Anda di halaman 1dari 7

USEJ 4 (2) (2015)

Unnes Science Education Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej

PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI IPA TERPADU TOPIK PERUBAHAN


MATERI BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA.

Mim Jazuli, Sri Wardani

Jurusan IPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
SejarahArtikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan alat evaluasi berbasis kontekstual untuk mengukur
Diterima April 2015 kemampuan berpikir kritis siswa. Langkah awal pada penelitian ini dimulai dengan observasi. Berdasarkan hasil
Disetujui Juni 2015 observasi, guru belum memiliki alat evaluasi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian untuk mengembangkan alat evaluasi berbasis kontekstual untuk mengukur kemampuan
Dipublikasikan Juli 2015
berpikir kritis. Desain penelititan ini adalah penelitian Research and Development dengan uji coba skala kecil
________________ pada kelas IX B, uji coba skala besar pada VIII C, dan uji pemakaian pada kelas VII F SMP Negeri 2 Boja. Data
Keywords: penelitian yang akan diambil adalah penilaian alat evaluasi oleh pakar, angket keterbacaan siswa dan guru, uji
Evaluation, Material validitas, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal, tes kemampuan berpikir kritis siswa dan angket
Changes, Critical Thinking. tanggapan siswa dan guru. Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian alat evaluasi oleh pakar memperoleh
rata-rata skor 3,63 dengan kriteria layak, tanggapan siswa memperoleh skor 90,56%, dan tanggapan guru sbesar
____________________
100% dengan kriteria sangat baik. Kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan alat evaluasi memperoleh
skor rata-rata 72,71% dengan kriteria baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alat evaluasi
IPA terpadu topik perubahan materi berbasis kontekstual untuk mengukur kemampuan berkir kritis siswa valid
dan layak digunakan.

Abstract
___________________________________________________________________
This research is done to know the expediency of contextual based evaluation tool to measure students’ critical thinking ability.
First step in this research begins with observation. Based on the observation result, teachers hadn’t have evaluation tool to
measure students’ critical thinking. Therefore, the research is done to develop contextual based evaluation tool to measure
students’ critical thinking. The research design is research and development with small scale experiment on XI B class, the big
scale experiment on VIII C class, and consumption test to VII F in Junior High School 2 Boja. Research data to be retrived is
the valuation by epert evaluation tool, test validity, reability, distinguishing, and level of dificulty, test students’ critical
thinking and questionnaire responses of student and teacher. Its result shows that the developed evaluation tool is valid and
suitable to be used with average score 3,63 from the experts, studentss response achievement is 90,56% and teacher response
achievement is 100% with excellent criteria. Students’ critical thinking is measured by evaluation tool shows that the average
score is 72,71% which is included to good criteria. The conclusion is the contextual based changing material topic of integrated
science evaluation tool is valid and suitable to use.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
Jurusan IPA Terpadu FMIPA UniversitasNegeri Semarang
Gedung D7 Kampus Sekaran Gunungpati
Telp. (024) 70805795 KodePos 50229
E-mail: mim.jazuli@yahoo.com
Mim Jazuli & Sri Wardani / Unnes Science Education journal 4 (2) (2015)

