Anda di halaman 1dari 6

A.

Fungsi dan Peranan Analisis Kebutuhan Dalam Pembelajaran


Secara singkat, analisis merupakan alat yang konstrukif untuk melakukan perubhan
yang disasarkan pada dasar logika yang bersifat rasional. Perubahan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok dan individu. Metode
analisis kebutuhan berguna untuk mengukur bias kesenhangan tang terjadi dalam
pembelajaran. Beberapa fungsi analisis kebutuhan menurut Morrison (2001) sebagai
berikut.
1. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang
yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
2. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan
atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan.
3. Menyajikan prioritas-prioritasuntuk memilih tindakan.
4. Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.
Dari beberapa peranan analisis kebutuhan yang dipaparkan, maka terdapat peranan-
peranan analisis kebutuhan dalam merencanakandan mengadalankan analisis
kebutuhangai berikut. (Morrison, 2001: 28-39)
1. Kebutuhan Normatif
Membandingkan peserta didik dengan standar nasional
2. Kebutuhan Komoperatif
Membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain yang
setingkat
3. Kebutuhan yang dirasakan
Hasrat atau kinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu
ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat
ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk
mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara interview.
4. Kebutuhan yang diekspresikan
Kebutuhan yang dirasakan oleh pesertadidik yang perlu untuk diekspresikan
dalam tindakan. Misalnya, peserta didik yang mendaftar dalam perguruan tinggi
5. Kebutuhan masa depan
Mengidetifikasi perubahan-perubahan yang dirasa akan terjadi dimasa yang akan
dating. Misalnya penerapan dalam tekni pembelajaran yang baru.
6. Kebutuhan insidetil yang mendesak
Faktor negatif yang muncul diluar dugaan yang sangat berpengaruh
B. Sumber Analisis Kebutuhan Dalam Pembelajaran
1. Analisis Kebutuhan Akademis
Analisis kebutuhan akademis adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku yakni Kurikulum 2013. Kompetensi
yang harus dicapai oleh K13 tercermin dari Strandar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan (SI dan SKL) sebagai standar kemampuan minimal yang harus dicapai.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Bab V pasal 26 dijelaskan Standar Kompetensi Lulusan pada satuan
pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia,
memiliki pengetahuan, keterampilan kemandirian, dan sikap untuk menemukan,
mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi dan seni yang bermanfaat
bagi kemanusiaan.
2. Analisis Kebutuhan non Akademis
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 36 Ayat 1, menjelaskan bahwa daerah dapat mengembangkan kurikulum
muatan lokal, yakni kurikulum yang memiliki kekhasan sesuai dengan kebutuhan
daerah, serta aspek pengembangan diri yang sesuai dengan minat siswa.
Selanjutnya ayat 2, menjelaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar itulah, dalam proses pengembangan
desain pembelajaran sekolah memiliki ruang yang cukup luas untuk
mengembangkan isi kurikulum sesuai kebutuhan siswa, potensi, dan karakteristik
daerah masing-masing.
Dalam proses pengembangan maupun proses implementasi kurikulum, siswa
harus menjadi tumpuan utama, artinya seluruh proses pengembangan dan
implementasi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan siswa. Pada kenyataannya
yang dibutuhkan siswa bukan saja kebutuhan akademis, yani kebutuhan untuk
menguasai konsep dan prinsip seperti yang disajikan dalam berbagai mata
pelajaran atau bidang studi, akan tetapi juga kebutuhan nonakademis yakni
berbagai kebutuhan yang berkenaan dengan potensi, minat dan bakat setiap siswa
sesuai dengan tuntutan masyarakat. Dalam konteks inilah perlu dilaksanakan studi
kebutuhan nonakademis setiap siswa.
Tujuan menganalisis kebuthan nonakademis adalah untuk menjaring berbagai
kepentingan dan tuntutan masyarakat yang perlu dikembangkan oleh sekolah
untuk dipelajarai siswa sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang dimilikinya,
agar mereka dapat hidup dimasyarakat. Ada sejumlah prinsip pengembangan
kebutuhan nonakademis, yakni :
a) Tidak bertentangan dengan filsafat atau pandangan hidup bangsa yaitu nilai-
nilai Pancasila.
b) Dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai local dimana siswa
tinggal.
c) Dikembangkan untuk meningkatkan nilai0nilai kebangsaan atau untuk
menumbuhkembangkan budaya nasional.
d) Dikembangkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e) Dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berkompetisi pada
masyarakat global.
C. Strategi Analisis Kebutuhan Dalam Desain Pembelajaran
Dalam segi pengembangan kurikulum dalam media, John dan McNeil (1985)
mengaartikan analisis kebutuhan (need assessment) sebagai “”the process by which one
defines educational needs and decides what their priorities are”. Sejalan dengan
pendapat McNeil, Seels dan Glasglow (1990) menjelaskan tentang pengertian need
assessment: “it means a plan for gathering Information about discrepancies and for using
that information to make decisions about priorities”. Sedangkan menurut Anderson
analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses kebutuhan sekaligus menentukan
prioritas. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk
mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / Tought to
be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (x). Kondisi yang diinginkan seringkali
disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan
kondisi riil atau kondisi nyata.
Ada beberapa hal yang melekat pada pengertian need assessment. Pertama;
needassessment merupakan suatu proses artinya ada rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan need assessment. Need assessement bukanlah suatu hasil, akan tetapi suatu
aktivitas tertentu dalam upaya mengambil keputusan tertentu. Kedua; kebutuhan itu
sendiri pada hakikatnya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dengan
demikian maka, need assessment merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang
kesenjangan yang seharusnya dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah dimiliki. Untuk
memahami suatu kebutuhan termasuk masalah atau perlu penilaian terlebih dahulu
terhadap kebutuhan yang teridentifikasi yang disebut need assessment. Dalam memahami
need assessment juga perlu ditekankan pentingnya pengumpulan informasi tentang
penilaian kebutuhan secara langsung dari siswa baik orang dewasa maupun siswa umum.
Diperlukan beberapa pertanyaan untuk mengidentifikasi need assessment, lima tipe
pertanyaan yang berbeda-beda kelima pertanyaan tersebut adalah :
1. Tipe pertanyaan untuk mengidentifikasi masalah siswa tentang masalah yang sedang
dihadapi.
2. Tipe pertanyaan yang menanyakan kepada siswa untuk mengungkapkan prioritas-
prioritas diantara ketrampilan-ketrampilan yang mungkin dapat dimasukkan dalam
pelajaran. Contoh : ketrampilan apa yang dibutuhkan ?
3. Tipe pertanyaan yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan ketrampilan tertentu.
Contoh: tulislah pertanyaan dengan kalimat yang pendek
4. Tipe pertanyaan mencoba untuk mengungkapkan perasaan dan kesan siswa tentang
suatu pelajaran tertentu. Contoh : apa yang menarik dari pelajaran tersebut?
5. Tipe pertanyaan yang memberikan kepada siswa untuk menentukan pemecahan
sendiri secara baik. Contoh: apa yang paling baik dilakukan untuk ?
Atwi Suparman (2001 : 65-72) ada 8 langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan
pembelajaran sebagai berikut:
Langkah 1.
Mengidentifikasi kesenjangan hasil prestasi saat ini dengan yang diidealkan. Untuk
memperoleh data tersebut menggunakan cara ; membaca laporan tertulis observasi,
wawancara, angket dan dokumen.
Langkah 2.
Sebelum mengambil tindakan pemecahan masalah, kesenjangan tersebut harus dinilai
terlebih dahulu dari segi tingkat signifikasi pengaruhnya, luas ruang lingkup, dan
pentingnya peranan kesenjang-anterhadap masa depan lembaga atau program.
Langkah 3.
Yang dilakukan dalam langkah ini:
1. Menganalisis kemungkinan pe-nyebab kesenjangan melalui ob-servasi,wawancara,
analisa logis.
2. Memisahkan kemungkinan pe-nyebab yang tidak berasal dari kekurangan
pengetahuan, ketram-pilan dan sikap untuk diserahkan penyelesaiannya kepada
pihak lain.
3. Mengelompokkan kemungkinan penyebab yang berasal dari ke-kurangan
pengetahuan ketrampilan dan sikap tertentu untuk diteruskan ke langkah 4.

Langkah 4.
Menginterview siswa untuk memisahkan antara yang sudah pernah dan yang belum
memperoleh pendidikan, bagi yang sudah berpendidikan melanjutkan ke-langkah 5 dan
bagi yang belum meneruskan ke-langkah 8.
Langkah 5
Bagi peserta yang sudah ber-pendidikan pada langkah ini dike-lompokkan lagi mejadi
peserta yang sering mengikuti pendidikan menuju ke-langkah 6 dan jarang mengikuti
pendidikan melanjutkan ke langkah 7
Langkah 6.
Kelompok yang sudah sering men-dapat pendidikan diberi umpan balik atas
kekurangannya dan diminta untuk mem-praktekkan kembali sampai dapat mela-kukan
tugasnya seperti yang diinginkan.
Langkah 7.
Bagi kelompok yang masih jarang mengikuti pendidikan diberi kesempatan lebih
banyak untuk berlatih kembali, ini perlu disupervisi dari dekat agar mencapai hasil
yang diinginkan.
Langkah 8.
Untuk kelompok peserta yang belum pernah memperoleh pendidikan perlu dibuatkan
intruksional yang men-cakup pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk
diketahui peserta.
Setelah selesai pada tahapan ini dilanjutkan analisis pembelajaran, agar sistematis dan
prosedural perlu diurutkan tujuan pembelajaran dari yang bersifat abstrak umum kepada
tujuan yang kongkrit operasional. Ketrampilan melakukan analisis pembelajaran penting
bagi kegiatan pembelajaran, karena pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus
diberikan lebih dulu dibanding yang lain, ini berarti pengajaran terhindar dari pem-berian
isi pelajaran yang tidak relevan dengan TPU (Tujuan Pembelajaran Umum).
DAFTAR PUSTAKA

Atwi Suparman, Desain Instructional, Proyek pengembangan Universitas Terbuka


Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional, 2001.
Departemen Pendidikan Nasional .2003. Undang-undang RI No.20 tahun
2003.tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: D epdiknas
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.
McNeil, John. 1985. Curricullum,A Comperhensive Introduction. Boston: Little,
Brown and Company
Morrison dkk, 2001, Fungsi dan manfaat Media Pembelajaran. Jakarta
http://uaksena.com/fungsi-dan-manfaat-media-pengajaran.html (diakses pada 8
Februari 2020)
Seels, B.B. dan Glasgow, Z. (1990). Exercises in Instructionals Design. Columbus:
Merril Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai