otot
yang dapat menegangkan rambut ketika ia berkontraksi, dan dekat akar
rambut terdapat ujung – ujung saraf perasa, sehingga saat rambut dicabut
kita dapat merasakannya.
f. Kelenjar Minyak, merupakan kelenjar yang terletak disekitar batang
rambut. Kelenjar minya berfungsi untuk menghasilkan minyak yang
menjaga rambut tetap sehat dan agar rambut tidak kering.
Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin
kelangsungan hidup secara umum yaitu :
a. Proteksi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang
larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah
di antara sel, menembus sel–sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan
yang lebih banyak melalui sel–sel epidermis.
d. Pengatur panas
e. Ekskresi
f. Persepsi
g. Pembentukan Pigmen
h. Keratinisasi
i. Pembentukan vitamin D
C. Klasifikasi
1. Dermatitis Atopik
a. Pengertian
Dermatitis atopik merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan karena
faktor alergen dengan ditandai adanya erupsi pada kulit dengan kemerahan, gatal, lesi,
kulit kering, dan adanya eksudasi (Pengantar Ilmu Keperawatan Anak,2006:
hal.137).
Dermatitis atopik adalah dermatosis dengan gambaran klinis seperti eczema,
dengan perasaan gatal yang sangat mengganggu penderita dan disertai stigmata atopi
pada penderita sendiri atau dalam keluarganya (Ilmu Kesehatan Anak 1, 1985:hal.
234)
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan atopi. Kata “atopi” pertama diperkenalkan oleh Coca
(1928), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang
mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis
alergik, konjungtivitis alergik dan dermatitis atopik. (Suria Djuanda dan Sri Adi
Sularsito, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 3,2002)
b. Klasifikasi
Berdasarkan stadium :
1. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi
dan eksudasi sehingga tampak basah.
2. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta.
3. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
4. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis
sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis
Masa awitan paling sering pada usia 2-6 bulan. Lesi mulai di muka (pipi, dahi)
dan scalp, tetapi dapat pula mengenai tempat lain (badan, leher, lengan dan tungkai).
Bila anak mulai merangkak, lesi ditemukan di lutut. Lesi beruoa eritema dan
papulovesikel miliar yang sangat gatal; karena garukan terjadi erosi, ekskoriasi, dan
eksudasi atau krusta, tidak jarang mengalami infeksi. Garukan dimulai setelah usia 2
bulan. Rasa gatal ini sangat mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur dan
menangis. Lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia 18 bulan, mulai tampak
likenifikasi di bagian fleksor. Pada usia 2 tahun sebagian besar penderita sembuh,
sebagian berlanjut menjadi bentuk anak.
Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendiri. Lesi kering,
likenifikasi, batas tidak tegas; karena garukan terlihat pula ekskoriasi memanjang dan
krusta. Tempat prediliksi di lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan, dan kaki;
jarang mengenai muka. Tangan mungkin kering, likenifikasi atau eksudasi; bibir dan
perioral dapat pula terkena; kadang juga pada paha belakang dan bokong. Sering
ditemukan lipatan Dennie Morgan, yaitu lipatan kulit di bawah kelopak mata bawah.
3. Bentuk remaja dan dewasa (12-30 tahun)
Tempat predileksi di muka (dahi, kelopak mata, perioral), leher, dada bagian
atas, lipat siku, lipat lutut, punggung tangan; biasanya simetris. Gejala utama adalah
pruritus; kelainan kulit berupa likenifikasi, papul, ekskoriasi dan krusta. Umumnya
dermatitis atopik bentuk remaja dan dewasa berlangsung lama, tetapi intensitasnya
cenderung menurun setelah usia 30 tahun. Sebagian kecil dapat terus berlangsung
sampai tua. Dapat pula ditemukan kelainan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah,
bersisik), vulva, puting susu, scalp.
Selain itu manifestasi lain berupa kulit penderita tampak kering dan sukar berkeringat.
