Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN

DASAR ELIMINASI

FEBRIYANA CASIA PUTRA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ELIMINASI

A. Pengertian
1. Gangguan eliminasi urin
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana individu mengalami
atau beresiko mengalami disfungsi eliminasi urin. Biasanya orang
yang mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi
urin, yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung
kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urin.
2. Gangguan eliminasi fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana individu mengalami
atau beresiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan
jarang buang air besar keras dan feses kering. Untuk mengatasi
gangguan eliminasi fekal dilakukan huknah, baik huknah tinggi
maupun rendah. Memasukan cairan hangat melalui anus sampai ke
kolon desenden dengan menggunakan kanul rekti.
B. Fisiologi
1. Gangguan eliminasi urin
a. Intake cairan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi output urin atau defekasi. Seperti protein dan
zodium mempengaruhi jumlah urin yang keluar, kopi
meningkatkan pembentukan intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya jumlah urin yang keluar banyak.
b. Aktivitas
Aktivitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot
dam berkemih terjadi pada pasien yang terpasang kateter cukup
lama. Karena urin terus dialirkan secara terus menerus ke dalam
kandung kemih, otot – otot itu tidak pernah merenggang dan dapat
terjadi tidak berfungsi.
c. Obstruksi: batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur
uretra
d. Infeksi
e. Umur
f. Kehamilan
g. Penggunaan obat – obatan
2. Gangguan eliminasi fekal
a. Pola diet tidak adekuat
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk
memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang
menyebabkan sulit dicerna. Ketidakmampuan ini dapat
mempengaruhi atau mengakibatkan gangguan pencernaan di
beberapa jalur pengairan feses.
b. Cairan
Peningkatan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran yang
berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan mereabsorsi
air dari chime ketika dia lewat disepanjang kolon.
c. Kurangnya aktivitas
Pada pasien immobilisasi atau bedres akan mengalami penurunan
gerak peristaltic dan dapat menyebabkan melambatnya feses
menuju rectum dalam waktu yang lama dan terjadi reabsorsi cairan
feses sehingga feses mengeras.
d. Obat obatan
Beberapa obat dapat mempengaruhi eliminasi feses yang normal.
beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative
adalah obat yang merangsang usus dan memudahkan eliminasi
feses. Obat ini melunakan feses dan mempermudah defekasi.
C. Masalah Masalah yang mungkin terjadi
1. Gangguan eliminasi urin
a. Retensi
Yaitu adanya penumpukan urin di dalam kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih mengosongkan diri.
b. Inkontinensi urin
Yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluanya urin dari kandung kemih.
c. Enuresis
Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari.
Dapat terjadi satu kali atau sering dalam semalam.
d. Urgency
Perasaan seseorang untuk berkemih
e. Dysuria
Rasa sakit atau kesulitan saat berkemih
f. Polyuria
Produksi urin abnormal atau jumlah besar oleh ginjal
g. Urinary suppresi
Berhenti mendadak produksi urin
2. Gangguan eliminasi fekal
a. Konstipasi
Penurunan frekuensi BAB disertai feses yang keras, sulit dan
mengejan. BAB keras menyebabkan nyeri pada rectum.
b. Impaction
Merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rectum tidak bisa dikeluarkan.
c. Diare
Merupakan BAB yang sering dengan karakteristik feses yang tidak
berbentuk.
d. Inkontinensia fekal
Keadaan yang tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
BAB encer dan jumlahnya banyak.
e. Flatulens
Penumpukan gas pada lumen intestinal, dinding usus mengerang
dan distented, merasa penuh, nyeri dan kram.
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola eliminasi
b. Gejala dan perubahan eliminasi
c. Faktor yang mempengaruhi eliminasi
2. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi
blader, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bisiing usus.
b. Genetalia wanita : inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus,
keadaan atropi jaringan vagina.
c. Genetalia laki laki : kebersihan, adanya lesi, tenderness,
pembesaran skrotum
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan urin : warna, kejernihan, dan bau
b. Kultur urin : laekosit, eritrosit, glukosa, dan PH.
4. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi urin : inkontinensia
2. Retensi urin
5. Intervensi
No. Intervensi Tujuan Rasional
Diag
nosa
1.  Monitor keadaan  Klien dapat  Membantu mencegah
blader setiap 2 jam mengontrol distensi/komplikasi
 Tingkatkan aktivitas pengeluaran  Meningkatkan kekuatan
dengan kolaborasi urin setiap 4 otot ginjal dan blader
dokter jam  Menguatkan otot dasar
 Kolaborasi dalam  Tidak ada pelvis
blader training tanda tanda  Mengurangi/menghindari
 Hindari faktor pencetus retensi dan inkontinensia
inkontinensia seperti inkontinensia  Mengatasi faktor penyebab
cemas urin
 Kolaborasi dengan  Klien
dokter dalam berkemih
pengobatan dan dalam keadaan
kateterisasi rileks

2.  Ukur intake dan  Pasien dapat  Memonitor keseimbangan


output cairan mengontrol cairan
setiap 4 jam pengeluaran  Menjaga deficit cairan
 Berikan cairan blader setiap 4  Menjaga nokturia
2000 ml/hari jam  Meningkatkan fungsi ginjal
 Kurangi minum  Tanda dan dan blader
setelah jam 6 gejala retensi
malam urin tidak ada
 Latihan pergerakan

6. Implementasi
Diagnosa 1.
1. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal
2. Melakukan kateterisasi
Diagnosa 2
1. Menghitung IWL
2. Edukasi tentang bahaya gangguan eliminasi
3. Monitor cairan
7. Evaluasi
S : Pasien masih merasakan nokturia
O : Pasien terlihat masih lemas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). fundamental of nursing. St. loise; Elsevier

Harnawati. (2010). Konsep dasar kebutuhan eliminasi. EGC

Septiawan, Catur . E (2008). Perubahan pola urinarius. Salemba

Anda mungkin juga menyukai