NIM : (186080021)
Rudi adalah seorang apoteker Kepala Instalasi Farmasi RS (IFRS) Sejahtera. RS Sejahtera
terletak di Jakarta Timur yang luasnya kira-kira 3,5 Ha merupakan RS umum pusat vertikal yang
menerima pasien BPJS. RS tsb memiliki tempat tidur sejumlah 750 buah Seorang pasien BPJS
rawat inap bernama Tuti perlu dirawat karena menderita penyakit diabetes sejak tanggal 20 Mei
2019Pasien tsb mendapat resep R/ Metformin 500 mg
. S2x1
R/ Lipitor 20 mg
S 1x1
R/ Zyloric 100 mg
S1x1
Pada bulan Mei 2019 Rudi diminta oleh Direktur Utama untuk menghitung berapa kebutuhan
dana untuk pengadaan obat tahun 2020. Data pada tahun sebelumnya adalah :Pendapatan obat
untuk pasien rawat inap sebesar Rp. 12 M / bulanJumlah pasien yang dirawat sebanyak 700
orang/ bulan Pendapatan obat untuk pasien rawat jalan sebesar Rp 6 M / bulan Jumlah resep
pasien rawat jalan sebanyak 600 lembar/ bulan Rata-rata keuntungan obat IFRS adalah 20 %
Prediksi Inflasi 10 % Rencana pengembangan untuk tahun 2020 adalah 10 %. IFRS
melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu
Pertanyaan :
1. Bagaimana Rudi menghitung berapa dana yang diperlukan oleh Instalasi Farmasi untuk
kebutuhan pasien rawat inap dan pasien rawat jalan tahun 2020 untuk diserahkan kepada Dirut
RS ? =
2. Ketika Rudi membuat perencanaan obat, metoda apa yang digunakan untuk
pembelian obat agar memudahkan pekerjaan tsb
jawab : metode pengadaan yang digunakan adalah Metode Morbiditas. Metode morbiditas
adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit, waktu tunggu, dan stok pengaman.
2) . Menyiapkan data populasi penduduk. Komposisi demografi dari populasi yang akan
diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin untuk umur antara : • 0 s/d 4 tahun. • 5 s/d 14 tahun.
16 • 15 s/d 44 tahun. • ≥ 45 tahun.
6). Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan datang
3. Panitia pengadaan menggunakan metoda pembelian yang termudah untuk obat pasien
perorangan dan sediaan yang dipakai bersama. Beri contohnya sediaan yang digunakan
bersama.
4. Apa saja persyaratan penerimaan sediaan farmasi untuk obat dan untuk alatKesehatan
Jawab : Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Persyaratannya
a.Cairan Infus
Jawab :
Produk disarankan untuk disimpan pada suhu kamar (25°C); namun, paparan singkat hingga
40°C tidak mempengaruhi produk secara negatif
b.Injeksi Adrenalin
Jawab : diletakkan di tempat yang terlindungi dari cahaya, panas ekstrem dan pembekuan serta
di simpan ditempat yang sejuk
c.Vaksin
Jawab : Menurut petunjuk WHO dalam Inisiatif Pengelolaan Penyimpanan Vaksin yang Efektif
(2003), pengambilan vaksin harus menggunakan peralatan rantai dingin vaksin yang sudah
ditentukan, misalnya cold box atau vaccine carrier atau termos. Sebelum memasukkan vaksin ke
dalam alat pembawa, petugas harus memeriksa indikator vaksin (VVM) kecuali vaksin BCG.
Vaksin yang boleh digunakan hanya bila indikator VVM A atau B, sedangkan bila VVM pada
tingkat C atau D, vaksin tidak diterima karena tidak dapat digunakan lagi. Selanjutnya ke dalam
vaccine carrier dimasukkan kotak cair dingin (cool pack) dan di bagian tengah diletakkan
termometer. Vaccine carrier yang telah berisi vaksin, selama perjalanan tidak boleh terkena sinar
matahari langsung.
gas medis dengan posisi berdiri, terikatdan diberi penandaan untuk menghindari
kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari
tabung gas media yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus
menggunakan tutup demi keselamatan.
e.Obat LASA :
Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (Hight Alert Medication), harus disimpan di
tempat terpisah , akses terbatas dan diberi tanda khusus (misalnya: area penyimpanan ditandai
dengan selotib berwarna merah dan diberi stiker “Hight Alert”
g.Sitostatika
Jawab :
h.Morfin injeksi
Jawab : Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan
tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan.
