Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

ECO-BRIQUETTE DARI KOMPOSIT BONGGOL PISANG,


LUMPUR IPAL PT.SIER DAN PLASTIK JENIS LDPE
Feiza Amelia C., Rachmat Boedisantoso dan IDAA Warmadewanthi
Environmental Engineering of Civil Engineering and Planning - Institute of Technology
Sepuluh Nopember Surabaya
Email: fiza_rabbit@yahoo.com, boedisantoso@its.ac.id, warma@its.ac.id

ABSTRAK

Bonggol pisang merupakan limbah perkebunan yang jumlahnya terus


meningkat. Bonggol pisang selain sifatnya sebagai limbah juga memiliki nilai kalor
yang tinggi yaitu sebesar 3.196,29 Kal/g. Sama halnya dengan lumpur IPAL PT.SIER
dan plastik jenis low density polyethylene (LDPE). Kedua jenis limbah tersebut
memiliki nilai kalor yang tinggi yaitu sebesar 2.252,76 Kal/g dan 11.095,24 Kal/g.
Berdasarkan tingginya nilai kalor dari ketiga bahan tersebut maka bahan ini dapat
dijadikan sebagai alternatif bahan bakar, yaitu eco-briquette. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan komposisi dan karakteristik eco-briquette terbaik dan
mendapatkan eco-briquette ramah lingkungan ditinjau dari segi emisinya.
Dalam penelitian ini pembuatan eco-briquette dilakukan dengan proses karbonisasi dan
non-karbonisasi. Eco-briquette dibuat dengan mencampurkan bonggol pisang, dengan
sampah plastik LDPE dan lumpur IPAL PT SIER pada komposisi yang berbeda-beda.
Dalam pencetakkan eco-briquette, digunakan perekat dari bahan tapioka/kanji. Setelah
dilakukan pencetakkan lalu diukur kadar air, kadar volatile solids, kadar abu, nilai kalor,
kuat tekan, uji emisi serta analisis biaya.
Pada penelitian ini eco-briquette terbaik pada jenis karbonisasi dan non-
karbonisasi yaitu jenis NK1 (32% plastik LDPE, 48% lumpur non-karbonisasi, 20%
pisang non-karbonisasi) dan K1 (32% plastik LDPE, 48% lumpur karbonisasi, 20%
pisang karbonisasi) yang masing-masing memiliki nilai kalor terbaik yaitu 4.414,57
Kal/g dan 3.904,14 Kal/g. Namun dari uji emisi menunjukkan tingkat emisi jenis K1
lebih baik dari jenis NK1. Uji emisi menunjukkan bahwa jenis K1 mempunyai
karakteristik emisi dibawah standar emisi pada Permen ESDM No. 047 Tahun 2006.
Berdasarkan besarnya biaya, pembuatan eco-briquette tergantung dengan tingginya nilai
kalor. Semakin tinggi nilai kalor eco-briquette semakin besar biaya produk yang
dihasilkan. Jenis eco-briquette K1 memiliki biaya sebesar Rp 0,72 per kkal dan Rp
2.811,- per kg.

Kata kunci: Eco-briquette, Lumpur PT. SIER, Plastik LDPE, Bonggol Pisang

PENDAHULUAN
Meningkatnya limbah sampah plastik, limbah lumpur dan hasil samping produk
pisang menjadi dasar dalam penelitian pembuatan briket, dengan menggabungkan
ketiga jenis limbah tersebut. Pada penelitian ini, bahan briket yang dipilih menggunakan
jenis plastik Low Density Polyethylene (LDPE), komposit lumpur IPAL PT.SIER dan
bonggol pisang.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan komposisi dan karakteristik
briket terbaik dari campuran sampah plastik LDPE, lumpur IPAL dan bonggol pisang
yang bersifat ramah lingkungan ditinjau dari tingkat emisi hidrokarbon (HC), karbon
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

monoksida (CO), dan karbon dioksida (CO2) pada saat pembakaran, serta harga yang
terjangkau oleh masyarakat.

