Anda di halaman 1dari 28

Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik

Sistem Transmisi dan Distribusi

Penyaluran
Produsen Pengecer Konsumen
Besar

Industri

Pembangkit Transmisi Gardu Induk JTM Bisnis

Rumah
Trafo Publik Sosial
Tangga

Pembangkit Saluran Saluran


Konsumen
Listrik Transmisi Distribusi
20 kV/ 380-220 kV

11/ 150 kV 150/ 20 kV

G
Saluran
GI Pembangkit GI
Pembangkit

Step Up Step Down

JTM
Generator listrik hanya menghantarkan tegangan menengah
Gardu Induk (GI) Step Up berada di dekat Pembangkit
Gardu Induk (GI) Step Down berada di dekat JTR

Pada GI Step Up
Fungsi dari menaikkan tegangan yaitu menghemat biaya dan memperkecil kerugian
daya listrik pada saluran transmisi.
Jika tegangannya tinggi/besar maka arusnya akan semakin kecil dan penampang
kawat/kabel yang digunakan juga kecil dan sedikit.
Jika tegangannya kecil/rendah maka arusnya akan semakin besar dan penampang
kawat/kabel yang digunakan juga besar dan banyak.

Cara mengatasinya:
Dengan cara menaikkan tegangan dan menurunkan tegangannya kembali pada saat
disalurkan.

Distribusi : dari JTM ke JTR


Transmisi : Pemindahan beban secara besar-besaran dari pembangkit ke Gardu Induk.

Peranan Distribusi
Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh
hubungan-hubungan penggerak peralatan dan komponen-komponen listrik seperti generator,
transformator, jaringan tenaga listrik, dan beban-beban listrik.

Bisa diartikan distribusi atau transmisi, tiang listrik, penghantar, relay, dll.

Peranan Utama Sistem Listrik


Menyalurkan energi listrik yang dibangkitkan oleh generator ke konsumen-
konsumen yang membutuhkan energi listrik tersebut.

Keandalan Dari Sistem Listrik


Tidak mudah mengalami gangguan dari internal dan eksternal.
Contoh gangguan internal:
- MCB lepas.
- Trafo mengalami gangguan.
- Percikan-percikan api dari sistem tertentu yang dayanya besar.

Contoh gangguan eksternal:


- Pohon tumbang.
- Patahan dahan.
- Tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir.

Secara garis besar sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan atas bagian sub-sistem, antara
lain:
1. Bagian Pembangkitan
Transmisi
Meliputi: a. Generator
b. Gardu Induk (GI) Isinya Trafo

Pembangkit

1. Fungsi trafo di bagian pembangkit sebagai Stabilisasi Tegangan


2. Fungsi GI di bagian pembangkit untuk Melindungi Pembangkit

Generator pembangkit outputnya berbeda-beda terdiri dari:


1. 6 kV
2. 12 kV Masuk dalam kategori tegangan menengah
3. 20 kV Tegangan yang dihasilkan tidak dapat langsung digunakan konsumen.

2. Bagian Penyaluran/ Transmisi Daya


Meliputi : a. Saluran transmisi
b. Gardu Induk Pada saat di trasmisi mengumpulkan tenaga
listrik yang dihasilkan oleh GI Pembangkit
lainnya.
c. Saluran sub-transmisi Penggunaan suatu daya pada suatu
tempat yang digunakan untuk tempat itu
sendiri

3. Bagian Distribusi dan Beban


Meliputi : a. Gardu Induk Distribusi
b. Saluran Distribusi Primer
c. Gardu Distribusi
d. Saluran Distribusi Sekunder
Distribusi
Sekunder

Distribusi
Primer
6 kV/ 380V

70 kV/ 20 kV 20 kV/ 6 kV 6 kV/ 380V


Konsumen
6 kV/ 20 kV
T T T
s

GI 1 T
6 kV/ 380V

T
20 kV/ 70 kV 70 kV/ 20 kV 20 kV/ 9 kV
Perusahaan Industri
T T T

12 kV/ 20 kV
s

GI Tegangan Tinggi
70 kV/ 20 kV
GI 2 T Distribusi

Pembangkit
Distribusi
Berdasarkan pembagian pada diagram fungsi dari masing-masing sub-sistem dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembangkit berperan sebagai sumber daya tenaga listrik dan disebut sebagai
produsen energi.
2. Sistem transmisi berfungsi sebagai penyalur daya listrik secara besar-besaran dari
pembangkit ke distribusi.
3. Sistem distribusi berperan sebagai distributor energi listrik ke konsumen.