Ambang rangsang gatal rendah, sehingga penderita mudah gatal, apalagi bila berkeringat.
c. Etiologi
1. Bakteri virus atau infeksi virus
2. Kontak dengan bahan iritasi
3. Faktor lingkungan : temperatur, kelembaban, inhalasi
4. Makanan
5. Obat-obatan
6. Faktor Genetik,
7. Faktor Psikologik, seperti stress emosional dapat memperburuk dermatitis atopik.
d. Faktor Pencetus
1. Makanan
Berdasarkan hasil Double Blind Placebo Controlled Food
Challenge (DBPCFC), hampir 40% bayi dan anak dengan DA sedang dan berat
mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Bayi dan anak dengan alergi makanan
umumnya disertai uji kulit (skin prick test) dan kadar IgE spesifik positif terhadap
pelbagai macam makanan. Walaupun demikian uji kulit positif terhadap suatu
makanan tertentu, tidak berarti bahwa penderita tersebut alergi terhadap makanan
tersebut, oleh karena itu masih diperlukan suatu uji eliminasi dan provokasi terhadap
makanan tersebut untuk menentukan kepastiannya.
2. Alergen hirup
Alergen hirup sebagai penyebab DA dapat lewat kontak, yang dapat
dibuktikan dengan uji tempel, positif pada 30-50% penderita DA, atau lewat inhalasi.
Reaksi positif dapat terlihat pada alergi tungau debu rumah (TDR), dimana pada
pemeriksaan in vitro (RAST), 95% penderita DA mengandung IgE spesifik positif
terhadap TDR dibandingkan hanya 42% pada penderita asma di Amerika Serikat.
Perlu juga diperhatikan bahwa DA juga bisa diakibatkan oleh alergen hirup lainnya
seperti tungau debu rumah, serbuk sari buah, bulu binatang rumah tangga, jamur
atau ragweed di negara-negara dengan 4 musim.
3. Infeksi kulit
Penderita dengan DA mempunyai tendensi untuk disertai infeksi kulit oleh
kuman umumnya Staphylococcus aureus, virus dan jamur. Stafilokokus dapat
ditemukan pada 90% lesi penderita DA dan jumlah koloni bisa mencapai
107koloni/cm2 pada bagian lesi tersebut. Akibat infeksi kuman Stafilokokus akan
dilepaskan sejumlah toksin yang bekerja sebagai superantigen, mengaktifkan
makrofag dan limfosit T, yang selanjutnya melepaskan histamin. Oleh karena itu
penderita DA dan disertai infeksi harus diberikan kombinasi antibiotika terhadap
kuman stafilokokus dan steroid topikal.
e. Manifestasi Klinis
Gejala utama dermatitis atopik ialah :
1. Adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal )
2. Kenaikan suhu tubuh
3. Lesi ekzematosa
4. Kemerahan
f. Phatofisiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti. Gambaran klinis yang muncul
diakibatkan oleh kerja sama berbagai faktor konstitusional dan faktor pencetus.Sekitar
70% penderita ditemukan riwayat stigmata atopi (herediter) berupa dermatitis atopik
dalam keluarganya. Keadaan atopi ini diturunkan, mungkin tidak di ekspresikan oleh
gen tunggal, tetapi oleh banyak gen (polygenic). Pada penderita dermatitis atopik,
ditemukan peningkatan jumlah IgE di dalam serum. Antigen akan ditangkap oleh
fagosit kemudian akan dipresentasikan ke sel T2 Helper (Sel Th2) . Sel Th2 akan
memproduksi Sitokin kemudian mengaktifkan seL-sel B untuk tumbuh dan
berdiferensiasi sehingga menghasilkan Antibodi IgE. IgE menempel di sel mast, lalu
melepaskan mediator kimia berupa Histamin. Histamin dianggap sebagai zat penting
yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaksis
dan menekan produksi sel T sehingga terjadi peningkatan IgE yang akan
menyebabkan pruritus (rasa gatal) pada penderita. Sel mast akan meningkat pada lesi
dermatitis atopik kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin.
Histamin sendiri tidak dapat menyebabkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat
tersebut menyebabkan pruritus dan eritema, mungkin karena garukan akibat gatal
menimbulkan lesi ekzematosa. Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk
menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetic
g. Komplikasi
1. Infeksi Kulit
h. Penatalaksanaan
Medis :
1. Antihistamin golongan H1 untuk mengurangi gatal dan sebagai penenang
2. Kortikosteroid jika gejala klinis berat dan sering mengalami kekambuhan
3. Jika ada infeksi sekunder diberi antibiotic seperti eritromisin, tetrasiklin
4. Pada bayi diberi kortikosteroid ringan dengan efek samping sedikit, misalnya
krim hidrokortison 1-1,5%
5. Pada dewasa dengan likenifikasi dapat diberi kortikosteroid kuat seperti
betametason dipropionat 0,005% atau desoksimetason 0,25%. Untuk efek
lebih kuat dapat dikombinasi dengan asam salinilat 1-3% dalam salep1.
