Anda di halaman 1dari 9

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Pendidikan IPA (Volume 4 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Ni Nyoman Suardani, Ida Bagus Jelantik Swasta, Ni Luh Putu Manik Widiyanti

Program Studi Pendidikan IPA


Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail :{suardani.nyoman, swasta.jelantik, widiyanti.manik@pasca.undiksha.ac.id}

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan


masalah, dan keterampilan proses sains antara siswa yang belajar dengan model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan siswa yang mengikuti
model pembelajaran Langsung (Direct Instruction). Untuk itu, maka dilaksanakan
penelitian eksperimen dengan rancangan non equivalent, pretest-posttes, control group
design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap di SMA Pariwisata
PGRI Dawan Klungkung tahun pelajaran 2013/2014, sedangkan sampelnya adalah
kelas X2 dan X3 yang berjumlah 80 orang. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1) Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah, dan keterampilan
proses sains antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan kelompok siswa yang
belajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung; 2) Terdapat perbedaan
kimampuan pemecahan masalah antara kelompok siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan
kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung; 3)
Terdapat perbedaan keterampilan proses sains antara kelompok siswa yang belajar
dengan menggunakan model model pembelajaran berbasis masalah dengan kelompok
siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung.

Kata kunci: model pembelajaran berbasis masalah, kemampuan pemecahan masalah,


dan keterampilan proses sains.

Abstract

This study aimed at analyzing the difference of Problem Solving Ability and Science
Process Skill between students who learned through Problem Based learning and those
who learned through Direct Instruction. Because of those reasons the researcher
conducted an experimental research with non equivalent, pretest-posttes, control group
design The Population of this study was the ten grade students of SMA Pariwisata PGRI
Dawan Klungkung in Academic Year 2013/2014 while the sample were X2 and X3 with
the total number 80 students. The result of this study showed that (1) there was a
difference on the problem solving ability and science process skill between students who
learned through Problem Based Learning and those who learned through Direct
Instruction. (2) there was a difference on Problem solving ability between students who
learned through Problem Based Learning and those who learned through Direct
Instruction. (3) there was a difference on the science process skill between students who
learned through Problem Based Learning and those who learned through Direct
Instruction.

Key words : Problem Based Learning model, the Ability of problem solving and sciences
skill.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 4 Tahun 2014)