Standar Tegangan Sistem Distribusi Listrik


Pemilihan sistem tegangan untuk suatu sistem tenaga listrik ditentukan oleh
besarnya kapasitas daya yang akan disalurkan dan jarak penyaluran daya

Pemilihan sistem tegangan dalam suatu rancangan listrik mempertimbangkan


beberapa faktor:
1. Faktor tegangan nominal peralatan
2. Faktor kapasitas peralatan (Kemampuan kapasitas trafo dan tegangan)
3. Faktor jarak

Berikut ada beberapa standar tegangan yang digunakan di Indonesia


NO Saluran Tegangan Tegangan Peralatan
Nominal
1 Tegangan Rendah (Saluran Distribusi 127 / 220 V 250 V
Sekunder) 220 / 380 V 600 V
2 Tegangan Menengah (Saluran 6 kV 7,2 kV
Distribusi Primer) 20 kV 24 kV
3 Tegangan Tinggi (Transmisi) 60 kV 72 kV
150 kV 170 kV
220 kV 245 kV
350 kV 420 kV
500 kV 550 kV

Kapasitas Penyaluran Daya


NO Tegangan Kapasitas Penyaluran Daya (MVA)
1 11 kV 2-10 MVA
2 22 kV 7-12 MVA
3 33 kV 12-30 MVA Standar PLN
4 66 kV 30-80 MVA
5 132 kV 80-300 MVA

pln
Syarat-syarat Interkonesi
Generator dapat diparalelkan atau disinkronisasi bekerja sama, harus memperhatikan factor
berikut:
1. Ururan phasa
2. Tegangan
3. Frekuensi

Struktur topologi jaringan distribusi:


1. Struktur jaringan radial

GI

PMT
2. Struktur jaringan loop

GI

PMT

I.S

3. Struktur jaringan grid

GI 1

GI 3 GI 4

GI 2
Jaringan distribusi diharuskan agar dapat menyalurkan daya sebesar-besarnya dengan
mempertimbangkan panjang saluran, faktor daya, dan ukuran hantaran serta pengaturan
tegangan dan efisiensi saluran.

Nilai F : Panjang saluran


Id : Daya yang dipakai/hilang disaluran

Tegangan Pangkal V1 R XL V2 Tegangan Terima

V2

I
cos 𝜑 = 1
cos 𝜑 = 0, −𝑙𝑎𝑔𝑔𝑖𝑛𝑔
cos 𝜑 = 0, +𝑙𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔

V1

V2 I.XL

I.R
I

Regulasi tegangan (VR) adalah 5%


𝑉1 −𝑉2
Rumus Regulasi tegangan adalah V𝑅 = × 100%
𝑉2

Contoh: misal V2 = 380


𝑉1 − 𝑉2
V𝑅 = × 100%
𝑉2
𝑉1 − 380
5% = × 100%
380
𝑉1 − 380
0,05 =
380
19 = V1 – 380
V1 = 399

I.XL

R
T
I.R

O S P
I

𝑂𝑄 = 𝑉1 = √𝑂𝑃2 + 𝑃𝑄 2
𝑂𝑆 = 𝑉2 . 𝑠𝑖𝑛𝜑
OP = V2 . sin𝜑 + I.R
𝑃𝑇 = 𝑉1 . 𝑠𝑖𝑛𝜑
𝑃𝑄 = 𝑉1 . 𝑠𝑖𝑛𝜑 + 𝐼. 𝑋𝐿