Keperawatan :
1. Menjauhi alergen pencetus
2. Hindari pemakaian bahan yang merangsang seperti sabun keras dan bahan
pakaian dari wol.
3. Hindari factor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi klinis
4. Cegah anak untuk menggaruk. Untuk mengurangi iritasi dan kemungkinan
infeksi kulit
5. Gunakan sepatu dan pakaian yang lunak
6. Potong kuku tangan an kaki agar tetap bersih
7. Gunakan mainan yang aman dan lembut untuk anak
8. Menerapkan pola makan yang sehat
i. Test Diagnostic
1. Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
2. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
3. Laboratorium :
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
b) Urin : pemeriksaan histopatologi
j. Konsep Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien.
a) Nama Pasien
b) Alamat
c) Pekerjaan Pasien
d) Umur
e) Agama/Suku
2. Keluhan Utama.
a) Nyeri
b) Gelisah
c) Gatal
d) Kerusakan intergitas kulit
3. Pemeriksaan Fisik.
a) Tekanan Darah
b) Nadi
c) Pernafasan
d) Suhu
e) Skala Nyeri
4. Riwayat Kesehatan
5. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
9. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
k. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Gangguan integritas Klien akan Mengungkap- Mandi paling Dengan mandi air akan
kulit berhubungan mempertahankan kan peningkatan tidak sekali meresap dalam saturasi
dengan kekeringan pada kulit agar kenyamanan kulit sehari selama kulit. Pengolesan krim
kulit mempunyai hidrasi 15–20 menit. pelembab selama 2 – 4
yang baik dan Berkurangnya Segera oleskan menit setelah mandi untuk
turunnya derajat salep atau krim mencegah penguapan air
peradangan. pengelupasan yang telah dari kulit.
kulit. diresepkan
setelah mandi.
Berkurangnnya Mandi lebih
kemerahan. sering jika
Berkurangnya tanda dan gejala air panas menyebab-kan
lecet karena meningkat. vasodilatasi yang akan
garukan Gunakan air meningkat-kan pruritus.
Gunakan
sabun yang
mengandung
pelembab atau
sabun untuk
kulit sensitif.
Hindari mandi
busa.
Oleskan/berik
an salep atau
krim yang telah
diresepkan 2
atau tiga kali
per hari.
Resiko kerusakan kulit Klien akan Menghindari Ajari klien menghindari alergen akan
berhubungan dengan mempertahankan alergen menghindari menurunkan respon alergi.
terpapar alergen integritas kulit. atau
menurunkan
paparan
terhadap
alergen yang
telah diketahui.
Baca label
makanan kaleng
agar terhindar
dari bahan
makan yang
mengandung
alergen.
Hindari
binatang
peliharaan
AC membantu
menurunkan paparan
terhadap beberapa alergen
yang ada di lingkungan.
Gunakan
penyejuk
ruangan (AC) di
rumah atau di
tempat kerja,
bila
memungkin-
kan.
2. Dermatitis Kontak
a. Pengertian
Dermatitis kontak adalah kondisi peradangan pada kulit yang disebabkan oleh
faktor eksternal, substansi-substansi partikel yang berinteraksi dengan kulit (National
Occupational Health and Safety Commision, 2006).
b. Klasifikasi
a. Pengertian
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan baik
fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik, pada sel-sel epidermis dengan
respon peradangan pada dermis dalam waktu dan konsentrasi yang cukup (Health and
Safety Executive, 2004).
Dermatitis Iritan terjadi karena kulit berkontak dengan bahan iritan. Bahan
iritan adalah bahan yang pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel
bila di oleskan pada kulit pada waktu tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. Bahan
iritan ini dapat merusak kulit dengan cara menghabiskan lapisan tanduk secara
bertahap melalui denaturasi keratin sehingga mengubah kemampuan kulit untuk
menahan air.
Klasifikasi bahan iritan:
1. Iritan kuat
2. Rangsangan mekanik: serbuk kaca/serat (fiberglas), wol.
3. Bahan kimia: air, sabun
4. Bahan biologik: dermatitis popok
Dermatitis iritan dapat terjadi pada semua umur pada laki-laki maupun perempuan.
Lepasnya ureum karena kerja enzim bakteri di feses dapat menyebabkan DK iritan di
glutea, paha atas, perut bagian bawah, yang disebut dermatitis popok (nappy rash).
