Tak lama, mereka kembali bertemu pria lain. Kali ini pria tersebut berkomentar, “Dasar
anak muda pemalas. Kenapa ia enak-enakan naik keledai sementara ayahnya dibiarkan
berjalan kaki?” Akhirnya, sang ayah meminta anaknya turun. Giliran ia yang naik keledai
sementara anaknya berjalan kaki.
Belum jauh, mereka bertemu dengan sekelompok wanita yang berbisik satu sama lain,
“Kasihan sekali anak itu. Ayahnya naik keledai sementara ia harus berjalan kaki.”
Bingung harus bagaimana, akhirnya sang ayah mengajak anaknya untuk ikut
menunggangi hewan peliharaannya.
Lagi-lagi, mereka bertemu penduduk setempat yang mencemooh, “Apakah kalian berdua
tidak malu membuat keledai malang itu menanggung badan kalian yang besar?” Ayah
dan anak itu pun turun. Setelah berpikir keras, akhirnya mereka memutuskan mengikat
kaki keledai ke tiang. Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan sambil memanggul
tiang dan keledai tersebut.
Ada beberapa anak yang memiliki hati lembut dan sulit menolak permintaan orang lain.
Terkadang mereka pun terlalu memikirkan perkataan orang-orang di sekitarnya dan
mengabaikan kata hatinya sendiri.
Cerita dongeng anak sebelum tidur yang lucu karangan Aesop ini bisa Anda bacakan
untuknya. Ingatkan ia bahwa kita tidak mungkin memuaskan semua orang di dunia ini.
Lebih baik, lakukan apa yang menurut kita benar selama tidak merugikan orang lain.
Meski tak percaya kalau tikus bisa memakan besi, Jveernadhana berusaha tetap tenang.
Ia pun pamit dan meminta Janak untuk melupakan masalah tersebut.
Jveernadhana juga meminta Ramu, putra Janak, untuk ikut dengannya. Ia mengatakan
punya hadiah untuk Janak dan akan menitipkannya pada Ramu. Sesampainya di rumah,
Jveernadhana malah mengunci Ramu di sebuah kamar.
Janak yang cemas karena putranya tak kunjung kembali pun mendatangi rumah
Jveernadhana. Betapa terkejutnya ia ketika Jveernadhana mengatakan putranya sudah
dibawa terbang oleh burung gagak.
Karena tak percaya, mereka pun bertengkar hebat. Akhirnya kasus ini dibawa ke
pengadilan. Di hadapan hakim, Jveernadhana berkata, “Kalau tikus bisa memakan besi
milikku, kenapa burung gagak tidak bisa membawa putra Janak?”
Mendengarnya, Janak tersadar dan meminta maaf. Hakim pun meminta Janak untuk
mengembalikan besi Jveernadhana dan mendapatkan putranya kembali.
Bisa menjaga kepercayaan orang lain adalah salah satu sifat yang perlu ditanamkan
sejak dini. Jangan sampai sudah dipercaya, kita malah mengkhianati orang tersebut
demi mendapatkan keuntungan pribadi.
Selain memberikan contoh pada anak, Anda juga bisa menanamkan nasihat lewat cerita
dongeng anak sebelum tidur dari India di atas. Kisah ini diambil dari
buku Panchatantrayang berisi kumpulan sastra kuno.
Suatu hari, kancil hendak pulang setelah mencari makan. Namun ia terkejut melihat
buaya tiba-tiba muncul menghadangnya saat akan menyeberang sungai. Mengetahui ia
hendak dijadikan santapan, ia pun berusaha mencari akal untuk melarikan diri.
Kancil lalu berkata bahwa ia sebenarnya ingin menyerahkan diri. Namun ia ragu apakah
dagingnya cukup untuk semua buaya yang ada. Ia lalu meminta semua buaya di sungai
untuk berkumpul dan berbaris agar ia bisa menghitung jumlah mereka.
Buaya-buaya itu mengikuti perintah kancil. Mereka pun berbaris dengan rapi hingga
membentuk formasi yang menyerupai jembatan.
Dengan cekatan, si kancil melompati satu per satu punggung buaya sambil berhitung.
