Anda di halaman 1dari 9

ISMKMI DAERAH SULSELBAR

CALL FOR PAPER SULSELBAR MENULIS


“Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Dalam Mendukung Universal Health Coverage
100% di Indonesia”

Judul paper :
Eradikasi Polemik Dalam Pengimplementasian Jaminan Kesehatan Nasional Demi Tercapainya
Universal Health Coverage 100% di Indonesia

Oleh :
FITRIE RAMADHANI RESKI
K011181349

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
ANGKATAN 2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Dzat Yang Maha Kuasa, Pencipta Alam Semesta,
Allah Subhanahu Wata’ala, yang dengan Kasih sayang serta Hidayah-Nya, sehingga Paper yang
berjudul “Eradikasi Polemik Dalam Pengimplementasian Jaminan Kesehatan Nasional Demi
Tercapainya Universal Health Coverage 100% di Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.
Tulisan ini mengulas mengenai berbagai polemik atau problema yang terjadi selama
transformasi sistem Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia yang dilaksanakan melalui
asuransi jaminan kesehatan yang ada untuk mencapai standar Universal Health Coverage yang
diharapkan.
Dalam penyusunan Paper ini, saya selaku penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua, teman-teman yang telah memberi dukungan dan doa serta
penyelenggara lomba yang telah mengadakan kegiatan ini. Besar harapan saya agar Paper ini
dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai referensi untuk kedepannya. Penulis juga masih
dalam tahap pembelajaran terutama dalam menulis Paper ini, jadi diharapkan saran dan kritik
yang membangun dari setiap pembaca yang dapat mengantarkan konsep penulisan Paper ini ke
arah yang lebih sempurna.

Makassar, 18 Desember 2019

Penulis
ABSTRAK

Paper ini mengulas kembali konsep dasar penyelenggaraan sistem Jaminan Kesehatan
Nasional serta berbagai problema yang terjadi demi menuju pemerataan Jaminan Kesehatan
Nasional / Universal Health Coverage yang akan mencover seluruh lapisan masyarakat dengan
melahirkan konklusi dari berbagai polemik yang menghambat pelaksanaan program ini. Pada
tahun 2014, Pemerintah Indonesia meluncurkan program Universal Health Coverage (UHC)
yang komprehensif. Skema UHC di Indonesia dibangun melalui dua sistem yang mendasarinya
yakni Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tantangan
yang banyak dihadapi ialah masyarakat tidak mendapatkan layanan kesehatan yang terstandar,
ketersediaan layanan berkualitas di level primer sulit dicapai di provinsi-provinsi yang memiliki
keterbatasan sumber daya dan infrastruktur kesehatan karena target-target yang terkait mutu
pelayanan kesehatan belum tercapai secara merata di seluruh lokasi penelitian, sistem
pencegahan kecurangan JKN pun tidak berjalan optimal karena pendampingan yang tidak
dimiliki oleh semua daerah. Fasilitas kesehatan seperti puskesmas adalah fasilitas kesehatan
utama yang berada di garis depan untuk mendukung fungsi promotif dan preventif kesehatan
masyarakat. Namun sampai sekarang sejak tahun 2015, daerah di wilayah timur Indonesia tidak
memiliki pusat kesehatan masyarakat, dengan cakupan terendah adalah di Papua sebesar 64%.
Terdapat delapan sasaran pokok Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional yang diharapkan dapat
tercapai pada tahun 2019 ini, namun pengimplementasiannya belum berjalan dengan baik. Mulai
dari permasalahan sistem JKN termasuk BPJS yang belum merata dari segi sistem pelayanan dan
sumber daya manusianya. Konklusi yang dapat dilakukan ialah dengan mengidentifikasi kembali
transformasi dari sistem JKN dalam hal ini ialah BPJS Kesehatan dengan memperkuat kembali
kebijakan yang telah dibuat dan diharapkan masyarakat dapat terlibat dan percaya, serta turut
berpartisipasi dan mendukung pengimplementasian program Jaminan Kesehatan Nasional

Keywords: Universal Health Coverage, Jaminan Kesehatan Nasional, BPJS, Implementasi,