PENDAHULUAN namun tidak mampu memahami materi dengan


baik. Menurut Hasrudin (2009), orientasi
Pembelajaran IPA terpadu pembelajaran kepada menjawab soal-soal ujian
direkomendasikan pada tingkat SMP/MTs yang umumnya dalam kategori rendah atau
karena melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa lazimnya disebut C1 dan C2 memungkinkan
dapat memperoleh pengalaman langsung pelajar malas berpikir. Menurut Liberna (2012),
sehingga dapat menambah kekuatan untuk berpikir kritis merupakan kemampuan untuk
menerima, menyimpan, dan menerapkan memecahkan masalah dengan berpikir serius,
konsep yang dipelajarinya (Listyawati, 2012). aktif, teliti dalam menganalisis semua informasi
Melalui pembelajaran terpadu siswa dididik yang mereka terima dengan menyertakan alasan
untuk dapat menemukan sendiri berbagai yang rasional sehingga setiap tindakan
konsep yang dipelajari secara menyeluruh, dilakukan dengan benar.
bermakna, otentik dan aktif. Dalam Keterkaitan kemampuan berpikir kritis
pembelajaran IPA terpadu terdapat beberapa dalam pembelajaran IPA Terpadu menurut
komponen yang sangat penting, diantaranya Setyorini (2010) adalah menghubungkan antara
tujuan, metode, dan evaluasi. Pendidikan apa yang dipelajari dengan bagaimana
memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai atau memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari,
biasa disebut dengan output. Ketiga komponen membantu siswa memecahkan masalah yang
tersebut saling berkaitan satu sama lain. dihadapi, dan melatih siswa membuat
Ketercapaian tujuan pembelajaran memerlukan keputusan yang tepat. Sebagian besar guru
metode yang tepat dan dapat diketahui dengan belum menggunakan alat evaluasi yang dapat
menggunakan evaluasi pembelajaran dan mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
sebaliknya tujuan pembelajaran merupakan dengan pendekatan tertentu. Dengan alat
acuan untuk menyusun evaluasi pembelajaran. evaluasi berpendekatan kontekstual diharapkan
Kegiatan penilaian erat hubungannya mampu untuk mengukur kemampuan berpikir
dengan alat evaluasi. Menurut Arikunto (2009), kritis siswa. Salah satu pendekatan yang dapat
kegiatan menilai adalah mengambil suatu memberikan makna belajar dan memberikan
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa
atau buruk. Sementara itu, Prasetya (2012) untuk berpikir adalah pendekatan kontekstual.
mendefinisikan penilaian sebagai proses Pendekatan kontekstual mengajak siswa
pengumpulan informasi tentang kinerja siswa untuk mampu mengaitkan materi dengan
unutk membuat keputusan dalam mengetahui konteks dalam kehidupan sehari-hari sehingga
keberhasilan program keiatan belajar siswa. mampu membangun kemampuan berpikir
Guru sangat berperan penting dalam kegitan kritisnya. Menurut Hasnawati (2006),
penilaian dan penyusunan alat evaluasi agar kontekstual berarti hal-hal yang berkaitan
tujuan pembelajaran tercapai. Penilaian belajar dengan ide-ide atau pengetahuan awal seseorang
siswa dapat diukur dengan menggunakan alat yang diperoleh dari berbagai pengalamannya
evaluasi, sehingga guru dapat mengetahui sehari-hari. Pendekatan kontekstual ini
kemampuan siswa dalam memahami materi diterapkan dalam alat evaluasi dimana soal-soal
yang telah diajarkan. yang tersaji berkaitan dengan situasi kehidupan
Hasil observasi awal di tempat sehari-hari.
penelitian menunjukkan alat evaluasi yang Konsekuensi dari pemikiran bahwa
dikembangkan hampir sama setiap tahunnya. kemampuan berpikir kritis penting dalam
Soal-soal yang diujikan kebanyakan mengambil pembelajaran IPA Terpadu adalah guru harus
contoh soal dari buku pegangan guru. Selain itu memberikan unsur rangsangan degan membuat
soal yang diberikan sebagian besar hanya sistem evaluasi yang dapat membuka pola pikir
mengukur daya ingat dari siswa. Alat evaluasi yang kritis. Sesuai dengan karakteristiknya,
yang dikembangkan belum cukup untuk berpikir kritis memerlukan latihan yang salah
mengukur kemampuan berpikir siswa. Siswa caranya dengan kebiasaan megerjakan soal-soal
hanya mampu menghafal materi yang diajari evaluasi yang mengembangkan keterampilan
913
Mim Jazuli & Sri Wardani / Unnes Science Education journal 4 (2) (2015)