Tak disangka, ternyata sampai di tepi sungai ia langsung melarikan diri. Para buaya pun
kesal karena tertipu oleh kecerdikan kancil.
Kali ini, ada cerita dongeng anak sebelum tidur yang berasal dari Indonesia. Tokoh
utama dari kisah ini adalah seekor kancil yang terkenal akan kecerdikannya.
Seperti kisah singa dan jakal sebelumnya, Anda bisa mengajarkan pada anak bahwa
kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan. Semoga saja anak jadi termotivasi belajar dan
meningkatkan pengetahuannya.
Abu Nawas sangat sedih mendengar perintah raja. Namun, ia tak kehilangan akal dan
mencari cara untuk menyelamatkan diri.
Keesokan harinya, dua pengawal istana pergi ke rumah Abu Nawas. Betapa terkejutnya
mereka melihat pria cerdik itu bukannya berkemas, malah asyik berenang dengan santai.
Saat ditanya mengapa ia masih belum pergi, Abu Nawas berkilah. Ia mengaku sama
sekali tidak menginjakkan kaki di negeri itu. Ia berada di dalam air alih-alih tanah.
Sesampainya di istana, sang raja murka melihat Abu Nawas masih belum pergi dan
bermain egrang seperti anak kecil. Abu Nawas beralasan, egrang itu membuatnya tak
menginjakkan kaki sama sekali di negeri itu. Karena itulah ia masih berhak berada di
sana dan tak boleh diusir.
Mendengar penjelasan itu, raja pun mengakui kecerdasan Abu Nawas. Ia batal mengusir
pria tersebut, bahkan mengundangnya untuk mengikuti jamuan makan.
Cerita dongeng anak sebelum tidur selanjutnya diambil dari kisah 1001 Malam Abu
Nawas. Hampir sama seperti sebelumnya, kisah ini juga mengedepankan pentingnya
kecerdikan.
Selalu ada jalan untuk mengatasi setiap masalah yang ada. Hanya saja, terkadang jalan
tersebut mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran kita sebelumnya. Oleh karena itu,
teruslah berusaha dan buka diri dari segala kemungkinan yang ada.
5. Bocah Penggembala dan Serigala
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak penggembala di suatu desa. Setiap hari ia
bertugas menggembalakan domba-domba milik tuannya di dekat hutan.
Karena terus melakukan kegiatan yang sama, ia merasa bosan. Suatu hari, terbesit di
pikirannya untuk mengerjai orang-orang desa sebagai hiburan. Ia pun berlari menuju
desa sambil berteriak ketakutan, “Ada serigala! Ada serigala!”
Sesuai dugaannya, masyarakat setempat berlari menuju tepi hutan untuk mengusir
serigala tersebut. Tapi sesampainya di sana, tak ada serigala sama sekali. Yang ada
malah sosok si anak pengembala yang tertawa terbahak-bahak. Sadarlah mereka kalau
sudah tertipu.
Beberapa hari kemudian, anak itu kembali berteriak-teriak minta pertolongan. Lagi-lagi
penduduk desa berlari ke tepi hutan. Namun mereka ternyata tertipu untuk kedua
kalinya. Mereka pun pulang dengan bersungut-sungut.
Suatu hari menjelang sore, tiba-tiba saja serigala sungguhan muncul dari dalam hutan. Si
anak pun berteriak ketakutan minta bantuan. Namun kali ini, penduduk desa tak mau
percaya padanya.
Serigala itu pun dengan leluasa membunuh dan menyantap domba-domba yang ada di
sana. Sementara anak itu hanya bisa melihat dari kejauhan dan bingung memikirkan apa
yang harus ia katakan pada sang tuan.
Kejujuran merupakan hal yang tak ternilai harganya. Untuk menanamkannya pada buah
hati sejak dini, Anda bisa mencoba membacakan cerita dongeng anak sebelum tidur ini
untuknya.
Kita bisa mengambil pelajaran bahwa orang yang suka berbohong tidak akan dipercaya
lagi selama-lamanya. Bahkan jika pada akhirnya ia mengatakan kejujuran sekalipun.
FRANS RICARDO SIPAYUNG
III - A