Anda di halaman 1dari 44

REFERAT ABSES LEHER DALAM

Abses Parafaring, Abses Submandibular, Ludwig’s Angina

RATUTI YETSI BIANCA


FAB 118 079

Pembimbing:
dr. NUNUN CHATRA KRISTINAE, Sp. THT-KL

Bagian SMF THT RSUD dr. Doris Sylvanus


Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
November 2018
Abses leher dalam : abses yang terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia
P leher akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber
E
Infeksi faring dan tonsil, gigi, kelenjar liur, telinga tengah , Etiologi : campuran kuman aerob,
N trauma pada saluran cerna, limfadenitis, injeksi anaerob maupun fakultatif anaerob.

D 1. ISPA (40,50%)
2. Odontogenic infection (30,37%) Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung (2012)
A 3. Penetrating foreign object (3,79%)
28 kasus
• Abses peritonsil 9 kasus (32,14%),
H Brazilian Hospital of Medical School (2013), 101 kasus • Abses mandibula 5 kasus (17,85%)
• Abses retrofaring 4 kasus (14,28%),
U • Abses parafaring 1 kasus (3,57%),
• Abses submental 2 kasus (7,14%)
L • Abses gabungan (submandibular dan parafaring)
7 kasus (25%).
U
Kelompok usia terbanyak : 20-39 tahun
A
Abses leher dalam sampai saat ini masih menjadi salah satu
N kasus kegawatdaruratan di bidang THT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI LEHER

FASCIA SERVICALIS SUPERFICIAl


Saraf sensoris, pembuluh darah
superfisialis, kelenjar limfe, muskulus
platisma dan otot mimik.

FASCIA SERVICALIS PROFUNDA

• Lapisan superfisial (investing


layer)
• Lapisan media (pretrakea)
• Lapisan profunda (prevertebra)
• Carotid sheath
Lapisan superficialis
fascia profunda

“Rules of two”
• 2 otot suprahyoid
Muskulus masseter
Venter anterior muskulus digastrikus
• 2 otot leher
muskulus trapezius
muskulus sternokleidomastoideus
• 2 kelenjar
kelenjar parotis
kelenjar submandibula
• 2 ruang
Ruang parotis
Ruang mastikator.
Lapisan media fascia
profunda (pretrakeal)

DIVISI VISCERAL Middle layer, deep cervical fascia

Visceral Space
Kelenjar paratiroid, kelenjar tiroid,
esofagus, laring, muskulus Trachea
konstriktor faring dan muskulus
Esophagus
buccinator

DIVISI MUSKULAR

Muskulus sternohyoid, muskulus


sternotiroid, muskulus tirohyoid
dan muskulus omohyoid
Lapisan profunda fascia
profunda (prevertebra)

DIVISI ALAR

• Anterior : fasia bukofaringeal


• Posteoir : divisi prevertebra

DIVISI PREVERTEBRA

Merupakan dinding anterior dari


ruang prevertebra dan dinding
posterior dari danger space
RUANG POTENSIAL
LEHER DALAM

Ruang keseluruhan Ruang Infrahyoid


panjang leher dalam

Ruang Suprahyoid
Ruang Keseluruhan
Panjang Leher Dalam

Ruang Retrofaring

Danger Space

Ruang Prevertebra

Ruang Karotis
Ruang
Suprahyoid
Ruang Submandibular

Ruang Parafaring

Ruang Parotis

Ruang Mastikator

Ruang Peritonsil

Ruang Temporal
Ruang
Infrahyoid

Ruang visceral
anterior/pretrakeal

Ruang suprasternal
RUANG FARINGEAL
Ruang Ruang
Retrofari Parafarin
ngeal Anterior : g
Anterior : Pterygomandibular
Fascia bukkofaringeal
Posterior :
Posterior : Kelenjar parotis
Divisi alar Medial :
Fascial buccofaringeal
Lateral :
Carotid shealt Lateral :
M. Pterygoid medial

Superior : Basis cranii

Inferior : Os. Hyoid


Ruang Submandibular
Anterior :
Mylohyoid dan anterior belly
m.digastric
• Ruang Sublingual
• Ruang Submaksilar
Posterior :
Posterior belly m. Digastrik
dan ligamen stylomandibular