Pada orang dewasa, Dermatitis kontak iritan sering terjadi pada telapak tangan dan
punggung tangan, karena Dermatitis kontak iritan sering berkaitan pekerjaan. Muka
dapat terkena oleh bahan yang menguap (amonia).
b. Klasifikasi
DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulangulang,
dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi
suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila
bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari,
berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga
waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting (Djuanda, 2003).
Manifestasi Klinik
Stadium I : kulit kering dan pecah-pecah. Stadium ini dapat sembuh dengan
sendirinya.
Stadium II : ada kerusakan epidermis dan reaksi dermal. Kulit menjadi merah dan
bengkak, terasa panas dan mudah terangsang. Kadang-kadang timbul papula,
vesikula, krusta. Bila kronik timbul likenifikasi, keadaan ini menyebabkan retensi
keringat dan perubahan flora bakteri.
Ibu-ibu rumah tangga sering terpajan pada bahan-bahan iritan, seperti sabun, deterjen,
air, sehingga sering terjadi dermatitis iritan stadium I. Lokalisasinya sering pada
tangan dan lengan.
Contoh :
Air, sabun, dan deterjen sering menimbulkan ekzema pada tangan syang
disebut housewife’s hand eczema.
Air. Kontak dengan air dapat menimbulkan iritan dengan beberapa cara:
Timbul maserasi yang terasa sakit, bila lapisan tanduk telapak kaki direndam
lama.
Fungsi barier kulit hilang karena terjadi maserasi.
Kulit kering (Xerotic Eczema) terjadi bila kulit berkontak terus-menerus
sehingga menghilangkan lipid kulit.
Dapat terjadi karena infeksi jamur pada daerah sela-sela (intertrigo) bila
berkontak terus-menerus dengan air.
Sabun/deterjen. Bahan-bahan ini akan mengakibatkan pengeringan kulit dan
memperbesar aksi iritasi oleh air.
c. Etiologi
Faktor Eksogen
Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi potensial
iritan sebuah bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan bentuk
senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi.
1. Sifat kimia bahan iritan: pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul,
jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan ;
2. Sifat dari pajanan: jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis
kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah
pajanan sebelumnya ;
3. Faktor lingkungan: lokalisasi tubuh yang terpajan dan suhu, dan faktor
mekanik seperti tekanan, gesekan atau goresan. Kelembapan lingkunan
yang rendah dan suhu dingin menurunkan kadar air pada stratum
korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahn iritan.
Faktor Endogen
a. Faktor genetik
Ada hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu untuk
mengeluarkan radikal bebas, untuk mengubah level enzym antioksidan, dan
kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya
dibawah kontrol genetik. Faktor tersebut juga menentukan keberagaman respon
tubuh terhadap bahan-bahan ititan. Selain itu, predisposisi genetik terhadap
kerentanan bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan.1 Pada penelitian, diduga
bahwa faktor genetik mungkin mempengaruhi kerentanan terhadap bahan iritan.
TNF-α polimorfis telah dinyatakan sebagai marker untuk kerentanan terhadap
kontak iritan.
b. Jenis Kelamin
Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, dan wanita
dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Dari hubungan antara jenis kelamin
dengan dengan kerentanan kulit, wanita lebih banyak terpajan oleh bahan iritan,
kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki. Tidak ada pembedaan
jenis kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang ditetapkan berdasarkan
penelitian.
c. Umur
Anak-anak dibawah 8 tahun lebih muda menyerap reaksi-reaksi bahan-bahan
kimia dan bahan iritan lewat kulit. Banyak studi yang menunjukkan bahwa tidak
ada kecurigaan pada peningkatan pertahanan kulit dengan meningkatnya umur.
Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi kulit
yang kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang tidak
kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang muda.1 Reaksi terhadap
beberapa bahan iritan berkurang pada usia lanjut. Terdapat penurunan respon
inflamasi dan TEWL, dimana menunjukkan penurunan potensial penetrasi
perkutaneus.
d. Suku
Tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa jenis kulit mempengaruhi
berkembangnya dermatitis kontak iritan secara signifikan. Karena eritema sulit
diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema sebagai satu-
satunya parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah sampai pada
kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan iritan
daripada kulit putih.
e. Lokasi kulit
Ada perbedaan sisi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan, sehingga
kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap
dermatitis kontak iritan. Telapak tangan dan kaki jika dibandingkan lebih resisten.
