Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa
tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai
aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak
perubahan letak fragmen tulang. Menurut Lane and Cooper, fraktur atau patah
tulang adalah kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete yang
berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan atau
tanpa adanya jarak yang menyebabkan fragmen.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan
jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Tulang lengan bawah terdiri dari radius dan ulna. Oleh karena
pembentuakan tulang lengan bawah yang dihubungkan kuat oleh membrane
interosseous, sehingga fraktur salah satu tulang tersebut akan menyebabkan
dislokasi pada tulang lainnya. Umumnya fraktur pada radius ulna terjadi pada
bagian tengah, jarang terjadi fraktur pada salah satu tulang tapi tidak menyebabkan
dislokasi pada tulang lainnya.
Secara garis besar, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur komplit dan
inkomplit. Pada fraktur komplit, tulang benar-benar patah menjadi dua fragmen atau
lebih. Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi saja. Fraktur
komplit dapat dibagi lagi menjadi fraktur transversa, oblik/spiral, impaksi,
kominutif, dan intra-artikular. Fraktur inkomplit dapat dibagi menjadi greenstick
fracture, yang khas pada anak-anak, dan fraktur kompresi, yang biasanya ditemukan
pada orang dewasa. Fraktur avulsi terjadi bila suatu fragmen tulang terputus dari

1
bagian tulang sisanya yang disebabkan oleh tarikan ligamentum atau pelekatan
tendon yang kuat dan biasnya terjadi akibat dari kontraksi otot secara paksa.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Anatomi Dan Fisiologi Tulang


1. Anatomi Tulang
Tulang dalam garis besarnya dibagi atas:
1. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, ulna dan humerus,
dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis
efifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yang sangat sering
ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan
daerah metabolic yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah.
Kerusakan atau kelainan berkembang pada daerah lempeng efifisis akan
menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.
2. Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang
karpal.
3. Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scavula dan
tulang pelvis. (Rasjad Chairuddin, 2009).
Secara makroskop terdiri dari : (1) substantia compacta dan (2)
substantia spongiosa. Pada os Longum substantia compacta berada di bagian
tengah dan makin ke ujung tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang
terdapat substantia spongiosa, yang pada pertumbuhan memanjang tulang
membentuk cavitis medullaris. Lapisan superficialis tulang disebut periosteum
dan lapisan profunda disebut endosteum. Bagain tengah os longum disebut
corpus, ujung tulang berbentuk konveks atau konkaf, membesar, membentuk
persendiaan dengan tulang lainnya.Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah
tulang disebut diaphysis, ujung tulang disebut epiphysis dibentuk oleh
cartilago, dan bagian diantara keduanya disebut metaphysis, tempat

3
peartumbuhan memanjang dari tulang (peralihan antara cartilago menjadi
osseum) (Buranda Theopilus, 2011).

Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut
korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan
diluarnya dilapisi oleh periostenum. Pada anak lebih tebal daripada orang
dewasa, yang ,memungkingkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat
dibandingkan orang dewasa.( Rasjad Chairuddin, 2009)

a. Anatomi Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii),
berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk
fovea articularis (=fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii.
Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia
articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii
terpisah dari corpus radii oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada
sisi medial terdapt tuberositas radii. Corpus radii di bagian tengah agak
cepat membentuk margo interossea (=crista interossea), margo anterior
(=margo volaris), dan margo posterior. Ujung distal radius melebar ke arah
lateral membentuk processus styloideus radii, di bagian medial membentuk
incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang
ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies
articularis carpi (Buranda Theopilus, 2011).

4
b. Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang
sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura
trochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral,
membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal
disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus
coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat
perlekatan m.brachialis. di bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat
incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal
incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris. Corpus ulnae
membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo
interosseus, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut
caput ulnae (= capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia
articularis, dan di bagian dorsal terdapt processus styloideus serta silcus
m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago
triangularis dan dengan radius (Buranda Theopilus, 2011).

5
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang
diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan
di distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang
mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat
hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat.

Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang
terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai

6
dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.Selain itu,
radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator,
m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-
supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada
radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi
angulasi dan rotasi, terutama pada radius.