Lateral : kulit, platysma, mandibula

Inferior : M. digastrik

Superior : Mukosa dari lantai mulut


ABSES PARAFARING
DEFINSI ETIOLOGI
1. Langsung
Infeksi pada ruang parafaring
2. Tusukan tonsilektomi
dengan adanya penimbunan
3. Proses supurasi
nanah/pus. 4. Penjalaaran infeksi

EPIDEMIOLOGI
Pablo : 157 pasien (2004-2009)
Abses leher dalam 129  dewasa ; 28  anak
4 Abses Parafaring

Brazilian Hospital of Medical School (2013)


Patofisiologi
01 Infeksi bersumber dari gigi menyebar ke jaingan
sekitar – Abses sublingual , submental ,
submandibula, mastikator atau parafaring

02 Gigi anterior – M1 sublingual dan submental

03 M2 dan M3 :submandibula
DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEM. PENUNJANG
• Demam
• Trismus
• Trismus • Foto polos leher
• Pembengkakan + nyeri
• Riwayat sakit gigi • Foto jaringan lunak leher
daerah submandibular 
• Sulit menelan antero-posterior dan lateral
angulus mandibula
• Sesak nafas CT-Scan
• Edema vulva, tonsil dan
palatum • Kultur dan tes resistensi
• Tonsil terdorong ke medial

Edema uvula
dan tonsil

Abses
Terdapat pergeseran
ke medial dinding
lateral faring
DIAGNOSIS BANDING

Abses Retrofaring Parotitis

Abses Submandibula Tumor/keganasan


TERAPI Drainase Abses :
• Insisi intra oral
Medikamentosa
• Antibiotik dosis tinggi kuman aerob anaerob
• Insisi eksterna
Drainase abses
• Rawat inap sampai gejala dan infeksi reda Insisi huruf “T” Modified Hockey Stick
Apron Incision Incision
KOMPLIKASI PROGNOSIS

Penyebaran ke ruang sekitar :


retrofaring  pharyngeal upper Tergantung pada penanganan
airway obstruction dan tatalaksana yang cepat dan
tepat  prognosis baik
Sumbatan jalan nafas
 Pendesakan trakea
 Pneumonia aspirasi

Carotid space  Trombosis vena


intra jularis, ruptur arteri karotis
ABSES SUBMANDIBULAR
DEFINSI ETIOLOGI
• Bersumber dari gigi , mulut , faring
Infeksi pada leher dalam (deep neck
• Campuran kuman
infection) yang disertai dengan • Aerob : stafilokokus , streptococcus ,
pembentukan pus pada ruang • Anaerob : bacteriodes ,pevotela,
submandibula. fusobacterium

EPIDEMIOLOGI
Pablo : (2008) 81 pasien
Rentang usia terjadi 12 – 96 tahun, dengan angka
paling sering ditemukan pada usai 57 tahun

Laki-laki > perempuan


Infeksi berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari mandibula

Infeksi mengenai pulpa dan periodontal  infeksi menyebabkan


abses di dalam daerah periapikal, yaitu di dalam tulang

Menembus jaringan keras tulang  sampai jaringan lunak

Penyebaran infeksi dapat meluas melalui foramen apikal gigi ke


daerah sekitarnya

Infeksi dari submandibula dapat meluas ke ruang mastikor


kemudian ke parafaring. Perluasan infeksi ke parafaring juga
dapat langsung dari ruang submandibula.