f. Riwayat Atopi
Adanya riwayat atopi diketahui sebagai faktor predisposisi pada dermatitis iritan
pada tangan. Riwayat dermatitis atopi kelihatannya berhubungan dengan
peningkatan kerentanan terhadap dermatitis iritan karena rendahnya ambang iritasi
kulit, lemahnya fungsi pertahanan, dan lambatnya proses penyembuhan. Pada
pasien dengan dermatitis atopi misalnya, menunjukkan peningkatan reaktivitas
ketika terpajan oleh bahan iritan.
d. Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan
melalui kerja kimiawi atau fisis. Ada empat mekanisme yang dihubungkan dengan
dermatitis kontak iritan, yaitu:
Pada dermatitis kontak iritan akut, mekanisme imunologisnya mirip dengan dermatitis
kontal alergi akut. Namun, perbedaan yang mendasar dari keduanya adalah keterlibatan
dari spesisif sel-T pada dermatitis kontak alergi akut.
e. Komplikasi
Pada bagian ini komplikasi yang dipaparkan merupakan komplikasi yang
dapat ditimbulkan pada Dermatitis Kontak Iritan :
DKI meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topical. Lesi kulit bisa
mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh Staphylococcus aureus.
Neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) bisa terjadi terutama pada
pekerja yang terpapar iritan di tempat kerjanya atau dengan stres psikologik.
Gejala berupa peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip ditandai dengan
kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai
kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena
berbagai rangsangan pruritogenik. Pruritus memeainkan peran sentral dalam
timbulnya pola reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesis
mengenaio pruritus berhubungan dengan adanya penyakit yang mendasari dan
salah satunya ialah dermatitis kontak alergi.
Hiperpigmentasi atau hipopignemtasi post inflamasi pada area terkena DKI.
Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif, ekskoriasi atau artifak.
f. Penatalaksanaan
Selain itu, beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita
dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut:
g. Test Diagnostik
a. Pengertian
DKA adalah reaksi inflamasi yang didapat terhadap berbagai susbstansi yang
dapat menyebabkan reaksi inflamasi hanya pada orang yang sebelumnya pernah
tersensitisasi oleh alergen.( James W.D, Berger T.G, dan Elston D.M. 2006. Contact
Dermatitis and Drug Eruption. In: Andrew’s Disease of The Skin Clinical
Dermatology. 10th ed.Canada: Elsevier; p. 91-6.)
b. Etiologi
c. Manifestasi klinis
d. Phatofisiologi
1. Tahap sensitisasi
Tahap sensitisasi muncul ketika tubuh memproduksi antibody igE. Tahap
sensitisasi ini juga merupakan tahap pertama dengan allergen yaitu ketika
menggunakan bahan penyebab alergi.
2. Tahap elisitasi
Tahap elisitasi terjadi jika terdapat pajanan ulang, ketika terpajan dengan
penyebab alergi yang sama, protei akan mengikat molekul ke sel basophil dan sel
mast. Tahap elisitasi ini menyebabkan tubuh mengeluarkan molekul yang
menyebabkan inflamasi seperti leukotriene dan histamine. Efek yang timbul serta
keparahan alergi dipengaruhi oleh konsenstrasi dan tipe allergen, rute pajanan, dan
sistem organ yang terlibat misalnya kulit.
Antibody melampirkan ke bentuk sel darah yang disebut sel mast. Kehadiran sel
mast dalam saluran udara dan saluran pencernaan membuat daerah ini lebih
rentan terhadap paparan allergen. Mengikat allergen ke igE yang melekat pada sel
mast. Hal ini menyebabkan sel mast melepaskan bahan kimia ke dalam darah.
Histamine, senyawa kimia utama, menyebabkan sebagian besar reaksi alergi.
Pathway
Tahap Sensitisasi
Tahap elisitasi
inflamasi
Sel mast
alergi
e. Komplikasi
Infeksi kulit sekunder adalah komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit
dermatitis kontak alergi
f. Penatalaksanaan
1. Medis
-Antihistamin
-Kortikosteroid: Metil prednison, metilprednisolon atau tiramsinolon.
2. Keperawatan
-Istirahatkan kulit yang sakit dan lindungi dari kerusakan lebih lanjut.
