Anda di halaman 1dari 20

PROBLEM BASED LEARNING MODEL

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Yang harus terjawab untuk makalah:

1. Pengertian dan karakteristik


2. Taktik, Gaya, dan Teknik
3. Strategi, pendekatan dan Model pembelajaran
4. Sintak Model-model pembelajaran

Problem based learning merupakan suatu model pengajaran dengan pendekatan

pembelajaran peserta didik pada masalah autentik. Masalah autentik dapat diartikan sebagai

suatu masalah yang sering ditemukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

problem based learning peserta didik dilatih menyusun sendiri pengetahuannya,

mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mandiri serta meningkatkan kepercayaan

diri. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, peserta didik dapat membentuk makna dari

bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-

waktu dapat digunakanlagi. Junaida (2016), “Masalah tersebut akan diselesaikan melalui suatu

kegiatan penyelidikan untuk memperoleh suatu konsep baru yang bisa memberikan jawaban

pada “masalah” tersebut. Proses untuk memperoleh jawaban atas “masalah” tersebut merupakan

saat yang tepat untuk melatih keterampilan pemecahan masalah (problem solving skill) peserta

didik”.

Ibrahim dan Nur (2000), pembelajaran problem based learning memiliki karakteristik

yaitu pengajuan pertanyaan atau masalah, terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain,

penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. Adapun

tahap dari model pembelajaran problem based learning dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintak Model Problem Based Learning

Sintak Kegiatan Guru


Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi peserta didik pada logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
masalah demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih
Tahap-2 Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
Mengorganisasikan peserta mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
didik untuk belajar dengan masalah tersebut.
Tahap-3 Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidikan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
individual maupun untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
kelompok masalah.
Tahap-4 Guru membantu peserta didik dalam merencanakan
Mengembangkan dan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
menyajikan hasil karya video dan model serta mampu membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap-5 Membantu peserta didik untuk melakukan evaluasi
Menganalisis dan terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
mengevaluasi proses yang mereka gunakan.
pemecahan masalah
Sumber: Amri (2013: 13)

Berdasarkan Tabel 1, model pembelajaran problem based learning memiliki keruntutan

kerja yang sistematis dan beraturan sehingga peserta didik dapat dengan mudah membangun

pemahamannya terhadap suatu materi pelajaran. Selain keuntungan kerja yang sistematis,

model problem based learning juga memiliki beberapa kelebihan.

Ilahi (2014) menyatakan adapun kelebihan problem based learning yaitu secara

mendasar problem based learning dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk

memahami materi pembelajaran. Peranan guru dalam problem based learning hanya

mengajukan masalah, memfasilitasi peserta didik, dan membimbing dalam tugas kelompok

mereka. Hal ini dapat dapat dimaknai bahwa problem based learning sangat komprehensif

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Ibrahim dan Nur (2000) menyatakan, adapun

kelebihan problem based learning antara lain :


a. Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
b. Mendorong peserta didik melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain.
c. Melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan
peserta didik menjelaskan dan membangun pemahamannya sendiri mengenai
fenomenatersebut.
d. Membantu peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri. Bimbingan guru kepada
peserta didik secara berulang-ulang, mendorong dan mengarahkan peserta didik untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan
begitu peserta didik belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam
hidupnya kelak.

Pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning dapat mendorong

peserta didik untuk berpikir kritis dalam belajar. Sehingga model ini sangat efektif kiranya

apabila diterapkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Amelia

(2014), “Melalui model problem based learning, peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya

dengan berinteraksi bersama teman sekelompoknya dan saling berdiskusi. Peserta didik mulai

berani bertanya kepada guru mengenai pertanyaan yang belum mengerti. Peserta didik semakin

terbiasa pula berinteraksi dengan temannya serta berdiskusi menemukan konsep pelajaran”.

Dengan demikian, peserta didik merasakan manfaat secara langsung belajar pelajaran yang

dipelajari dan tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut.

Fukuzawa dan Boyd (2016) menyatakan problem based learning meliputi komponen

kunci pembelajaran sukses seperti berpikir kritis, pemecahan masalah kolaboratif, dan

pembelajaran yang mandiri. problem based learning menunjukkan peningkatan kinerja,

kemampuan berpikir kritis dalam menerapkan pengetahuan yang dipelajari, serta pemahaman

yang sangat baik.

Penerapan pada model pembelajaran problem based learning ketika dilihat dari aspek

sikap, pengetahuan, dan juga keterampilan membuktikan bahwa model problem based learning

dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dalam kemampuan
peserta didik dalam memecahkan sebuah masalah sehingga meningkatkan hasil belajar dari

peserta didik tersebut.

Permendikbud No.22 tahun 2016 tentang standar proses. Proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, kreatif, dan mandiri. Konsekuensi dari standar

proses adalah penyesuaian sumber belajar atau bahan ajar. Oleh karena itu, modul sebagai salah

satu bentuk bahan ajar mempunyai peran yang sangat penting untuk terlaksananya proses

pembelajaran yang dituntut oleh standar proses.

Standar proses juga mengamanatkan bahwa dalam pembelajaran fisika, model

pembelajaran yang digunakan adalah Project Based Learning, Discovery Learning, dan

Problem-Based Learning. Mengingat bahwa tujuan pembelajaran fisika dalam kurikulum 2013

adalah mengasah kemampuan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari.


Prinsip-prinsip PBL selaras dengan filosofi pendidikan John Dewey (1916), yang

menganjurkan ide belajar sambil melakukan. Dewey berpendapat bahwa siswa harus menjadi

pusat dari proses pembelajaran dan bahwa mereka harus mengembangkan keterampilan yang

mempersiapkan mereka untuk masa depan. Dewey membuat alasan kuat untuk pentingnya

pendidikan tidak hanya sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan konten, tetapi juga

sebagai tempat untuk belajar bagaimana hidup. Menurut Dewey, itu Peran guru bukan untuk

menyampaikan informasi kepada siswa pasif, tetapi untuk bertindak sebagai fasilitator dari

proses pembelajaran, membimbing siswa saat dia semakin berkembang sebagai pembelajar

mandiri. Mempertimbangkan ide-ide kunci yang disajikan secara singkat untuk mendukung latar

belakang teoritis dari makalah ini, sebuah studi kasus berdasarkan penggunaan Pembelajaran

Berbasis Proyek dalam konteks gelar teknik tahun pertama di Universitas Indonesia Minho,
Portugal, akan dianalisis. Studi ini akan membahas efektivitas PBL untuk meningkatkan

pembelajaran siswa dan mempersiapkan lulusan untuk praktik profesional.

1. Ulfatun Handayani (2017) menemukan bahwa keefektifan pencapaian keterampilan berpikir

kritis siswa setelah pembelajaran fisika menggunakan modul berbasis PBL mengalami

peningkatan dengan N-Gain Score sebesar 0,43 dengan kategori sedang.

2. Mukhayyarotin Niswati Rodliyatul Jauhariyah (2017) menemukan bahwa modul Fisika

berbasis PBL efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan

psikomotor siswa.

3. Suastika (2017) menemukan model pembelajaran pemecahan masalah terbuka yang dapat

mengembangkan kreativitas peserta didik memenuhi kriteria yang valid, praktis, dan efektif.

Relevansinya yaitu pada penggunaan model pengembangan Plomp.

Referensi:

1. Junaida. (2016). Implementasi Model Problem Based Instruction pada Pembelajaran Fisika
di SMAN Tamanan Bondowoso (Studi Eksperimen Pada Keterampilan Pemecahan Masalah
dan Aktivitas Belajar Siswa). Jurnal Pembelajaran Fisika, 5 (3)
2. Ibrahim, M., Nur M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya Press.
3. Amri, S. (2013). Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya
4. Ilahi, Dian Purnama. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Sma Berbasis
Model PBI (Problem Based Instruction) dengan Pendekatan Arcs (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction) pada Materi Hukum Grafitasi Newton dan Konservasi Energi
Terintegrasi Bencana Kejatuhan Meteor. Padang: UNP
5. Amelia, A. (2014). Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains di Sekolah Menengah Atas. Palembang: Universitas Sriwijaya
6. Fukuzawa, C., Boyd. (2016). Student Engagement in a Large Classroom: Using Technology
to Generate a Hybridized Problem-based learning Experience in a Large First Year
Undergraduate Class. The Canadian Jurnal for the Scholarship of Teaching and Learning, 7
(1)
7. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.
8. Dewey, J. (1916). Democracy and education: an introduction to the philosophy of education. New
York : Macmillan.
9. Handayani, U., Masykuri, M., & Aminah, N. S. (2016). Pengembangan modul fisika
berbasis problem based learning (pbl) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada
materi usaha dan energi di sma/ma. INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA, 6(2), 107-116.
10. Jauhariyah, M. N. R. (2017). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa melalui
Penerapan Problem Based Learning dalam Perkuliahan Telaah Kurikulum Fisika II pada
Materi Fluida. J. Pena Sains, 4(1).
11. Suastika, I. K., & Wahyuningtyas, D. T. (2017). Mathematics Learning Syntax Model Using
Open-Ended Problem Solving To Develop Students’ Creativity. Pancaran Pendidikan, 6(4).