𝑉1 = √(V2 . sin𝜑 + I. R)2 + (𝑉1 . 𝑠𝑖𝑛𝜑 + 𝐼. 𝑋𝐿 )2

Standar Desain Jaringan Distribusi


Meliputi problem dan formulasi:
1. Listrik
2. Mekanik
3. Struktur
4. Lingkungan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada jaringan distribusi
1. Informasi dari atau ke instalasi
2. Jarak aman terhadap instalasi lain
3. Peralatan dan perlengkapan kerja
4. Lintasan kabel
5. Cara kerja
6. data kelistrikan : a. Jatuh tegangan
b. Rating arus (Arus nominal atau kemampuan penghantar)
c. Perhitungan jatuh tegangan
 Tegangan antara phasa
 Daya aktif yang disalurkan
 Arus phasa
 Panjang saluran/jaringan
 Tahanan penghantar per km/tahanan jenis
 Reaktansi per phasa dan per km
 sudut phasa
 Jatuh tegangan (persentasi)

IL
R

Vphasa
I phasa

PE
IL = Iph
𝑉𝐿
Vphasa =
√3

IL
R

IL
S

IL
T
𝑉𝐿
IP =
√3

Vphasa = VL

SEGITIGA DAYA
S = V.A

Q = V.A.R

P = WATT
Jatuh tegangan relatif pada suatu jaringan listrik, dapat dihitung dengan persamaan berikut:

𝑉1 = √(V2 . sin𝜑 + I. R)2 + (𝑉1 . 𝑠𝑖𝑛𝜑 + 𝐼. 𝑋𝐿 )2

Karakteristik Listrik Dari Saluran Transmisi


Yang dimaksud karakteristik listrik dari saluran transmisi ialah konstanta-konstanta
saluran yaitu tahanan (R), induktansi (L), Konduktansi (G), dan Kapasitansi (C). Pada saluran
udara konduktansi sangat kecil dan dapat diabaikan sehingga perhitungannya lebih
memudahkan.

Nilai Resistansi (R)


𝜌.𝐿
Tahanan dari suatu konduktor, nilainya adalah 𝑅 =
𝐴
R2 = R1 [1 + αT1 (T2 – T1)]
Keterangan :
R1 = Tahanan pada temperatur akhir/kerja
R2 = Tahanan pada temperatur awal
αT1 = Koefisien temperatur pada temperatur T1 (℃)

Konsatanta Saluran Transmisi dan Distribusi

D1
D1 D2
D1 D2

D2

D3

3 buah konduktor mempunyai sudut-sudut yang sama, ditempatkan pada segitiga


sama sisi.
1. menghitung Kapatsitansi
2𝜋 ∑0 𝐹⁄
𝐶= 𝑑 𝑀
log 𝑒 𝑅
Keterangan:
1
∑0 = Permeabilitas elektrik ( 𝜋 × 10−9 )
36
d = Jarak antara konduktor
R = Radius konduktor

Contoh soal
Line 3 phasa panjangnya 3 km, jarak antara konduktor 2,8 m , dan radius konduktor
1,4 cm. Hitunglah nilai kapasitansi yang terjadi pada konduktor tersebut?
2𝜋 ∑0
𝐶= 𝑑
log 𝑒 𝑅
1
2𝜋 𝜋𝑥10−9
36
C= 2,8𝑥102
log e = ln A
log 𝑒 1,4
1
𝑋10−9
𝐶= 18
log 𝑒 200
10−9
𝐶=
18𝑥5,928
C = 1,05 x 10−11 F
𝑑 1
LA = LB = LC = (2 log 𝑒 𝑅
+
2 )10−7 𝐻⁄𝑚
Misal menggunakan soal diatas:
2,8 𝑋 102 1
+2
LA = LB = LC = (2 log 𝑒 1,4 )10−7
1
200+2
LA = LB = LC = (2 log 𝑒 )10−7
LA = LB = LC = (2𝑋5,3)10−7

LA = LB = LC = 10,6𝑋10−7

D2
D1

D3

3 buah konduktor mempunyai sudut-sudut yang berbeda, ditempatkan tidak beraturan


pada segitiga sembarang.