berpikir kritis (Kartimi & liliasari, 2012). Rerata skor untuk keseluruahn komponen
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu kebahasaan mencapai 3,72 yang masuk dalam
dikembangkan alat evaluasi IPA terpadu dengan kategori layak menurut BSNP. Hasil penilaian
pendekatan kontekstual untuk mengukur pakar menunjukkan respon positif terhadap alat
kemampuan berpikir kritis siswa. evaluasi yang dikembangkan .Alat evaluasi yang
dikembangkan juga divalidasi berdasarkan
METODE komponen alat evaluasi. Hasil validasi pakar
Model penelitian yang akan dilakukan evaluasi dapat dilihat pada tabel 2.
merupakan model penelitian dan pengembangan Tabel 2. Hasil Penilaian Pakar Evaluasi
(research and development). Penelitian dan Persentase (Kriteria)
pengembangan ini menggunakan model yang No Penilai Instansi Instrumen II
Validasi I
diadaptasi dari Sugiyono (2010). Subjek 1 Validator I Dosen 3,63 (layak)
penelitian adalah guru IPA dan siswa kelas VII Jurusan IPA
tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini Terpadu
dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2 Validator II Guru SMP 3,54 ( layak)
Negeri 2 Boja
2014/2015 di SMP Negeri 2 Boja. Data 3 Validator III Guru SMP 4 (layak)
penelitian yang akan diambil adalah hasil Negeri 2 Boja
penilaian alat evaluasi oleh pakar, hasil Penilaian pakar evaluasi memperoleh rata-
keterbacaan peserta didik dan guru IPA terhadap rata skor 3,72 sehingga layak digunakan.
alat evaluasi, hasil uji coba validitas, realibilitas, Validator I menyarankan untuk melakukan
daya pembedan dan tingkat kesukaran soal, hasil revisi dan validasi lagi, karena indikator
kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil kemampuan berpikir kritis dalam soal belum
tanggapan peserta didik dan guru IPA terhadap terlihat serta menyarankan untuk menyesuaikan
alat evaluasi. materi soal dengan buku IPA terpadu. Setelah
melakukan revisi sesuai saran validator alat
HASIL DAN PEMBAHASAN evaluasi divalidasi lagi dan menunjukkan
kenaikan skor yang diperoleh, hal ini
Hasil penelitian pengembangan alat menunjukkan indikator kemampuan berpikir
evaluasi IPA terpadu topik perubahan materi kritis dalam soal sudah terlihat. Selain dari segi
berbasis kontekstual untuk mengukur bahasa dan komponen alat evaluasi, alat
kemampuan berpikir kritis siswa meliputi hasil evaluasi yang dikembangkan juga divalidasi
penilaian alat evaluasi oleh pakar, angket berdasarkan kelayakan materi. Hasil validasi
keterbacaan siswa dan guru terhadap alat pakar materi dapat dilihat pada tabel 3.
evaluasi, hasil uji coba alat evaluasi, angket Tabel 3. Hasil Penilaian Pakar Materi
tanggapan siswa dan guru terhadap pemakaian Presentase
alat evaluasi yang dikembangkan. Hasil (kriteria)
No Penilai Instansi
Instrumen III
penilaian pakar bahasa dapat dilihat pada Tabel
Validasi I
1. 1 Validator I Dosen Jurusan 3,33 (layak)
Tabel 1. Hasil Penilaian Pakar Bahasa Biologi
Presentase 2 Validator II Guru SMP 3,33 ( layak)
(Kriteria) Negeri 2 Boja
No Penilai Instansi
Instrumen I 3 Validator III Guru SMP 3,67 (layak)
Validasi I Negeri 2 Boja
1 Validator I Dosen Jurusan 3,67 (layak)
Bahasa Indonesia Penilaian materi dalam alat evaluasi yang
Unnes dikembangkan meliputi kesesuaian materi soal
2 Validator II Guru SMP Negeri 2 4 (layak)
Boja
dengan KI dan KD, soal disajikan dengan
3 Validator III Guru SMP Negeri 2 3,5 ( layak) kebenaran fakta dan konsep, alat evaluasi
Boja mencirikan adanya keterpaduan antar bidang
IPA, konsep yang disajikan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Pakar materi
914
Mim Jazuli & Sri Wardani / Unnes Science Education journal 4 (2) (2015)