BONGGOL PISANG
Pisang termasuk tanaman serba guna karena semua bagian tanamannya, mulai
dari bonggol (umbi batang pisang), batang, bunga, buah, sampai kulit buahnya dapat
dimanfaatkan. Bonggol pisang dimanfaatkan untuk diambil patinya. Pati ini menyerupai
pati tepung sagu dan tepung tapioka.
Adapun kandungan kimia bonggol pisang pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Komposisi Kimia Bonggol Pisang
Kalori Protein Lemak H. Arang Ca P Fe Vitamin Air
A B C
(%) (%)
(SI) (mg) (mg)
Basah 43 0,6 - 11,6 15 60 0,5 - 0,01 12 86
Kering 245 3,4 - 66,2 60 150 2 - 0,04 4 20
(Daftar Komposisi Bahan Makanan, Dir.
Gizi, 1979, dalam Muslim, 2008)
Berdasarkan komposisi kimia, bonggol pisang dapat dipergunakan sebagai
bahan makanan yang cukup baik, karena bonggol pisang cukup banyak mengandung
karbohidrat (66,2%), maka pemanfaatannya sebagai bahan makanan (pengganti beras
dan gandum paling sederhana) dan juga dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan alkohol. Alkohol tersebut dapat berfungsi sebagai pengganti bahan bakar
minyak (BBM) (Muslim 2008).

LUMPUR IPAL PT. SIER


Lumpur IPAL dari PT. SIER mengandung bahan organik dan bahan anorganik
(logam-logam). Lumpur berasal dari Sludge Drying Bed, dimana sebagian besar
merupakan biomassa yang berasal dari pengolahan biologis mengandung jumlah
organik sebesar 66,707 %. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan bomb
calorimeter didapatkan nilai kalor untuk lumpur IPAL PT SIER yang berasal dari
Sludge Drying Bed sebesar 2252,76 cal/g. (Putri, 2008).

SAMPAH PLASTIK Low Density Polyethylene (LDPE)


LDPE memiliki titik leleh 100ºC (Mustafa, 1993) dan memiliki nilai kalori
sebesar 46,6 MJ/kg (11.095,24 Kal/g). Nilai kalor dari LDPE lebih besar dibandingkan
nilai kalor dari HDPE. Hal ini disebabkan HDPE memiliki densitas yang lebih besar
(Kartikasari, 2008). Namun, plasik jenis ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan
dan ketahanan untuk putus yang tinggi. Titik lelehnya berkisar antara 105-115oC.
Biasanya digunakan untuk mangkuk, botol dan wadah/kemasan (Julie, 2006, dalam
Wulandari, 2008). Selain itu plastik jenis LDPE ini memiliki kelembaban yang rendah
sehingga tidak membutuhkan suhu yang tinggi untuk mencapai temperatur
pembakarannya (Sorum et al, 2001).

ISBN : 978979-99735-9-7
D-19-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

KARBONISASI
Proses karbonisasi ini melalui pengarangan dengan memasukkan batu bara pada
suhu antara 550-600 C selama 5-6 jam, di mana hasil yang diperoleh dan pengarangan
hanya sekitar 50% dari berat awal.
Tujuan dari proses Karbonisasi adalah menaikkan kadar karbon padat dan
menghilangkan sebagian zat terbang sehingga dihasilkan semi kokas dengan kandungan
zat terbang yang ideal 8-15% dengan nilai kalori yang cukup tinggi di atas 6.000
kkal/kg (Anonim, 2009a).

STANDAR EMISI KOMPOR BERBAHAN BAKAR BRIKET BATU BARA


Berdasarkan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral No. 047 Tahun
2006, standar emisi kompor briket batubara dan bahan bakar berbasis batubara dapat
dilihat pada Tabel 2. Dari tabel dapat dilihat nilai ambang batas maksimum dari briket
batubara.

Tabel 2 Standar Emisi Kompor Briket Batubara dan Bahan Bakar Berbasis Batubara

No. Parameter Batas Maksimum (mg/Nm3)


1. Total Partikel 250
2 Karbon Monoksida, CO 726
3 Sulfur Dioksida, SO2 130
4 Nitrogen Oksida, NO2 140
Keterangan:
 Nitrogen Oksida meliputi Nitrogen Dioksida (NO2) dan Nitrogen Monoksida (NO),
dinyatakan dalam NO2.
 Konsentrasi gas dan partikel dikoreksi terhadap 10% O2.
 Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).