Referensi : Kemendikbud. (2014). Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar peserta
didik mendapatkan pengetahuan penting yang membuat mereka mahir dalam memecahkan
masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah
atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

a. Konsep
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas
yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran
yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari
konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu:
1) Permasalahan sebagai kajian
2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
3) Permasalahan sebagai contoh
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut.
Guru sebagai Pelatih Peserta didik sebagai Masalah sebagai awal
problem solver tantangan dan motivasi
- Asking about thingking - Peserta yang aktif - Menarik untuk
(bertanya tentang - Terlibat langsung dalam dipecahkan
pemikiran) pembelajaran - Menyediakan kebutuhan
- Memonitor pembelajaran - Membangun pembelajaran yang ada hubungannya
- Probbing (menantang dengan pelajaran yang
peserta didik untuk dipelajari
berfikir)
- Menjaga agar peserta didik
terlibat
- Mengatur dinamika
kelompok
- Menjaga berlangsungnya
proses

b. Tujuan dan Hasil dari Model Problem Based Learning


1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
2) Pemodelan peranan orang dewasa
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran
sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.
Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah:
- PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
- PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog
dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memahami peran yang
diamati tersebut.
- PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
pengalamannya tentang fenomena itu.
3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat
menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di
bawah bimbingan guru.

c. Beberapa Hal yang Menjadi Acuan Model PBL


1) Kurikulum
PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran
dimana proyek sebagai pusat.
2) Responsibility
PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan panutannya.
3) Realisme
Kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang
sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan sikap
profesional.
4) Active-learning
Menumbuhkan isu yang berujung pada pernyataan dan keinginan peserta didik untuk
menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses
pembelajaran yang mandiri.
5) Umpan Balik
Diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang
berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
6) Keterampilan Umum
PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga
mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah,
kerja kelompok, dan self-management.
7) Driving Question
PBL difokuskan pada permasalahan yang memicu peserta didik berbuat menyelesaikan
permasalahan dengan konsep, prinsip, dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
8) Constructive Investigations
Sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
9) Autonomy
Proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.

d. Prinsip Proses Pembelajaran PBL


Prinsip-prinsip PBL yang harus diperhatikan meliputi konsep dasar, pendefenisian
masalah, pembelajaran mandiri, pertukaran pengetahuan dan penilaiannya.
1) Konsep Dasar (Basic Concept)
Pada pembelajaran ini fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau
link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta
didik lebih cepat mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja,
sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara mandiri serta mendalam.
2) Pendefenisian Masalah (Defining The Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan scenario atau permasalahan dan dalam
kelompokknya peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming dengan
cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap
skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.
Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan
permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi
penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan
yang diambil peserta didik yang akhirnya diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang
apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja
yang diperlukan untuk menjembataninya.
3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang
dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi misalnya dari artikel tertulis di
perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tujuan utama
tahap investigasi, yaitu (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2)
informasi dikumpulkan untuk dipresentasikan di kelas relevan dan dapat dipahami.
4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada
pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya dapat dibantu guru untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Langkah
selanjutnya presentasi hasil dalam kelas dengan mengakomodasi masukan dari pleno,
menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta
didik mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
5) Penilaian (Assesment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh penilaian terhadap kecapakan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran,
baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan
penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan
partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam
pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan.
(Kemendikbud, 2014: 40-43)

e. Penerapan Problem Based Learning pada Pembelajaran


Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar peserta
didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah,
dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpastisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau
menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap-tahap PBL meliputi tahap orientasi peserta didik kepada masalah,
mengorganisasikan peserta didik, membimbing penyelidikan individu kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.

1) Contoh Tahap Pembelajaran Problem Based Learning


Kompetensi Dasar : 3.9 Mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup
Topik : Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Sub Topik : Perubahan Lingkungan dan Pencemaran
Alokasi Waktu : 1x pertemuan (2 JP)

Langkah-Langkah Pembelajaran :
Tahapan Pokok Kegiatan Pembelajaran
FASE 1 : Orientasi peserta Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian dapat
didik pada masalah memberikan konsep dasar, petunjuk atau referensi yang
diperlukan dalam pembelajaran.
Melakukan brainstorming dimana peserta didik dihadapkan pada
masalah lingkungan, yaitu daya aktivitas manusia dan
pencemaran lingkungan. Contoh yang ada pada buku siswa.