PENDAHULUAN dengan metode pengajaran langsung


Pada era globalisasi dan informasi (direct intruction).
sekarang ini, sumber daya manusia yang Pembelajaran dengan model
berkualitas sangat diperlukan agar suatu pengajaran langsung (direct intruction)
bangsa mampu bersaing dan berkompetisi guru cenderung menggunakan kontrol
dengan bangsa lain. Pendidikan sains proses pembelajaran dengan aktif,
merupakan salah satu sektor penting sementara peserta didik relatif pasif
dalam menghasilkan SDM yang kompetitif menerima dan mengikuti apa yang
dan memiliki daya saing. Guru didalam disajikan oleh guru. Peran guru sangat
melaksanakan proses pembelajaran selalu dominan sedangkan peserta didik tidak
berpedoman pada kurikulum yang terlalu banyak berperan, misalnya, guru
digunakan untuk mencapai keberhasilan yang mendefinisikan, menjelaskan,
pembelajaran. mendemonstrasikan, menyimpulkan,
Berbagai komentar maupun menjenderalisasikan, menerapkan prinsip-
pendapat dari berbagai pakar maupun prinsip, memberi tugas. Peserta didik
pemerhati pendidikan menguatkan tentang mendengarkan penjelasan dan
belum terlaksananya pembelajaran yang mengerjakan tugas-tugas sesuai instruksi
menerapkan metode ilmiah dan guru.
menekankan pada pengalaman langsung Guru yang profesional, hendaknya
siswa. Suparno (1997) dengan tegas menyesuaikan dan mengembangkan cara
menyatakan agar pembelajaran sains mengajar mereka sesuai dengan
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah perubahan paradigma dalam pembelajaran
(scientific inquiry) untuk menumbuhkan yang sesuai (Redina, 2007). Pergeseran
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap paradigma tersebut yang nantinya akan
ilmiah serta mengkomunikasikannya berimplikasi pada penetapan tatanan
sebagai aspek penting kecakapan hidup, tertentu dalam pembelajaran, salah
namun kenyataan di lapangan tidak satunya yaitu, di dalam menentukan model
demikian adanya. Proses pembelajaran pembelajaran. Model pembelajaran yang
bersifat hafalan dan kurang dimaksud adalah model-model
mengembangkan kemampuan berpikir, pembelajaran yang dapat meningkatkan
terutama pada penanaman konsep ilmiah kompetensi dan kecakapan berpikir siswa,
(Setiawan, 2006). yaitu model pembelajaran yang dasar
Selama ini, proses pembelajaran filosofinya konstruktivistik.
masih didominasi oleh penyampaian Model-model pembelajaran yang
informasi, bukan ditekankan pada dilandasi oleh konstruktivistik adalah model
pemrosesan informasi. Kegiatan tersebut pembelajaran yang memiliki ciri sebagai
masih berpusat pada kegiatan berikut: (1) berpusat pada siswa, (2)
mendengarkan dan menghafal, bukan berorientasi pada kompetensi siswa, dan
interpretasi dan makna apa yang dipelajari, (3) guru bukan satu-satunya sebagai
serta membangun pengetahuan. Guru sumber belajar (Arnyana, 2007). Ada
masih mendominasi proses ini sehingga beberapa model pembelajaran yang dasar
kurang memberikan peluang bagi siswa filosofinya konstruktivistik seperti model
untuk mengembangkan kemampuan pembelajaran berbasis masalah (Problem
berpikir dan menunjukkan kemampuan based learning), pembelajaran berbasis
yang beragam sehingga terciptanya proyek, dan model pembelajaran
suasana belajar yang demokratis. kooperatif.
Kualitas proses pembelajaran sains Penggunaan Model Problem based
dewasa ini dapat dilihat dari kegiatan learning (PBL) dalam penelitian ini sangat
pembelajaran yang sifatnya reguler, sesuai dengan perkembangan Ilmu Biologi,
karena pembelajaran sains didominasi karena dalam pembelajaran berbasis
oleh transmisi atau perpindahan masalah, pembelajaran didesain dalam
pengetahuan dari guru kepada peserta bentuk pembelajaran yang diawali dengan
didik, metode pembelajaran ini dikenal struktur masalah riil yang berkaitan dengan
konsep-konsep IPA (biologi) yang akan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 4 Tahun 2014)