𝐶⁄ = 2𝜋 ∑0
𝑚 3 𝑑1.𝑑2.𝑑3
(√ )
log 𝑒 𝑟

𝑑1.𝑑2.𝑑33
𝐻⁄ = 𝜇0 ( 𝜇 + log 𝑒
(√ )
𝑟
𝑚 2𝜋 4 )
Keterangan:
𝜇0 = Permeabilitas absolut (4x10−7)
𝜇 = Nilai relatif untuk konduktor seperti tembaga

Metode Penyelesaian Distribusi AC

𝑍𝑏𝑐 = √𝑅 2 + (𝑗𝑋 2 )

VC = V 0
I1 = IR + IX
IR = I1 .cos 𝜑
IX = I1 .sin 𝜑
∆VBC = I1 x (R1 + jX1)
VB = VC + ∆VBC
Contoh Soal:

Ditanya : VA ?
I1 = IR + IX
IR1 = I1 .cos 𝜑1
IR1 = 80 x 0,8
IR1 = 64 A

IX 1 = I1 .sin 𝜑1
IX1 = 80 x 0,6
IX 1 = 48 A

I1 = 64 + j48
∆VBC = drop tegangan di BC
∆VBC = I1 x Z1
∆VBC = (64 + j48) (0,15 + j0,2)
∆VBC = 9,6 + j10,8 + j7,2 – 9,6
∆VBC = j20

VB = VC + ∆VBC
VB = 220 + j20
20
tan 𝛼 =
220

tan 𝛼 = 0,09
𝛼 = 5,14

IR2 = I2 .cos 𝜑2
IR2 = 50 x 0,8
IR2 = 40 A
IX 2 = I2 .sin 𝜑2
IX 2 = 50 x 0,6
IX 2 = 30 A

I2 = 40 + j30
∆VAB = I2 x Z2
∆VAB = (40 + j30) (0,15 + j0,2)
∆VAB = j12,5

VA = VB + ∆VAB
VA = (220 + j20) + (j12,5)
VA = 220 + j32,5
32,5
tan 𝛼 = 220

tan 𝛼 = 0,147
𝛼 = 8,36

1. Saluran Transmisi AC atau DC


Menurut jenis arusnya dikenal sistem arus bolak-balik (AC) dan sistem arus searah
(DC). Didalam sistem AC penaikan dan penurunan tegangan sudah dilakukan yaitu dengan
menggunakan transformator. Itulah sebabnya saluran transmisi di dunia sebagian besar adalah
saluran AC. Di dalam sistem AC ada sistem satu fassa dan sistem tiga fasa. Sistem tiga fasa
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem satu fasa karena :
1. Daya yang disalurkan lebih besar
2. Nilai sesaatnya (instantaneous value) konstan
3. Mempunyai medan magnit putar
Berhubung dengan keuntungan-keuntungannya hampir seluruh penyaluran tenaga
listrik di dunia ini dilakukan dengan arus bolak-balik. Namun sejak beberapa tahun terakhir ini
penyaluran arus searah mulai dikembangkan di beberapa bagian dunia ini. Penyaluran DC
mempunyai keuntungan karena misalnya, isolasinya yang lebih sederhana, daya guna
(efficeincy) yang lebih tinggi (karena faktor dayanya 1) serta tidak adanya masalah stabilitas,
sehingga dimungkinkan penyaluran jarak jauh. Tetapi persoalan ekonomisnya masih harus
diperhitungkan. Penyaluran tenaga listrik dengan sistem DC harus dianggap ekonomik (dapat
bersaing dengan sistem AC) bila jarak saluran udara lebih jauh, antara 400 sampai 600 km. Ini
disebabkan karena biaya peralatan pengubah dari AC ke DC dan sebaliknya (Converter dan
Inverter) mahal.

