pembelajaran peserta didik pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai
suatu masalah yang sering ditemukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
diri. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, peserta didik dapat membentuk makna dari
bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-
waktu dapat digunakanlagi. Junaida (2016), “Masalah tersebut akan diselesaikan melalui suatu
kegiatan penyelidikan untuk memperoleh suatu konsep baru yang bisa memberikan jawaban
pada “masalah” tersebut. Proses untuk memperoleh jawaban atas “masalah” tersebut merupakan
saat yang tepat untuk melatih keterampilan pemecahan masalah (problem solving skill) peserta
didik”.
Ibrahim dan Nur (2000), pembelajaran problem based learning memiliki karakteristik
yaitu pengajuan pertanyaan atau masalah, terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain,
tahap dari model pembelajaran problem based learning dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintak Model Problem Based Learning
kerja yang sistematis dan beraturan sehingga peserta didik dapat dengan mudah membangun
pemahamannya terhadap suatu materi pelajaran. Selain keuntungan kerja yang sistematis,
Ilahi (2014) menyatakan adapun kelebihan problem based learning yaitu secara
mendasar problem based learning dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk
memahami materi pembelajaran. Peranan guru dalam problem based learning hanya
mengajukan masalah, memfasilitasi peserta didik, dan membimbing dalam tugas kelompok
mereka. Hal ini dapat dapat dimaknai bahwa problem based learning sangat komprehensif
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Ibrahim dan Nur (2000) menyatakan, adapun
peserta didik untuk berpikir kritis dalam belajar. Sehingga model ini sangat efektif kiranya
(2014), “Melalui model problem based learning, peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya
dengan berinteraksi bersama teman sekelompoknya dan saling berdiskusi. Peserta didik mulai
berani bertanya kepada guru mengenai pertanyaan yang belum mengerti. Peserta didik semakin
terbiasa pula berinteraksi dengan temannya serta berdiskusi menemukan konsep pelajaran”.
Dengan demikian, peserta didik merasakan manfaat secara langsung belajar pelajaran yang
Fukuzawa dan Boyd (2016) menyatakan problem based learning meliputi komponen
kunci pembelajaran sukses seperti berpikir kritis, pemecahan masalah kolaboratif, dan
kemampuan berpikir kritis dalam menerapkan pengetahuan yang dipelajari, serta pemahaman
Penerapan pada model pembelajaran problem based learning ketika dilihat dari aspek
sikap, pengetahuan, dan juga keterampilan membuktikan bahwa model problem based learning
dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dalam kemampuan
peserta didik dalam memecahkan sebuah masalah sehingga meningkatkan hasil belajar dari
Permendikbud No.22 tahun 2016 tentang standar proses. Proses pembelajaran pada
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, kreatif, dan mandiri. Konsekuensi dari standar
proses adalah penyesuaian sumber belajar atau bahan ajar. Oleh karena itu, modul sebagai salah
satu bentuk bahan ajar mempunyai peran yang sangat penting untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang digunakan adalah Project Based Learning, Discovery Learning, dan
Problem-Based Learning. Mengingat bahwa tujuan pembelajaran fisika dalam kurikulum 2013
menganjurkan ide belajar sambil melakukan. Dewey berpendapat bahwa siswa harus menjadi
pusat dari proses pembelajaran dan bahwa mereka harus mengembangkan keterampilan yang
mempersiapkan mereka untuk masa depan. Dewey membuat alasan kuat untuk pentingnya
pendidikan tidak hanya sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan konten, tetapi juga
sebagai tempat untuk belajar bagaimana hidup. Menurut Dewey, itu Peran guru bukan untuk
menyampaikan informasi kepada siswa pasif, tetapi untuk bertindak sebagai fasilitator dari
proses pembelajaran, membimbing siswa saat dia semakin berkembang sebagai pembelajar
mandiri. Mempertimbangkan ide-ide kunci yang disajikan secara singkat untuk mendukung latar
belakang teoritis dari makalah ini, sebuah studi kasus berdasarkan penggunaan Pembelajaran
Berbasis Proyek dalam konteks gelar teknik tahun pertama di Universitas Indonesia Minho,
Portugal, akan dianalisis. Studi ini akan membahas efektivitas PBL untuk meningkatkan
kritis siswa setelah pembelajaran fisika menggunakan modul berbasis PBL mengalami
berbasis PBL efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan
psikomotor siswa.
3. Suastika (2017) menemukan model pembelajaran pemecahan masalah terbuka yang dapat
mengembangkan kreativitas peserta didik memenuhi kriteria yang valid, praktis, dan efektif.