-Identifikasi alergi atau menghindari bahan yang dapat menjadikan alergi.
g. Tes diagnostik
1. Pemeriksaan penunjang :
2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
a. Pengertian
Psoriasis ialah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses
pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka
waktu lama atau timbul hilang. Proses pergantian kulit pada penderita psoriasis
berlangsung secara cepat yaitu sekitar dua sampai empat hari (Ayu Maharani, 2015).
Psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik dengan karakteristik
berupa plak eritematosa berbatas tegas, skuama kasar, berlapis, dan berwarna putih
keperakan terutama pada siku, lutut, scalp, punggung, umbilikus dan lumbal
(Gudjonsson dan Elder, 2012).
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi noninfeksius yang kronik pada kulit
dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan kurang lebih enam hingga
sembilan kali lebih besar dari pada kecepatan normal. Sel-sel dalam lapisan basal
kulit membagi diri terlalu cepat, sel-sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke
permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik atau plak pada jaringan epidermis (
Brunner & suddarth, 2002)
Jadi, psoriasis adalah peradangan kulit yang bersifat kronik, yang ditandai
dengan pergantian kulit yang terlalu cepat pada penderitanya yakni dua sampai empat
hari sehingga timbul plak pada jaringan epidermis.
b. Klasifikasi
1. Psioriasis Guttate
Adalah salah satu bentuk dari psioriasis yang mulai timbul sejak masa anak-anak
atau remaja. Untuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik merah kecil dikulit yang
biasanya timbul pada badan dan kaki. Bintik-bintik ini biasanya tidak setebal atau
bersisik seperti bercak-bercak pada psoriasis plak. Pencetus timbulnya psoriasis
guttate yaitu infeksi saluran pernapasan atas, infeksi streptococcal, amandel,
stress, luka pada kulit, dan penggunaan obat-obat tertentu.
2. Psoriasis kuku
Menyerang dan merusak kuku bagian bawah. Kuku tumbuh banyak sisik seperti
serbuk. Jenis ini termasuk yang sulit atau bandel untuk disembuhkan bagi
penderita.
3. Psoriasis plak
Psoriasis ini dapat disebut juga psoriasis vulgaris (yang berarti umum). Tipe plak
ini bersifat meradang pada kulit, menimbulkan bercak merah yang dilapisi dengan
kulit yang tumbuh berwarna keperakan yang umumnya akan terlihat pada sekitar
alis, lutut, kepala (seperti ketombe), siku, juga bagian belakang tubuh sekitar
panggul dan akan meluas kebagian kulit yang lainnya.
4. Psoriasis inverse
Inverse psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal paha, dibawah payudara, dan
dilipatan-lipatan kulit disekitar kemaluan dan panggul. Tipe ini pertama kali
tampak sebagai bercak yang sangat merah dan tampak licin dan bersinar. Psoriasis
inverse sangat menggangu karena iritasi yang disebabkan gosokan atau garukan
dan keringat. Psoriasis ini terutama sangat menggangu bagi penderita yang gemuk
dan mempunyai lipatan kulit yang dalam.
5. Psoriasis eritrodermi
Tipe psoriasis ini sangat berbahaya, seluruh kulit penderita menjadi merah matang
dan bersisik, fungsi perlindungan kulit hilang, sehinggga penderita mudah terkena
infeksi.
6. Psoriasis artritis
Timbul dengan peradangan sendi, sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan
kaku, sama persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera
ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai kropos.
7. Psoriasis scalp
Psoriasis tipe ini tampak pada batas rambut kepala (seperti ketombe), kening,
sekitar leher, juga dibelakang telinga, seperti sisik kulit atau serbuk.
8. Psoriasis pustural
Kasus Psoriasis Pustural (PUHS-choo-ler) terutama banyak ditemui pada orang
dewasa. Karakterisitik dari penderita PUHS-choo-ler ini adalah timbulnya
Pustules putih (blisters of noninfectious pus) yang dikelilingi oleh kulit merah.
