Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS PADA TN. G.

(Di Ruang Arimbi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali di Bangli)

Oleh:

Meiske Norin Yulanda Pandie

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA HUSADA MANDIRI

KUPANG

2015
Lembaran Pengesahan

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Tn. D di ruang Arimbi RSJ
Provinsi Bali ini telah disetujui pada tanggal

Oleh:

Mentor Klinik Mentor Institusi

( ) ( )
KONSEP DASAR

ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

1. Pengertian
a. Isolasi social adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran,
prestasi atau kegagalan, ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan
diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan
orang lain. (Fitria, 2010).
b. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba,
dkk. 2008).
c. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).

2. ETIOLOGI
1) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat
penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan sebagai
objek.
Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu
dalam berhubungan terdiri dari:
a) Masa Bayi
Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan
antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya
yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi
hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. Bayi yang
mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada
masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang
lain pada masa berikutnya.
b) Masa Kanak-kanak
Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,
mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina
hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah
lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak
frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya
komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh
menjadi individu yang interdependen, Orang tua harus dapat
memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena
pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara
berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
c) Masa Praremaja dan Remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim
dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi
individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang
ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis
akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada
masa ini hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih
berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi
apabila remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan
tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun
tergantung pada remaja.
d) Masa Dewasa Muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan
hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua.
Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan
pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka
terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu
kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan.
Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah saling
memberi dan menerima (mutuality).
e) Masa Dewasa Tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan
anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan
individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat
meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh
dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependen antara
orang tua dengan anak.
f) Masa Dewasa Akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan
keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun
pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut
ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian
yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
a) Sikap bermusuhan/hostilitas
b) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
c) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
d) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,
kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
e) Ekspresi emosi yang tinggi
f) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat)
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu
keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada
kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah
58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada
struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.

2) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini
dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stressor Biokimia
a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
1. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme, adanya
peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali
dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
2. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-
gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah
stuktur sel-sel otak.
c) stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
d) Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.

Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego


tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang
berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas
untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius
antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan
psikologis individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai
usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-
masing tingkah laku adalah sebagai berikut:
a. Tingkah laku curiga: proyeksi
b. Dependency: reaksi formasi
c. Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
d. Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
e. Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
f. Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi
dan regrasi.
3. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

4. TANDA DAN GEJALA


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan
dengan wawancara, adalah:
1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Pasien merasa tidak berguna
7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

5. AKIBAT YANG DITIMBULKAN


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan
persepsi sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah
persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi
sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan
atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca
indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat
disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi
merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus
sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah
halusinasi pendengaran.

6. PETALAKSANAAN
1) Terapi Psikofarmaka
a) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham,
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom
parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).
Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung (Andrey, 2010).

b) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping
seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata
kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi
terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung
(Andrey, 2010).

c) Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan
kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive
Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis (Andrey, 2010).
2) Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing
strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai
keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan
orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan
berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP
dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi
kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk
berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)
3) Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi:
b) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun
tidur.
c) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
d) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
e) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
f) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang
dan setelah makan dan minum.
g) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
h) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil
tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
i) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi
tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
4) Tingkah laku sosial Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan
kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa,
menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan
sebagainya.
c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara
dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai
tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan
dan sebagainya.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian
,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1) Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat
klien.
2) Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang
lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.
3) Factor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba –
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4) Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
5) Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip
tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang ,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua , putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat ,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
1. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang
diikuti dalam masyarakat.
2. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah (
spritual)
6) Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang
dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan
kurang berharga dalam hidup.
7) Kebutuhan persiapan pulang
a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).
9) Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi
ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
2) Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3) Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensif.
TGL DP RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
RASIONAL
TUJUAN KRITERIA EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN

Isolasi TUM :
sosial Pasien dapat
berinteraksi
dengan orang lain
dan lingkungan
sekitarnya