Masyarakat,
Latar Belakang

Indikator kesehatan di Indonesia menujukkan beban tinggi yaitu kematian ibu yang
sangat tinggi dengan 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup, stunting pada anak-anak dengan
persentase 31% pada anak-anak di bawah 5 tahun, tuberkulosis 1 juta kasus baru per tahun, dan
peningkatan obesitas dari 10% pada tahun 2007 menjadi 21% pada tahun 2016 serta peningkatan
penyakit tidak menular termasuk penyakit diabetes dengan peningkatan kasus 63% sejak tahun
2005. Pada tahun 2014, Pemerintah Indonesia meluncurkan program Universal Health Coverage
(UHC) yang komprehensif. Skema UHC di Indonesia dibangun melalui dua sistem yang
mendasarinya yakni Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN). Sistem kesehatan di Indonesia dalam lingkup kebijakan desentralisasi diformulasikan
dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) berdasarkan Perpres No. 72/2012 tentang SKN. SKN
adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia
secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Sedangkan SJSN adalah sebuah sistem jaminan sosial yang ditetapkan
di Indonesia dalam UU No. 40/2004 tentang SJSN. Jaminan sosial ini adalah salah satu bentuk
perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara guna menjamin warga negaranya, untuk
memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana tertuang dalam Deklarasi PBB
tentang Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 1948.
Berbagai polemik yang timbul dalam penyelenggaraan sistem Jaminan Kesehatan
Nasional yang sebagaimana diharapkan dapat mencover seluruh lapisan masyarakat dengan
melahirkan konklusi dari berbagai polemik yang menghambat pelaksanaan program ini dan
membuka lebih jelas peran dari program ini dalam tatanan pemerintahan yang lebih baik
sehingga diharapkan seluruh lapisan masyarakat dapat terlibat dan percaya, serta turut
berpartisipasi dan mendukung pengimplementasian program Jaminan Kesehatan Nasional ini.
Tujuan

Mengetahui sejauh mana keberhasilan pengimplementasian Jaminan Kesehatan Nasional


berdasarkan polemik yang ada serta pemecahannya dalam mendukung Universal Health
Coverage (UHC) 100% di Indonesia.

Landasan Teori

Menurut WHO, Universal Health Coverage (UHC) adalah konsep yang menjamin semua
orang mempunyai akses kepada layanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang dibutuhkan, dengan mutu yang memadai sehingga efektif, di samping menjamin pula
bahwa layanan tersebut tidak menimbulkan kesulitan finansial penggunanya. WHO menekankan
bahwa pencapaian UHC membutuhkan penguatan dari segi pelayanan kesehatan, tenaga kerja
kesehatan, fasilitas kesehatan dan obat-obatan, sistem informasi, serta tata kelola pelayanan
kesehatan. Selain itu, UHC mencakup pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit di masyarakat.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) didirikan untuk mencapai UHC untuk semua orang
di Indonesia. Sebagai bagian dari implementasi JKN, semua penduduk Indonesia diharuskan
mendaftar ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS), terlepas dari kondisi atau
risiko kesehatan yang sudah ada sebelumnya. BPJS mencakup dua jenis keanggotaan dengan tiga
sumber pendanaan, anggota yang berkontribusi yang kemudian dibagi lagi menjadi wiraswasta
dan keluarga, karyawan sektor formal, cakupan manfaat dan proses untuk anggota. JKN
mencakup tunjangan kesehatan yang disediakan oleh publik penyedia sektor dan swasta terdaftar.
BPJS mengelola layanan yang dicakup, mulai dari perawatan penyakit dan gejala sederhana
hingga operasi jantung terbuka, dialisis ginjal, dan terapi kanker. Obat-obatan dan persediaan
medis dijamin tanpa pembayaran bersama selama pasien mengikuti prosedur yang disyaratkan.
Semua anggota yang disubsidi berhak mendapatkan rawat inap di kamar rumah sakit kelas tiga.
Anggota wiraswasta berhak atas kamar kelas satu, kelas dua, atau kelas tiga tergantung pada
pilihan dan paket pembayaran mereka. Para penerima upah yang berpenghasilan diatas 4 juta per
bulan berhak mendapatkan kamar rumah sakit kelas satu. Selain itu, anggota dapat meningkatkan
perawatan rawat inap ke kelas yang lebih tinggi dengan membayar dari pendapatan sendiri atau
melalui asuransi swasta. Konsultasi kosmetik, cedera yang diderita sendiri dan pelayanan di luar
jaringan tidak tercakup, kecuali untuk pelayanan darurat. Untuk penyedia rumah sakit, sistem
pembayaran didasarkan pada tarif yang disetujui untuk pelayanan yang ditetapkan oleh Case
Based Groups (INA-CBG’s).