Psoriasis pustural dapat muncul secara tiba-tiba sebagai tanda awal dari psoriasis,
atau psoriasis plak dapat berubah menjadi psoriasis pustural. Psoriasis pustural
dipicu oleh pengobatan obat oles yang membuat kulit menjadi irirtasi, terlalu
banyak terkena sinar UV, kehamilab, obat steroid yang diminum, diinjeksi,
infeksi, stress emosi dan tidak mengikuti pengobatan yang teratur dan berhenti
secara tiba-tiba.
c. Etiologi
a. Garukan atau gesekan dan tekanan yang berulang-ulang, misalnya pada saat gatal
digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat
beraktifitas. Bila psoriasis sering muncul dan kemudian di garuk atau di korek,
maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
b. Obat telan tertentu antara lain: obat antihipertensi dan antibiotic.
c. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
d. Emosi tak terkendali.
e. Sedang mengalami infeksi saluran nafas bagian atas, yang keluhannya dapat
berupa demam, nyeri saat menelan, batuk dan beberapa infeksi lainnya.
f. Makanan berkalori sangat tinggi menyebabkan badan terasa panas dan kulit
menjadi merah, misalnya makanan yang mengandung alcohol.
Penyebab dari penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Oleh
karena itu belum ditemukan secara pasti cara atau obat untuk menyembuhkan
penyakit kulit ini secara sempurna.
d. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang biasanya muncul adalah:
Bintik merah yang makin melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-
lapis.
Bercak- bercak bersisik tersebut terbentuk karena penumpukan kulit yang
hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan serta pergantian
sel-sel kulit yang sangat besar.
Kulit menjadi merah disertai dengan badan menggigil.
Jika sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap
dengan titik –titik pendarahan. Bercak-bercak ini tidak basah dan bisa terasa
gatal atau tidak gatal.
e. Phatofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya
dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-
4 hari sehingga gambaran klinik tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik.
Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna.
2. Adanya factor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik
dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksilesinya
padatempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari
permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju
permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan
peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal
dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang bersangkutan.
Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih) merupakan campuran
sel kulit yang mati. Lalu sisik putih ini kadang menimbulkan rasa gatal tapi kadang
juga tidak.Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular,
inverse, danerythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit
kepala, siku bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis
dapat pula berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia,
wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsy kulit penderita psoriasis menunjukkan
adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh
darah dermis bagian atas. Jumlahsel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel
yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat kebagian permukaan
epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini
menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang
berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya
antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama
adenosine monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli.
Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan
tersebut dalam mempengaruhi pembentukan plak psoriatic belum dapat dimengerti
secara jelas.
f. Komplikasi
1. Artritis asimetris
penyakit ini dapat disertai artritis asimetris pada lebih dari satu sendi dengan
faktor reumatoid yang negatif. Perubahan artritik ini dapat terjadi sebelum atau
sesudah munculnya lesi kulit. Hubungan antara artritis dan psoriasis belum
dipahami.
2. Psoriasis Eksfoliatif
Komplikasi lainnya berupa keadaan psoriatik eksfoliatif dimana penyakit
tersebut berlanjut dengan mengenai seluruh permukaan tubuh.
3. Masalah psikologik
Psoriasis dapat menimbulkan keputusasaan dan frustasi pada pasien; orang
yang melihat dapat saja mengamati, berkomentar, mengajukan pertanyaan yang
menjengkelkan pasien atau bahkan menghindari pasien. Penyakit ini pada
akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaannya dan membuat hidup pasien sebagai
penderitaan. Para remaja merupakan kelompok rentan terhadap efek psikologik
dari penyakit ini.
g. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis,
meningkatkan resolusi lesi psokriatik dan mengendalikan penyakit tersebut karena
pengobatan yang menyembuhkan belum diketahui. Pertama-tama, setiap faktor
pemicu atau faktor yang memperburuk keadaan harus ditiadakan. Kemudian
dilakukan pemeriksaan untuk menilai gaya hidup pasien karena psosiasis secara
bermakna dipengaruhi oleh stres.
1. Penatalaksanaan medis
Ada 3 tipe terapi yang standar; Topikal, intralesi, dan sistemik.
- Terapi Topikal
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan
aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya.
Obat-obatnya mencakup preparat ter, antralin, asam salisilat dan
kortikosteroid. Terapi preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis
(pembentukan sel-sel epidermis).
- Terapi Intralesi
Penyuntikan tramsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex)
dapat dilakukan langsung kedalam bercak-bercak psoriasis yang terlihat nyata
atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya. Kita harus
berhati-hati agar kulit yang normal tidak disuntik dengan obat ini.
- Terapi sistemik
Preparat sitotoksik sistemik seperti metotreksat pernah digunakan untuk
mengobati psoriasis yang luas dan tidak responsif terhadap bentuk-bentuk
terapi yang lain. Preparat sistemik lainnya yang dipakai akhir-akhir ini adalah
hidroksiurea (hydrea) dan siklosporin A (CyA).
h. Tes Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis
psoriasis tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari penyakit yang menyertai
psoriasis perlu dilakukan, seperti :
1.Pemeriksaan darah rutin
2.Pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.
