Anda di halaman 1dari 24

BAB III

INSTALASI INDUSTRI

1. KETENTUAN TENTANG INSTALASI INDUSTRI


1.1. Instalasi motor listrik.
1.2. Instalasi kendali.
1.3. Instalasi tranformator tegangan rendah.
1.4. Instalasi kapasitor.
1.5. Instalasi mesin las.
1.6. Instalasi mesin perkakas
1.7. Perlengkapan hubung bagi.

2. RANGKAIAN MOTOR LISTRIK


2.1. Sirkit penghantar motor.
2.1.1. KHA sirkit motor tunggal minimal 125 % arus pengenal
beban penuh motor.
KHA = 125 % x In
2.1.2. Sirkit penghantar motor yang mensuplai 2 motor atau lebih,
minimal jumlah arus beban penuh semua motor + 25 % arus beban
penuh motor terbesar (  arus beban tertinggi).
KHA =  I n + 25 % x I n terbesar.
2.1.3. Untuk motor dengan daur kerja intermitten, pembebanan
singkat, tidak bekerja bersama-sama, KHA penghantar sirkit dapat
minimal sama dengan beban maksimum yang terjadi.
2.2. Proteksi beban lebih sirkit motor.
2.2.1. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor beroperasi bila
bertahan pada waktu cukup lama, akan mengakibatkan kerusakan
atau overheating pada sirkit motor.
2.2.2. Setelan gawai proteksi dirancang maksimum sama dengan
setelan arus asut motor. Waktu tunda gawai proteksi harus lebih
kecil dari lama arus asut motor.
2.2.3. Pengaman lebur sebagai proteksi beban lebih motor
dipasang pada tiap-tiap fasa aktif motor.
2.2.4. Jika gawai proteksi bukan pengaman lebur (misalnya relai,
Bimetal) dipasang pada :
Satu fasa : pada penghantar fasa.
Tiga fasa : cukup pada penghantar fasa 1 dan 2, atau 2 dan 3,
atau 1 dan 3.
2.2.5. Proteksi beban lebih harus dilengkapi dengan proteksi arus
hubung pendek.
2.2.6. Kontak tusuk yang di pakai untuk melayani motor harus
minimum mempunyai nilai pengenal I0A – 250 Volt, setara
dengan KHA penghantar sirkit akhir kotak kontak tersebut.
2.3. Proteksi Hubung Pendek Sirkit Motor
2.3.1. Setiap motor harus diproteksi tersendiri terhadap arus
hubung pendek, kecuali :
• Sisi hulu sirkit telah di proteksi dengan nilai pengenal
maksimum 16 A.
• Gabungan motor dengan proteksi satu gawai proteksi yang
dapat memutuskan semua motor tersebut.
2.3.2. Setelan atau nilai proteksi motor tunggal mengikuti tabel
5.5.2. PUIL 2000. (lihat halaman lain)
2.3.3. Setelan beberapa motor tidak boleh melebihi nilai terbesar
berdasarkan tabel 5.5.2 untuk masing- masing motor
ditambah jumlah arus beban penuh motor lain dalam sirkit
tersebut.
Setelan gawai = setelan gawai proteksi terbesar + In motor
lain.
2.4. Proteksi Hubung Pendek Sirkit Cabang.
2.4.1. Arus gawai proteksi hubung singkat sirkit cabang yang
mensuplai beberapa motor :
Arus gawai proteksi menurut tabel 5.5.2 + Jumlah arus beban penuh
semua motor yang di pasok sirkit cabang tersebut.
Contoh soal Aplikasi :
Suatu sirkit cabang motor, tegangan kerja 230 Volt sebagai mana pada gambar :
• Motor sangkar : I n = 42 A
• Motor sinkron : I n = 54 A
dengan asutan autotrafo
• Motor cincin : ∑ I n = 68 A
dua buah
Masing-masing motor diproteksi dengan pemutus sirkit terhadap hubung pendek.
Tentukan :
a. Kuat hantar arus sirkit cabang.
b. Setelan proteksi hubung pendek sirkit cabang.
c. Setelan proteksi saluran utama terhadap
hubung pendek bila sirkit cabang tersebut juga
memasok motor rotor cincin I n = 68 A
Penyelesaian :

KHA Penghantar :
- Sirkit A = 125 % x 42 A = 52,5 A
- Sirkit B = 125 % x 54 A = 67,5 A
- Sirkit C = 125 % x 68 A = 85 A
Kuat hantar arus sirkit cabang :
125 % x I n motor terbesar + In masing-masing motor lain =
125 % x 68 A + 42 A + 54 A = 181 A
Setelan gawai proteksi sirkit akhir :
Sirkit A = 250 % x 42 A = 105 A
Sirkit B = 200 % x 54 A = 108 A
Sirkit C = 150 % x 68 A = 102 A
Rangkaian sirkit cabang :
Setelan gawai proteksi sirkit cabang
 Setelan terbesar motor + I n motor – motor lain
108 A + 42 A + 68 A = 218 A.
 Motor rotor cincin yang tersambung
KHA sirkit = 1,25 + 68 A = 85 A
Setelan gawai proteksi = 150 % x 68 A = 102 A
Rangkaian sirkit utama :
KHA penghantar :
KHA sirkit cabang dengan KHA terbesar + I n motor-motor lain =
181 A + 68 A = 249 A
2.5. Rangkaian kendali
Rangkaian kendali adalah sarana yang mengatur tenaga listrik ke
sirkit beban. Pada rangkaian kendali motor termasuk alat asut
motor.

2.6. Sirkit kendali minimum memenuhi ketentuan-ketentuan :


2.6.1. Dilengkapi sakelar yang dapat memutus semua sumber.
2.6.2. Harus ada dua saklar untuk memutus sumber dan untuk
memutus rangkaian sirkit motor yang ditempatkan pada satu
PHB yang sama.
2.7. Rangkaian sirkit kendali motor.
2.7.1. Rangkaian sirkit kendali motor terdiri atas :
• Pemutus, dengan KHA minimal 115 % jumlah arus beban
pada keadaan beban penuh. Pemutus harus dapat memutus
semua rangkaian aktif
• Gawai proteksi.
Satu untuk sirkit keluar.
Satu untuk sirkit masuk.
2.7.2. Jika motor menerima daya listrik lebih dari satu sumber,
masing-masing sumber harus mempunyai sarana pemutus kutub 4
(rangkaian fasa da netral).
2.8. Mesin las busur listrik.
mesin las busur listrik yang menggunakan transformator,
penyearah, dan motor generator.
2.8.1. Kuat hantar arus penghantar suplai.
KHA penghantar = I n x k
k = Faktor daur kerja mesin listrik.
(lihat tabel 5.15-1 PUIL 2000).

3. MESIN LAS BUSUR LISTRIK


3.1. Mesin las busur listrik yang menggunakan transformator,
penyearah, dan motor generator.
3.2. Kuat hantar arus penghantar suplai.
KHA penghantar = I n x k
k = Faktor daur kerja mesin listrik.
(lihat tabel 5.15-1 PUIL 2000).
3.2.1. Kuat hantar arus penghantar sekelompok mesin las.
KHA :
= 100 % KHA penghantar 2 mesin las terbesar
+ 85 % KHA penghantar mesin las terbesar ke 3
+ 70 % KHA penghantar mesin las terbesar ke 4
+ 60 % KHA penghantar mesin las terbesar ke 5 dst.
3.2.2. Proteksi arus lebih mesin las.
Arus pegenal poteksi arus lebih mesin las maksimum 200 %
arus primer pengenal pada tiap mesin las. Kecuali apabila
penghantar suplai telah diproteksi dengan nilai pengenal
maksimum 200 % arus pengenal primer pada sisi hulu
3.2.3. Proteksi arus lebih penghantar suplai.
Arus pengenal gawai proteksi maksimum 200 % dari KHA
penghantarnya.
3.2.4. Sarana pemutus tiap mesin las.
Semua mesin las harus di pasang sarana pemutus suplai
dengan arus pengenal minimum 200 % arus pengenal
penghantar.
3.3. Mesin las resistant.
3.3.1. KHA penghantar = minimum 70 % x nilai arus pengenal
3.3.2. Untuk mesin las resistant yang diketahui daur tugasnya :
KHA = k x arus pengenal mein las
k = Faktor daur tugas
4.3.3. Kelompok mesin las :
KHA penghantar mesin las :
100 % arus pengenal mesin las tersebar –1 dan –2
+ 600 % arus pengenal mesin las lain.
4.3.4. Proteksi arus lebih mesin las.
o Nilai arus pengenal gawai proteksi mesin las resistant =
maksimum 300 % x arus pengenal mesin las
o Tidak diperlukan proteksi arus lebih bila penghantar telah
diproteksi arus lebih dengan arus pengenal maksimum 300
% KHA penghantar.
o Sirkit penghantar yang mensuplai lebih dari satu mesin las
diproteksi dengan gawai penghantar maksimum 300 % x
KHA penghantar.
o Tiap mesin las harus mempunyai sakelar atau pemutus
sendiri dari sirkit suplai nilai arus pengenal = minimal 200
% KHA penghantar suplai