memberikan rata-rata skor sebesar 3,44. Hasil kesukaran soal dan daya pembeda soal untuk
penilaian tersebut termasuk dalam kriteria layak mengetahui kualitas dari soal. Hasil uji validitas
untuk digunakan. Beberapa aspek yang belum soal dapat dilihat pada tabel 5.
mendapatkan skor maksimal. Skor terendah Tabel 5. Hasil Analisis Validitas Soal
dalam penilaian materi terdapat dalam poin 2 Kriteria No. Butir Soal
dan 4 yaitu aspek kesesuaian materi dengan Valid 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19,
siswa dan keterpaduan bidang IPA dalam alat 20, 21, 23, 24
Tidak Valid 1, 2, 4, 8, 15, 22, 25
evaluasi. Tindak lanjut yang dilakukan oleh
peneliti adalah memperbaiki alat evaluasi sesuai
saran yang diberikan oleh pakar. Hasil analisis uji reliabilitas soal uji coba
Alat evaluasi yang dinyatakan layak yang telah dilakukan memperoleh nilai r11
berdasarkan uji validasi pakar, selanjutnya diuji sebesar 0,856. Nilai r11 akan dibandingkan
skala kecil oleh guru IPA dan peserta didik dengan nilai rtabel. Berdasarkan rtabel pada n=32
untuk mengetahui tingkat keterbacaan alat dengan taraf signifikansi 5% didapatkan nilai rtabel
evaluasi. Hasil angket keterbacaan guru IPA dan sebesar 0,349. Jadi, diambil kesimpulan bahwa
peserta didik terhadap alat evaluasi dapat dilihat soal instrumen dikatakan reliabel karena nilai
pada Tabel 4. r11> r tabel dan memiliki reliabilitas yang sangat
Tabel 4. Angket Keterbacaan Alat Evaluasi tinggi.
Angket Presentase Kriteria daya pembeda soal diketahui dengan cara
melakukan uji analisis daya pembeda. Hasil uji
Guru 94,64% Sangat Baik daya pembeda disajikan dalam tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal
Siswa 90.49% Sangat baik
Kriteria No. Butir Soal
Baik 5, 6, 7, 9, 16, 17, 18, 19, 21, 23
Cukup 3, 8, 10, 12, 13,14, 20, 24
Angket keterbacaan siswa memperoleh
Kurang baik 1, 2, 4, 11, 15, 22, 25
rerata skor 94,64% masuk dalam kriteria sangat
baik. Respon siswa pada angket keterbacaan
Tingkat kesukaran soal diketahui dengan
beragam pada setiap point. Point terendah
cara melakukan uji analisi tingkat kesukaran
terdapat pada point 3, 4, dan 5 berkaitan tentang
soal. Hasil analisis tingkat kesukaran soal dapat
tata bahasa dalam alat evaluasi sehingga
dilihat pada tabel 7.
dilakukan perbaikan agar alat evaluasi mudah
Tabel 7. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal
dipahami oleh siswa. Pada aspek alat evaluasi
Kriteria No. Butir Soal
dapat mengukur kemampuan berpikir kritis dan
Sukar 3, 8, 13, 20, 22, 23, 24, 25
soal berkaitan dengan kehidupan nyata
Sedang 1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 18, 19, 21
mendapatkan poin 100% yang menunjukkan
Mudah 15
bahwa alat indicator kemampuan berpikir kritis
siswa terlihat dalam soal alat evaluasi.
Alat evaluasi yang digunakan dalam uji
Hasil angket keterbacaan guru memperoleh
pemakaian berupa 10 soal esai dengan kategori
skor 90.49% dan masuk dalam kriteria sangat
baik dari uji validitas, realibilitas, daya pembeda
baik. Hasil dari angket keterbacaan guru
dan tingkat kesukaran soal, serta disesuaikan
mendapatkan respon positif dengan kriteria baik
dengan kemampuan berpikir kritis menurut
sekali. Guru setuju jika penilaian kemampuan
Ennis. Pelaksanaan uji pemakaian ini, peneliti
berpikir kritis diukur secara jelas dalam alat
menggunakan kelas VII F SMP Negeri 2 boja.
evaluasi karena didalam alat evaluasi tercantum
Uji pemakaian dilaksanakan untuk mengetahui
keterangan kemampuan berpikir kritis apa saja
hasil kemampuan berpikir kritis siswa dan
yang diukur.
angket tanggapan guru IPA dan peserta didik
Alat evaluasi yang dinyatakan layak dari
terhadap alat evaluasi yang sudah
hasil validasi pakardan keterbacaan alat evaluasi
dikembangkan.Rekapitulasi hasil pemakaian
oleh peserta didik dan guru IPA selanjutnya
dilakukan uji validitas, realibilitas, tingkat alat evaluasi dapat dilihat pada tabel 8.
915
Mim Jazuli & Sri Wardani / Unnes Science Education journal 4 (2) (2015)