Penyebaran abses : melalui limfatik, melalui celah antara ruang


leher dalam dan trauma tembus.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEM. PENUNJANG

• Demam • Trismus • Lab :


• Nyeri leher • Pembengkakan + nyeri darah rutin  leukositosis ,
• Disfagia daerah submandibular  aspirasi  material
• Sesak nafas fluktuatif bernanah purulent
• Angulus mandibula dapat • Radiologis : foto xray
diraba jaringan lunak kepala AP,
• Lidah terangkat keatas, dan Ct scan kontras
terdorong ke belakang
DIAGNOSIS BANDING

Parotitis Ludwig’s Angina

• Infeksi virus mumps


• Berupa selulitis
• Riwayat kontak pasien
• Abses (-)
parotitis sebelumnya (+)
• Pembesaran
• Bengkak dan nyeri pada
submandibula teraba
kelenjar saliva
keras, hiperemis
• Demam
• Dasar mulut bengkak,
• Sakit kepala
mendorong lidah atas
• Malaise
belakang  Sesak nafas
• Anoreksia
TERAPI

• Antibiotik (parenteral)  10 hari


• Evakuasi abses – insisi ditempat berfluktuasi /
setinggi os hyoid tergantumg letak dan luas abses
• Rawat inap – tanda infeksi
• Sumbatan jalan nafas : trakeostomi
KOMPLIKASI PROGNOSIS

Tergantung pada penanganan dan


Hematogen, linfogen atau
tatalaksana yang cepat dan tepat
perkontinuitatum
 prognosis baik
Ruang sekitar : parafaring
Mediatinitis  mortalitas 40-50%
Penjalaran ke atas  Ruptur arteri karotis  20-40%
peradangan intrakranial Trombosis vena jugularis  60%

Merusak dinding pembuluh


darah
LUDWIG’S ANGINA
DEFINSI ETIOLOGI
• Gigi
Selulitis yang menyebar dengan • Dasar mulut
cepat, mengenai ruang sublingual • Sialadenitis kelenjar submandibula
dan submandibular. • Fraktur mandibular

EPIDEMIOLOGI FAKTOR PREDISPOSISI


Diabetes mellitus, neutropenia, alkoholisme,
Umumnya pasien berusia 20-60 tahun anemia aplastik, glomerulonefritis,
Laki-laki > perempuan (3:1) dermatomiositis, dan lupus eritematosus
sistemik
Patofisiologi
Infeksi berasal dari gigi molar kedua dan ketiga dari bawah

Abses di akar gigi yang berada di atas otot milohyoid 


menyebar ke ruang submandibula

Infeksi cepat menyebab di ruang submandibula, sublingual dan


submental

Peradangan selulitis (Ludwig’s Angina)

Kekerasan yang berlebihan pada jaringan dasar mulut 


mendorong lidah ke atas dan kebelakang

Obstruksi jalan nafas


DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEM. PENUNJANG

• Riwayat ektrasi gigi • Takipnue, takikardi


• Nyeri pada gigi • Stridor, gelisah, konfusi
• Foto X-ray leher dan dada
• Oral hygine buruk • Trismus
• Sonografi
• Demam • Fetid breath
• Foto panoramik
• Disfagia • Sianosis
• CT-Scan
• Odinofagia • “sniffing” position
• Disfonia • Bull’s neck appereance
TANDA CARDINAL
• Keterlibatan bilateral atau lebih ruang jaringan dalam
• Gangrene yang disertai dengan pus serosanguinous, putrid infiltration tetapi sedikit atau
tidak ada pus
• Keterlibatan jaringan ikat, fasia, dan otot tetapi tidak mengenai struktur kelenjar
• Penyebaran melalui ruang fasial lebih jarang daripada melalui sistem limfatik

DIAGNOSIS BANDING
Edema angioneurotik Abses peritonsil Limfadenitis

Hematoma sublingual Abses kelenjar saliva Karsinoma lingual


Terapi
01 Menjaga patensi jalan napas.