Pemeriksaan Histopatologi :
Kelainan histopatologi yang dapat dijumpai pada lesi psoriasis ialah
hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis dan hilangnya stratum granulosum.
Papilomatosis ini dapat memberi beberapa variasi bentuk seperti gambaran pemukul
bola kasti atau pemukul bola golf.
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan
keratinisasi terlalu cepatdan stratum korneum tampak menebal. Di dalam sel-sel
tanduk ini masih dapat ditemukan inti-inti sel yang disebut parakeratosis. Di dalam
stratum korneum dapat ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang
polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikroabses Munro. Pada puncak papil dermis
didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh sebukan sel-sel radang
limfosit dan monosit.
i. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan Dalam 5x24 jam a. Kaji kerusakan a. Menjadi data
integritas kulit b.d integritas kulit jaringan kulit yang dasar untuk
lesi dan reaksi membaik secara terjadi pada klien memberikan
inflamasi optimal informasi
intervensi
keperawatan yang
akan digunakan
b. Lakukan tindakan
peningkatan b. Untuk
integritas jaringan menghindari cedera
kulit, pasien harus
dinasehati agar
tidak mencubit
atau menggaruk
daerah yang sakit .
c. Tingkatkan
asupan nutrisi c. Diet TKTP
diperlukan untuk
meningkatkan
asupan dari
kebutuhan
pertumbuhan
jaringan
d. Evaluasi
kerusakan jaringan d. Apabila masih
dan perkembangan belum mencapai
pertumbuhan dari criteria
jaringan. evaluasi 5x24 jam,
maka perlu dikaji
ulang faktor-faktor
menghambat
pertumbuhan dan
perbaikan dari lesi
Gangguan Lakukan Diagnosis
integritas kulit pencegahan arthritis psoriasis, khusunya
b.d. lesi dan reaksi psoriatik jika disertai dengan
inflamasi komplikasi
arthritis, biasanya
sulit ditegakkan.
Kebutuhan Terpenuhinya a. Kaji tingkat a. Pengetahuan
pemenuhan pengetahuan pengetahuan pasien pasien dan
informasi b.d. pasien tentang dan keluarga orangtua yang baik
tidak adekuatnya kondisi penyakit psoriasis dapat menurunkan
sumber informasi, resiko komplikasi.
ketidaktahuan
program b. Jelaskan b. Seseorang
perawatan dan pentingnya istirahat dengan psoriasis
pengobatan memerlukan
nasihat untuk
menghilangkan
iritan eksternal dan
menghindari panas
yang berlebihan
serta perspirasi.
c. Meningktakan c. Meningkatkan
cara hidup sehat system imun dan
seperti intake pertahanan
makanan yang baik, terhadap infeksi
keseimbnagan
antara aktivitas dan
istirahat, monitor
status kesehatan dan
adanya infeksi
Kebutuhan a. Jelaskan kondisi a. Perawat harus
pemenuhan penyakit dan menjelaskan
informasi b.d. pentingnya dengan perasaan
tidak adekuatnya penatalaksanaan yang peka bahwa
sumber informasi, psoriasis sampai saat ini
ketidaktahuan masi belum
program terdapat
perawatan dan pengobatan untuk
pengobatan penyembuhan total
penyakit psoriasis
bahwa penanganan
seumur hidup tidak
diperlukan dan
bahwa keadaan ini
dapat dihilangkan,
serta dikendalikan.
b. Identifikasi
sumber-sumber b. Keterbatasan
pendukung yang aktivitas dapat
memungkinkan mengganggu
untuk kemampuan pasien
mempertahankan untuk memenuhi
perawatan di rumah kebutuhan sehari
yang dibutuhkan. hari.
c. Beri penjelasan
untuk perawatan c.Bahan untuk
rumah. penyuluhan yang
sudah dicetak dapat
disediakan untuk
memperkuat
diskusi tatap muka
dengan pasien
mengenai pedoman
terapi dan berbagai
masalah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kulit lebih
cepat matur
Menuju
epidermis
Kulit lebih
cepat matur
Peningkatan Pelebaran
suplai darah pembuluh darah
Timbul plak
merah
Sisik berwarna
putih(seperti lilin)
Gatal/kadang
tidak gatal