dibelajarkan (Suastra, 2009). belajar, maka model Problem based


Pembelajaran dimulai setelah siswa learning salah satu strategi pembelajaran
dikonfrontasi dengan struktur masalah riil, yang dapat digunakan memperbaiki sistem
permasalahan di sini bersifat ill structured pembelajaran. Perlu disadari bahwa
(Sadia, 2006). PBL mengasumsikan kemampuan siswa untuk dapat
bahwa siswa mampu belajar tanpa harus menyelesaikan masalah masih kurang
dibantu, tanpa harus disuapi oleh menjadi perhatian guru di SMA Pariwisata
guru.Dengan perkataan lain, PBL memberi PGRI Dawan Klungkung, akibatnya
penekanan pada siswa untuk melakukan apabila siswa dihadapkan pada masalah
self directed learning (Raharso, 2007). banyak siswa yang tidak dapat
Semua informasi akan mereka kumpulkan menyelesaikan dengan baik sehingga
melalui penelaahan materi ajar, kerja berdampak pada rendahnya kualitas hasil
praktik lab ataupun melalui diskusi dengan belajar. Oleh karena itu, implementasi PBL
teman sebayanya, untuk dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas
memecahkan masalah yang dihadapinya. menjembatani siswa untuk berpikir kreatif
Dengan menggunakan pendekatan PBL memecahkan masalah yang mereka
dalam pembelajaran biologi, siswa tidak temukan dalam proses pembelajaran.
hanya sekadar menerima informasi dari Proses pemecahan masalah yang
guru saja, karena dalam hal ini guru dilakukan melalui suatu proses yang
sebagai motivator dan fasilitator yang melibatkan sensori motorik siswa sehingga
mengarahkan siswa agar dapat terlibat siswa aktif dan terampil.
secara aktif dalam seluruh proses
pembelajaran dengan diawali pada METODE PENELITIAN
masalah yang berkaitan dengan konsep Penelitian ini merupakan penelitian
yang dibelajarkan (Sanjaya, 2008). eksperimen dalam bidang pendidikan.
Adnyana. dkk (2003), menunjukan Mengingat tidak semua variabel (gejala
(1) perangkat pembelajaran berbasis yang muncul) dan kondisi eksperimen
masalah layak digunakan dalam dapat diukur dan dikontrol secara ketat,
pembelajaran sains (biologi), (2) model maka penelitian ini dikategorikan penelitian
pembelajaran berbasis masalah efektif eksperimen semu/kuasi eksperimen.
digunakan untuk mencapai kompetensi Rancangan penelitian yang digunakan
dasar, (3) model pembelajaran berbasis adalah “non equivalent pretest-posttest
masalah dapat memberikan kecakapan control group design”. Populasi penelitian
hidup, kecakapan berpikir kritis, kecakapan ini adalah semua siswa kelas X SMA
akademik, dan kecakapan sosial, (4) Pariwisata PGRI Dawan Klungkung tahun
aktivitas guru banyak dalam kegiatan inti, pelajaran 2013/2014 semester II. Adapun
seperti mengaktipkan kelompok, jumlah seluruh populasi yakni berjumlah
membimbing melakukan penelitian, melatih 150 orang yang terdiri dari 4 kelas antara
metakognisi, dan memberikan pemantapan lain kelas X1, X2, X3, X4. Teknik sampling
konsep, (5) aktivitas siswa banyak seperti yang digunakan dalam penentuan sampel
membaca sumber, melakukan diskusi dan adalah Random Sampling. Berdasarkan
menjawab soal, (6) respon guru dan siswa hasil undian maka terpilih kelas X3 sebagai
positif, (7) sikap siswa terhadap materi kelas eksperimen dan kelas X2 sebagai
adalah positif. Guru tidak memberikan kelas kontrol masing-masing berjumlah 40
konsep-konsep dalam pembelajaran, orang. Pengumpulan data dalam penelitian
namun konsep-konsep akan dicari sendiri ini meliputi: (1) kemampuan pemecahan
siswa dalam permasalahan yang diberikan masalah siswa dan (2) keterampilan
(Sanjaya, 2006). Permasalahan yang proses sains. Untuk mendeskripsikan data
dijadikan bahan pembelajaran adalah hasil penelitian, digunakan analisis
masalah yang ada di lingkungan siswa. deskriftif. Kualifikasi data gain skor (Hake,
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas hasil 1999) seperti Tabel 1 berikut ini.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 4 Tahun 2014)

Tabel 1 Kategori Gain Skor Data Hasil Penelitian


Prosentase
Kualifikasi Nilai Huruf
Taraf Penguasaan
gain ≥ 0,7 Tinggi A
0,3 ≤ gain < 0,7 Sedang B
gain < 0,3 Rendah C