2. Tegangan Transmisi
Untuk daya yang sama, maka daya guna (effisiensi) penyaluran naik oleh karena rugi-
rugi (power loss) transmisi turun. Apabila tegangan transmisi ditinggikan, namun peninggian
tegangan transmisi berarti juga penaikkan isolasi dan biaya peralatan dan gardu induk. Oleh
karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan memperhitungkann daya yang
disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, keandalan (reliability), biaya peralatan untuk
tegangan tertentu, serta tegangan- tegangan yang yang sekarang ada dan yang direncanakan.
Kecuali itu, penentuan tegangan harus juga dilihat dari segi standarisasi peralatan yang ada.
Penentuan tegangan merupakan bagian dari perencanaan sistem secara keseluruhan.
Meskipun tidak jelas menyebutkan keperluannya sebagai tegangan transmisi di
Indonesia, pemerintah telah menyeragamkan deretan tegangan tinggi sebagai berikut :
1. Tegangan nominal (KV) : 30, 70, 150, 220, 380, 500
2. Tegangan tertinggi untuk perlengkapan (KV) : 36, 72.5, 170, 245, 420, 525
Tegangan transmisi 30 KV hanya diperkenankan untuk daerah asuhan dimana
tegangan distribusi 20 KV tidak dipergunakan. Penentuan deretan tegangan diatas disesuaikan
dengan rekomendasi Internasional Electrotechnical Commission (IEC).

3. Komponen-Komponen Utama Dari Saluran Udara


Komponen-komponen utama dari saluran transmisi terdiri dari:
1. Menara transmisi atau tiang transmisi beserta fondasinya
2. Isolator-isolator
3. Kawat penghantar (conductor)
4. Kawat tanah (ground wires)

3.1 Menara Transmisi


Menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran transmisi, yang
biasa berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertualang dan tiang kayu. Tiang-tiang baja,
beton, atau kayu biasanya digunakan pada saluran-saluran dengan tegangan kerja relatif rendah
(dibawah 70 KV) sedang untuk saluran transmisi tegangan tinggi atau ekstra tinggi digunakan
menara baja. Menara baja dibagi sesuai dengan fungsinya, yaitu: menara dukung, menara
sudut, menara ujung, menara percabangan dan menara transposisi.
3.2 Isolator-isolator
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas.
Menurut penggunaan dan konstruksinya dikenal tiga jenis isolator, yaitu: isolator jenis pasak,
isolator jenis pos-saluran dan isolator gantung.
Isolator jenis pasak dan saluran digunakan pada saluran transmisi dengan tegangan
kerja relatif rendah (kurang dari 22-33 KV0), sedang isolator gantung dapat digandeng menjadi
rentengan isolator yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

3.3 Kawat Penghantar


Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah
tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%), tembaga dengan konduktivites 97,5% (CU
97,5%) atau aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%). Kawat penghantar aluminium
terdiri dari berbagai jenis dengan lambing sebagai berikut:
1. AAC = ”All-Aluminium Conductor”, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari
aluminium.
2. AAAC = ”All-Aluminium-Alloy Conductor”, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari campuran aluminium.
3. ACSR = ”Aluminium Conductor, Steel-Reinforced”, yaitu kawat penghantar aluminium
berinti kawat baja.
4. ACAR = ”Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced’, yaitu kawat penghantar aluminium
yang diperkuat dengan logam campuran.
Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi
kelemahannya adalah, untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium,
dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat penghantar aluminium telah menggantikan
kedudukan tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium digunakan campuran aluminium
(Aluminium Alloy). Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara dua
tiang atau menara jauh (ratusan meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi. Untuk itu
digunakan kawat penghantar ACSR.
3.4. Kawat Tanah
Kawat tanah atau “ground wires” juga disebut sebagai kawat pelindung (“shield wires”)
gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap sambaran
petir. Jadi kawat tanah itu dipasang diatas kawat fasa. Sebagai kawat tanah pada umumnya
dipakai kawat baja (steel wires) yang lebih murah, tetapi tidaklah jarang digunakan ASCR

4. Klasifikasi Saluran Transmisi


4.1 Klasifikasi Untuk Keperluan Diagram Pengganti
Untuk keperluan analisa dan perhitungan maka diagram pengganti itu biasanya dibagi
dalam 3 kelas, yaitu:
1. Kawat pendek (<80 km)
2. Kawat menengah (80-250 km)
3. Kawat panjang (>250 km)
Sebenarnya klasifikasi diatas sangat kabur dan sangat relatif. Klasifikasi saluran
transmisi harus didasarkan atas besar kecilnya kapasitansi ketanah. jadi bila kapsitansi ke koil
dengan demikian arus bocor ketanah kecil terhadap arus beban, maka dalam hal ini kapasitansi
ketanah dapat diabaikan dan dinamakan kawat pendek. Tetapi bila kapasitansi sudah mulai
besar sehingga tidak dapat diabaikan, tetapi belum begitu besar sekali sehingga masih dapat
dianggap seperti kapasitansi terpusat (lumped capacitance), dan ini dinamakan kawat
menengah. Bila kapasitansi itu besar sekali sehingga tidak mungkin lagi dianggap sebagai
kapasitansi terpusat dan harus dianggap tebagi rata sepanjang saluran maka dalam hal ini
dinamakan kawat panjang.
Diatas telah disebut bahwa klasifikasi berdasarkan panjang kawat sangat kabur seperti
diketahui makin tinggi tegangan operasi maka kemungkinan timbulnya “corona (gangguan
eksternal seperti gangguan cuaca atau sambaran petir)” sangat besar. Corona ini akan
memperbesar kapasitansi dengan demikian memperbesar arus bocor. Jadi ada kalanya
walaupun panjang saluran hanya 50 km, bila tengangan kerja sangat tinggi (Tegangan Tinggi
Ekstra EHV apalagi Tegangan Tinggi Ultra UHV) maka kapasitansi relatif besar sehingga tidak
mungkin lagi diabaikan walaupun panjang saluran hanya 50 km.
jadi untuk memperoleh hasil yang teliti sebelum kita dapat menggambarkan diagram
pengganti saluran transmisi itu adalah lebih baik bila dihitung terlebih dahulu kapasitansi
termasuk pengaruh corona. Tetapi dalam praktek biasanya sudah cukup mengklasifikasikan
saluran transmisi menurut panjangnya.
4.2 Klasifikasi Saluran Transmisi Menurut Tegangan Kerja
Tegangan transmisi adalah 70, 150, 380, dan 500 KV. Dan klasifikasi menurut
tegangan ini masih belum nyata. Tetapi di negara-negara yang telah maju terutama dalam
bidang transmisi seperti USA, Canada, USSR dimana tegangan transmisi telah mencapai harga
1000 KV maka disana klasifikasi berdasarkan tegangan adalah :
1. Tegangan Tinggi : sampai 130 KV
2. Tegangan Tinggi Ekstra (Extra High Voltage) : antara 225 sampai 765 KV
3. Tegangan Tinggi Ultra (Ultra High Voltage) : diatas tegangan 765 KV
4.3 Klasifikasi Berdasarkan Fungsinya Dalam Operasi
Berdasarkan fungsinya dalam operasi saluran transmisi sering diberi :
a. Transmisi
Yang menyalurkan daya besar dari pusat-pusat pembangkit ke daerah beban atau antara
dua atau lebih sistem. Yang terakhir ini disebut juga sebagai saluran interkoneksi atau “tie-
line”
b. Sub-transmisi
Transmisi percabangan dari saluran yang tinggi ke saluran yang rendah. Seperti
misalnya di indonesia khususnya jakarta dari Jatiluhur ke Cawang tegangannya 150 KV dan
ini disebut saluran transmisi.Sedangkan di daerah Jakarta sendiri tegangan kerja adalah 70 KV
dan ini dinamakan sub-trasmisi
c. Distribusi
Di indonesia telah ditetapkan bahwa tegangan distribsui adalah 20 KV
Metode Simple Impedansi
Digunakan untuk short circuit transmisi line dengan Panjang sampai dengan 50 Km
dengan demikian saluran diasumsikan tidak ada kapasitansi line. Rangkaian di reduksi menjadi
rangkaian seri yang simple yang mempunyai resistansi (R) dan reaktansi (X) per phasa.
Bahwa untuk single phasa line, loop resistansi dan reaktansi untuk kedua beban :
R’ = 2R X’= 2X
Keterangan:
ES= Tegangan ujung penerimaan
ER = Tegangan ujung pengiriman
I = Arus beban
Cos𝜑 = Power factor beban

ES2 = (V. Cos𝜑 + I.R’)2 + (V. Sin𝜑 + I.X’)2

ES = √(V. Cos𝜑 + I. R’)2 + (V. Sin𝜑 + I. X’)2


V.Cos𝜑 + I.R’
Cos𝜑 = Faktor Daya =
𝐸𝑆
OS = Tegangan dikirim
∆OPQ = OQ = ER. Cos𝜑
QR = I.R’
∆ORS = OR = OQ + QR
= ER. Cos𝜑 + I.R’
PQ = ER.Sin 𝜑
ST = I.X’
RS = PQ - ST
RS = ER.Sin 𝜑 – I.X’
OS2 = OR2 + RS2
OS2 = (ER. Cos𝜑 + I.R’)2 + (ER.Sin 𝜑 – I.X’)2

SOAK MID 1 :
1. Satu beban 4000 Kw pada 1,1 KV diterima dari line transmisi satu phasa dengan power
factor 0,9 lagging. Jika resistansi konduktor 0,02 ohm dan resistansi 0,018 ohm. Kalkulasi
tegangan dan power factor ujung pengiriman, abaikan kapasitansi line?
Jawaban:
AC

4000 𝑥 1000
Arus Beban = I =
1100 𝑥 0,9

= 4040 A
= 4,040 kA

Loop resistansi dari line = 2 x 0,018 = 0,036 Ω


Loop reaktansi dari line = 2 x 0,02 = 0,040 Ω

ES2 = (ER. Cos𝜑 + I.R)2 + (ER.Sin 𝜑 + I.X)2


ES2 = (1100 x 0,9 + 4040 x 0,036)2 + (1100 x 0,435 + 4040 x 0,04)2
ES2 = 169,97 x 104

ES2 = √169,97 x 104


ES2 = 1303 V
𝐸𝑅. sin 𝜑 + 𝐼. 𝑥
tan 𝜑𝑠 =
𝐸𝑅. cos 𝜑 + 𝐼. 𝑅
40,97 𝑥 104
tan 𝜑𝑠 =
129 𝑥 104
tan 𝜑𝑠 = 0,3175
𝜑𝑠 = tan−1 0,3175
𝜑𝑠 = 17,61°
Jadi power factor cos 𝜑𝑠 = cos 17,61° = 0,953

2. Dalam penyaluran tenaga listrik dari pembangkit ke konsumen harus melalui jaringan
transmisi dan distribusi. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang sistem distribusi dan
jelaskan pula fungsi sistem distribusi tenaga listrik tersebut?
Jawaban:
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen.

Fungsi distribusi tenaga listrik adalah:


1) Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)
2) Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan,
karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan
distribusi.

3. Dalam pendistribusian sistem tenaga listrik dari pembangkit sampai ke konsumen, dipasang
trafo penaik tegangan (step up) dan trafo penurun tegangan (step down). Apa kegunaan dari
transformator- transfomator yang dipasang pada sistem tersebut?
Jawaban :
1. Trafo Step Up ialah Trafo yang berfungsi untuk menaikan level teganan AC atau taraf dari
rendah ke taraf yang lebih tinggi. Komponen tegangan sekunder dijadikan tegangan Output
yang lebih tinggi yakni dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak lilitan di kumparan
sekundernya sehingga jumlah lilitan kumparan primer lebih sedikit. Trafo step up ini
digunakan sebagai penghubung trafo generator ke grid di dalam tegangan listrik.