TUK

1. Klien dapat
membina
hubungan
saling percaya 1.1 Setelah 2 x 15 menit 1.1.1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
pertemuan ekspresi dengan mengungkapkan prinsip percaya merupakan
wajah bersahabat, komunikasi terapeutik. dasar untuk
menunjukan rasa a. Sapa klien dengan ramah baik kelancaran
senang, ada kontak verbal maupun nonverbal hubungan interaksi
mata, mau berjabat b. Perkenalkan diri dengan sopan selanjutnya
tangan, mau c. Tanyakan nama lengkap klien
menjawab salam, dan nama panggilan yang
klien mau duduk disukai klien
berdampingan d. Jelaskan tujuan pertemuan
dengan perawat, e. Jujur dan menepati janji
mau menguburkan f. Tunjukan sikap empati dan
masalah yang menerima klien apa adanya
dihadapi g. Beri perhatian pada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar
klien

2. Klien mampu 2.1. Setelah pertemuan 1 2.1.1. membantu pasien mengenal Dengan mengetahui
menyebutkan x 15 menit klien penyebab isolasi social dengan tanda-tanda dan gejala
penyebab dapat menyebutkan cara: kita dapat menentukan
menarik diri penyebab menarik a. tanyakan kebiasaan pasien langkah intervensi
diri tentang kebiasaan pasien
selanjutnya
berinteraksi dengan orang lain
b. tanyakan penyebab pasien
tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
c. diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul dengan
orang lain.
d. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya

3. Klien mampu
menyebutkan Klien dapat 3.1.1. Bantu klien menyebutkan Mengetahui sejauh
keuntungan menyebutkan keuntungan berhubungan social: mana pengetahuan
berhubungan keuntungan a. Tanyakan pada klien tentang klien tentang
sosial dan manfaat hubungan social dan berhubungan
berhubungan sosial
kerugian isolasi kerugian isolasi social dengan orang lain.
sosial b. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya

4. Klien dapat Setelah 2x berinteraksi 4.1.1. Bantu dan observasi klien dalam
melaksanakan klien dapat melaksanakan hubungan social
hubungan secara bertahap:
melaksanakan
social secara a. Observasi perilaku klien saat
hubungan social
bertahap secarabertahap dengan berhubungan social, beri
perawa, perawat lain, motivasi dan bantu klien untuk
klie dan atau kelompok berkenalan.
b. Diskusikan atau
berkomunikasidengan perawat
lain, klien lain, kelompok.
c. Libatkan klien dalam terapi
aktivitas kelompok sosialisasi
d. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi
e. Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah
dibuat.
f. Beri pujian terhadap
kemampuan klien memperluas
pergaulannya melalui aktifitas
yang dilakukan

5. klien mampu Setelah 1x15 menit klien


menjelaskan 5.1.1. Bantu pasien mendiskusikan
dapat menjelaskan
perasaannya perasaannya setelah berhubungan
setelah perasaannya setelah
social dengan orang lain:
berhubungan berhubungan social
a. Diskusikan dengan klien
sosial dengan orang lain tentang perasaannya
berhubungan social dengan
orang lain, kelompok
b. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
6. Klien Dalam waktu 1x15 menit 6.1.1. Beri kesempatan pada keluarga
mendapat Klien, kleuarga dapat dalam memperluas hubungan
dukungan menjelaskan tentang sosial
keluarga dalam a. Diskusikan tentang pentingnya
pengertian isolasi social,
memperluas peran sert keluarga sebagai
hubungan tanda dan gejala isolasi pendukung untuk mengatasi
sosial sosial perilaku menarik diri
b. Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien
mengatasi perilaku menarik diri
c. Jelaskan pada keluarga tentang
pengertian isolasi sosial, cara
merawat klienisolasi sosial
d. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan beri motivasi keluarga
untuk membantu klien
bersosialisasi
e. Beri pujian kepada keluarga
atas keterlibatanya merawat
klien.
7. Klien dapat Setelah pertemuan 2 x 7.1.1. Bantu pasien untuk dapat
memanfaatkan 15 menit memanfaatkan obat dengan baik:
obat dengan
baik 7.1 klien dan keluarga Diskusikan dengan klien dan
dapat menyebutkan keluarga tentang dosis, frekuensi
manfaat, dosis dan dan manfaat obat
efek samping obat.