METODA PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lumpur IPAL, bonggol
pisang, plastik LDPE, lem kanji, natrium nitrat, dan bentonit. Sedangkan peralatan yang
gunakan dalam pembuatan briket adalah alat cetak briket, wadah untuk pengeringan,
penghancur dan ayakan, wadah untuk pembuatan formula briket, neraca analitik, reaktor
karbonisasi, furnace dan oven. Alat pencetak briket dapat dilihat seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Alat Pencetak Briket

Penelitian ini akan dilakukan dengan 2 (tiga) variabel pengujian, yaitu:


 Variasi metode pembuatan briket (Karbonisasi dan Non-Karbonisasi)
 Variasi komposisi dari bahan briket

ISBN : 978979-99735-9-7
D-19-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

Variasi briket untuk plastik dan lumpur selalu berbanding 40% dan 60%,
sedangkan untuk bahan bonggol pisang sendiri dengan persentase 100% sebagai
kontrol.
Tabel 3 Variasi Komposisi dan Kode Briket

No. Kode briket Kode briket dan Komposisi


1. NK1 (32% LDPE, 48%LN, 20% PN)
2. NK2 (24% LDPE, 36%LN, 40% PN)
3. NK3 (16 LDPE, 24%LN, 60% PN)
4. NK4 (8% LDPE, 12%LN, 80% PN)
5. K1 (32% LDPE, 48%LK, 20% PK)
6. K2 (24% LDPE, 36%LK, 40% PK)
7. K3 (16 LDPE, 24%LK, 60% PK)
8. K4 (8% LDPE, 12%LK, 80% PK)
9. C1 (40% LDPE dan 60% LN)
10. C2 (40% LDPE dan 60% LK)
11. C3 (100% PK)
12. C4 (100% PN)
Keterangan:
NKx = Briket non karbonisasi
Kx = Briket karbonisasi
C = Briket kontrol (pembanding)
PN = Bonggol pisang non karbonisasi
PK = Bonggol pisang karbonisasi
LN = Lumpur non karbonisasi
LK = Lumpur karbonisasi

Parameter yang digunakan dalam pengujian mutu briket adalah kadar air, kadar
volatile solids, kadar abu, nilai kalor, dan compressive strength. Dari seluruh komposisi
sampel briket yang dihasilkan, dipilih 2 sampel terbaik yang akan diukur kualitas gas
buangnya, yaitu CO, CO2, NOx dan hidrokarbon.

HASIL DAN DISKUSI


Analisis karakteristik awal dilakukan dengan menguji proximate dan nilai kalor
masing-masing bahan briket. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode
garvimetri.
Tabel 4 Karakteristik Bahan Baku Briket
Kadar
Nilai Kalor Kadar air Volatile Kadar Abu
Jenis bahan
Solids
(Kal/gr) (%) (%) (%)
Bonggol Pisang Non
1835.26 12.12 66.28 21.60
Karbonisasi
Bonggol Pisang
4102.22 13.51 22.01 64.48
Karbonisasi
Lumpur Non
3060.31 6.41 65.54 28.04
Karbonisasi
Lumpur Karbonisasi 3083.81 4.36 49.79 45.84
Sampah Plastik LDPE 11758.30 0.09 98.53 1,08

ISBN : 978979-99735-9-7
D-19-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

Tabel 5 Karakteristik Formula Briket


Nilai Kalor Kadar air Kadar Volatile Solids Kadar Abu
Jenis bahan
(Kal/gr) (%) (%) (%)
Tapioka/kanji 4828,39 7,65 92,23 0,023
Natrium Nitrat -** 0,16 25,272 50,156
Bentonit -** 7,076 7,492 82,391
Keterangan:
** Hasil uji tidak keluar

Bonggol pisang karbonisasi mengalami perlakuan dengan cara dicacah hingga


halus dan dibakar pada suhu >250˚C dengan reaktor hingga menjadi arang. Pada proses
non-karbonisasi bonggol pisang dicacah hingga halus kemudian dikeringkan dengan
cara dioven pada suhu 105˚C selama 24 jam dengan tanpa pirolisis. Pengeringan ini
bertujuan untuk mengurangi kadar air agar dapat mudah diayak hingga homogen.
Namun, hasil ayakan ini masih mengandung bahan zat volatile yang cukup tinggi yang
berpengaruh pada nilai kalor. Perlakuan untuk lumpur juga sama seperti bonggol pisang
dengan dikeringkan dalam oven agar kandungan air teruapkan.