Variabel terikat yang diteliti adalah Namun, sebelum melakukan


kemampuan pemecahan masalah dan analisis data, maka data yang diperoleh
keterampilan proses sains yang ditentukan diuji terlebih dahulu normalitas dan
berdasarkan selisih antara skor pretest dan homogenitasnya.
posttest yang telah ternormalisasi atau
disebut sebagai gain ternormalisasi, yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
tingkat kemajuan data setelah manipulasi Data yang dikumpulkan dalam
pembelajaran. Gain skor ternormalisasi ini penelitian ini terdiri dari tiga kategori yaitu:
selanjutnya digunakan dalam analisis uji 1) data kemampuan pemecahan masalah
hipotesis dengan teknik uji perbedaaan dan keterampilan proses sains siswa
varian multivariat (Manova) satu jalur. Gain sebelum perlakuan (pre-test); 2) data
skor ternormalisasi digunakan karena soal kemampuan pemecahan masalah dan
pretest sama dengan soal posttest. Untuk keterampilan proses sains setelah
menentukan gain ternormalisasi perlakuan (post-test); dan 3) data
berdasarkan skor pretest dan skor posttest peningkatan antara skor pre-test dan skor
digunakan persamaan berikut. post-test kemampuan pemecahan masalah
dan keterampilan proses sains (gain-skor).
S post  S pre Penghitungan ukuran sentral
g  (rerata, modus, median) dan ukuran
100%  S pre penyebaran data (standar deviasi) untuk
data kemampuan pemecahan masalah
(Hake, 1999)
dan keterampilan proses sains untuk data
Keterangan: pre-test, post-test, dan gain-skor untuk
g = gain ternormalisasi kelompok PBL disajikan pada Tabel 2 dan
untuk kelompok langsung disajikan pada
S pre = skor pretest Tabel 3.
S post = skor posttest
100% = skor maksimum ideal

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Penghitungan Pre-test Post-test dan Gain-skor kelompok PBL
Statistik PRE_KPM POST_KPM GAIN_KPM PRE_KPS POST_KPS GAIN_KPS
Mean 46,1250 68,5000 0,5900 15,9750 19,8250 0,4800
Std.
5,03927 6,38508 0,16916 2,04422 1,66237 0,17570
Deviation
Range 22,00 24,00 0,60 8,00 7,00 0,60
Minimum 33,00 56,00 0,30 12,00 16,00 0,20
Maximum 55,00 80,00 0,90 20,00 23,00 0,80
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 4 Tahun 2014)

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Penghitungan Pre-test Post-test dan Gain-skor kelompok


Pembelajaran Langsung (DI)
Statistik PRE_KPM POST_KPM GAIN_KPM PRE_KPS POST_KPS GAIN_KPS
Mean 44,8750 64,4500 0,4975 13,7000 17,7750 0,3775
Std.
4,93646 6,64850 0,16716 2,18620 1,87408 0,20316
Deviation
Range 21,00 27,00 0,60 10,00 7,00 0,70
Minimum 32,00 50,00 0,20 8,00 14,00 0,00
Maximum 53,00 77,00 0,80 18,00 21,00 0,70

Profil perbandingan rata-rata gain


skor kemampuan pemecahan masalah
kelompok pembelajaran berbasis masalah
dan kelompok pembelajaran langsung
disajikan pada Gambar 1.

Gambar 2. Perbandingan rata-rata gain


skor keterampilan proses sains

Berdasarkan Gambar 2. Diperoleh


Gambar 1. Perbandingan rata-rata gain bahwa rata-rata gain skor keterampilan
skor kemampuan pemecahan masalah proses sains untuk kelompok siswa yang
dibelajarakan dengan menggunakan model
Berdasarkan Gambar 1. Diperoleh pembelajaran berbasis masalah (0,48)
bahwa rata-rata gain skor kemampuan lebih besar dari rata-rata kemampuan
pemecahan masalah untuk kelompok pemecahan masalah kelompok siswa yang
siswa yang dibelajarakan dengan dibelajarkan dengan menggunakan model
menggunakan model pembelajaran pembelajaran langsung (0,38).
berbasis masalah (0,59) lebih besar dari Pengujian hipotesis yang telah
rata-rata kemampuan pemecahan masalah dirumuskan, dilakukan dengan formula
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan statistik multivariat. Sebelum dilakukan uji
menggunakan model pembelajaran hipotesis dengan metode statistik tersebut,
langsung (0,50). terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
Profil perbandingan rata-rata gain analisis data sebagai prasyarat uji
skor keterampilan proses sains kelompok hipotesis, yaitu uji normalitas sebaran data,
pembelajaran berbasis masalah dan uji homogenitas varians kovarian, dan uji
kelompok pembelajaran langsung disajikan interkorelasi variabl terikat. Masing-masing
pada Gambar 2. uji prasyarat analisis data dilakukan pada
masing-masing sel unit analisis.
Uji normalitas sebaran data
dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 4 Tahun 2014)

sampel benar-benar berasal dari populasi dalam penelitian ini menggunakan statistik
yang berdistribusi normal sehingga Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian
pengujian hipotesis dengan anava dua normalitas sebaran data disajikan pada
jalur bisa dilakukan. Uji normalitas data Tabel 4.