7.2 Klien dapat Anjurkan klien minta sendiri obat pada


mendemontrasikan perawat dan merasakan manfaatnya
penggunaan obat
dengan benar.
7.3 Klien dapat informasi Anjurkan klien bicara dengan dokter
tentang efeksamping tentang manfaat dan efek samping obat
obat yang dirasakan

7.4 Klien dapat Diskusikan akibat berhenti obat tanpa


memahami akibat dikonsoltasikan
berhentinya obat
tanpa konsultasi

7.5 Klien dapat Bantu klien menggunakan obat dengan


menyebutkan prinsip yang benar
prinsipsecara benar
penggunaan obat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/ No. Diagnosa Rencana Implementasi keperawatan Evaluasi keperawatan
tanggal diagnosa keperawatan tindakan
Isolasi sosial 1.1 Membina hubungan
saling percaya dengan
mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik.
1) menyapa klien
dengan ramah baik
verbal maupun
nonverbal
2) Memperkenalkan
diri dengan sopan
3) Menanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai klien
4) Menjelaskan tujuan
pertemuan
5) Jujur dan menepati
janji
6) Menunjukan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya
7) Memberi perhatian
pada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien

1.2 Membantu pasien


mengenal penyebab
isolasi social dengan
cara:
1) Menanyakan S: “walaikumsalam”
kebiasaan pasien
“nama saya J pak, baik, setuju
tentang kebiasaan
pasien berinteraksi pak.”
dengan orang lain
“saya hanya tidak senang saja
2) Menanyakan
penyebab pasien berbicara dengan orang di
tidak ingin
sekitar saya”
berinteraksi dengan
orang lain O:
3) Mendiskusikan
- Klien mampu menyebutkan
dengan klien
penyebab menarik apa yang dia alami
diri atau tidak mau
A: SP1p tercapai
bergaul dengan
orang lain. P:
4) Memberikan pujian
Perawat:
terhadap
kemampuan klien Lanjutkan SP 1 tuk 2 isolasi social
mengungkapkan
pada pertemuan ke 2 pada hari
perasaannya
1.3 Membantu klien senin, 7 mei 2012
menyebutkan keuntungan
Klien;
berhubungan social:
1) Menanyakan pada motivasi pasien menyebutkan
klien tentang
keuntungan dan kerugian tidak
manfaat hubungan
social dan kerugian berinteraksi
isolasi social
S: “wa alaikum salam”
2) Memberi pujian
terhadap “saya senangn aja sendiri,
kemampuan klien
karena lebih enak sendiri,
mengungkapkan
perasaannya keuntungannya banyak teman
dan ada teman ngobrol,
kerugiannya tidak ada teman
dan sepi.”
O:mampu menyebutkan
keuntungan
dan kerugian tidak berinteraksi,
Klien mampu menyebutkan
kerugian dan keuntungannya,
konyak mata kurang, afek
tumpul, bicara lambat
A: SP 1, tuk 3 dilanjutkan
1.4 Membantu dan observasi P: Perawat:
klien dalam
Lanjutkan SP 1 pertemuan ke tiga
melaksanakan hubungan
social secara bertahap: pada hari selasa, 8 mei 2012
1) Mengobservasi
pukuk 08.00 di ruang perawatan
perilaku klien saat
berhubungan pasien
social, beri
Klien
motivasi dan bantu
klien untuk Membantu dan observasi klien
berkenalan.
dalam melaksanakan hubungan
2) Mendiskusikan
atau social secara bertahap
berkomunikasiden
gan perawat lain,
klien lain, S: “wa alaikum salam. “
kelompok.
“ saya tadi jam 11.00 dan jam
3) Melibatkan klien
dalam terapi 16.00 latihan berkenalan
aktivitas kelompok
dengan perawat dan teman
sosialisasi
4) Mendiskusikan saya pak”
jadwal harian yang
“aalamualaikum, perkenalkan
dapat dilakukan
untuk nama saya J, hobi main tenis,
meningkatkan
asal dari bontang, nama bapak
kemampuan klien
bersosialisasi siapa, hobi bapak, dan asal
5) Memberi motivasi
bapak dari mana?
klien untuk
melakukan “asalamualaikum, kenalkan
kegiatan sesuai
nama saya J, hobi main tenis,
dengan jadwal