Kadar Air
Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung
dalam briket. Dimana kandungan air dalam briket dapat teruapkan sehingga briket
memiliki kadar air yang relatif lebih kecil dari semula. Briket yang telah dicetak,
dikeringkan dalam oven selama satu hari dengan suhu 105˚C.
Dari pengujian kadar air tersebut dapat dilihat bahwa nilai kadar tertinggi tidak
melebihi 10%. Seperti dikemukakan oleh Yaman et al, (2001) bahwa nilai kadar air
briket berbahan biomassa tidak lebih dari 15%. Grafik membentuk trend, yaitu semakin
besar persentase bonggol pisang dan kecilnya persentase plastik pada briket maka
semakin tinggi kadar air produk yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya semakin kecil
persentasi bonggol pisang dan besar persentase plastik nilai kadar air semakin kecil.

Gambar 2 Grafik Uji Kadar Air Briket

Kadar Volatile Solids


Tujuan dari pengujian kadar volatile solids yaitu untuk menunjukan jumlah
bahan organik yang dapat teruapkan pada proses pembakaran. Prinsip pengukurannya
dilakukan dengan pemanasan pada suhu 550˚C selama 1 jam. Berdasarkan penelitian

ISBN : 978979-99735-9-7
D-19-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

yang dilakukan Paulrud dan Nilson (2001), volatile solids tertinggi pada briket berbahan
biomassa dari rumput kenari non-karbonisasi yaitu sebesar 81%.

Gambar 3 Grafik Uji Volatile Solids Briket

Grafik menunjukkan trend saling berkebalikan yaitu briket berbahan non-


karbonisasi dan karbonisasi. Pada bahan briket jenis non-karbonisasi dengan semakin
besar persentase bonggol pisang volatile solids semakin naik (NK1-NK4), sedangkan
pada briket berbahan karbonisasi semakin besar persentase bonggol pisang volatile
solids semakin turun (K1-K4). Hal ini disebabkan kandungan volatile solids briket
berbahan karbonisasi sebagian besar telah banyak hilang pada saat proses karbonisasi
dengan pembakaran suhu ±250˚C.

Uji Nilai Kalor


Menurut pendapat yang dikemukakan Lestari (2005), nilai kalor didefinisikan
sebagai energi panas maksimum yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar melalui
pembakaran sempurna. Nilai kalor yang dihasilkan akan menentukan kualitas dari suatu
briket.

Gambar 4 Grafik Uji Nilai Kalor Briket

Grafik membentuk trend antara nilai kalor dengan penambahan persentase


plastik. Gambar diatas menunjukkan trend semakain banyak penambahan persentase
plastik maka nilai kalor semakin naik, begitu juga sebaliknya semakin kecil persentase
plastik maka semakin turun nilai kalor. Nilai kalor tertinggi dimiliki oleh briket jenis

ISBN : 978979-99735-9-7
D-19-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

kontrol (C2) 4.495,82 Kal/g dengan kandungan persentase plastiknya lebih besar dari
persentase lumpur. Selain itu nilai kalor tertinggi berbahan non-karbonisasi dan
karbonisasi dimiliki oleh briket jenis NK1 dan K1 yaitu masing-masing sebesar
4.414,57 Kal/g dan 3.904,14 Kal/g.

Kadar Abu
Pengujian kadar abu bertujuan untuk mengetahui kadar pengotor yang
dikandung briket, karena merupakan residu dari sisa pembakaran. Adanya bahan
pengotor, menyebabkan pembakaran cepat menjadi abu sehingga mengurangi kualitas
briket yang dapat menurunkan nilai kalor. Berat residu ini tersisa setelah pembakan
pada suhu 550˚C dengan menggunakan furnace.
Grafik menunjukkan trend antara kadar abu dengan jenis briket. Penyebab
utama yang menyebabkan adanya perbedaan nilai kadar abu adalah komposisi awal
bahan baku yang berbeda. Semakin besar persentase bahan bonggol pisang jenis
karbonisasi maka semakin besar kadar abunya.