02 Terapi antibiotik

03 Dekompresi ruang submandibular,


sublingual, submental
KOMPLIKASI PROGNOSIS

Tergantung pada penanganan dan


ASFIKSIA tatalaksana yang cepat dan tepat
 prognosis baik
Infeksi dinding karotis dan
rupture arteri,
Tromboflebitis supuratif dari
vena jugularis,
Mediastinitis,
Pneumonia aspirasi
KESIMPULAN
• Abses leher dalam adalah abses yang terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia
leher akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber,
• Etiologi infeksi di daerah leher dapat bermacam-macam. Kuman penyebab abses leher
dalam biasanya terdiri dari campuran kuman aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob.
• Abses leher dalam, dapat berupa Abses peritonsil, Abses retrofaring, Abses parafaring,
Abses submandibula dan Angina Ludovici (Ludwig’s Angina).
• Abses parafaring adalah infeksi didaerah parafaring yang dapat meluas dan menyebabkan
penimbunan nanah.
• Abses submandibular merupakan salah satu infeksi pada leher dalam (deep neck infection)
yang disertai dengan pembentukan pus pada ruang submandibula.
• Angina Ludwig didefinisikan sebagai selulitis yang menyebar dengan cepat, potensial
menyebabkan kematian, yang mengenai ruang sublingual dan submandibular.
• Secara umum terapi abses leher dalam terdiri dari medikamentosa dan drainase.
ABSES PARAFARING ABSES SUBMANDIBULA LUDWIG’S ANGINA
ETIOLOGI Langsung Odontogenik Selulitis ec. Penjalaran
Penjalaran Infeksi infeksi

INSIDENSI Dewasa Dewasa Dewasa


GEJALA Demam, riwayat sakit gigi, Demam, nyeri leher, Demam, disfagia,
sulit menelan disfagia, sesak nafas odinofagia, disfonia

TANDA Pembengkakan pada Trismus, bengkak daerah Bengkak bilateral, Bull


angulus submandibula, submandibula, nyeri (+), neck apperance, pus (-)
edema vulva, tonsil dan Fluktuatif, angulus Keras, hiperemis
palatum submandibula dapat Trismus, “sniffing”
Tonsil terdorong ke medial diraba position, sianosis, trismus
Takipnue, takikardi
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus paranasal. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi
ke-6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. 145-48
2. Litha Y, Gazali M, Lopo C, Nayoan CR. Submandibular Abcess. Palu Indonesia : Jurnal Medical Profession Vol.1 No.2. June 2019.
144-9
3. Mukhlis Imanto. Evaluasi Penatalksanaan Abses Leher Dalam di Departemen THT-KL Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode
Januari 2012-Desember 2012. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung : Bagian Ilmu Penyakit THT-KL. 2015
4. Rahardjo SP. Infeksi leher dalam. Graha Ilmu: Jakarta;2006
5. Aynehchi BB, Har-El G. Deep neck infections. Dalam: Johnson JT, Rosen CA, penyunting. Bailey’s Head and neck Surgery-
Otolaryngology. Edisi ke-5. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins. 2014; h. 794-814.9.
6. Hegde A, Mohan S, Lim WEH. Infections of the deep neck spaces. Singapore Med J (serial online) 2011; 53 (50). Diunduh dari url:
http://apamedcentral.orgi. Diakses tanggal 6 November 2019.
7. Rusmarjono, Hermani B. Odinofagia. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Hal.
212-6.
8. Snell RS. Pharynx. Dalam: Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2006. Hal. 795-801.
9. Abses Parafaring. Diakses: 8 Noember 2019 . Terdapat pada: www.scribd.com/doc/57908713/Abses-Parafaring.
10. Rachel H. McDowell; Mohammed Khadeer; Matthew J. Hyser. Neck Abscess. Resurrection Medical Center. July 2019.
DAFTAR PUSTAKA
11. Pablo SG, Pedro BP, Ana CM, Juan C. Deep Neck Infection : Review of 286 cases. Departemen Orontologi Rumah Sakit Nuestra
Senora de Sonsoles. Spain : 2007.
12. Ballenger, J. Leher, orofaring dan Nasofaring, Dalam Snow J dan Ballenger J. Ballenger: Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, dan
leher Jilid I. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1991. Hal: 295-324
13. Adams, L george. Penyakit-penyakit nasofaring dan orofaring. Dalam: Adams L, Boies L, Higler P. Boies buku ajar penyakit THT Edisi
keenam. Jakarta: EGC, 1997, h 320-355
14. Tom, Lawrence. Disease of oral cavity, Oropharynx and Nasopharynx. Dalam: Snow J dan Ballenger J. Ballenger’s
otorhinolaryngology. Edisi enam belas. Ontario: Bedecker, 2003, h1020-1047
15. Pablo BR. Maria CD. Submandibular space infection : a potentially lethal infection. International journal of infectious diseases: IJID:
official publication of the International Society for Infectious Diseases. November 2008. h 13(3):327-33
16. Pulungan MR. Pola Kuman abses leher dalam. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-
DALAM-Revisi.
17. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus paranasal. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi
ke-6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. 145-48
18. Huang T, chen T, Rong P, Tseng F, Yeah T, Shyang C. Deep neck infection: analysis of 18 cases. Head and neck. Ockt 2004.860-4
19. Pictures of submandibular neck. Otolaryngology Houston. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/837048-overview.
Thank
You
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation
Shapes IMAGES