2. Trafo Step Down ialah Trafo yang berfungsi menurunkan taraf level tegangan AC dari
taraf yang tinggi ke rendah. Pada Trafo jenis ini, Rasio untuk jumlah lilitan pada kumparan
primer lebih banyak daripada jumlah lilitan pada kumparan yang sekunder.
Trafo step down digunakan untuk mengubah tegangan grid yang tinggi menjadi yang lebih
rendah dimana dapat digunakan untuk peralatan rumah tangga.
4. Perkiraan kebutuhan energi listrik dapat dibedakan dalam beberapa kelompok beban,
sebutkan dan jelaskan secara singkat kelompok- kelompok beban tersebut?
Jawaban:
Berdasarkan jenis konsumen energi listrik, secara garis besar, ragam beban dapatdikla
sifikasikan ke dalam :
 Beban rumah tangga, pada umumnya beban rumah tangga berupa lampu untuk penerangan, a
lat rumah tangga, seperti kipas
angin, pemanas air,lemari es, penyejuk udara, mixer, oven, motor pompa air dan
sebagainya. Beban rumah tangga biasanya memuncak pada malam hari.

 Beban komersial, pada umumnya terdiri atas penerangan untuk reklame, kipas
angin, penyejuk udara dan alat – alat listrik
lainnya yang diperlukan untuk restoran. Bebanhotel juga diklasifikasikan sebagi
beban komersial (bisnis) begitu juga perkantoran. Beban ini secara drastis naik di siang hari
untuk beban perkantoran dan pertokoan danmenurun di waktu sore
 Beban industri dibedakan dalam skala kecil dan skala besar. Untuk skala kecil
banyak beropersi di siang hari sedangkan industri besar sekarang ini banyak
yang beroperasisampai 24 jam.
 Beban Fasilitas Umum

5. Listrik merupakan bentuk energi yang paling cocok dan nyaman bagi manusia modern.
Sebutkan dan jelaskan bagian- bagian cara pendistribusian sistem tenaga listrik dari pusat
pembangkit sampai ke konsumen?
6 kV/ 380V

70 kV/ 20 kV 20 kV/ 6 kV 6 kV/ 380V


Distribusi
6 kV/ 20 kV Sekunder
T T T
s

GI 1 T
6 kV/ 380V

T
20 kV/ 70 kV 70 kV/ 20 kV 20 kV/ 9 kV

T T T

Diturunkan
(Distribusi Primer)
12 kV/ 20 kV
s

70 kV/ 20 kV
GI 2 T

Sub Transmisi T

Pembangkit
Distribusi Transmisi

Berdasarkan pembagian di gambar, fungsi dari masig-masing subtitusi dapat dijelaskan


sebagai berikut :
1. Bagian Pembangkit , berperan sebagai sumber daya tenaga listrik dan disebut sebagai
produsen energi yang meliputi :
a. Generator : Apabila terjadi gangguan antara pembangkit dan GI, maka generator
akan hancur outputnya berbeda :
20 kV, 12 kV, 6kV (JTM)
b. Gardu induk : Berisi trafo , fungsi trafo stabilisasi tegangan pada GI
- Transmisi
- Pembangkit

2. Sistem transmisi berfungsi sebagai penyalur daya listrik secara besar-besaran dan
pembangkit ke distribusi.
- Saluran Transmisi
- Gardu Induk
- Saluran Subtransmisi

3. Sistem distrbusi berperan sebagai distributor energi listrik ke konsumen.


- Gardu Induk Distribusi
- Saluran Distribusi Primer
- Gardu Distribusi
- Saluran Distribusi Sekunder

Anda mungkin juga menyukai