Tabel 4 Rekapitulasi uji normalitas sebaran data


Kolmogorov-smirnov Kolmogorov-smirnov
Jenis Kelompok PBL Kelompok Langsung
Data Derajat Derajat
Statistik Signifikansi Statistik Signifikansi
bebas bebas
KPM 0,128 40 0,099 0,120 40 0,149
KPS 0,128 40 0,099 0,119 40 0,159

Berdasarkan Tabel 4, tampak Error Variance. Uji ini bertujuan untuk


bahwa untuk data kemampuan pemecahan mengukur apakah sebuah kelompok data
masalah dan keterampilan proses sains memiliki varian yang sama di antara
siswa berasal dari sampel yang anggota kelompok tersebut dan untuk
berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan meyakinkan bahwa perbedaan yang terjadi
oleh angka singnifikansi untuk masing- pada uji hipotesis benar-benar terjadi
masing data lebih besar dari 0,05 (p>0,05). sebagai akibat perbedaan dalam
Homogenitas varians diuji dengan kelompok. Hasil uji homogenitas varians
menggunakan Levene’s Test of Equality of disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Rekapitulasi uji homogenitas varians


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kinerja Pemecahan Masalah 0,025 1 78 0,874
Keterampilan Proses Sains 0,655 1 78 0,421

Berdasarkan Tabel 5, tampak nilai-nalia statistik Pillai's Trace, Wilks'


bahwa untuk data gain skor kemampuan Lambda, Hotelling's Trace, Roy's Largest
pemecahan masalah dan keterampilan Root menunjukkan nilai Fhitung = 4,385
proses sains yang dibedakan berdasarkan dengan taraf signifikansi kurang dari 0,05.
kelompok model pembelajaran adalah Dengan demikian H0 yang menyatakan
sama atau homogen. Hal ini ditunjukkan bahwa “tidak terdapat perbedaan
oleh angka singnifikansi untuk masing- kemampuan pemecahan masalah dan
masing data lebih besar dari 0,05 (p>0,05). keterampilan proses sains antara siswa
Bertitik tolak dari hasil uji yang mengikuti model pembelajaran
normalitas, homogenitas data, dan uji problem based learning dengan siswa
multikolinearitas data, dapat dikatakan yang mengikuti model pembelajaran
bahwa persyaratan untuk pengujian langsung”, ditolak. Ini berarti H1 yang
hipotesis dengan MANOVA dapat menyatakan bahwa “terdapat perbedaan
dipenuhi. Oleh karena uji prasyarat analisis kemampuan pemecahan masalah dan
sudah terpenuhi maka pengujian hipotesis keterampilan proses sains antara siswa
dapat dilakukan dengan MANOVA. yang mengikuti model pembelajaran
Pengujian masing-masing hipotesis problem based learning dengan siswa
penelitian untuk masing-masing variabel yang mengikuti model pembelajaran
bebas dapat dijelaskan sebagai berikut. langsung”, diterima. Jadi hasil penelitian ini
Pengujian hipotesis pertama mengindikasikan terdapat perbedaan
dengan menggunakan MANOVA diperoleh kemampuan kemampuan pemecahan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 4 Tahun 2014)