D
D
D
Fully Editable Icon Sets: A
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets: B
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets: C
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover Fix
    Cover Fix
    Dokumen1 halaman
    Cover Fix
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • VERUKA VULGARIS DAN MOLUSKULUM KONTAGIOSUM New
    VERUKA VULGARIS DAN MOLUSKULUM KONTAGIOSUM New
    Dokumen11 halaman
    VERUKA VULGARIS DAN MOLUSKULUM KONTAGIOSUM New
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Pemicu 3
    Pemicu 3
    Dokumen2 halaman
    Pemicu 3
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • PROMKES
    PROMKES
    Dokumen16 halaman
    PROMKES
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Book Reading
    Book Reading
    Dokumen26 halaman
    Book Reading
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Bimbingan Kontrol Perdarahan Gilut
    Bimbingan Kontrol Perdarahan Gilut
    Dokumen17 halaman
    Bimbingan Kontrol Perdarahan Gilut
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Promkes Adin
    Leaflet Promkes Adin
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Promkes Adin
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Organ Uriner
    Organ Uriner
    Dokumen68 halaman
    Organ Uriner
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Analisis Swot 1
    Analisis Swot 1
    Dokumen13 halaman
    Analisis Swot 1
    devi
    Belum ada peringkat
  • Cover Book Readingxx
    Cover Book Readingxx
    Dokumen1 halaman
    Cover Book Readingxx
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • ppt1295.pptm (Autosaved)
    ppt1295.pptm (Autosaved)
    Dokumen53 halaman
    ppt1295.pptm (Autosaved)
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Book Reading
    Book Reading
    Dokumen26 halaman
    Book Reading
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Pemicu 1
    Pemicu 1
    Dokumen22 halaman
    Pemicu 1
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • 2 Ba
    2 Ba
    Dokumen1 halaman
    2 Ba
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • PARTOGRAF
    PARTOGRAF
    Dokumen26 halaman
    PARTOGRAF
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Prom Kes
    Prom Kes
    Dokumen36 halaman
    Prom Kes
    Gita Febriany
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Promkes Adin
    Leaflet Promkes Adin
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Promkes Adin
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • KKN Pola Asuh 4-5
    KKN Pola Asuh 4-5
    Dokumen1 halaman
    KKN Pola Asuh 4-5
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • PARTOGRAF
    PARTOGRAF
    Dokumen26 halaman
    PARTOGRAF
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Promkes Adin
    Leaflet Promkes Adin
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Promkes Adin
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • 1-2 Tahun
    1-2 Tahun
    Dokumen1 halaman
    1-2 Tahun
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • MM
    MM
    Dokumen22 halaman
    MM
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • NNN
    NNN
    Dokumen21 halaman
    NNN
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Referat Mata
    Referat Mata
    Dokumen16 halaman
    Referat Mata
    bellla
    Belum ada peringkat
  • Referat Mata Adr
    Referat Mata Adr
    Dokumen25 halaman
    Referat Mata Adr
    bellla
    Belum ada peringkat
  • Status Ujian Swan
    Status Ujian Swan
    Dokumen5 halaman
    Status Ujian Swan
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Maju Referat
    Maju Referat
    Dokumen46 halaman
    Maju Referat
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • HJJ
    HJJ
    Dokumen47 halaman
    HJJ
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat
  • Wqa
    Wqa
    Dokumen26 halaman
    Wqa
    Swansea Triduaa
    Belum ada peringkat