keterampilan penalaran, dalam hal ini siswa


Tabel 8. Hasil Uji Pemakaian Alat Evaluasi dapat memecahkan masalah yang kompleks dan
rumit dengan menggunakan keterampilan
Kemampuan Nomor Rata- Nilai Rata- berpikir.
berpikir kritis soal rata rata
Ciri utama dalam alat evaluasi yang
nilai (kateg
siswa ori) dikembangkan adalah evaluasi kemampuan
Memberikan 6 2,31 77,08 75,52 berpikir kritis, hal ini dilihat kesesuaian soal
penjelasan (baik) dengan indikator kemampuan berpikir kritis.
sederhana 10 2,22 73,96
Pengembangan soal dalam alat evauasi
Membangun 1 2,40 80,20 74,48 mengacu pada kemampuan berpikir kritis
keterampilan dasar (baik) menurut Ennis, sebagaimana dalam penelitian
8 2,06 68,75
yang dilakukan Amelia (2013) tentang
Menyimpulkan 2 2,21 73,96 75,00 pengembangan instrument penilaian berpikir
(baik)
4 2,28 76,04 kritis bahwa istrumen penilaian mengacu pada
keterampilan berpikir kritis yang mencakup
Memberikan 3 2,25 75 72,92
indikator memberikan penjelasan sederhana,
penjelasan lebih 5 2,16 70,83 (baik)
lanjut membangun keterampilan dasar,
menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut,
Mengatur stategi dan 7 2,17 71,87 65,63 dan mengatur strategi dan teknik.
taktik (baik)
9 1,78 59,37 Pengukuran kemampuan berpikir kritis
siswa dilihat dari hasil mengerjakan soal karena
setiap soal dalam alat evaluasi mencirikan
Skor tiap butir soal menunjukkan hasil adanya kemampuan berpikri kritis yang akan
kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan diukur. Sehingga pada saat siswa tersebut
berpikir kritis yang diukur adalah memberikan mengerjakan soal maka secara otomatis siswa
penjelasan sederhana, membangun keterampilan tersebut juga dinilai kemampuan berpikir kritis
dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan tertentu.
lebih lanjut, dan mengatur strategi dan taktik. Tujuan pembelajaran IPA adalah
Rekapitulasi analisis kemampuan berpikir kritis mengajarkan peserta didik untuk dapat
tiap butir soal dapat dilihat pada gambar 1. menerapkan apa yang dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari, maka kemampuan
100 berpikir kritis siswa perlu dilatih sehingga
90 80,2 penguasaan suatu konsep yang oleh siswa tidak
73,96 75 76,04 77,08 73,96 hanya berupa hafalan dari sejumlah konsep yang
80 70,83 71,87 68,75
70 59,37 telah dipelajari tetapi mereka mampu
60 menerapkan konsep yang dimiliknya pada aspek
50 yang lain (Susilo, 2012). Susanti (2012)
40 menyebutkan berpikir kritis dicirikan oleh
30 proses aktif, reflektif, bernalar yang diarahkan
20 untuk memutuskan hal-hl yang meyakinkan
10 untuk dilakukan. Berpikir kritis adalah suatu
0 proses yang bertujuan untuk membuat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 keputusan-keputusan yang masuk akal tentang
Gambar 1. Hasil Nilai Kemampuan Berpikir Kritis apa yang dipercayai atau apa yang dilakukan
Tiap Butir Soal
(Ennis, 1991). Sedangkan menurut Fachrurazi
Soal yang dikembangkan berupa soal esai (2011), Berpikir kritis adalah sebuah proses
atau uraian untuk melihat kemampuan berpikir sistematis yang memungkinkan siswa untuk
yang dimiliki oleh siswa. Sebagaimana menurut merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan
Rustaman (dalam Amelia 2013), asessmen essai pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis berarti
merupakan keunggulan dari penilaian melakukan penilaian secara objektif dan ada
916
Mim Jazuli & Sri Wardani / Unnes Science Education journal 4 (2) (2015)