masalah dan keterampilan proses sains kata lain, hipotesis alternatif (H1) yang
antara siswa yang mengikuti model menyatakan bahwa ”terdapat perbedaan
pembelajaran problem based learning keterampilan proses sains antara siswa
dengan siswa yang mengikuti model yang belajar dengan Model problem based
pembelajaran langsung. learning dengan siswa yang mengikuti
Pengujian hipotesis kedua dengan model pembelajaran langsung”, diterima.
menggunakan analisis varians diperoleh Hasil ini kemudian dipertegas oleh hasil
nilai Fhitung (6,051) lebih besar dari Ftabel penolakan LSD yang diperoleh batas
(3,96) maka H0 yang menyatakan bahwa penolakan LSD (0,09) lebih kecil
“tidak terdapat perbedaan kemampuan dibandingkan selisih rata-rata gain skor
pemecahan masalah antara siswa yang antar kelompok yang dibedakan yaitu
mengikuti model pembelajaran problem 0,103. Jadi, kesimpulannya adalah
based learning dengan siswa yang terdapat perbedaan keterampilan proses
mengikuti model pembelajaran langsung”, sains antara siswa yang belajar dengan
ditolak. Dengan kata lain, hipotesis model pembelajaran problem based
alternatif (H1) yang menyatakan bahwa ” learning dengan siswa yang mengikuti
terdapat perbedaan kemampuan model pembelajaran langsung. Rata-rata
pemecahan masalah antara siswa yang gain skor keterampilan proses sains siswa
mengikuti model pembelajaran problem yang mengikuti model pembelajaran
based learning dengan siswa yang problem based learning ( X = 0,480) lebih
mengikuti model pembelajaran langsung”, besar dari rata-rata kelompok siswa yang
diterima. Hasil ini kemudian dipertegas mengikuti model pembelajaran langsung
oleh hasil penolakan LSD yang diperoleh
( X = 0,378). Hal ini mengindikasikan
batas penolakan LSD (0,08) lebih kecil
bahwa dalam pencapaian keterampilan
dibandingkan selisih rata-rata gain skor
proses sains, model pembelajaran problem
antar kelompok yang dibedakan yaitu
based learning memberikan hasil yang
0,093. Jadi, kesimpulannya adalah
lebih optimal dibandingkan dengan model
terdapat perbedaan kemampuan
pembelajaran langsung.
pemecahan masalah antara siswa yang
mengikuti model pembelajaran problem
PENUTUP
based learning dengan siswa yang
mengikuti model pembelajaran langsung. Berdasarkan hasil penelitian dan
Rata-rata gain skor kemampuan pembahasan, maka dapat diuraikan
pemecahan masalah siswa yang mengikuti simpulan hasil penelitian yang merupakan
model pembelajaran problem based jawaban masalah yang diajukan dalam
learning ( X = 0,590) lebih besar dari rata- penelitian ini. Simpulan-simpulan tersebut
rata gain skor kelompok siswa yang adalah sebagai berikut: 1) terdapat
mengikuti model pembelajaran langsung perbedaan kemampuan pemecahan
( X = 0,498). Hal ini mengindikasikan masalah dan keterampilan proses sains
bahwa dalam pencapaian kemampuan antara siswa yang mengikuti model
pemecahan masalah, model pembelajaran
pembelajaran problem based learning
problem based learning memberikan hasil
yang lebih optimal dibandingkan dengan dengan siswa yang mengikuti model
model pembelajaran langsung. pembelajaran langsung. Nilai-nilai statistik
Pengujian hipotesis ketiga dengan Pillai's Trace, Wilks' Lambda, Hotelling's
menggunakan analisis varians diperoleh Trace, Roy's Largest Root menunjukkan
nilai Fhitung (5,825) lebih besar dari Ftabel nilai Fhitung = 4,385 dengan taraf signifikansi
(3,96) maka H0 yang menyatakan bahwa kurang dari 0,05; 2) terdapat perbedaan
“Tidak terdapat perbedaan keterampilan
kemampuan pemecahan masalah antara
proses sains antara siswa yang belajar
dengan Model problem based learning siswa yang mengikuti model pembelajaran
dengan siswa yang mengikuti model problem based learning dengan siswa
pembelajaran langsung”, ditolak. Dengan yang mengikuti model pembelajaran
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 4 Tahun 2014)

langsung. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai Kompetensi dan Pembekalan