2. Fisiologi
Tulang adalah adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis
sel : osteoblast, osteosit, dan osteoklas. Osteoblast membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan
osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid, osteoblast mensekresikan sejumlah besar
fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium
dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki
aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat
menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang (Carter
Michel, 2006).
Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi mesenkim yang
sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteoblas
dapat memproduksi substansi organic intraseluler matriks, dimana klasifikasi
terjadi di kemudian hari. Jaringan yang tidak mengandung kalsium disebut
osteoid dan apabila klasifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut tulang.
Sesaat setelah osteoblas dikelilingi oleh substansi organic intraseluler, disebut
osteosit dimana keadaaan ini terjadi dalam lakuna.Sel yang bersifat multinukleus,
tidak ditutupi oleh permukaan tulang dengan sifat dan fungsi resopsi serta
mengeluarkan tulang yang disebut osteoklas. Kalsium hanya dapat dikeluarkan
oleh tulang melalui proses aktivitas osteoklasin yang menghilangkan matriks
organic dan kalsium secara bersamaan dan disebut deosifikasi. Struktur tulang

7
berubah sangat lambat terutama setelah periode pertumbuhan tulang berakhir.
Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi dalam bentuk perubahan mikroskopik
akibat aktifitas fisiologi tulang sebagai suatu organ biokimia utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas:
Substansi organic : 35%
Substansi Inorganic : 45%
Air : 20%
Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organic
intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks
(90%), sedangkan adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur. Substansi
inorganic terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh magnesium,
sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah alkali fosfatase
yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan
yang paling penting dalam produksi organic matriks sebelum terjadi kalsifikasi.(
Rasjad Chairuddin, 2009)
Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada
suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak ketika
terjadi lebih banyak pembentukan daripada absorpsi tulang. Pergantian yang
berlangsung terus-menerus ini penting untuk fungsi normal tulang dan membuat
tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah
terjadi patah tulang. Betuk tulang dapat disesuaikan dalam menanggung kekuatan
mekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga membantu
mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organik yang
sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang secara relative menjadi lemah
dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks organik baru,
sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.( Carter Michel, 2006)

B. Konsep Dasar Fraktur Radius Ulna (Colles)

1. Definisi

8
Fraktur adalah terputusnya atau hilangnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan dan vaskularisasi disekitarnya karena adanya trauma
baik atau karena adanya kelainan yang bersifat patologis.
2. Mekanisme cedera
Fraktur colles biasanya terjadi ketika pasien jatuh dengan menumpu pada
tangan mengakibatkan fraktur dan dislokasi radius distal kea rah dorsal
(Thomas, 2011)
3. Diagnosis
Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama
pada sistem skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi.(Patel
Pradip, 2005)
Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan
kecurigaan trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun
beberapa diantaranya sangat rentan.

Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :


a. Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau
menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur
minor.
b. Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.
c. Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada
korteks.(5)
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral
view. Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak
bersilangan, serta posisi lengan bawah menghadap ke arah datangnya sinar
(posisi anatomi). Sinar datang dari arah depan sehingga disebut AP (Antero-
Posterior) (12)
Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk
menilai sebuah fraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP

9
bertujuan untuk menilai kemiringan dan panjang os radius, posisi lateral
bertujuan untuk menilai permukaan artikulasi distal radius pada posisi normal
volar (posisi anatomis).(13)
Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada
fraktur radius dan ulna :
1. Fraktur Kaput Radius
Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi
hampir tidak pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang
terasa nyeri saat lengan bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku
memberi petunjuk untuk mendiagnosisnya.
2. Fraktur Leher Radius
Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam
valgus dan mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa
kaput radius dapat retak atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih
mungkin mengalami fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak
mengeluh nyeri pada siku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri
tekan pada kaput radius dan nyeri bila lengan berotasi.

3. Fraktur Diafisis Radius


Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
sinar-X
4. Fraktur Distal Radius
Fraktur Distal Radius dibagi dalam :
a). Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi
radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke
arah dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini
akibat terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaan
pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan

10
bagian dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada
fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan
tanda yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris,

yang sering terjadi(Kune Wong Siew dan Peh Wilfred, 2011)


b). Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di
korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen
distal bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran
deformitas “garpu-makan malam” (dinner-fork). Kemungkinan dapat
disertai dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna. (Kune Wong Siew
dan Peh Wilfred, 2011).
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan
angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke
radial. Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid
ulna. Fraktur collees dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga dapat
menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran posterior
dari fragmen distal (Ekayuda Iwan, 2009)

11
c). Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara
langsung pada punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan
tangan, tetapi tidak terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan
angulasi atau dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius
tangan yang memberikan gambaran deformitas “sekop kebun” (garden
spade). (Ekayuda Iwan, 2009)

d). Fraktur
Lempeng
Epifisis
Fraktur Lempeng Epifisis merupakan fraktur pada tulang panjang di daerah
ujung tulang pada dislokasi sendi serta robekan ligament (Rasiad, 2007).
Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang dianut dan
dibagi dalam 5 tipe : (Rasiad, 2007)