keyakinan bahwa pemikiran benar-benar Walker (2005) menyatakan bahwa


mengarah pada solusi. Hal ini juga berarti kemampuan berpikir kritis merupakan suatu
melatih kemampuan siswa membuat kesimpulan proses yang memungkinkan siswa memperoleh
dan mengkomunikasikannya perlu alasan dan pengetahuan baru melalui proses pemecahan
reflektif ketika berpikir. masalah dan kolaborasi. Kemampuan berpikir
Data hasil tes dianalisis untuk mengukur kritis sangat penting bagi siswa dalam kegiatan
kemampuan beprikir kritis siswa dilihat dari skor pembelajaran. Burris (2006) melakukan
yang diperoleh. Rata-rata hasil analisis data soal penelitian terhadap mahasiswa pertanian dan
unntuk mengukur kemampuan berpikir kritis mendapatkan kesimpulan bahwa siswa yg
siswa pada materi perubahan materi diketahui memiliki prestasi akademik baik memiliki
bahwa 7 siswa kategori sangat baik dan 22 siswa kemampuan berpikir kritis yangg lebih tinggi
kategori baik, berarti 29 siswa (90,06%) telah dibandingkan dengan siswa yang siswa prestasi
memiliki kemampuan berpikir kritis baik dan akademiknya rendah.
sangat baik. Secara keseluruhan rata-rata skor Alat evaluasi pada uji pemakaian juga
kemampuan berpikir kritis yang terukur memperoleh tanggapan pemakaian dari guru
diperoleh skor 72,71. Sehingga dapat dan siswa. Hasil tanggapan siswa terhadap alat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis evaluasi pada uji pemakaian dapat dilihat pada
yang diukur menggunakan alat evaluasi tabel 10.
memperoleh hasil dengan kriteria baik. Siswa Tabel 10. Angket Tanggapan Siswa
sebagian besar telah mampu menganalisis Angket Presentase Kriteria
informasi yang masuk dan mengevaluasinya
dengan baik. Kemampuan mencipta siswa Guru 100% Sangat Baik
sudah baik menunjukkan siswa dapat menyusun
hipotesis, merancang metode untuk Siswa 90,56% Sangat Baik

memecahkan masalah. Siswa dan guru diberikan angket


Alat evaluasi yang dikembangkan tiap soal tanggapan mengenai pemakaian alat evaluasi.
mempunyai narasi/masalah yang berkaitan Pemberian angket bertujuan untuk mengetahui
dengan situasi kehidupan nyata sesuai kaidah apakah alat evaluasi yang dikembangkan dapat
endekatan kontestual sebagaimana menurut mengukur kemampuan berpikir kritis atau tidak.
(Sanjaya, 2011), Pembelajaran kontekstual Hasil angket tanggapan guru terhadap
adalah pembelajaran yang menghubungkan pemakaian alat evaluasi yang dikembangkan
materi dengan situasi kehidupan nyata sehingga memperoleh rerata presentase sebesar 98,75%
dalam kehidupan mendorong siswa untuk dapat untuk tanggapan guru yang masuk dalam kriteria
menerapkannya dalam kehidupan mereka. baik sekali. Hasil ini didapat karena alat evaluasi
Pendekatan kontesktual sesuai untuk mengukur yang dikembangkan sudah melalui beberapa uji
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini coba yaitu uji coba skala kecil dan uji coba skala
diperkuat oleh pernyataan Sugiarti (2012) besar, serta uji kelayakan oleh pakar bahasa,
menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual pakar materi, dan pakar evaluasi.
mampu membangun kemampuan berpikir kritis Siswa diberikan angket tanggapan
siswa, mengajak siswa untuk mampu mengenai pemakaian alat evaluasi. Masing-
mengaitkan materi yang diterima di sekolah masing siswa menilai alat evaluasi yang telah
dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari dikembangkan. Berdasarkan angket tanggapan
sehingga mampu membangun kemampuan siswa dan guru terhadap pemakaian alat evaluasi
berpikir kritisnya. Serta penelitian Syahbana yang dikembangkan diperoleh rerata presentase
(2012) yang bertujuan untuk mengetahui sebesar 90,56% untuk tanggapan siswa dengan
perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kriteria baik sekali. Siswa memmberikan
kritis antara siswa yang diajar menggunakan tanggapan yang sangat baik terhadap alat
pendekatan kontekstual dan diajar dengan evaluasi yang dikembangkan. Menurut siswa
pendekatan Konvensional. penggunan alat evaluasi mudah dipahami dan
penyajiannya menarik. Soal dalam alat evaluasi