Referensi:
1. Junaida. (2016). Implementasi Model Problem Based Instruction pada Pembelajaran Fisika
di SMAN Tamanan Bondowoso (Studi Eksperimen Pada Keterampilan Pemecahan Masalah
dan Aktivitas Belajar Siswa). Jurnal Pembelajaran Fisika, 5 (3)
2. Ibrahim, M., Nur M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya Press.
3. Amri, S. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya
4. Ilahi, Dian Purnama. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Sma Berbasis
Model PBI (Problem Based Instruction) dengan Pendekatan Arcs (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction) pada Materi Hukum Grafitasi Newton dan Konservasi Energi
Terintegrasi Bencana Kejatuhan Meteor. Padang: UNP
5. Amelia, A. (2014). Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains di Sekolah Menengah Atas. Palembang: Universitas Sriwijaya
6. Fukuzawa, C., Boyd. (2016). Student Engagement in a Large Classroom: Using Technology
to Generate a Hybridized Problem-based learning Experience in a Large First Year
Undergraduate Class. The Canadian Jurnal for the Scholarship of Teaching and Learning, 7
(1)
7. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.
8. Dewey, J. (1916). Democracy and education: an introduction to the philosophy of education. New
York : Macmillan.
9. Handayani, U., Masykuri, M., & Aminah, N. S. (2016). Pengembangan modul fisika
berbasis problem based learning (pbl) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada
materi usaha dan energi di sma/ma. INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA, 6(2), 107-116.
10. Jauhariyah, M. N. R. (2017). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa melalui
Penerapan Problem Based Learning dalam Perkuliahan Telaah Kurikulum Fisika II pada
Materi Fluida. J. Pena Sains, 4(1).
11. Suastika, I. K., & Wahyuningtyas, D. T. (2017). Mathematics Learning Syntax Model Using
Open-Ended Problem Solving To Develop Students’ Creativity. Pancaran Pendidikan, 6(4).
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar peserta
didik mendapatkan pengetahuan penting yang membuat mereka mahir dalam memecahkan
masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah
atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
a. Konsep
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas
yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran
yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari
konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu:
1) Permasalahan sebagai kajian
2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
3) Permasalahan sebagai contoh
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut.
Guru sebagai Pelatih Peserta didik sebagai Masalah sebagai awal
problem solver tantangan dan motivasi
- Asking about thingking - Peserta yang aktif - Menarik untuk
(bertanya tentang - Terlibat langsung dalam dipecahkan
pemikiran) pembelajaran - Menyediakan kebutuhan
- Memonitor pembelajaran - Membangun pembelajaran yang ada hubungannya
- Probbing (menantang dengan pelajaran yang
peserta didik untuk dipelajari
berfikir)
- Menjaga agar peserta didik
terlibat
- Mengatur dinamika
kelompok
- Menjaga berlangsungnya
proses
Langkah-Langkah Pembelajaran :
Tahapan Pokok Kegiatan Pembelajaran
FASE 1 : Orientasi peserta Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian dapat
didik pada masalah memberikan konsep dasar, petunjuk atau referensi yang
diperlukan dalam pembelajaran.
Melakukan brainstorming dimana peserta didik dihadapkan pada
masalah lingkungan, yaitu daya aktivitas manusia dan
pencemaran lingkungan. Contoh yang ada pada buku siswa.
(Sumber: barometermedan.net)
Peserta didik menyimak masalah yang disampaikan guru
tentang kondisi di beberapa daerah yang mengalami kesulitan
air bersih, padahal keberadaan air bersih sangat dibutuhkan
oleh semua orang. Terdapat banyak kegiatan manusia yang
memberikan sumbangan terhadap berkurangnya air bersih.
Peserta didik diminta memberikan tanggapan dan pendapat
terhadap masalah tersebut.
FASE 2 : Mengorganisasi Pada tahap ini guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
peserta didik dalam belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Peserta didik dikelompokkan secara heterogen, masing-masing
mengkaji lembar kegiatan non eksperimen tentang aktivitas
manusla dan pencemaran lingkungan.
Peserta didik mendiskusikan hal-hal yang harus dikerjakan dan
konsep-konsep yang harus didiskusikan dan pertanyaan-
pertanyaan yang harus dljawab.
FASE 3 : Membimbing Peserta didik mengumpulkan Informasi untuk menciptakan dan
penyelidikan peserta didik membangun ide mereka sendiri dalam memecahkan masalah.
secara mandiri maupun Pada kegiatan ini peserta didik mendiskusikan masalah yang ada
kelompok lembar keglatan. Selanjutnya diskusl mengenai pengaruh
aktivitas manusia terhadap lingkungan. Contoh aktivitas adalah:
Guru membimbing peserta didik dalam memecahkan
masalah.