4. RANCANGAN SIRKIT TRANSFORMATOR TEGANGAN RENDAH


KAPASITOR
4.1. Transformator tegangan rendah adalah transformator :
4.1.1. Step-up/step-down pada rangkaian tegangan rendah.
4.1.2. Transformator asut motor listrik.
4.1.3. Bukan trafo alat ukur (PT,CT)
4.2. Gawai kedali.
4.2.1. Transformator harus mempunyai gawai kendali sendiri
yang dapat memutus baik dari satu sumber atau sumber
lain.
4.2.2. Auto trafo tidak boleh ihubungkan pada sistem tanpa
pembumian.
4.2.3. Arus pengenal gawai pemutus minimal 250 % dari arus
pengenal sisa primer transformator.
4.3. Gawai proteksi.
4.3.1. Gawai proteksi transformator harus mempunyai :
• Proteksi arus lebih pada sisi primer dengan KHA
maksimum 125 % dari arus primer pengenal.
• gawai proteksi arus primer tidak diperlukan jika pada sisi
sekunder dilengkapi gawai proteksi maksimum 124 % arus
sekunder pengenal transformator.
4.4. Dalam merancangkan gawai kendali trafo harus diperhatikan
spesifikasi transformator tersebut, antara lain apakah sudah
mempunyai gawai proteksi sendiri (self protected transformer) atau
tidak.
4.5. Apabila di rancang kerja paralel, maka persentase impedansi trafo
harus sama pada sadapan sistem sumber yang sama. Perbedaan
kapasitas transformator tidak boleh lebih dari 30%.
4.6. Instalasi kapasitor
4.6.1 Suatu rangkaian instalasi kapasitor dan transformator harus
memenuhi :
• Daya (kVA) transformator minimum 135 % dari daya
kapasitor dalam (kVA).
• KHA penghantar kapasitor minimum 135 % dari KHA
kapasitor pada arus pengenalnya.
• KHA penghantar kapasitor yang menghubugkan kapasitor
dengan perlengkapan instalasi tenaga (misalnya terminal
motor) minimal 1/3 dari KHA penghantar sirkit motor.
4.6.2. Proteksi pada kapasitor harus pada tiap fasa aktif yang tidak
dibumikan. Penyetelan proteksi harus serendah mungkin.
4.6.3. Untuk tiap gugus kapasitor harus dipotong saranan pemisah
pada tiap penghantar fasa aktif (kecuali kapsitor yang
dipasang pada sisi beban dari proteksi arus lebih motor.