Fhitung (6,051) lebih besar dari Ftabel (3,96), Kecakapan Hidup (life skills).
dan rata-rata gain skor kemampuan Laporan Penelitian (tidak
diterbitkan) Jurusan Pendidikan
pemecahan masalah siswa yang mengikuti
Biologi-FMIPA Institut Keguruan
model pembelajaran problem based dan Ilmu Pendidikan Singaraja.
learning ( X = 0,59) lebih besar dari rata-
Arnyana, I B. P., 2007. Pengembangan
rata gain skor kelompok siswa yang perangkat pembelajaran biologi
mengikuti model pembelajaran langsung berbasis model-model
( X = 0,497). Hasil in kemudian dipertegas pembelajaran kontruktivistik untuk
oleh hasil penolakan LSD yang diperoleh meningkatkan kompetensi dan
kemampuan berpikir kritis kreatif
batas penolakan LSD (0,08) lebih kecil siswa SMA. Laporan Penelitian
dibandingkan selisih rata-rata gain skor (tidak ditebitkan). Universitas
antar kelompok yang dibedakan yaitu pendidikan Ganesha Singaraja.
0,093. Dalam pencapaian kemampuan
Hake, R. R. 1999. Analyzing change/gain
pemecahan masalah model pembelajaran scores.
problem based learning lebih baik http://www.physics.indiana.Edu
dibandingkan dengan model pembelajaran /~sd i/AnalyzingChange-Gain.pdf.
langsung; dan 3) terdapat perbedaan [Diakses tanggal 2 Desember
keterampilan proses sains antara siswa 2013].
yang belajar dengan Model problem based Raharso, S. 2007. Implementasi Problem
learning dengan siswa yang mengikuti based learning di Perguruan
model pembelajaran langsung. Hasil ini Tinggi.Jurnal Kajian Teori dan
ditunjukkan oleh nilai Fhitung (5,825) lebih praktek kependidikan, 34 (1), 55-
62, Januari 2007.
besar dari Ftabel (3,96), rata-rata gain skor
keterampilan proses sains siswa yang Redina, S. 2007. Pengaruh Model
mengikuti model pembelajaran problem Pembelajaran Problem based
learning Untuk Meningkatkan Hasil
based learning ( X = 0,480) lebih besar Belajar Ditinjau Dari Penalaran
dari rata-rata kelompok siswa yang Formal Dalam Pembelajaran Fisika
mengikuti model pembelajaran langsung di SMA Negeri 3 Singaraja.
Tesis.Program Sarjana Undiksha
( X = 0,377). Hasil ini kemudian dipertegas
Singaraja.
oleh hasil penolakan LSD yang diperoleh
batas penolakan LSD (0,09) lebih kecil Sadia, I W. 2006. Kemampuan Berpikir
Formal Siswa SMA di Kabupaten
dibandingkan selisih rata-rata gain skor
Bleleng Merlalui Penerapan Model
antar kelompok yang dibedakan yaitu Pembelajaran Learning Cycle dan
0,103. Dalam pencapaian keterampilan Problem based learning dalam
proses sains model pembelajaran problem Pembelajaran Fisika. Laporan Hasil
based learning lebih baik dibandingkan Penelitian. Universitas Pendidikan
dengan model pembelajaran langsung. Ganesha.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran
DAFTAR RUJUKAN Berorientasi Standar Proses
Adnyana, P.B., Citrawathi D M., Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sumardika I N., Kariasa I N. 2003. Prenada Media Group.
Pengembangan Model
Suastra. 2009. Pembelajaran Sains
Pembelajaran Sains (Biologi) pada
Terkini. Singaraja: Universitas
Pendidikan Dasar dan Menengah
Pendidikan Ganesha.
dengan Menerapkan Pembelajaran
Berbasis Masalah Untuk Mencapai
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 4 Tahun 2014)

Setiawan, I.G.A.N. 2006. Pengaruh


Pembelajaran Kontekstual dalam
Strategi Inkuiri dan Pembelajaran
Berdasarkan Masalah untuk
meningkatka Kemampuan Berpikir
dan Penguasaan Konsep IPA SMP
di Kecamatan Buleleng. Disertasi
(tidak diterbitkan). Program Pasca
Sarjana Universitas Negeri Malang.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme
dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kasinus.

Anda mungkin juga menyukai