Peserta didik melakukan penyelidikan sesual LKS dan
berdiskusi dalam kelompok mencari solusi terkait dengan
masalah yang telah diidentifikasi.
Guru memfaslitasi dan membimbing kalamgok belajar
berdiskusi untuk meniawab permasalahan aktual yang ada di
lingkungan.
FASE 4 : Mengembangkan Pada tahap ini peserta didik merencanakan dan menyiapkan
dan menyajikan hasil laporan dengan cara berbagi tugas dengan teman. Misalnya:
karya Peserta didik menjawab pertanyaan pada LKS dan
menyajikan dalam laporan tertulis.
Peserta didik menyajikan laporan pembahasan hasil temuan,
penarikan kesimpulan di depan kelas (diskusi kelas).
FASE 5 : Menganalisis Pada tahap ini peserta didik mengevaluasi hasil belajar tentang
dan mengevaluasi proses materi yang telah dipelajari melalui diskusi kelas untuk
pemecahan masalah menganalisis hasil masalah tentang pencemaran lingkungan.
Peserta diharapkan menggunakan buku sumber untuk bantuan
mengevaluasi hasil diskusi. Selanjutnya presentasi hasil diskusi
dan penyamaan persepsi. Misalnya :
Peserta didik dibimbing guru melakukan analisis terhadap
pemecahan-pemecahan masalah yang telah ditemukan peserta
didik.
Kelompok peserta didik yang berhasil memecahkan
permasalahan diberi pengahargaan.
Guru melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang
telah dipeiajari peserta didik (dapat menggunakan paper and
pencil test atau authentic assessment).
(Kemendikbud, 2014: 81-83)
Perhatikan bacaan dan gambar di bawah ini yang diambil dari Koran Jakarta Jum'at, 21 Juni
2013!
SEJARAH
Sejarah PBL sebenarnya telah dimulai pada tahun 1920 ketika itu Celestine Freinet, seorang guru
SD yang baru kembali dari Perang Dunia I kembali kekampung halamannya di sebuah pedesaan
di Barsur-loup di bagian tenggara Perancis. Ia menderita cedera yang serius dan
menyebabkannya tak bisa bernafas panjang. Ia sangat ingin mengajar kembali di SD tetapi ia tida
sanggup untuk bersuara keras dan lama. Sebagai gantinya ia menggunakan metoda lain
menggantikan metoda tradisional yang biasanya dianut ketika itu. Ia meminta murid-muridnya
untuk belajar mandiri dan ia hanya memfasilitasi saja. Inilah awal pertama cikal bakal PBL
diperkenalkan. Sejarah PBL modern dimuali pada awal tahun 1970 di Mc Master University
Faculty of Health Science di Kanada. Sejak itu PBL dipakai secara luas di banyak negara.
MENGAPA PBL ?
Ada beberapa alasan mengapa PBL digunakan dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi
yaitu
1. Seorang lulusan tidak dapat menaggulangi masalah yang dihadapinya hanya dengan
menggunakan satu disiplin ilmu. Ia harus mampu menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu
pengetahuan yang telah dipunyai atau mencari ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya dalam
rangka menanggulangi masalahnya.
Melalui PBL yang diawali dengan pemberian masalah pemicu kepada mahasiswadapat
menerapkan suatu model pembelajaran secara spiral (spiral learning model) dengan memilih
konsep dan prinsip yang terdapat dalam sejumlah cabang ilmu, sesuai kebutuhan masalah.
Dengan diberi sejumlah masalah pemicu, diharapkan sebagian besar/seluruh materi cabang ilmu
dicakup.
2. Integrasi antara berbagai konsep/prinsip/informasi cabang ilmu dapat terjadi
3. Kemampuan mahasiswa untuk secara terus menerus melakukan “up-dating” / pengembangan
pengetahuannya tercapai
4. Perilaku sebagai seorang “ life long learner” dapat tercapai
5. Langkah-langkah PBL yang dilaksanakan melalui diskusi kelompok dapat menghasilkan
sejumlah ketrampilan sebagai berikut
a. ketrampilan penelusuran kepustakaan
b. ketrampilan membaca
c. ketrampilan/kebiasaan membuat catatan
d. kemampuan kerjasama dalam kelompok
e. ketrampilan berkomunikasi
f. keterbukaan
g. berpikir analitik
h. kemandirian dan keaktifan belajar
i. wawasan dan keterpaduan ilmu pengetahuan
6. Dapat mengimbangi kecepatan informasi atau ilmu pengetahuan yang sangat cepat.
https://www.slideshare.net/asballard/problem-based-learning-12794529