5. KETENTUAN UMUM PENATAAN PHB


5.1. Ketentuan Umum.
5.1.1. Panel hubung bagi harus ditata dan dipasang secara teratur
dan rapih, pada ruang yang cukup untuk pemeliharaan
pelayanan operasional.
5.1.2. PHB dapat dioperasikan tanpa alat bantu misalnya tangga,
meja.
5.1.3. Penyambungan ujung kabel sirkit pada terminal PHB harus
memakai sepatu kasel. Semua mur, baut dan komponen
yang terbuat dari logam harus dipilih yang dilapisi material
anti karat. Sambungan dua jenis logam. Harus dengan
bimetal.
5.1.4. Terminal kabel kendali harus terpisah dari terminal-
terminal saluran daya.
5.1.5. PHB yang dipasok dari sumber berbeda harus terpisah
minimal 5 cm.
5.2. Sirkit masuk
5.2.1. Pada sisi penghantar masuk PHB harus terpasang setidak
tidaknya satu saklar pada sisi penghantar keluar harus
dipasang satu proteksi arus.
5.2.2. KHA saklar minimal sama dengan KHA penghantar
5.2.3. Saklar masuk bisa tidak dipotong apabila :
PHB sisi hulu berjarak maksimum 5 meter dari PHB sisi
hilir dan dilengkapi saklar keluar, mudah dicapai, dan
berada pada ruang yang sama.
Suplai ke PHB dapat di buka-tutup secara “ Remoted”
Sisi sirkit keluar di pasang sakelar, sisi masuk cukup
pemisah.
5.3. Sirkit Keluar.
5.3.1. Sakelar keluar harus di pasang pada PHB, jika :
• Memasok 3 PHB pada sisi hilir atau lebih.
• Memasok minimal 3 motor listrik dengan daya diatas 1,5
kW.
• Memasok kotak kontak minimal 3 buah dengan daya diatas
16 A.
• Mempunyai KHA penghantar sirkit keluar minimal 100 A.
(lihat gambar 6.2.4a,6.2.4b, PUIL 2000)
5.3.2. KHA rel PHB minimal 125 % KHA penghantar sirkit
masuk.
5.3.3. KHA sakelar sekurang-kurangnya sama dengan KHA sirkit
proteksi.
5.3.4. Mekanisme sakelar dipilih dengan buka tutup semua kutub
secara serentak/bersama-sama.
5.4. Pengelompokan Sirkit Keluar.
5.4.1. Sirkit keluar instalasi penerangan, instalasi tenaga, harus
terpisah.
5.4.2. Masing-masing sirkit maksimum melayani 6 group
pelayanan
(lihat gambar 6.2.3a, 6.2.3b PUIL 2000).
5.4.3. Group pelayanan perlengkapan satu fasa, fasa dua, fasa
tiga, kemudian merupakan kelompok pelayanan sendiri-
sendiri.
5.4.4. KHA sakelar sirkit keluar minimal sama dengan KHA
pengaman proteksi.
5.4.5. Mekanisme sakelar dipilih degan buka tutup semua kutup
secara serentak/bersama-sama.
5.4.6. KHA sakelar sirkit keluar minimal sama dengan KHA
pengaman proteksi.
5.4.7. Mekanisme sakelar dipilih degan buka tutup semua kutup
secara serentak/bersama-sama.
5.5. Persyaratan Sistem Preteksi.
5.5.1. Sistem proteksi pada satu PHB harus mempunyai minimal
satu proteksi arus lebih (penggunaan lebur atau sejenis)
yang dikombinasikan dengan satu sakelar/pemisah pada
sirkit masuk atau sirkit keluar atau kombinasi keduanya
(MCB,MCCB).
5.5.2. Penggunaan lebur dipasang sesudah saklar, (kecuali sejenis
MCB, MCCB, NBC).
5.5.3. Kapasitas daya pemutusan sistem proteksi minimal sama
dengan daya hubung pendek jika terjadi hubung pendek
pada rel PHB tersebut.
5.5.4. Harus diperhatikan besarnya arus asut motor jika PHB
tersebut melayani motor-motor listrik berdaya besar.
5.5.5. Untuk pengaman lebur dengan arus nominal 25 A harus
dipilih model-D atau jenis lain yang sederajad. Namun
tidak boleh dipasang langsung pada sisi hilir pengaman
lebur dengan arus nominal pengenal 200 A atau lebih.
5.5.6. Tidak dianjurkan memakai pengaman lebur tipe open
dengan elemen yang dapat diganti.
5.5.7. Jika memakai sakelar arus sisa, rel netral tidak boleh
dibumikan.
5.7. Pemasangan fasilitas pemeliharaan.
5.7.1. Fasilitas pemeliharaan dapat berupa pemisah atau sakelar
beban
5.7.2. Satu komponen pemisah harus dipasang sebelum PHB
utama dan pada lemari panel tersendiri berdampingan
dengan PHB tersebut.
5.7.3. Fungsi pemisah adalah untuk memberikan jaminan bahwa
secara fisik PHB sudah terputus dari sisi patokan.
5.7.4. Mekanisme pemisah di pilih buka tutup semua kutub secara
serentak dan harus jelas tanda “buka-0” dan “tutup-1”
5.7.5. Pemisah tidak boleh di buka tutup dalam keadaan berbeban
(biasanya pemisah di-interlock dengan pemutus/sakelar.
Panel pemisah biasanya dikunci secara khusus. Pemisah
dioperasikan secara manual
5.7.6. Sakelar beban dapat digunakan untuk memberikan jaminan
bebas tegangan untuk maksud pemeliharaan. Dapat
memutus pada beban penuh, dengan mekanisme serentak
semua kutub atau sendiri-sendiri per fasa ( misalnya 3
MCB di pasang berdampingan).
5.8. Instalasi Hubungan Gawai.
5.8.1. Sakelar, pemisah, pemutus, dibumikan satu sama lain
dengan penghantar yang sama KHA nya dengan KHA
penghantar sirkit masuk atau keluar (tergantung atas
fungsinya).
5.8.2. Semua kutub harus dapat dibuka-tutup secara serentak.
Bagian yang bertegangan adalah pada kutub yang diam.
5.8.3. Pada sistem TN-C, penghantar netral tidak boleh diputus.
5.8.4. Pada sistem TT, penghantar netral boleh dibuka-tutup (jadi
tipe 4 kutub buka-tutup).
5.8.5. Pada sistem IT, harus 4 kutub. Kutub fasa, netral dibuka
tutup bersama.
5.8.6. Pada pemindahan beban ke suplai cdangan harus memakai
sakelar 4 kutub.
5.9. Sistem Pembumian
5.9.1. Semua BKT PHB harus dibumikan. Pintu PHB harus
dibumikan dengan penghantar fleksibel.
5.9.2. Rel pembumian harus diberi tanda jelas ( 1/- atau warna
kuning-hijau).
5.9.3. Pada sistem TNC, rel netral dibumikan.
5.9.4. Jika rel proteksi terpisah dari rel netral hanya rel proteksi
yang dibumikan.
5.9.5. Jika dilengkapi dengan gawai proteksi arus sita – GPAS, rel
netral tidak boleh dibumikan.
5.9.6. Luas penampang penghantar pembumian pada PHB
mengikuti :
S  16 mm² = S mm²
35 mm²  S  16 mm² = 16 mm²
5  35 mm² = S/2 mm²
Dengan catatan bahan logam yang dipakai penghantar fasa
sama dengan penghantar proteksi.
5.10. Instrument Ukur.
5.10.1. Lampu indikator PHB harus dipasang pada sisi sirkit masuk
dengan warna yang standard.
5.10.2. Alat-alat ukur (Volt meter, Amper meter, dll) dapat
dipasang pada tempat yang sesuai dengan maksud
penggunaannya.
5.10.3. Pengawatan indikator dan alat ukur harus memakai kabel
fleksibel , khusus alat ukur dengan pelindung elektrik
yang dihubungkan dengan saluran pembumian.
5.11.Ketentuan pemasangan PHB.
5.11.1. Konstruksi PHB dipilih dari bahan yang tidak mudah
terbakar, tahan lembab dan kokoh.
5.11.2. Harus pada ruang dengan ventilasi cukup, bila membuka
kedepan harus ada ruang bebas minimal 0,45 meter.
5.11.3. Lemari PHB tidak boleh ditempatkan dikamar
lembab/kamar mandi/kamar kecil/ diatas kompor diatas bak
air atau pada tempat-tempat sejenis.

