Anda di halaman 1dari 5

Pengangguran diIndonesia

Kemajuan teknologi yang kini merambah keseluruh lapisan masyarakat memang sangat
membantu dalam segala bidang. Banyaknya mesin-mesin impor yang digunakan untuk
mempermudah pekerjaan manusia dapat menghasilkan barang yang berkualitas yang tak
kalah dengan pembuatan manual oleh manusia.

Tetapi hal ini tidak saja membuat pemerintah dan masyarakat lega, namun juga
menimbulkan masalah baru yang hingga kini belum dapat terselesaikan. Masalah yang tiap
tahun bertambah rumit, dan makin banyak saja masyarakat yang menjalani profesi ini, yaitu
pengangguran. Secara garis besar, pengangguran dapat dibedakan menjadi dua golongan, menurut
lama waktu kerja dan menurut penyebabnya.
1. JENIS-JENIS PENGANGGURAN
1.1. Jenis pengangguran menurut waktu kerja :
1.1.1. Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. Contoh : suatu
kantor mempekerjakan 10 orang karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu
dapat dikerjakan dengan baik walau hanya dengan 8 orang karyawan
saja,sehingga terdapat kelebihan 2 orang tenaga kerja. Orang-orang semacam ini
yang disebut dengan pengangguran terselubung.
1.1.2. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga
kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari
35 jam selama seminggu. Contoh : seorang buruh bangunan yang telah
menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek untuk sementara menganggur sambil
menunggu proyek berikutnya.
1.1.3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
1.2. Jenis Pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya :
1.2.1. Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
1.2.2. Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh ketidakcocokan antara keterampilan (kualifikasi) tenaga
kerja yang dibutuhkan dan keterampilan tenaga kerja yang tersedia.Perubahan
struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang merupakan latar
belakang ketidakcocokan itu.
1.2.3. Pengangguran friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran
yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari
kerja (pergantian pekerjaan atau pergeseran tenaga kerja). Pengangguran ini
muncul dari kemauan tenaga kerja yang bersangkutan. Ia menganggur untuk
sementara waktu dalam rangka mencari pekerjaan yang lebih baik, menantang
dan menunjang karirnya. Pengangguran ini sering disebut pengangguran
sukarela.
1.2.4. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian
musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
1.2.5. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan
atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
1.2.6. Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan
oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand). Contoh : suatu saat
perekonomian suatu negara mengalami masa pertumbuhan (menaik).Di saat lain,
mengalami resesi (menurun) atau bahkan depresi.Pada saat krisis ekonomi, daya
beli masyarakat menurun sehingga tingkat permintaan terhadap barang dan jasa
juga menurun.Turunnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa
memaksa produsen untuk menurunkan kegiatan produksi.Produsen melakukan
ini antara lain dengan cara mengurangi pemakaian faktor produksi, termasuk
tenaga kerja.
2. PENYEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN
2.1. Pengaruh Musim
Perubahan musim terjadi bukan hanya disektor pertanian saja. Tetapi sektor terjadi juga pada
sektor lain. Pada liburan dan tahun baru, misalnya suasana sektor jasa tansportasi dan pariwisata
menjadi sangat sibuk dibanding dengan hari-hari biasa. Begitu pula hari menjelang, sedang dan
bulan suci Ramadhan, nampak permintaan antara barang dan jasa meningkat dan selanjutnya akan
membawa dampak otomatis terhadap permintaan tenaga kerja disektor yang bersangkutan.

Adanya hambatan (ketidak lancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja
Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis (misalnya waktu dan tempat).
Sering terjadi pencari kerja tidak mendapat informasi yang lengkap tentang lowongan kerja.
Sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mendapat lowongan pekerjaan tersebut. Pilihannya
adalah tidak bekerja. Karena kondisi sudah tidak kondusif lagi.

Rendahnya Aliran Investasi

Investasi merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai daya ungkit terhadap
perluasan tenaga kerja. Perubahan investasi membawa dampak output (pendapatan). Secara
otomatis meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi (modal,
tenaga kerja, dan input lainnya). Dengan demikian permintaan tenaga kerja akan meningkat dengan
adanya peningkatan dan pengeluaran otonom tadi.

Rendahnya Tingkat Keahlian

Keahlian dan produktifitas sangan erat. Orang yang memiliki keahlian akan memiliki
produktifitas tinggi karena ia mampu memanfaatkan dirinya pada aktivitas ekonomi produktif. Untuk
meningkatkan keahlian dapat dilakukan dengan cara diantaranya adalah melalui pendidikan, atihan,
magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga kerja lewat pembinaan motifasi
kerja.

Diskriminasi

Diskriminasi bukan hanya pada warna kulis saja, tetapi pada tingkat pendidikan, ekonomi,
hukum, agama dan lainnya. Misalnya bila pendidikan dan pengembangan SDM tidak diberikan
seluas-luasnya kepada publik, dampak selanjutnya adalah terpuruknya sumber SDM. Dan dalam
jangka panjang kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga kerja.

Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja
yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi

Budaya pilih-pilih pekerjaan

Pada dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan. Dan lagi
ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di Indonesia bukan
pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka yang didominasi oleh kaum intelektual
(berpendidikan tinggi).

Pemalas

Selain budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di Indonesia adalah
budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang ditempuh adalah dengan
menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.

Tidak mau ambil resiko

“Saya bersedia tidak digaji selama 3 bulan pertama jika diterima bekerja di kantor bapak. Dengan
demikian bapak tidak akan rugi. Jika bapak tidak puas dengan hasil kerja saya selama 3 bulan
tersebut, bapak bisa pecat saya.” Adakah yang berani mengambil resiko seperti itu? Kami yakin
sedikit sekali. Padahal kalau dipikir-pikir itu justru menguntungkan si pencari kerja selama 3 bulan
tersebut ia bisa menimba pengalaman sebanyak-banyaknya. Meskipun akhirnya dipecat juga, toh dia
sudah mendapat pengalaman kerja 3 bulan.

3. DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA

2.5.1 Timbulnya kemiskinan. Dengan menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa memperoleh
penghasilan. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seseorang dikatakan
miskin apabila pendapatan perharinya dibawah Rp 7.500 perharinya (berdasarkan standar
Indonesia) sementar berdasarkan standar kemiskinan PBB yaitu pendapatan perharinya di bawah $2
(sekitar Rp 17.400 apabila $1=Rp 8.700).

2.5.2 Pengangguran Dapat Menghilangkan Keterampilan, Karena Tidak Digunakan Apabila Tidak
Bekerja / Produktivitas. Tenaga kerja akan menurun produktivitasnya jika tidak dimanfaatkan.
Peningkatan rasa frustasi, patah semangat, dan perasaan tidak berdaya, yang terjadi pada
pengangguran, dalam jangka panjang akan menimbulkan sikap masa bodoh. Para penganggur tidak
mampu mengelola dirinya dan tidak mampu menangkap peluang secepatnya . mereka “tidak siap
bekerja”, jadi pengalaman dan pelatihan yang telah diperoleh sebelumnya , apalagi dengan biaya
yang besaar pula menjadi sia-sia. Jadi keterampilan yang diperoleh hilang, karena tidak digunakan
apabila tidak bekerja.

2.5.3 Makin beragamnya tindak pidana kriminal. Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi
kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun
seorang pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan criminal seperti
mencuri, mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh demi mendapat sesuap nasi.

2.5.4 Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan anak dan sebagainya.
Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para pengamen atau pengemis yang
kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena mereka tak segan-segan mengancam para
korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang.

2.5.5 Pengangguran akan Menimbulkan Ketidakstabilan Sosial dan Politik. Hal ini terjadi karena
adanya ketidaksinambungan antara pemerintah itu sendiri dengan masyarakatnya, sehingga kontak
social dan politik yang ada, tidak berlangsung dengan baik. Dalam arti pemerintah mengabaikan
aspirasi masyarakat atau tidak menanggulangi pengangguran yang ada dalam masyarakat, sehingga
masyarakat menginginkan turun tangan dari pemerintah. Tetapi pemerintah itu sendiri tidak
memikirkan beban yang ditanggung masyarakat. Sehingga terjadi perbedaan antara pemeritah
dengan masyarakat. Masalah seperti bisa memunculkan kekacauan sosial dan politik seperti
terjadinya demonstrasi dan perebutan kekuasaan.

2.5.6 Terganggunya kondisi psikis seseorang. Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah
ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat kesehatan
dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar.
2.5.7 Penurunan Pendapatan Perkapita / Penerimaan Negara. Semakin besar jumlah pengangguran
maka, semakin menurun pendapatan perkapita Negara dari pajak penghasilan. Begitu pendapatan
menurun , semakin menurun pula kemampuan pemerintah melayani kebutuhan warganya.
Pengangguran yang semakin tinggi membuat pendapatan dan pengeluaran mereka tidak seimbang,
pastilah pengeluaran akan semakin tinggi sedangkan pendapatan rendah bahkan mungkin tidak ada
pendapatan.sehingga,Penurunan Pendapatan Pemerintah yang berasal dari sektor pajak.

2.5.8 Meningkatnya Biaya Sosial Yang Harus Dikeluarkan Oleh Pemerintah. Pengangguran
mengakibatkan masyarakat harus menanggung sejumlah biaya social , antara lain ada kaitan erat
antara peningkatan pengangguran dan kejahatan. Selain itu, masyarakat harus menanggung biaya
social biaya pengangguran melalui peningkatan tugas-tugas medis yang berkaitan dengan perawatan
psikologis, peningkatan kualitas pengamanan wilayah, dan peningkatan volume peradilan karena
meningkatnya tindak kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai