Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR

BAB X

OPERASI DAN PEMELIHARAAN

10.1. Rencana Operasi

Rencana operasi ditetapkan dengan mempertimbangkan pola kebutuhan air


irigasi dan ketersediaan air. Besarnya kebutuhan air irigasi sangat bergantung
pada pola tanam yang diusulkan, serta faktor-faktor lain yang digunakan pada
analisis kebutuhan air irigasi, yaitu penggunaan konsumtif, perkolasi, curah hujan
efektif, dan penggantian lapisan air. Sedangkan ketersediaan air bergantung pada
kondisi curah hujan, evapotranspirasi, luas daerah aliran sungai, dan karakteristik
hidrologi daerah aliran.

10.1.1. Perbandingan Kebutuhan Air Irigasi dan Ketersediaan Air

Kebutuhan air irigasi ditetapkan sesuai dengan hasil perhitungan kebutuhan air
irigasi kelompok gabungan (alternatif IV) D.I Sungai Air Bana, yang memberikan
harga kebutuhan air irigasi terkecil dan sesuai dengan pola tanam yang
direncanakan. Sedangkan ketersediaan air merupakan hasil analisa debit rata-
rata bulanan pada sungai yang bersangkutan dan memberikan debit andalan
tertentu. Adapun Satuan Wilayah Sungai yang akan dianalisis ketersediaan airnya
adalah Sungai Air Bana, yang lebih lanjut akan digunakan sebagai sumber bagi
pemenuhan kebutuhan air irigasi di wilayah pengembangan areal D.I Sahu.

X- 1
-1
LAPORAN AKHIR

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hubungan antara


kebutuhan air irigasi dan ketersediaan air sungai, maka pada ulasan mengenai
neraca air ataupun water balance study disajikan diagram yang menjelaskan
kedua hal tersebut. Penyajian perbandingan tersebut, dinyatakan dalam bentuk
diagram kurva debit.

10.1.2. Operasi Pemberian Air irigasi

Operasi pemberian air irigasi ditetapkan dengan memperhatikan kondisi sistim


jaringan yang direncanakan, baik dari segi lay out maupun skema jaringan.
Secara garis besar, beberapa

faktor terkait dalam pelaksanaan operasi pemberian air irigasi, dapat diuraikan
sebagai berikut.

1. Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi yang akan digunakan di D.I Sahu, adalah sesuai dengan lay
out jaringan, skema jaringan irigasi, dan skema jaringan bangunan usulan,
seperti yang disajikan pada Lampiran 2. Untuk pelaksanaan operasi lebih
lanjut, pada Lampiran 1 juga disajikan bentuk skema pembagian air, yang
memperlihatkan skema jaringan dan kebutuhan air (liter/detik) dari tiap petak
tersier.

2. Pintu Air dan Alat Ukur

Sistim pelaksanaan pembagian air irigasi, dilakukan melalui pintu-pintu sadap


yang dilengkapi dengan Pintu Sorong yang bisa berfungsi sebagai pintu
pengatur dan pintu ukur sekaligus, sehingga kebutuhan air irigasi untuk tiap
petak tersier dapat diukur setiap saat sesuai dengan yang diperlukan.
Penempatan lokasi bangunan sadap dan bangunan lain yang diperlukan untuk

X- 2
-2
LAPORAN AKHIR

mengoptimalkan sistem jaringan yang direncanakan, disajikan secara garis


besar pada gambar Skema Bangunan D.I. Sahu.

3. Pola dan Masa Tanam

Pola tanam yang diusulkan pada wilayah D.I. Sahu adalah padi-padi-palawija,
dengan masa tanam mulai tanggal 15 Oktober, sesuai dengan hasil analisis
kebutuhan air irigasi Kelompok I atau alternatif A. Pada Bab terdahulu dalam
pembahasan parameter perencanaan irigasi disajikan penjelasan pola dan
masa tanam yang diusulkan, yang secara umum terdiri dari :
a. Padi I : masa tanam 15 Oktober - 15 Januari

b. Padi II : masa tanam 1 Maret - 15 Juni

c. Palawija : masa tanam 1 Juli - 1 Oktober.

Hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pola dan masa tanam,
adalah aspek bimbingan dan penyuluhan yang akan mengarahkan para petani
untuk mematuhi usulan yang telah dibuat. Dengan demikian pemenuhan
kebutuhan air irigasi dapat terlaksana, dan diharapkan akan memberikan hasil
panen yang optimal.

4. Prosedur Pembagian Air

Prosedur pembagian air merupakan pelaksanaan pengaturan serta


pengukuran air sesuai dengan kebutuhan, yang diusulkan untuk dilakukan
dengan mengikuti tahapan pelaksanaan sebagai berikut :

a. Mulai pelaksanaan tanam

b. Mantri pengairan menghimpun data areal tanam setengah bulanan

c. Hitung kebutuhan air pada tingkat petak tersier

d. Hitung ringkasan kebutuhan air untuk saluran primer dan sekunder

e. Hitung dan tetapkan faktor K

f. Hitung kebutuhan air irigasi termasuk kehilangan pada saluran

X- 3
-3
LAPORAN AKHIR

g. Perkirakan debit yang tersedia pada bendung atau free intake

h. Bandingkan kebutuhan air irigasi dan debit yang tersedia

i. Buat usulan dan tetapkan pembagian air

j. Pengisian papan eksploitasi

k. Penyetelan pintu dan pemantauan debit

l. Revisi faktor K

m. Pengumpulan data-data tambahan

n. Penilaian prestasi eksploitasi

o. Ringkasan data musiman dan tahunan.

10.1.3. Pelaksanaan Sistem Giliran

Pemberian air secara giliran, diperlukan apabila kondisi debit air yang tersedia
lebih kecil dari kebutuhan air minimum, atau apabila debit yang tersedia hanya
25% hingg 75% dari debit air normal. Pelaksanaan sistem giliran tersebut akan
dilakukan berdasarkan jadwal, yang ditentukan oleh Ranting Dinas PU Pengairan
setempat, dengan mempertimbangkan luas areal tiap-tiap petak sawah yang akan
diairi.

Sistem giliran dapat dilakukan dalam beberapa pola kegiatan, yang terdiri dari :

1. Giliran di Tingkat Petak Kuarter

Pelaksanaan pengaturan giliran dilakukan oleh petani sendiri, dengan


pengawasan dari Ulu-Ulu / Ketua Mitra Cai / Punggawa Air P3A.

2. Giliran di Tingkat Petak Tersier

Pelaksanaan pengaturan giliran di tingkat tersier, akan dilakukan oleh penjaga


pintu air (PPA) atau Juru Pintu yang ada. Pengaturan air melalui pintu yang

X- 4
-4
LAPORAN AKHIR

ada, dilakukan apabila kondisi debit air yang tersedia berkisar antara 25%
hingga 50% dari debit normal.

3. Giliran di Tingkat Petak Sekunder/Primer

Pengaturan air di tingkat petak sekunder atau primer akan dilakukan apabila
debit air yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan minimum, sehingga
perlu diupayakan penutupan saluran sekunder. Pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh penjaga pintu air (PPA) atau Juru Pintu, akan ditempuh apabila
debit air yang tersedia hanya 25% dari harga debit normal, atau pada saat
pelaksanaan perbaikan berat di tingkat saluran atau bendung.

10.2. Rencana Pemeliharaan

Agar jaringan irigasi mampu berfungsi dengan baik sampai jangka waktu yang
cukup lama, diperlukan usaha pemeliharan jaringan secara teratur dan terarah.
Kegiatan pemeliharaan jaringan selalu didahului dengan pelaksanaan inspeksi
pemeliharaan, yang secara umum akan menjadi tanggung jawab dari seluruh Staf
Ranting Dinas Pengairan.

Ditinjau dari jenis kegiatan yang dilakukan, terdapat 3 (tiga) katagori


pemeliharaan yang terdiri dari pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan
pemeliharaan darurat.

10.2.1. Inspeksi Pemeliharaan

Inspeksi rutin kondisi jaringan irigasi merupakan tanggung jawab dari Juru
Pengairan, yang diawasi secara langsung oleh Kepala Dinas. Juru Pengairan
harus mengisi blanko inspeksi setiap bulan, mengenai masalah-masalah baru
yang dijumpainya dalam pemeriksaan sehari-hari di lapangan. Selama
pelaksanaan inspeksi lapangan, juru pengairan akan menerima laporan-laporan

X- 5
-5
LAPORAN AKHIR

mengenai masalah-masalah pemeliharaan dari petugas-petugas lapangan seperti


Juru Pintu, Pekerjaa Saluran, dan sebagainya. Selanjutnya blanko inspeksi
diserahkan kepada Kepala Ranting Dinas, dan oleh Kepala Ranting Dinas
kemudian laporan tersebut dimasukkan ke dalam Buku Catatan Pemeliharaan,
sebanyak 2 (dua) rangkap. Buku Catatan Pemeliharaan kedua akan disimpan di
Cabang Dinas, yang termasuk di dalamnya lingkup pemeliharaan swakelola atau
yang diborongkan.

Kegiatan inspeksi lainnya yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu, juga


harus dilaksanakan oleh :

. Staff Pemeliharaan Ranting Dinas dan Kepala Ranting Dinas

. Staff Pemeliharaan Cabang Dinas dan Kepala Cabang Dinas.

Inspeksi-inspeksi tersebut dilakukan dalam kurun waktu tertentu, untuk


memungkinkan pengumuman daftar pekerjaan-pekerjaan swakelola dan yang
diborongkan, serta menunjang pelaksanaan pengawasan pemeliharaan rutin oleh
petugas-petugas lapangan dan petugas swakelola Ranting Dinas.

10.2.2. Pemeliharaan Rutin

Dalam sub bab ini dibahas tentang daftar kegiatan pemeliharaan rutin dan
prosedur pelaksanaan oleh masing-masing pekerja, baik terdiri dari pekerja tetap,
swakelola, maupun pekerja kontrakan. Pemeliharaan rutin direncana dan
dilaksanakan oleh Ranting Dinas Pengairan, sedangkan pada tingkat Cabang
Dinas Pengairan tugas utama yang dilakukan berupa koordinasi administrasi dan
pengaturan pengadaan bahan-bahan dari pemasok-pemasok lokal, yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pemeliharaan rutin.

1. Jenis Kegiatan Pemeliharaan Rutin

Kegiatan yang termasuk dalam pelaksanaan pemeliharaan rutin meliputi jenis


pekerjaan sebagai berikut :

a. Pemotongan rumput.

b. Pembuangan kotoran.

X- 6
-6
LAPORAN AKHIR

c. Pembersihan lumpur dekat bangunan.

d. Perlindungan tanggul.

e. Penggemukan dan pengecatan pintu air.

f. Perbaikan kecil pada bangunan.

2. Prosedur Pemeliharaan Rutin

Untuk tiap jenis kegiatan pemeliharaan rutin, baik volume, frekuensi, maupun
personil yang terlibat, ditetapkan berdasarkan luas areal, panjang saluran, dan
tingkat kemampuan untuk setiap pekerja atau kelompok kerja pemeliharaan.

Parameter luas areal dan panjang saluran, dapat diperoleh dari hasil
perencanaan yang dibuat. Sedangkan untuk pembagian personil atau petugas
yang terlibat dalam pemeliharaan rutin, ditetapkan dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut :

a. Besarnya volume pemeliharaan penampang tanggul dan saluran, yang


berbanding lurus dengan harga panjang saluran dan debit maksimum.

b. Banyaknya pintu termasuk balok sekat dan bangunan pengatur yang harus
dipelihara.

c. Banyaknya bangunan-bangunan penting lainnya, seperti bangunan


pengambilan bangunan bagi/sadap, gorong-gorong talang, dan
sebagainya.

Secara umum, uraian tugas dan penugasan personil sehubungan dengan


pelaksanaan kegiatan pemeliharaan rutin, akan dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut :

a. Keperluan pemeliharaan rutin akan diindentifikasi selama kunjungan


lapangan rutin oleh Juru Pintu dan Pekerja Saluran.

b. Pelaksanaan inspeksi pemeliharaan rutin oleh Juru Pengairan dan Staf


Pemeliharaan Ranting Dinas.

X- 7
-7
LAPORAN AKHIR

c. Selanjutnya kebutuhan pemeliharaan dicatat dalam register pemeliharaan


Ranting Dinas, untuk setiap daerah irigasi yang dikembangkan.

d. Penetapan prioritas dan program pemeliharaan rutin yang akan dijalankan.

e. Mengirim dan melaporkan permintaan pemeliharaan swakelola Kepada


Cabang Dinas, untuk mendapatkan persetujuan pelaksanaan dan
persiapan material.

f. Memberikan instruksi kepada para Juru Pintu dan Pekerja Saluran sebagai
pelaksana pekerjaan, serta menyediakan material yang dibutuhkan.

g. Mengawasi dan mencatat kemajuan pelaksanaan pekerjaan ke dalam


register pemeliharaan Ranting Dinas.

h. Membuat laporan tertulis mengenai kemajuan pelaksanaan pekerjaan fisik


dan keuangan, yang ditujukan kepada Cabang Dinas.

10.2.3. Pemeliharaan Berkala

Program pemeliharaan berkala dikelola oleh Cabang Dinas Pengairan, yang


dilaksanakan berdasarkan pada buku catatan pemeliharaan yang disimpan oleh
Cabang Dinas pengairan. Desain dibuat oleh Cabang Dinas Pengairan,
sedangkan pelaksanaan konstruksi dilakukan oleh kontraktor lokal atau
swakelola, sehingga pelaksanaan pemeliharaan dapat tercapai.

Lingkup kegiatan dalam pelaksanaan pemeliharaan berkala terdiri dari :

a. Pembersihan lumpur saluran secara sistematis

b. Pembuatan tanggul saluran untuk mengembalikan pada kondisi semula


(normalisasi)

c. Pekerjaan yang tertunda dari tahun-tahun sebelumnya

d. Pekerjaan perbaikan jika anggaran mencukupi

e. Pemeliharaan berkala pintu-pintu, peralatan dan kendaraan.

Pekerjaan pemeliharaan berkala akan diprogramkan, baik dari segi lingkup kerja
maupun jangka waktu pelaksanaan. Adapun beberapa hal penting yang harus

X- 8
-8
LAPORAN AKHIR

diperhatikan sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan berkala,


terdiri dari :

1. Pembuangan Lumpur

Pembersihan lumpur yang terdapat di saluran induk dan saluran sekunder


harus dilakukan secara sistematis, dengan cara yang paling tepat yaitu
dilakukan dalam periode ulang 12 bulan. Cara sederhana untuk
merencanakan pembersihan lumpur adalah mengalokasikan panjang
saluran setiap tahun, yang sepadan dengan lebar dasar saluran. Endapan
lumpur yang terjadi pada tiap ruas saluran, akan dicatat dalam blanko
pemantauan pengendapan lumpur untuk periode bulanan.

2. Perawatan Periodik

Perawatan pada bangunan utama, harus dilakukan secara berkala agar


selalu dapat dioperasikan dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.

10.2.4. Pemeliharaan Darurat

Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan darurat hanya dilakukan terbatas pada


lingkup perbaikan sementara dan darurat, dengan anggaran yang tersedia
sepanjang tahun. Dalam hal ini, sumber dana yang ada tidak boleh dialihkan
pada pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan yang lain, mengingat ketersediaan
dana harus dapat dipenuhi dalam rentang waktu sepanjang tahun. Dengan
pelaksanaan pemeliharaan rutin dan berkala secara baik dan efisien,
diharapkan dapat menekan kebutuhan akan pemeliharaan darurat. Secara
umum, beberapa hal pokok yang harus diperhatikan sehubungan dengan
kegiatan pemeliharaan darurat, meliputi :

a. Dana darurat harus digunakan khusus untuk pekerjaan darurat, mengingat


beberapa pertimbangan yang meliputi :

X- 9
-9
LAPORAN AKHIR

. kekhawatiran terhadap jiwa manusia, milik, tanaman dan lain-lain

. banyak air yang tidak termanfaatkan secara optimal.

b. Lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk mengadakan perbaikan


sementara, harus didasarkan pada kebutuhan minimum. Sedangkan
perbaikan secara menyeluruh, akan dilaksanakan dalam lingkup program
pemeliharaan berkala.

c. Administrasi harus dilakukan sesederhana mungkin, sehingga dapat


dilaksanakan dan diselesaikan dalam beberapa minggu, terhitung mulai
awal pengajuan permohonan.

d. Anggaran perbaikan darurat harus diupayakan untuk dikelola sedemikian


rupa, sehingga dana selalu tersedia sepanjang tahun.

Secara prinsip, prosedur pelaksanaan kegiatan pemeliharaan darurat dilakukan


dengan tahapan sebagai berikut :

a. Tahap awal kegiatan, merupakan pelaksanaan identifikasi pekerjaan darurat,


yang dilakukan oleh Ranting Dinas Pengairan.

b. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, selanjutnya Kantor


Cabang Dinas Pengairan akan melaksanakan penaksiran lingkup pekerjaan
serta jumlah dana perbaikan darurat yang diperlukan, untuk dicatat secara
rutin dalam buku laporan.

c. Tahap pelaksanaan kegiatan pemeliharaan darurat, yang akan dilakukan oleh


Cabang Dinas Pengairan secara Swakelola, atau dengan menggunakan
tenaga Swakelola.

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan darurat, perlu


dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Pengeringan Saluran untuk Keadaan Darurat

X - 10
LAPORAN AKHIR

Pengeringan saluran diperlukan untuk jangka waktu tertentu, dalam kaitannya


dengan upaya perbaikan tanggul atau bangunan yang telah rusak. Untuk
keamanan jaringan yang telah ada, beberapa aspek penting yang harus
diperhatikan sehubungan dengan pelaksanaan pengeringan saluran, meliputi :

a. Sebelum pelaksanaan penutupan dan pengeringan saluran, perlu


dipertimbangkan secara mendalam mengenai pengalihan aliran air
saluran melalui jalur lain, guna menghindari terjadinya banjir di daerah
lain.

b. Untuk menghindari adanya lumpur di saluran atau erosi dari dasar


saluran, pelaksanaan penutupan dan pembukaan kembali saluran harus
dilakukan secara bertahap, bersamaan dengan peningkatan serta
penurunan debit aliran secara bertahap pula.

2. Pengawasan Pemeliharaan Darurat

Pengawasan atau supervisi perbaikan darurat, tergantung dari skala


kerusakan dan personil pelaksana perbaikan tersebut. Untuk pekerjaan-
pekerjaan penting, petugas bagian Operasi dan Pemeliharaan (O&P) dari
Kantor Cabang Dinas harus dilibatkan. Disamping itu, Kepala Ranting harus
diberitahu secara teratur tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan, dan
apabila memungkinkan dapat meninjau secara langsung ke lapangan. Selain
itu, ada kemungkinan bahwa Kepala Ranting juga akan memeriksa langsung
pekerjaan-pekerjaan darurat yang ringan.

Setelah pelaksanaan pemeliharaan darurat, Juru Pengairan harus membantu


Kepala Ranting dalam pengisian Blanko 03-P, yang secara umum berisi
tentang :

a. Penyebab terjadinya keadaan darurat

b. Keadaan pekerjaan sekarang yang telah selesai, yaitu perbaikan-perbaikan


sementara, perbaikan-perbaikan semi sementara dan lain sebagainya.

c. Kebutuhan akan pekerjaan perbaikan lebih lanjut.

X - 11
LAPORAN AKHIR

10.3. Intensitas Tanam Yang Diharapkan

Apabila sistem operasi dan pemeliharaan (O&P) dapat dilaksanakan dengan baik
dan efisien, maka diharapkan akan dapat meningkatkan intensitas tanam dari
budidaya pertanian yang direncanakan. Adapun rincian tentang intensitas tanam
(IT) yang diharapkan dapat dilakukan, meliputi :

a. Musim Tanam I (MT I) : padi, ketersediaan air cukup, IT1 = 100 %

b. Musim Tanam II (MT II) : padi, ketersediaan air cukup, IT2 = 100 %

c. Musim Tanam III(MT III) : palawija, ketersediaan air cukup, IT3 = 100 %

Total Intensitas Tanam (IT) = 300 %

Dengan demikian, dengan secara umum diharapkan sistem yang direncanakan


dapat berfungsi secara optimal, mengingat ketersediaan air di Sungai Air Bana,
secara umum dapat memenuhi kebutuhan air irigasi di D.I Sahu.

10.4. Organisasi Operasi dan Pemeliharaan

10.4.1. Struktur Organisasi

Organisasi Operasi dan Pemeliharaan (O&P) D.I Sahu ternasuk dalam struktural
Ranting Dinas PU Pengairan Taliabu Utara, Cabang Dinas PU Pengairan
Kabupaten Daerah Tingkat II Kepulauan Taliabu. Berdasarkan kajian
kelembagaan di wilayah pekerjaan, keberadaan Ranting Dinas PU Pengairan
belum terbentuk, sehingga dalam rangka pencapaian efisiensi kerja dan
pengembangan lebih lanjut,

pihak Konsultan mengusulkan pembentukan Ranting Dinas PU Pengairan, yang


secara langsung akan menangani wilayah Mautenda dan sekitarnya.

X - 12
LAPORAN AKHIR

Pada Gambar 13.3. disajikan struktur organisasi operasi dan pemeliharaan D.I.
Sahu, yang menjelaskan keterkaitan badan pemerintah yang ada maupun usulan,
beserta tenaga penunjang yang dibutuhkan. Rincian kebutuhan tenaga penunjang
hanya diuraikan terbatas pada wilayah pekerjaan, dalam hal ini D.I. Sahu.

Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten DT. II

Kepalauan Taliabu

Cabang Dinas P.U.

Pengairan

Ka. Ranting Dinas


P.U.

Pengairan Taliabu
Utara

Staf Ranting
Dinas

P.U. Pengairan

- Tata Usaha

- Perencanaan

- Operasi

- Pemeliharaan

X - 13
LAPORAN AKHIR

Juru Pengairan Juru Pengairan Juru Pengairan

D.I. Sahu D.I. Bua D.I. Mbono

Gambar .10.3. Organisasi Operasi dan Pemeliharaan D.I. Sahu.

Berdasarkan struktur organisasi Operasi dan Pemeliharaan (O&P) yang


direncanakan, terlihat bahwa secara struktural Ranting Dinas PU Pengairan
Taliabu Utara akan membawahi beberapa juru pengairan, yaitu Juru-Juru
Pengairan D.I. Sahu, maupun pengembangan lainnya.

10.4.2. Kebutuhan Personil Pelaksana


Sehubungan dengan belum adanya sistem jaringan di wilayah pekerjaan, maka
secara keseluruhan personil pelaksana untuk D.I. Sahu merupakan usulan baru.
Sesuai dengan sistem jaringan yang direncanakan, perhitungan kebutuhan
personil lapangan ditetapkan dengan ketentuan dan pedoman sebagai berikut :

a. Juru Pengairan : 1 orang/wilayah daerah irigasi (7 petak tersier)

b. Juru Pintu : 1 orang/ 5 - 6 petak tersier

c. Pekerja Saluran : 1 orang/ 2 km saluran jaringan utama.

Berdasarkan ketetapan tersebut dan dikaitkan dengan sistem jaringan yang


direncanakan, maka perhitungan kebutuhan personil pelaksana kegiatan Operasi
dan Pemeliharaan (O&P) D.I. Sahu, yang dibatasi hingga Ranting Dinas PU
Pengairan , adalah sebagai berikut :

- Kepala Ranting = 1 orang


- Juru Pengairan = 1 orang
- Juru Pintu = 1 orang
- Staf Ranting = 1 orang

X - 14
LAPORAN AKHIR

- Mandor saluran induk = 1 orang


- Pekerja saluran sekunder = 1 orang
- Pekerja bangunan bagi/sadap = 1 orang

10.5. Organisasi P3A

Kondisi sosial ekonomi yang lemah dalam tingkat pendapatan dan


pendidikan, perlu diantisipasi dengan membentuk lembaga Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A), dengan struktur organisasi sesuai dengan yang
disajikan pada Gambar 13.4. Organisasi ini secara langsung akan
bertanggung jawab pada pelaksanaan operasi dan pemeliharaan di tingkat
jaringan tersier, yang akan menjadi mitra kerja bagi petugas O&P yang
direncanakan.

X - 15
LAPORAN AKHIR

X - 16
LAPORAN AKHIR

Pembentukan dan pemantapan P3A merupakan tugas besar, sehingga diperlukan


suatu usaha serius dari semua badan terkait, untuk mendorong para petani ke
arah pembentukan dan pengorganisasian kelompok-kelompok P3A yang efektif.
Pada tingkat Propinsi dan Cabang Dinas PU Pengairan, diperlukan bentuk
komitmen untuk meningkatkan program-program penataran bagi para penatar
atau petugas, serta upaya pengadaan kursus bagi tiap-tiap P3A yang ada. Pada
tingkat petugas lapangan, pengamat dan stafnya (Ranting Dinas PU Pengairan),
harus giat membantu para petani untuk membentuk kelompok-kelompok P3A,
serta menjelaskan tentang perlunya kehadiran kelompok P3A, dalam tiap
pertemuan yang dilakukan. Disamping itu, petugas lapangan harus selalu siap
untuk memberikan bimbingan teknis kepada tiap kelompok P3A yang sudah
terbentuk. Sedangkan pada tingkat Sub Dinas O & P Propinsi, dalam hal ini
dilakukan oleh Sub Seksi P3A, akan dilaksanakan pemantauan program-program
secara keseluruhan. Laporan secara teratur mengenai laju pembentukan,
kegiatan P3A, dan Program Penataran, harus dibuat agar dapat disusun penilaian
terhadap kemajuan yang telah dicapai.

Pola dan pelaksanaan pembinaan terhadap organisasi Perkumpulan Petani


Pemakai Air (P3A) , akan akan melibatkan 3 (tiga) instansi terkait, sesuai Gambar
10.5., yaitu :

a. Pemerintah Daerah, dalam hal ini meliputi Bupati atau Ketua Panitia Irigasi
Kabupaten, Camat atau Ketua Panitia Irigasi Kecamatan, dan Kepala Desa.

b. Dinas Pertanian, yang melibatkan Dinas Pertanian Kabupaten, Penyuluh


Pertanian Madya (PPM), dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

c. Dinas Pekerjaan Umum, yang melibatkan Cabang Dinas PU Pengairan,


Ranting Dinas PU Pengairan, dan Juru Pengairan.

X - 17
LAPORAN AKHIR

X - 18

Anda mungkin juga menyukai