917
Mim Jazuli & Sri Wardani / Unnes Science Education journal 4 (2) (2015)

bervariasi dan berkaitan dengan kehidupan Termokimia untuk SMA Peringkat Atas
sehari-hari yang mencirikan pendekatan dan Menengah. Jurnal Pendidikan IPA
kontekstual. Indikator kemampuan berpikir kritis Indonesia. Vol. 1 (1)
juga sudah terlihat dalam alat evaluasi sehingga Liberna , H. 2012. Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui
siswa dapat mengukur kemampuan berpikir
Penggunaan Metode Improve
kritisnya. padamateri Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel.Jurnal Formatif Vol.2 (3) :
SIMPULAN 190-197.
Listyawati, M. 2012. Pengembangan Perangkat
Pengembangan alat evaluasi IPA terpadu Pembelajaran IPA Terpadu di SMP.
topik perubahan materi berbasis kontekstual Journal of Innovative Science Education 1
(1)
untuk mengukurmkemampuan berpikir kritis
Prasetya, T. I. 2012. Meningkatkan
layak digunakan sesuai dengan langkah-langkah Keterampilan Menyusun Instrumen
penelitian dan pengembangan. Alat evaluasi Hasil Belajar Berbasis Modul Interaktif
yang dikembangkan mampu mengukur Bagi Guru-Guru IPA SMP N kota
kemampuan berpikir krits siswa pada Magelang. Journal of Education Research
pembelajar IPA Terpadu topik perubahan and Evaluation. Vol.1(2)
amteri. Sanjaya, W. 2011. Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: kencana.
DAFTAR PUSTAKA Setyorini, U. 2010. Penerapan Model Problem
Based Learning Untuk Meningkatkan
Amelia, L. 2013. Pengembagan Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis SMPN 24 Semarang Pada Sub Pokok
pada Materi Sistem Pencernaan Bahasan GLBB. Skripsi. Semarang:
Respirasi dan Regulasi. Tesis. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Universitas Negeri Semarang. Sugiarti.2012. Pengaruh Model Pembelajaran
Arikunto. 2009. Dasar-dassar evaluasi pendidikan. Kontekstual Terhadap Kemampuan
Jakarta:Bumi Aksara. Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IA SMA
Burris S. 2006. An Investigation of TheCritical Negeri 3 Watansoppeng. Jurnal Chemical
Thinking Ability of Secondary Vol. 13 (1): 77-83.
Agriculture Students. Journal of Shouthern Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan
Aricultural Education Research. Vol-56. (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
No.1. R&D). Bandung: Alfabeta.
Ennis, R. H. 1991. Critical Thinking: A Susanti, E. 2012. Pengembangan Praktikum
Streamlined Conception. Teaching Genetika untuk Melatih Keterampilan
Philosophy. Vol-14. No.1 Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan IPA
Ennis, R. H. 1993. Critical Thinking Assesment. Indonesia. Vol. 1 (2) 102-108.
Theory Into practice. Vol-32. No. 3. Susilo, AB. 2012. Model Pembelajaran IPA
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan berpikir Kritis
Kemampuan Berpikir Kritis dan Siswa SMP. Unnes Science Education
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Journal. Vol. 1 (1)
Dasar. Jurnal Edisi Khusus No. 1. Syahbana, A. 2012. Peningkatan Kemampuan
Hasrudin. 2009. Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP
Berpikir Kritis Melalui Pendekatan Melalui Pendekatan Contextual
Kontekstual. Jurnal Tabularasa PPS Teaching and Learning. Jurnal Edumatica
Unimed. Vol. 6 (1): 48-60. Vol. 2 (1)
Hasnawati. 2006. Pendekatan Contextual Walker,G. H. 2005. Critical thinking in
Teaching Learning Hubungannya Asynchronous Discussions. Interational
dengan Evaluasi Pembelajaran. Jurnal Journal technology and Distance Learning.
Ekonomi & pendidikan. Vol. 3 Vol. 2 (6)
(1)
Kartimi & Liliasari (2012). Pengembangan Alat
Ukur Berpikir Kritis pada Konsep
918

Anda mungkin juga menyukai