Gambar 5 Grafik Uji Kadar Abu Briket

Hal ini juga didukung dengan proses pembuatan briket karbonisasi berbahan
bonggol pisang dimana kadar abu yang dihasilkan cukup tinggi. Pada jenis briket non-
karbonisasi dan karbonisasi memiliki kandungan abu yaitu berkisar antara 21,49%-
28,78% dan 42,34% dan 53,08%. Brket jenis kontrol kandungan abunya berkisar antara
20,20%-60,37%.

Uji Kuat Tekan


Uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui akan kuat pecahnya briket. Selain itu
juga kuat tekan menunjukkan kekuatan pengikatan antar partikel dalam suatu sampel.
Analisis kuat tekan digunakan untuk mengetahui kekuatan dari suatu produk jika
dikenai suatu beban dengan tekanan tertentu. Hal ini penting untung mengetahui
seberapa besar ketahanan briket pada saat pengangkutan dan penyimpanan. Apabila
kuat tekannya rendah maka briket memiliki kualitas yang jelek karena rentan pecah dan
rapuh. Pengaruhnya kuat tekan disebabkan karena bonggol pisang non-karbonisasi
memiliki serat yang tebal dan kuat, serta jenis plastik LDPE yang bersifat elastis dengan
didukung lem kanji sebagai perekat untuk briket.

ISBN : 978979-99735-9-7
D-19-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

Gambar 6 Grafik Uji Kuat Tekan Briket

Dapat diketahui bahwa kuat tekan tertinggi dimiliki oleh briket NK4 dengan
komposisi 8% plastik LDPE, 12% lumpur non-karbonisasi, 80% pisang nonkarbonisasi
yaitu sebesar 1,25 kg/cm2. Namun hasil analisis briket berbahan biomassa ini lebih kecil
dari standar kuat tekan briket bio-batubara pada Permen ESDM No. 047 Tahun 2006
yaitu sebesar 65 kg/cm2.

Uji Emisi
Uji emisi ini bertujuan untuk mengetahui apakah briket yang dihasilkan
memiliki mutu terbaik ramah lingkungan ditinjau dari tingkat emisi CO2, CO, NOx dan
hidrokarbon (HC).
Tabel 4 Analisis Emisi Briket
Sampel Emisi Gas Buang (mg/Nm3)
No Kode CO2 CO NOx CxHy
1 NK1 662 810 172 17
2 K1 433 652 138 10
Baku Mutu* - 726 140 -
Keterangan:
*Bakumutu : Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral No 047 Tahun 2006
tentang Standar Emisi Kompor dengan Bahan Bakar Briket Batubara dan
Kompor dengan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara.

Dari tabel dapat dilihat bahwa briket jenis K1 memiliki kualitas emisi lebih baik
dari jenis briket NK1. Kadar CO (810mg/Nm3) dan CO2 (662mg/Nm3) pada jenis briket
NK1 tidak memenuhi Standar Batas Maksimum yang ditentukan. Adanya kandungan
CO dan CO2 menunjukkan bahwa terjadi pembakaran tidak sempurna. Jenis NK1 yang
memilki emisi NOx (172mg/Nm3) juga tidak memenuhi baku mutu. Hal ini dipengaruhi
karena tingginya temperatur dan lamanya pembakaran. Dengan demikian jenis briket
K1 lebih ramah lingkungan bila digunakan sebagai bahan bakar.

Pemilihan Eco-Briquette Terbaik


Eco-briquette adalah bahan bakar yang bersifat ramah lingkungan yang dapat
digunakan sebagai alternatif energi. Ramah lingkungan disini diartikan dalam bahan
baku pembuatan eco-briquette diambil dari sampah yang dimanfaatkan kembali untuk
dijadikan suatu energi.