Pembahasan

Beberapa layanan diganti dan ditetapkan untuk paket pelayanan yang ditentukan, seperti
antenatal atau persalinan. Meski pun awalnya diterima, namun pembayaran kapitasi dianggap
terlalu rendah mengingat standar kompetensi dan pelayanan yang diperlukan. Besaran
pembayaran kapitasi per bulan yang dibayarkan dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jumlah peserta tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan. Pembayaran hanya didasarkan pada anggota yang
ditanggung dan ketersediaan sumber daya tanpa mempertimbangkan total fasilitas beban dan
kinerja.
Permasalahan yang juga berasal dari sistem kesehatan yaitu kebutuhan sumber daya
manusianya yang tidak merata dan pendanaan yang rendah. Tenaga kesehatan yang dikerahkan
tidak selaras dengan pertumbuhan populasi dan migrasi. Pada tahun 2015, hanya 53% dari
fasilitas kesehatan memiliki jumlah tenaga kesehatan yang cukup. Secara keseluruhan, faktor-
faktor ini menyebabkan ketidaksetaraan dalam pemberian layanan dan menurunnya kualitas
pelayanan kesehatan. Target Indonesia pada tahun 2019 ialah dengan meningkatnya tenaga
kesehatan menjadi 45 dokter, 13 dokter gigi, 180 perawat, dan 120 bidan per 100.000 orang.
Fasilitas kesehatan seperti puskesmas adalah fasilitas kesehatan utama yang berada di
garis depan untuk mendukung fungsi promotif dan preventif kesehatan masyarakat. Namun
sampai sekarang sejak tahun 2015, daerah di wilayah timur Indonesia tidak memiliki pusat
kesehatan masyarakat, dengan cakupan terendah adalah di Papua sebesar 64%. Oleh karena itu,
sistem UHC perlu menawarkan berbagai pilihan perawatan di lokasi tertentu untuk mendorong
cakupan dan penggunaan layanan kesehatan.
Tantangan yang banyak dihadapi ialah masyarakat tidak mendapatkan layanan kesehatan
yang terstandar, ketersediaan layanan berkualitas di level primer sulit dicapai di provinsi-
provinsi yang memiliki keterbatasan sumber daya dan infrastruktur kesehatan karena target-
target yang terkait mutu pelayanan kesehatan belum tercapai secara merata di seluruh lokasi
penelitian, sistem pencegahan kecurangan JKN pun tidak berjalan optimal karena pendampingan
yang tidak dimiliki oleh semua daerah serta proses penyusunan kebijakan di level nasional tidak
melibatkan koordinasi lintas sektor sehingga menyebabkan pemahaman pemerintah daerah dan
implementasi kualitas pelayanan kesehatan masih rendah. Alhasil, pemerintah daerah belum
menggunakan data BPJS Kesehatan dalam perencanaan dan penganggaran program kesehatan.
Berbagai problema tersebut berasal dari ketidaksempurnaan UU SJSN dan UU BPJS yang
sentralistik.
Delapan sasaran pokok Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional yang diharapkan tercapai
pada tahun 2019 adalah: 1) BPJS Kesehatan beroperasi dengan baik; 2) Seluruh penduduk
Indonesia mendapat jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan; 3) Paket manfaat medis dan
non medis sudah sama untuk mewujudkan keadlian sosial bagi seluruh rakyat; 4) Jumlah dan
sebaran fasilitas pelayanan kesehatan sudah memadai; 5) Semua peraturan pelaksanaan telah
disesuaikan secara berkala untuk menjamin kualitas layanan; 6) Minimal 85% peserta
menyatakan puas, dalam layanan di BPJS maupun di fasilitas keseahatan yang dikontrak BPJS;
7) Minimal 80% tenaga dan fasilitas kesehatan menyatakan puas atau mendapat pembayaran
yang layak dari BPJS, serta; 8) BPJS dikelola secara terbuka, efisien, dan akuntabel.