12
Paling umum adalah tipe II, dengan fragmen metafisis triangular terlihat di
dorsal.(Soetikno, 2011)
d.1). Tipe I
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada
tulang, sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada
epifisis. Fraktur ini terjadi oleh karena adanya shearing force dan
sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak-anak yang lebih
muda. Pengobatan dengan reduksi tertutup mudah oleh karena masih
ada perlekatan periosteum yang utuh dan intak. Prognosis biasanya
baik bila direposisisdengan cepat.

( Rasiad, 2007)
d.2). Tipe II
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui
sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan

13
membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang
disebut tanda Thurson-Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng
epifisis juga masih melekat. Trauma yang menghasilkan jenis fraktur
ini biasanya terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum
mengalami robekan pada daerah konveks tetapi tetap utuh pada
daerah konkaf. Pengobatan dengan reposisi secepatnya tidak begitu
sulit kecuali bila reposisi terlambat harus dilakukan tindakan operasi.
Prognosis biasanya baik, tergantung kerusakan pembuluh darah.(
Rasiad, 2007)

d.3). Tipe III


Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler.
Garis fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis
kemudian sepanjang garis lempeng epifisis. Jenis fraktur ini bersifat
intra-artikuler dan biasanya ditemukan pada epifisis tibia distal. Oleh
karena fraktur ini bersifat intra-artikuler dan diperlukan reduksi yang
akurat maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka dan fiksasi interna
dengan mempergunakan pin yang halus.

d.4). Tipe IV
Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui
permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis dan

14
berlanjut pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur
kondilus lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatan dengan operasi
terbuka dan fiksasi interna dilakukan karena fraktur tidak stabil akibat
tarikan otot. Prognosis jelek bila
reduksi tidak dilakukan.

d.3). Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang
diteruskan pada lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi
penopang badan yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut.
Diagnosa sulit karena secara radiologik tidak dapat dilihat. Prognosis
jelek karena dapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh lempeng
pertumbuhan.

15
5) Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan
saat jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal
dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius.
(Kune Wong Siew dan Peh Wilfred, 2011)

16
CT scan di gunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang
kompleks dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur
kompresi, burst fraktur atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI
fraktur ini akan lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan
ligament dan adanya pendarahan.

C. Penatalaksanaan
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering
terjadi.
Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan
tidak stabil sehingga umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur
yang tidak disertai perubahan posisi ekstraartikular dari distal radius dan
fraktur tertutup dari ulna dapat diatasi secara efektif dengan primary care
provider. Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anak-anak dan
remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus. (Eiff et. al, 2004)

D. Komplikasi
1. Komplikasi Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab

17
perlu dibuka atau dilonggarkan. Cedera saraf jarang terjadi, dan yang
mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang
terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligamen karpal yang melintang harus dibelah
sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang. Distroft refleks
simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang
berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi Sudeck. Mungkin terdapat
pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari, waspadalah jangan
sampai melalaikan latihan tiap hari. Pada sekitar 5% kasus, pada saat gips
dilepas tangan akan kaku dan nyeri

Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera,


komplikasi dini, dan komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera
terjadi pada saat patah tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi
dalam beberapa hari setelah kejadian, dan komplikasi kemudian terjadi
lama setelah tulang patah. Pada ketiganya, dibagi lagi menjadi komplikasi
umum dan lokal.(18)
2. Komplikasi lanjut
a. Malunion
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau
karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk,
kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya
terapi tidak diperlukan. Bila ketidakmampuan hebat dan pasiennya relatif
muda, 2,5 cm bagian bawah ulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi,
dan deformitas radius dikoreksi dengan osteotomi. Penyatuan lambat dan
non-union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus stiloideus ulnar sering
hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap mengalami nyeri dan
nyeri tekan selama beberapa bulan. Kekakuan pada bahu, karena kelalaian,
adalah komplikasi yang sering ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan
dapat terjadi akibat pembebatan yang lama.( Handkerchief el-Ahmed)
b. Osteomyelitis

18
Adapun komplikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagai
osteomyelitis , dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasilocal yang
berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul
sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi
faring (faringitis), telinga (otitis me dia) dan kulit (impetigo). Bakterin ya
(Staph ylococcus aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae)
berpindah melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat lempeng
pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid.

Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka


tempat peradangan yang terbatas ini akan tersas nyeri dan nyeri tekan. Perlu
sekali mendiagnosis ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga
pengobatan dengan antibiotika dapat dimulai, dan perawatan pembedahan
yang sesuai dapat dilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi yang
masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh tulang
mengalami kerusaskan yang dapatmenimbulkan kelumpuhan. Diagnosis
yang salah pada anak – anak yang menderita osteomyelitis dapat
mengakibatkan
keterlambatan
dalam memberikan
pengobatan yang
memadai.

19
Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri
dalam aliran darah, Namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat
cedera atau operasi. Osteom yelitis kronik adalah akibat dari osteom
yelitis akut yang tidak di tangani dengan baik. Seperti yang sudah
disebutkan sebelumnya, osteomyelitis sangan resisten terhadap
pengobatan dengan antibiotika. Infeksi tulang sangat sulit untuk ditangani,
bahkan tindakan drainase dan debridement, serta pemberian antibiotika
yang tepat masih tidak cukup untuk menghilangkan penyakit.( Carter
Michel, 2006 )

E. Proses Penyembuhan Tulang (Thomas,2006)


1. Fase inflamasi
Berlangsung sekitar 1-2 minggu. Awalnya fraktur akan mencetuskan
terjadinya reaksi inflamasi. Peningkatan vaskularisasi pada di sekitar area
fraktur akan menyebabkan terjadinya hematoma yang kemudian akan
diinvasi oleh sel radang berupa neutrofil, makrofag, dan fagosit termasuk
osteoklas berfungsi membersihkan jaringan nekrotik untuk mempersiapkan
dasar untuk fase reparatif. Secara radiografis garis fraktur tampak jelas
karena jaringan nekrotik sudah dibersihkan.
2. Fase Reparatif
Berlangsung selama beberapa bulan. Ditandai oleh hematoma fraktur yang
diinvasi oleh kondroblas dan fibroblast yang akan meletakkan matriks
pembentuk kalus. Awalnya terbentuk kalus lunak yang tersusun oleh
fibrosa dan jaringan kartilago. Osteoblas bertanggung jawab terhadap

20
mineralisasi kalus halus ini dan mengubahnya menjadi anyaman kalus
keras (woven bone) yang imatur. Akhir fase reparatif ditandai dengan
stabilitas fraktur dan gambaran radiografis garis fraktur mulai menghilang.
3. Fase remodeling
Berlangsung selama berbulan- bulan sampai bertahun-tahun. Aktivitas
osteoblas dan osteoklas yang mengakibatkan penggantian anyaman tulang
yang imatur (woven bone) menjadi tulang lamellar yang matur yang
menambah stabilitas fraktur. Seiring waktu kanalis medullaris terbentuk
kembali secara bertahap. Secara radiografis garis fraktur sudah tidak
terlihat.
.
4. MANAJEMEN FISIOTERAPI
Manajemen fisioterapi didasarkan pada pendekatan multidisiplin problem-
solving yang holistik dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian, fungsi,
maksimalisasi aktivitas, meringankan simptom dan pencegahan kecacatan.
Manajemen fisioterapi mengikuti pendekatan problem-solving dan
melibatkan elemen-elemen berikut ini :
1. Rehabilitasi pergerakan
2. Maksimalisasi fungsi
3. Pencegahan komplikasi sekunder
4. Penanganan faktor sosial/psikologi
Intervensi fisioterapi fraktur kompresi, yaitu NMT, Breathing Exercise,
Strengthening berupa Static Contraction dan Resisted Exercise, ROM exercise
berupa free berupa Active Rom Exercise (AROMEX) dan Passive Rom Exercise
(PROMEX), Bugnet Exercise, Bridging Exercise, dan ADL Exercise dengan
mengutamakan keselamatan dan keamanan penderita, sehingga modalitas
fisioterapi yang diberikan harus disesuaikan dengan stabilitas kondisi penderita.
Pada umumnya intervensi yang diberikan pada stadium akut masih bersifat latihan
pasif, sehingga tidak membahayakan kondisi pasien.

21
Intervensi fisioterapi sedini mungkin bertujuan untuk: mengoptimalkan
upaya penyembuhan melalui re-edukasi muscle movement menuju re-edukasi
muscle function dan mencegah berbagai komplikasi yang mungkin timbul akibat
imobilisasi dan tirah baring lama sehingga pasien lebih cepat mandiri sehingga
meringankan beban psikososial dan ekonomi keluarga.

22

Anda mungkin juga menyukai