ISBN : 978979-99735-9-7
D-19-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

Tabel 6 Karakteristik Eco-Briquette Terbaik


Kadar Air Kadar Volatile Solid Kadar Abu Nilai Kalor
Jenis Briket
(%) (%) (%) (Kal/g)
K1 4,33 53,33 41,99 3904,14
Hasil Uji Emisi (mg/Nm3)
Jenis Briket CO2 CO NOx CxHy
K1 433 652 138 10

Analisis Biaya
Berdasarkan perbandingan biaya briket yang didapat dengan biaya briket
batubara dan briket arang kayu dapat dilihat bahwa biaya untuk briket batubara masih
lebih murah. Seperti yang dilihat pada jenis eco-briquette K1 biaya yang dihasilkan
lebih mahal. Akan tetapi bila dibandingkan dengan biaya briket arang kayu, eco-
briquette jenis K1 lebih murah dari briket arang kayu. Besarnya biaya yang dihasilkan
dalam pembuatan briket ini sebanding dengan reduksi sampah untuk menghasilkan
energi.
Tabel 7 Perbandingan dengan Harga Briket
Produk Harga per kg (Rp/kg)
NK1 1946.49
NK2 1684.91
NK3 1408.88
NK4 1228.85
K1 2811.66
K2 2536.18
K3 2342.64
K4 2013.84
C1 3381.39
C2 3032.48
C2 3032.48
C2 3032.48
C3 1825.10
C4 1852.07
Briket Batubara 2.000,00
Briket arang kayu 5.500,00

KESIMPULAN
Berdasarakan penelitian tang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil uji
emisi eco-briquette jenis K1 dibandingkan dengan NK1 lebih ramah lingkungan dengan
tingkat emisi yaitu CO2 (433 mg/Nm3), CO (652 mg/Nm3), NOx (138 mg/Nm3) dan HC
(10 mg/Nm3). Jenis K1 memiliki komposisi 32% plastik LDPE, 48% lumpur
karbonisasi, 20% pisang karbonisasi. Biaya yang dibutuhkan untuk eco-briquette
produk K1 memiliki biaya yaitu Rp 0,74 per kkal dengan total biaya pembuatan1 kg
eco-briquette sebesar Rp 2.878,- per kg.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim . 2009a. Proses Pembakaran Pada Briket Batubara.
(http://mitraunggas.com/index.php?main_page=more_news&news_id=18 diunduh
pada tanggal 4 Januari 2009 jam 19:23:35 WIB).

ISBN : 978979-99735-9-7
D-19-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 2010

Kartikasari, D. 2008. Pembuatan Briket Dari Komposit Lumpur IPLT Keputih,


Surabaya Dengan Sampah Plastik HDPE Dan LDPE Sebagai Alternatif
Sumber Energi. Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS.
Surabaya.
Lestari, B. I. 2005. Studi Pembuatan Briket Bioarang dari Sekam Padi dengan
Proses Karbonisasi Menggunakan Tungku Sederhana. Laporan Tugas
Akhir Jurusan Teknik Lingkungan FTSP – ITS. Surabaya.
Muslim, Moh. N. A. 2008. Pemanfaatan Limbah Hutan Pisang (Musa Paradisiaca), dalam
Upaya Mengatasi Dampak Krisis Global. Lomba Karya Tulis YPHL.
(www.kabarindonesia.com yang diunduh pada tanggal 4 Februari 2009 jam 20:09:38
WIB).
Mustafa, N. 1993. Plastics Waste Management: Disposal, Recyling and Reuse.
Marcell Dekker Inc. New York.
Permen ESDM. No. 047 Tahun 2006. Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Briket
Batubara dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara.
Sorum, L., Gronli, M. G., dan J. Hustad, J. E. 2000. Pyrolisis characteristics and
kinetics of municipal solid waste. Journal Fuel. 80, hal 1217-1227.
Wulandari, A. 2008. Pembuatan Briket Dari Komposit Lumpur Lapindo Dan
Lumpur Industri Minyak Goreng Dengan Sampah Plastik HDPE Dan
LDPE Sebagai Alternatif Sumber Energi. Laporan Tugas Akhir Jurusan
Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Surabaya.
Yaman, S., Sahan, M., Haykiri-Acma, H. dan Sesen K., Kucukbayrak, S. 2001. Fuel
Briquettes From Biomass-lignite Blends. Journal Fuel Processing
Technology, 72, hal 1-8.

ISBN : 978979-99735-9-7
D-19-10

Anda mungkin juga menyukai