(Sumber: barometermedan.net)
 Peserta didik menyimak masalah yang disampaikan guru
tentang kondisi di beberapa daerah yang mengalami kesulitan
air bersih, padahal keberadaan air bersih sangat dibutuhkan
oleh semua orang. Terdapat banyak kegiatan manusia yang
memberikan sumbangan terhadap berkurangnya air bersih.
 Peserta didik diminta memberikan tanggapan dan pendapat
terhadap masalah tersebut.
FASE 2 : Mengorganisasi Pada tahap ini guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
peserta didik dalam belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Peserta didik dikelompokkan secara heterogen, masing-masing
mengkaji lembar kegiatan non eksperimen tentang aktivitas
manusla dan pencemaran lingkungan.
Peserta didik mendiskusikan hal-hal yang harus dikerjakan dan
konsep-konsep yang harus didiskusikan dan pertanyaan-
pertanyaan yang harus dljawab.
FASE 3 : Membimbing Peserta didik mengumpulkan Informasi untuk menciptakan dan
penyelidikan peserta didik membangun ide mereka sendiri dalam memecahkan masalah.
secara mandiri maupun Pada kegiatan ini peserta didik mendiskusikan masalah yang ada
kelompok lembar keglatan. Selanjutnya diskusl mengenai pengaruh
aktivitas manusia terhadap lingkungan. Contoh aktivitas adalah:
 Guru membimbing peserta didik dalam memecahkan
masalah.
 Peserta didik melakukan penyelidikan sesual LKS dan
berdiskusi dalam kelompok mencari solusi terkait dengan
masalah yang telah diidentifikasi.
 Guru memfaslitasi dan membimbing kalamgok belajar
berdiskusi untuk meniawab permasalahan aktual yang ada di
lingkungan.
FASE 4 : Mengembangkan Pada tahap ini peserta didik merencanakan dan menyiapkan
dan menyajikan hasil laporan dengan cara berbagi tugas dengan teman. Misalnya:
karya  Peserta didik menjawab pertanyaan pada LKS dan
menyajikan dalam laporan tertulis.
 Peserta didik menyajikan laporan pembahasan hasil temuan,
penarikan kesimpulan di depan kelas (diskusi kelas).
FASE 5 : Menganalisis Pada tahap ini peserta didik mengevaluasi hasil belajar tentang
dan mengevaluasi proses materi yang telah dipelajari melalui diskusi kelas untuk
pemecahan masalah menganalisis hasil masalah tentang pencemaran lingkungan.
Peserta diharapkan menggunakan buku sumber untuk bantuan
mengevaluasi hasil diskusi. Selanjutnya presentasi hasil diskusi
dan penyamaan persepsi. Misalnya :
 Peserta didik dibimbing guru melakukan analisis terhadap
pemecahan-pemecahan masalah yang telah ditemukan peserta
didik.
 Kelompok peserta didik yang berhasil memecahkan
permasalahan diberi pengahargaan.
 Guru melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang
telah dipeiajari peserta didik (dapat menggunakan paper and
pencil test atau authentic assessment).
(Kemendikbud, 2014: 81-83)

2) Contoh Lembar Kegiatan

LEMBAR KEGATAN SISWA

Perhatikan bacaan dan gambar di bawah ini yang diambil dari Koran Jakarta Jum'at, 21 Juni
2013!

"80% Pencemaran Sungai Berasal dari Sampah Rumah Tangga"