6. INSTALASI PEMANFAATAN MOTOR LISTRIK


6.1. Rangkaian start stop atau alat-alat ukur asut motor listrik dipotong
pada sisi hilir PHB.
6.2. Nilai arus pengenal gawai proteksi/pengaman lebur biasanya telah
ditabelkan, yang disesuaikan dengan jenis motor yang digunakan
dan sistem asutnya. (contoh tabel terlampir).
6.3. Panjang kabel sirkit suplai dapat ditentukan berdasarkan KHA
pengaman lebur dan jenis sakelar pada sirkit masuk motor.
6.4. Pada beberapa literatur KHA patron/pengaman lebur diambil
maksimum 4 x KHA penghantar dan memenuhi
rumus : l  600 A/I n meter
A = Luas penampang penghantar.
I n = Arus nominal penghantar lebur.
Contoh :
Motor I n = 100 A, pengaman lebur pada PHB I n = 160A.
Kondisi motor memakai sakelar tanpa pengaman
l  600 70/100 = 262 meter.
Jika sakelar motor dilengkapi pengaman termis setara I n motor,
dipilih
NYY 3 x 25 mm²
l  600 25/160 m = 94 meter.

7. MESIN PERKAKAS
Yang dimaksud dengan mesin perkakas ialah mesin yang di gerakkan
dengan tenaga listrik untuk pemakaian sebagai alat produksi ( memotong,
menempa, menekan, dan lain-lain).
7.1. Penghantar sirkit mesin perkakas harus mempunyai KHA 125 %
dari KHA beban penuh mesin.
7.2. Mesin perkakas dilengkapi dengan sarana pemutus dan dipasok
dari PHB yang dilengkapi dengan pengaman lembur atau pemutus
sirkit (MCB, MCCB).
7.3. Nilai arus gawai proteksi mengikuti ketentuan pada nilai arus
gawai proteksi motor-motor listrik.

8. PERENCANAAN INSTALASI INDUSTRI PABRIK KAYU


8.1 DENAH LOKASI
8.2 DIAGRAM LOKASI
8.3 DIAGRAM PENGAWATAN
8.4 DIAGRAM DISTRIBUSI
8.5 PANEL
A. Data Motor Listrik
Mesin Daya (HP) RPM Faktor Daya Rendemen
Mesin Bubut 50 1000 0,88 0,88
Mesin Frais 30 1500 0,86 0,86
Mesin Skrap 30 1500 0,86 0,86
Mesin Gergaji 20 1500 0,86 0,85
Mesin Bor 20 1500 0,86 0,85

B. Perhitungan Daya
Motor tersebut dihubungkan pada sumber tegangan listrik arus bolak-balik
3 phase,50 Hz, 220V/380 V
 Untuk motor 50 HP 3 Phase:
746 𝑥 𝑃
𝐼𝑛 =
𝑁 𝑥 𝑣 𝑥 √3 𝑥 cos 4

746 𝑥 50
𝐼𝑛 =
0,88 𝑥 380 𝑥 1,73 𝑥 0,88
= 72,2 A
 Motor 30 HP
746 𝑥 30
𝐼𝑛 =
0,86 𝑥 380 𝑥 1,73 𝑥 0,86
= 45,3 A
 Motor 20 HP
746 𝑥 20
𝐼𝑛 =
0,85 𝑥 380 𝑥 1,73 𝑥 0,86
= 30,6 A

Jadi, Golongan I : Mesin Sekrap dan Mesin Bor


Golongan II : Mesin Bubut
Golongan III : Mesin Frais dan Mesin Gergaji
Golongan I dan Golongan III adalah sama yaitu
 Cabang 1 Mesin Frais dan Mesin Skrap, 30 HP:
I sekering ≥ 45,3 diambil Isekr = 60 A
Pengahantar NSVA 3x16 mm2
Controller: star (Y) dan Delta (D), 30 HP/380 Volt
Saklar Magnetis : 1,25 x In = 56,7 A
Dipakai 60 Ampere

 Cabang 2, Mesin Gergaji dan Mesin Bor, 20 HP


I sekering ≥ 30,6 A diambil Isekr = 35 A
Pengahantar NSVA 3x10 mm2
Controller: star (Y) dan Delta (D), 20 HP/380 Volt
Saklar Magnetis : 1,25 x In = 38,3 A
Dipakai 60 Ampere

Golongan II
 Mesin Bubut 50 HP
I sekering ≥ 72,2 A diambil Isekr = 80 A
Pengahantar NSVA 3x25 mm2
Controller: star (Y) dan Delta (D), 50 HP/380 Volt
Saklar Magnetis : 1,25 x In = 90,3 A
Dipakai 100 Ampere

Pengaman dan Pemutus Golongan


 Golongan I dan Golongan II
Sekering I = 1,25 x 45,3 + 30,6 = 97,3 A
Dipakai: 100 A

 Golongan II
Sekering I ≥ I sekering motor
Dipakai 100 Ampere
Pemutus/ Canal dipakai = 100 A
Penampang penghantar golongan I,II,dan III dapat dipakai : NSVA 3x25
mm2
Pengaman dan pemutus hantaran pegisi:
I sekering = 1,25 x 72,2 + 2 x (45,3 + 30,6) = 242 A
Dipakai = 250 A
Penghantar pengisi dipakai NSVA 3x70 mm2

Anda mungkin juga menyukai