I. Metformin
Jawab : bat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan
tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat
ini mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada
kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan
anak-anak dan hewan peliharaan
j.Kapas
Jawab : dilihat dari jumlah tempat tidur di rumah sakit, RS Sejahtera termasuk kelas tipe B1
Tenaga kefarmasian :
a) 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b) 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh)
tenaga teknis kefarmasian;
c) 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis
kefarmasian;
d) 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua) tenaga teknis
kefarmasian;
e) 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis
kefarmasian;
f) 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah
Sakit;
g) 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan
farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
7. Apabila jumlah tenaga kerja mencukupi, maka sistem distribusi obat apa yang
diusulkan Rudi untuk RS Sejahtera agar pemberian obatnya efektif dan efisien ?
Bagaimana pengaturan obat untuk pasien Tuti selama dirawat inap?
8. Apa saja obat pasien Tuti yang perlu diperinci ketika Tuti hendak pulang
Jawab : a. metformin 500 mg, diminum 2 kali sehari saat makan ataus egera sesudah makan.
Tetap dipantau kadar gula dalam darah setiap pagi hari
B. Lipitor bisa dihentikan jika kadar kolesterol sudah dibawag 200 mg/dl. Lipitor adalah
golongan statin yang dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Sehingga harus tetap dipantau
untuk penderita diabetes tipe II atau jika terjadi efek samping, langsung berkonsultasi kembali
pada dokter
C. Zyloric adalah obat untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah.dihentikan saat kadar
asam urat sudah dibawah 6,5 mg/dl
10. Jelaskan pendapat Sdr sehubungan dengan peningkatan pelayanan RS, maka apa saja
yang diperlukan tentang kebutuhan pelayanan kefarmasian apabila jumlah tempat tidur
RS akan ditambah sebanyak 60 buah
Pasal 5
(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan
Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian yang meliputi: a. monitoring; dan b. evaluasi
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
(2) Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit melalui sistem satu pintu.
(3) Instalasi Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Apoteker
sebagai penanggung jawab.
(4) Dalam penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dapat dibentuk satelit
farmasi sesuai dengan kebutuhan yang merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit. -
8- Pasal 7 (1) Setiap Tenaga Kefarmasian yang menyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini. (2) Setiap pemilik Rumah Sakit, direktur/pimpinan Rumah Sakit, dan
pemangku kepentingan terkait di bidang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus
mendukung penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jika jumlah tempat tidur ditambah 60 buah, maka rumah sakit harus menyediakan sarana
prasarana yang memadai untuk mendukung pelayanan RS oleh instalasi farmasi.
A. Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan Rumah
Sakit yang ditetapkan oleh Menteri
B. Persyaratan SDM Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pelayanan Kefarmasian harus di
bawah supervisi Apoteker. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi
persyaratan administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku
a. Beban Kerja Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu: 1) kapasitas tempat tidur dan Bed Occupancy
Rate (BOR); 2) jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen, klinik dan
produksi); 3) jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor stock) per hari; dan 4) volume
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan Kefarmasian rawat inap dan rawat jalan,
maka kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan untuk pelayanan farmasi yang lain seperti di
unit logistik medik/distribusi, unit produksi steril/aseptic dispensing, unit pelayanan informasi
Obat dan lain-lain tergantung pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan yang dilakukan
oleh Instalasi Farmasi.
Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan Kefarmasian di rawat inap dan rawat jalan,
diperlukan juga masing-masing 1 (satu) orang Apoteker untuk kegiatan Pelayanan Kefarmasian
di ruang tertentu, yaitu: 1) Unit Gawat Darurat; 2) Intensive Care Unit (ICU)/Intensive Cardiac
Care Unit (ICCU)/Neonatus Intensive Care Unit (NICU)/Pediatric Intensive Care Unit (PICU);
3) Pelayanan Informasi Obat; Mengingat kekhususan Pelayanan Kefarmasian pada unit rawat
intensif dan unit gawat darurat, maka diperlukan pedoman teknis mengenai Pelayanan
Kefarmasian pada unit rawat intensif dan unit rawat darurat yang akan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.
c. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan Setiap staf di Rumah Sakit harus diberi
kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Peran Kepala Instalasi
Farmasi dalam pengembangan staf dan program pendidikan meliputi:
1) menyusun program orientasi staf baru, pendidikan dan pelatihan berdasarkan kebutuhan
pengembangan kompetensi SDM.
2) menentukan dan mengirim staf sesuai dengan spesifikasi pekerjaan (tugas dan tanggung
jawabnya) untuk meningkatkan kompetensi yang diperlukan.