Sekitar 80 persen pencemaran di Surgai
Ciliwung disebabkan oleh sampah rumah
tangga atau limbah domestik. Berdasarkan
haşil investigasi Kementerian Lingkungan
Hidup (KLH), terdapat 108 titik tumpukan
sampah yang merupakan lokasi pembuangan
sampah di bantaran Sungai Ciliwung.
Pencemaran itu merupakan akibat dari
rendahnya kesadaran masyarakat menjaga
lingkungan. Sungai Cillwung yang
seharusnya optimal menampung air hujan,
kini telah kotor. "Kondisi kualitas air Sungai
Ciliwung saat ini sudah tercemar. Hal itu juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran
masyarakat untuk menjaga dan melestarikan Sungai Ciliwung," kata Gubernur DKI Jakarta
akhir pekan lalu.
Menteri Lingkungan Hidup RI Balthasar Kambuaya menambahkan selain pencemaran dari
sampah keluarga, terdapat sekitar 400 kegiatan usaha yang secara langsung maupun tidak
membuang air limbahnya ke Ciliwung. Bahkan, kata dia, berdasarkan hasil investigasi,
terdapat 108 titik tumpukan sampah yang merupakan lokasi pembuangan sampah di bantaran
Sungai Cilwung. Dari jumlah itu, 10 titik tumpukan sanpah telah ditutup. Namun, dari
pengamatan di lapangan, masih banyak ditemukan masyarakat yang menghuni bantaran
sungai, tercatat 26.818 keluarga yang menghuni bantaran Sungai Ciliwung. Hal itu
menyebabkan terjadinya sedimentasi, penyempitan sungai, dan tingginya angka pencemaran.
Setelah memperhatikan bacaan dan gambar di atas lakukan kegiatan berikut.
1. Mengapa dapat terjadi peristiwa seperti pada gambar tersebut? Jelaskan dengan kalimat
kalian sendiri!
2. Tahukan kalian, apakah dampak dari peristiwa dalam gambar tersebut, jika tidak ditangani
dengan baik?
3. Apakah peristiwa dalam gambar tersebut dapat berpengaruh terhadap ekosistem? Jelaskan!
4. Apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi pencemaran air seperti dalam gambar
tersebut?
5. Coba buatlah 3 pertanyaan lain terkait dengan pencemaran air berdasarkan bacaan dan
gambar di atas!
6. Jawablah pertanyaan yang kalian buat pada soal nomor 5!
7. Coba buatlah kesimpulan dari permasalahan yang telah kalian pelajari!
8. Bacakan jawaban pertanyaan-pertanyaan nomor 1-7 di depan kelas secara berkelompok!
(Kemendikbud, 2014: 83-84)

HANYA UNTUK TAMBAHAN BACAAN


(tapi kalo mau diambil juga gapapa, karena sumbernya berbahasa inggris, ada tertera di
bawah ppt setiap slide)

SEJARAH
Sejarah PBL sebenarnya telah dimulai pada tahun 1920 ketika itu Celestine Freinet, seorang guru
SD yang baru kembali dari Perang Dunia I kembali kekampung halamannya di sebuah pedesaan
di Barsur-loup di bagian tenggara Perancis. Ia menderita cedera yang serius dan
menyebabkannya tak bisa bernafas panjang. Ia sangat ingin mengajar kembali di SD tetapi ia tida
sanggup untuk bersuara keras dan lama. Sebagai gantinya ia menggunakan metoda lain
menggantikan metoda tradisional yang biasanya dianut ketika itu. Ia meminta murid-muridnya
untuk belajar mandiri dan ia hanya memfasilitasi saja. Inilah awal pertama cikal bakal PBL
diperkenalkan. Sejarah PBL modern dimuali pada awal tahun 1970 di Mc Master University
Faculty of Health Science di Kanada. Sejak itu PBL dipakai secara luas di banyak negara.

MENGAPA PBL ?
Ada beberapa alasan mengapa PBL digunakan dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi
yaitu
1. Seorang lulusan tidak dapat menaggulangi masalah yang dihadapinya hanya dengan
menggunakan satu disiplin ilmu. Ia harus mampu menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu
pengetahuan yang telah dipunyai atau mencari ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya dalam
rangka menanggulangi masalahnya.
Melalui PBL yang diawali dengan pemberian masalah pemicu kepada mahasiswadapat
menerapkan suatu model pembelajaran secara spiral (spiral learning model) dengan memilih
konsep dan prinsip yang terdapat dalam sejumlah cabang ilmu, sesuai kebutuhan masalah.
Dengan diberi sejumlah masalah pemicu, diharapkan sebagian besar/seluruh materi cabang ilmu
dicakup.
2. Integrasi antara berbagai konsep/prinsip/informasi cabang ilmu dapat terjadi
3. Kemampuan mahasiswa untuk secara terus menerus melakukan “up-dating” / pengembangan
pengetahuannya tercapai
4. Perilaku sebagai seorang “ life long learner” dapat tercapai
5. Langkah-langkah PBL yang dilaksanakan melalui diskusi kelompok dapat menghasilkan
sejumlah ketrampilan sebagai berikut
a. ketrampilan penelusuran kepustakaan
b. ketrampilan membaca
c. ketrampilan/kebiasaan membuat catatan
d. kemampuan kerjasama dalam kelompok
e. ketrampilan berkomunikasi
f. keterbukaan
g. berpikir analitik
h. kemandirian dan keaktifan belajar
i. wawasan dan keterpaduan ilmu pengetahuan
6. Dapat mengimbangi kecepatan informasi atau ilmu pengetahuan yang sangat cepat.
https://www.slideshare.net/asballard/problem-based-learning-12794529

Anda mungkin juga menyukai