Kesimpulan

Mitos atau isu kebijakan pelayanan kesehatan mengenai UHC di Indonesia hanya sebatas
pembiayaan kesehatan saja. Padahal justru sebaliknya, WHO menekankan bahwa pencapaian
UHC membutuhkan penguatan dari segi pelayanan kesehatan, tenaga kerja kesehatan, fasilitas
kesehatan dan obat-obatan, sistem informasi, serta tata kelola pelayanan kesehatan. Selain itu, isu
lainnya adalah UHC dianggap sebagai sistem kesehatan perorangan, yang tentu saja keliru
karena UHC mencakup pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain promosi kesehatan
masyarakat.
Seperti yang telah dipaparkan di atas, ada delapan sasaran pokok Peta Jalan Jaminan
Kesehatan Nasional yang diharapkan dapat tercapai pada tahun 2019 ini, namun
pengimplementasiannya belum berjalan dengan baik. Mulai dari permasalahan sistem JKN
termasuk BPJS yang belum merata dari segi sistem pelayanan dan sumber daya manusianya
yang menyebabkan tenaga kesehatan yang dikerahkan tidak selaras dengan pertumbuhan
populasi dan migrasi, kemudian fasilitas kesehatan masyarakat yang belum sepenuhnya
menerapkan fungsi promotif dan preventif seperti puskesmas, dan berbagai tantangan lainnya
yang menyebabkan jaminan kesehatan nasional tidak berjalan optimal karena pendampingan
yang tidak dimiliki oleh semua daerah serta proses penyusunan kebijakan di level nasional tidak
melibatkan koordinasi lintas sektor sehingga menyebabkan pemahaman pemerintah daerah dan
implementasi kualitas pelayanan kesehatan masih rendah.

Pemecahan

Sesuai permasalahan yang dihadapi hingga tahun 2019 ini, konklusi yang dapat dilakukan
ialah dengan mengidentifikasi kembali transformasi dari sistem JKN dalam hal ini ialah BPJS
Kesehatan dengan memperkuat kembali kebijakan yang telah dibuat agar memiliki peran penting
di dalam pemerintahan sehingga dapat mengerahkan sumber daya manusia yang sesuai dengan
daerah di setiap provinsi yang memiliki pelayanan fasilitas kesehatan yang masih rendah.
Fasilitas kesehatan seperti puskesmas adalah fasilitas kesehatan utama yang berada di
garis depan untuk mendukung fungsi promotif dan preventif kesehatan masyarakat harus
ditingkatkan dan dikembalikan sesuai fungsi utamanya agar masyarakat dapat lebih sensitif
terhadap kesehatannya dengan menerapkan preventif bagi dirinya masing-masing sehingga
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tidak hanya berfungsi sebagai kuratif saja, tetapi juga
sebagai promotif dan preventif bagi masyarakat.
Transformasi sistem JKN ini sejatinya harus diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat
sehingga diharapkan masyarakat dapat terlibat dan percaya, serta turut berpartisipasi dan
mendukung pengimplementasian program Jaminan Kesehatan Nasional ini agar delapan sasaran
pokok Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional dapat terpenuhi seluruhnya sesuai standar yang
telah ditetapkan.
Referensi

World Health Organization. (2018). “Universal Health Coverage”.


http://www.who.int/healthsystems/universal_health_coverage/en/

Jaminan Sosial Indonesia. (2019). “Fondasi UHC Pemerintahan Presiden Jokowi 2014-2019”.
http://www.jamsosindonesia.com/cakrawala/fondasi_uhc_pemerintahan_presiden_jokowi_2014-
2019

Knowledge Sector Initiative. (2019). “Perbaikan Program JKN untuk Mencapai Universal Health
Coverage”.
https://www.ksi-indonesia.org/in/news/detail/perbaikan-program-jkn-untuk-mencapai-universal-
health-coverage-

Academia.edu. (2015). “Polemik Implementasi Transformasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Sebagai Strategi Good Governance Mencapai Universal Health Coverage (UHC)”.
https://www.academia.edu/17518027/

The Lancet, Volume 393, Issue 10166 (2019). “Universal Health Coverage in Indonesia:
Concept, Progress, and Challenges”.
https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)31647-7/fulltext

Anda mungkin juga menyukai