Apoteker yang terlibat dalam penelitian harus mentaati prinsip dan prosedur yang
ditetapkan dan sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian yang berlaku. Instalasi Farmasi harus
melakukan pengembangan Pelayanan Kefarmasian sesuai dengan situasi perkembangan
kefarmasian terkini. Apoteker juga dapat berperan dalam Uji Klinik Obat yang dilakukan di
Rumah Sakit dengan mengelola ObatObat yang diteliti sampai dipergunakan oleh subyek
penelitian dan mencatat Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) yang terjadi selama
penelitian.
a. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri dari: -46- 1) Ruang
Kantor/Administrasi Ruang Kantor/Administrasi terdiri dari: a) ruang pimpinan b) ruang staf c)
ruang kerja/administrasi tata usaha d) ruang pertemuan
2) Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Rumah
Sakit harus mempunyai ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, serta harus memperhatikan kondisi
sanitasi, temperatur, sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas, terdiri dari:
a) Kondisi umum untuk ruang penyimpanan: (1) Obat jadi (2) Obat produksi (3) bahan baku
Obat (4) Alat Kesehatan
b) Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan: (1) Obat termolabil (2) bahan laboratorium dan
reagensia (3) Sediaan Farmasi yang mudah terbakar (4) Obat/bahan Obat berbahaya
(narkotik/psikotropik) 3) Ruang distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai Ruang distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
terdiri dari distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai rawat jalan
(apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit farmasi).
ruang distribusi harus cukup untuk melayani seluruh kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Rumah Sakit. Ruang distribusi terdiri dari: -47- a)
Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan, di mana ada ruang khusus/terpisah untuk
penerimaan resep dan peracikan. b) Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat secara
sentralisasi maupun desentralisasi di masing-masing ruang rawat inap. 4) Ruang konsultasi /
konseling Obat Ruang konsultasi/konseling Obat harus ada sebagai sarana untuk Apoteker
memberikan konsultasi/konseling pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
kepatuhan pasien. Ruang konsultasi/konseling harus jauh dari hiruk pikuk kebisingan lingkungan
Rumah Sakit dan nyaman sehingga pasien maupun konselor dapat berinteraksi dengan
baik. Ruang konsultasi/konseling dapat berada di Instalasi Farmasi rawat jalan maupun rawat
inap.
4) Ruang Pelayanan Informasi Obat Pelayanan Informasi Obat dilakukan di ruang tersendiri
dengan dilengkapi sumber informasi dan teknologi komunikasi, berupa bahan pustaka dan
telepon.
5) Ruang produksi; Persyaratan bangunan untuk ruangan produksi harus memenuhi kriteria:
a) Lokasi Lokasi jauh dari pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air tanah).
b) Konstruksi Terdapat sarana perlindungan terhadap: (1) Cuaca (2) Banjir (3) Rembesan air (4)
Binatang/serangga
c) Rancang bangun dan penataan gedung di ruang produksi harus memenuhi kriteria: -48- (1)
Disesuaikan dengan alur barang, alur kerja/proses, alur orang/pekerja.
6) Pengendalian lingkungan terhadap: (a) Udara; (b) Permukaan langit-langit, dinding, lantai dan
peralatan/sarana lain; (c) Barang masuk; (d) Petugas yang di dalam.
7) Luas ruangan minimal 2 (dua) kali daerah kerja + peralatan, dengan jarak setiap peralatan
minimal 2,5 m. (4) Di luar ruang produksi ada fasilitas untuk lalu lintas petugas dan barang. d)
Pembagian ruangan (1) Ruang terpisah antara Obat jadi dan bahan baku; (2) Ruang terpisah
untuk setiap proses produksi; (3) Ruang terpisah untuk produksi Obat luar dan Obat dalam; (4)
Gudang terpisah untuk produksi antibiotik (bila ada); (5) Tersedia saringan udara, efisiensi
minimal 98%; (6) Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu harus: (a) Kedap air; (b)
Tidak terdapat sambungan; (c) Tidak merupakan media pertumbuhan untuk mikroba; (d) Mudah
dibersihkan dan tahan terhadap bahan pembersih/desinfektan. e) Daerah pengolahan dan
pengemasan (1) Hindari bahan dari kayu, kecuali dilapisi cat epoxy/enamel;
8) Persyaratan ruang produksi dan ruang peracikan harus memenuhi kriteria sesuai dengan
ketentuan cara produksi atau peracikan obat di Rumah Sakit. Rumah Sakit -49- yang
memproduksi sediaan parenteral steril dan/atau sediaan radiofarmaka harus memenuhi Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
10) Laboratorium Farmasi Dalam hal Instalasi Farmasi melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan yang membutuhkan ruang laboratorium farmasi,
“Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Di Susun Oleh :
BERTHA (186080021)
PROGRAM PASCASARJANA
TAHUN 2019