yang telah dibuat. asal dari bontang, nama bapak
6) Memberi pujian
siapa, hobi bapak, dan asal
terhadap
kemampuan klien bapak dari mana?”
memperluas
“masukkan jam 13.00 saja
pergaulannya
melalui aktifitas pak.”
yang dilakukan
O:
- Klien mempraktekkan
berkenalan dengan seorang
perawat dan klien lain.
- Klien menyebutkan cara
berkenalan.
1.5 Membantu pasien
- Kontak mata kurang
mendiskusikan
perasaannya setelah - Afek tumpul
berhubungan social
- Bicara lambat
dengan orang lain:
1) Mendiskusikan - Klien dapat memasukkan
dengan klien
latihan berkenalan kedalam
tentang
perasaannya jadwal hariannya yaitu pada
berhubungan social
pukul 10.00
dengan orang lain,
kelompok A: lanjutkan SP2 teratasi
2) Beri pujian
sebagian
terhadap
kemampuan klien Perawat:
mengungkapkan
Lanjutkan SP 1 pertemuan ke tiga
perasaannya
pada hari rabu, 9 mei 2012 pukuk
08.00 di ruang perawatan pasien
Klien:
Membantu pasien mendiskusikan
1.6 Memberi kesempatan
pada keluarga dalam perasaannya setelah
memperluas hubungan
berhubungan social dengan
sosial
1) Mendiskusikan orang lain
tentang pentingnya
peran sert keluarga
sebagai pendukung S: “waalaikum salam”
untuk mengatasi
“saya sangat senang karena
perilaku menarik
diri dapat bercerita dengan bapak
2) Mendiskusikan
hari ini”
potensi keluarga
untuk membantu O: pasien tampak tenang, kontak
klien mengatasi
mata baik, bicara normal.
perilaku menarik
diri A: SP 1 tuk 6 dilanjutkan
3) Menjelaskan pada
P:
keluarga tentang
pengertian isolasi Perawat:
sosial, cara
Lanjutkan SP 1 pertemuan ke tiga
merawat
klienisolasi sosial pada hari rabu, 9 mei 2012 pukuk
4) Menanyakan
08.00 di ruang perawatan pasien
perasaan keluarga
setelah mencoba Klien:
cara yang Memberi kesempatan pada
dilatihkan beri keluarga dalam memperluas
motivasi keluarga hubungan sosial
untuk membantu
klien bersosialisasi
5) Memberi pujian
kepada keluarga S: “waalaikum salam”
atas keterlibatanya
“kami mau bercerita dan lebih
merawat klien.
sering berkunjung ke RSJ ”
1.7 Membantu pasien untuk
O: keluarga tampak antusias
dapat memanfaatkan
obat dengan baik: dalam
1) Diskusikan dengan
klien dan keluarga membantu memperluas
tentang dosis,
hubungan sosial.
frekuensi dan manfaat
obat A: SP 1 tuk 7 dilanjutkan
P:
2) Anjurkan klien minta
sendiri obat pada Perawat:
perawat dan
SP dilanjutkan pertemuan ke tiga
merasakan
manfaatnya pada hari kamis, 10 mei 2012
pukul 08.00 di ruang perawatan
3) Anjurkan klien bicara
dengan dokter pasien
tentang manfaat dan
Klien:
efek samping obat
Membantu pasien untuk dapat
yang dirasakan
4) Diskusikan akibat memanfaatkan obat dengan baik
berhenti obat tanpa
dikonsoltasikan

5) Bantu klien
menggunakan obat
dengan prinsip yang
benar
S:“saya sudah mengonsumsi
obatnya pak”
O: kontak mata baik, pasien
bicara
sesuai dengan topic
pembicaraan, pasien mau
minum obat yang sudah di
berikan oleh petugas
A: SP di lanjutkan
P:
Perawat:
SP dilanjutkan pertemuan ke tiga
pada hari kamis, 10 mei 2012
pukul 08.00 di ruang perawatan
pasien

Klien:
Membantu pasien untuk dapat
memanfaatkan obat dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, nita. 2010. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan. Jakarta: salemba medika

Iyus, yosep.2011. keperawatan jiwa. Edisi 4. Jakarta: refika aditama

Keliat, budia ana. Akemat. Novy Helena. Heni nurhaeni. 2011. Keperawatan kesehatan
jiwa komunitas. Jakarta: EGC

Kusumawati, farida dan ydi hartono. 2010. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:
salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai