Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMBELAJARAN MIKRO

Disusun Oleh :

Vellin F.E Londo

18504165
UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan karunia-Nya, sehingga makalah PEMBELAJARAN MIKRO ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun guna melengkapai tugas dalam mata kuliah


PEMBELAJARAN MIKRO, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan
mahasiswa dalam memahami pengetahuan tentang PEMBELAJARAN MIKRO.
Kami menyadari bawah penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
dari itu, kami mengharap kritik maupun saran yang bersifat membangun dan
memperbaiki makalah yang mungkin akan ditulis untuk kegiatan lainnya nanti.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan


bermanfaat untuk menambah pengetahuan.
A. Pengertian Analisis Kebutuhan
Menurut John Mc-Neil (1985) mendefinisikan need
assessment sebagai “the process by which one defines educational needs
decides  what their priorities are”. Jadi menurut McNeil, assessment itu
adalah proses menentukan prioritas kebutuhan pendidikan. a discrepancy
beetwen an acceptable state of learner behavior or attitude and an
observed learner state”. Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd dalam bukunya
juga mengutip pendapat Seels dan Glasgow (1990) bahwa need
assessment yaitu “it means a plan for gathering information about
discrepancies and for using that information to make decisions about
priorities”.  Kebutuhan itu pada dasarnya adalah kesenjangan
(discrepandies) antara apa yang telah tersedia dengan apa yang
diharapkan, dan need assessment  adalah proses pengumpulan informasi
tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesempatan untuk
dipecahkah. Witkin (1984) mendefinisikan analisis kebutuhan, sebagai
proses membuat keputusan dengan memanfaatkan informasi yang
dikumpulkan. Jadi, analisis kebutuhan dapat dikatakan daftar kebutuhan
yang diperlukan dan didata sehingga apa yang diinginkan dapat diketahui
berdasarkan skala prioritas serta sebagai bahan pengambilan keputusan
oleh manajemen untuk menentukan proses pembelajaran dan sumber
belajar apa yang akan digunakan serta model dan desain apa yang akan
dilakukan. Ada beberapa hal yang   yang melekat pada pengertian need
assessment, seperti yang dikemukakan baik oleh McNeil maupun oleh
Glasglow. Pertama, need assessment  merupakan suatu proses artinya ada
rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan need assessment. Need
assessment  bukanlah suatu hasil, tetapi merupakan suatu aktivitas tertentu
dalam upaya mengambil keputusan tertentu. Kedua, kebutuhan itu sendiri
pada hakikatnya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Dengan demikian maka, need assessment itu adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang kesenjangan yang seharusnya dimiliki
setiap siswa dengan apa yang telah dimiliki. Kegiatan need
assessment  merupakan suatu kegiatan yang pertama kali harus dilakukan
setiap model desain sistem intruksional. Media direncanakan dan
dirancang berdasarkan kebutuhan (need) yang dirasakan oleh audiens atau
siswa. Dengan demikian, merancang suatu media tidak berangkat dari
keingainan pengembang media itu sendiri, akan tetapi berangkat dari
kesenjangan antara apa yang diharapkan dimiliki siswa dengan apa yang
telah dimilikinya. Artinya, suatu rancangan pendidikan yang didesain tidak
hanya mementingkan keinginan desainer melainkan merancang sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran, karena siswa dalam lembaga pendidikan
adalah produk yang akan dihasilkan oleh lembaga itu sendiri dan kualitas
produk (siswa) yang akan dihasilkan melibatkan kinerja dan rancangan
yang disusun dalam sistem pembelajaran, sedangkan sistem pembelajaran
disusun dan dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam kegiatan
pembelajaran
B. Langkah-langkah Analisis Kebutuhan
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd dalam bukunya menuliskan
beberapa kegiatan dalam menganalisis kebutuhan yang dikutip dari
seorang ahli manajemen yaitu Glasglow yang mengemukakan need
assessment meliputi kegiatan yang diawali dari pengumpulan informasi
dan diakhiri dengan merumuskan masalah yang ada. Seorang manajemen
dapat merencanakan suatu pembelajaran dengan baik apabila mengetahui
kekurangan dan  kelebihan dalam kegiatan pembelajan baik itu berupa
media pembelajaran, tenaga pengajar, kecukupan materi, serta karakter
siswa. Untuk itu, perlu analisa kebutuhan yang baik guna untuk
mendapatkan informasi yang akurat dan dapat digunakan dalam
merancang pembelajaran.
a.       Tahapan Pengumpulan Informasi
Dalam merancang pembelajaran pertama kali seorang desainer
perlu memahami terlebih dahulu informasi tentang siapa dapat
mengerjakan apa, siapa memahami apa, siapa yang akan belajar, kendala-
kendala apa yang dihadapi, dan bagaimana pengaruh keadaan tertentu
terhadap karakteristik siswa. Berbagai informasi yang dikumpulkan akan
bermanfaat dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai beserta skala
prioritas dalam proses pemecahan masalah.  Data-data yang terkumpul
akan bermanfaat dalam menentukan dan menyusun langkah-langkah
selanjutnya. Persoalan mengenai scope dari need assessment
meliputi tahapan-tahapan pelaksanaa, penentuan sumber, dan
penjadwalan. Persoalan mengenai jenis informasi yang dibutuhkan
meliputi fakta atau pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, sikan dan
pandangan,, serta tingkat hubunga. Persoalan mengenai tehnik
pengumpulan data bisa dilakukan dengan interview, studi dokumentasi,
observasi, dan diskusi. Persoalan mengenai penggunaan sumber dapat
dilakukan melalui sumber manusia, pelayanan, dan teknik laporan.
b.      Tahapan Identifikasi Kesenjangan
Dalam mengidentifikasi kesenjangan Kaufman dan English (1979),
menjelaskan identifikasi kesenjangan melalui Organizational Elements
Model (OEM). Dalam model OEM, Kaufman manjelaskan adanya lima
elemen yang saling berkaitan. Dua elemen pertama, yaitu input dan proses
adalah bagaimana menggunakan setiap potensi dan sumber yang ada.
Sedangkan elemen yang terakhir meliputi produk, output, dan outcome
merupakan hasil akhir dari suatu proses. Komponen input, meliputi
kondisi yang tersedia pada saat ini. Komponen proses, meliputi
pelaksanaan pendidikan yang berjalan yang terdiri atas pola pembentukan
staf, pendidikan yang berlangsung sesuai dengan kompetensi,
perencanaan, metode, pembelajaran individu, dan kurikulum yang berlaku.
Komponen produk, meliputi penyelesaian pendidikan, keterampilan,
pengetahuan dan sikap yang dimiliki serta kelulusan tes kompetensi.
Komponen output, meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasayarat, dan
lisensi. Komponen outcome, meliputi kecukupan dan kontribusi individu
atau kelompok saat ini dan masa depan.
c.       Analisis Performance
Analisis performance meliputi beberapa hal diantaranya :
1)      Mengidentifikasi guru
2)      Mengidentifikasi sarana dan kelengkapan penunjang
3)      Mengidentifikasi berbagai kebijakan sekolah
4)      Mengidentifikasi iklim sekolah dan iklim psikologi
d.      Mengidentifikasi Kendala serta Sumber-sumbernya
Tahap keempat dalam need assessment adalah mengidentifikasi
berbagai kendala yang muncul beserta sumber-sumbernya. Dalam
pelaksanaan suatu program berbagai kendala bisa muncul sehingga dapat
berpengaruh terhadap kelancaran suatu program. Berbagai kendala dapat
meliputi waktu, fasilitas, bahan, pengelompokan dan komposisinya,
pilosofi, personal, dan organisasi. Sumber-sumber kendala bisa berasal
dari pertama, orang yang terlihat dalam suatu program pembelajaran,
misalnya guru-guru,
kepala sekolah, dan siswa itu sendiri, termasuk juga dalam unsur orang ini
adalah unsur filsafat atau pandangan orang terhadap pekerjaannya,
motivasi kerja, dan kemampuan yang dimilikinya. Kedua, fasilitas yang
ada, didalamnya meliputi ketersediaan dan kelengkapan fasilitas serta
kondisi fasilitas. Ketiga, berkaitan dengan jumlah pendanaan beserta
pengaturannya.
e.       Identifikasi Karakteristik Siswa
Tahap kelima dalam need assessment adalah mengidentifikasi
siswa. Tujuan utama dalam desain pembelajaran adalah memecahkan
berbagai problema yang dihadapi siswa, oleh karena itu hal-hal yang
berkaitan dengan siswa adalah dari need assessment.  Identifikasi yang
berkaitan dengan siswa diantaranya adalah tentang usia, jenis kelamin,
level pendidikan, tingkat sosial ekonomi, latar belakang, gaya belajar,
pengalaman dan sikap. Karakteristik siswa seperti diatas, akan bermanfaat
ketika kita menentukan tujuan yang harus dicapai, pemilihan dan
penggunaan strategi pembelajaran yang dianggap cocok, serta untuk
menentukan teknik evaluasi yang relevan. Hal ini seperti diungkapkan
McGowan dan Clark (1985): “you can take this information about the
learner into acoun when selecting instructional strategies”. Strategi
pembelajaran yang digunakan akan berbeda untuk siswa yang kemampuan
berpikirnya lebih dibandingkan untuk siswa yang memiliki kemampuan
berpikir tendah. Perlunya mengidentifikasi karakteristik siswa berangkat
dari asumsi bahwa siswa merupakan organisme yang unik yang memiliki
perbedaan. Walaupun secara fisik siswa sama, namun pada bagian-bagian
tertentu memiliki perbedaan, misalnya dalam hal kemampuan dasar, minat,
bakat dan lain sebagainya. Atas dasar perbedaan tersebut maka,
pengembang media pendidikan perlu menyesuaikannya baik dengan gaya
bahasa, teknik penyajian, teknik memberikan ilustrasi dan lain sebagainya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi
karakteristik siswa diantaranya :
1)      Tingkat perkembangan psikologi siswa
2)      Kemampuan dasar siswa
3)      Gaya belajar siswa
4)      Kebiasaan siswa[6]
Dari banyaknya karakter siswa dalam suatu lembaga pendidikan
menjadi suatu PR tersendiri bagi pengelola dalam merancang dan
merencanakan sistem pembelajaran serta kebutuhan apa saja yang
diperlukan. Karena itu dalam hal ini perlu adanya identifikasi karakteristik
siswa untuk mengetahui apa saja yang diperlukan untuk pencapaian tujuan
yang maksimal.
f.       Identifikasi Tujuan
Kaufman (1983) mendefinisikan need assessment sebagai suatu
proses mengidentifikasi, mengdokumentasi dan menjustifikan kesenjangan
antara apa yang terjadi dan apa yang akan dihasilkan melalui penentuan
skala prioritas dari setiap kebutuhan. Definisi yang dikemukakan oleh
Kaufman berhubungan erat dengan tujuan yang ingin dicapai . oleh sebab
itu, mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai merupakan salah satu
kegiatan yang harus dilaksanakan dalam proses need assessment.
g.      Menentukan Permasalahan
Tahap akhir dalam proses analisis masalah adalah menuliskan
pernyataan masalah sebagai pedoman dalam penyusunan proses desain
intruksional. Penulisan masalah pada dasarnya merupakan rangkuman atau
sari pati dari permasalahan yang ditemukan. Pernyataan masalah harus
ditulis secara singkat dan padat yang biasanya tidak lebih dari satu-dua
paragraf. Salah satu format yang sederhana dikembangkan oleh Jung, Pino
dan Emory (1979), yang dinamakan dengan RUPS (Reserch Utilizing
Problem Solving). Tujuan RUP adalah merumuskan latar belakang dan
konteks permasalahan, bagaiman tipe permasalahan dan memberikan
tujuan berdasarkan permasalahan untuk dikembangkan. Teknik RUPS
merupakan teknik yang dianggap peling baik ketika kita ingin menjawab
permasalahan yang harus dipecahkan.
Terdapat lima pokok pertanyaan yang harus dijawab manakala kita
menentukan permasalahan dengan menggunakan teknik RUPS, yaitu :
1)      Siapa yang menjadi sasaran permasalahan, apakah anda
sendiri, team teaching, kelompok lain? Atau masyarakat ?
2)      Siapa dan apa factor-faktor penyebab permasalahan, apakah
karena factor organisasi? Lemahnya bahan dan alat pendukung?
3)      Macam apa permasalahan yang dihadapi, apakan karena
ketidaksepakatan tentang tujuan? Apakah karena lemahnya
kemampuan? Tidak adanya sumber yang memadai? Lemahnya
komunikasi? Adanya konflik dalam membuat keputusan?
4)      Apakah tujuan pengembangan itu, apa yang akan berbeda
manakala tujuan telah berhasil dicapai? Siapa dan akan
mengerjakan apa? Apa target yang harus dicapai?
C. Sumber Analisis Kebutuhan
Seperti yang telah dijelaskan desain intruksional berorientasi
pencapaian kompetensi adalah sistem desain yang dikembangkan untuk
mendukung keberhasilan kurikulum yang berorientasi pada kompetensi,
seperti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara umum ada
dua jenis analisis kebutuhan, yakni analisis kebutuhan akademis dan non
akademis.
a.       Analisis Kebutuhan Akademis
Analisis kebutuhan akademis adalah kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku yakni
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kompetensi yang harus
dicapai oleh KTSP tercermin dari Strandar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan (SI dan SKL) sebagai standar kemampuan minimal yang harus
dicapai. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Bab V pasal 26 dijelaskan Standar
Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Standar Kompetensi Lulusan pada satuan pendidikan menengah
umum bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar Kompetensi Lulusan pada
satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya. Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan tinggi
bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan kemandirian,
dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu,
teknologi dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
b.      Analisis Kebutuhan Non Akademis
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 36 Ayat 1, menjelaskan bahwa daerah dapat
mengembangkan kurikulum muatan local, yakni kurikulum yang memiliki
kekhasan sesuai dengan kebutuhan daerah, serta aspek pengembangan diri
yang sesuai dengan minat siswa. Selanjutnya ayat 2, menjelaskan bahwa
kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip dibersifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik. Atas dasar itulah, dalam proses pengembangan
desain pembelajaran sekolah memiliki ruang yang cukup luas untuk
mengembangkan isi kurikulum sesuai kebutuhan siswa, potnsi, dan
karakteristik daerah masing-masing. Baik dalam proses pengembangan
maupun proses implementasi kurikulum, siswa harus menjadi tumpuan
utama, artinya seluruh proses pengembangan dan implementasi diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan siswa. Pada kenyataannya yang dibutuhkan
siswa bukan saja kebutuhan akademis, yani kebutuhan untuk menguasai
konsep dan prinsip seperti yang disajikan dalam berbagai mata pelajaran
atau bidang studi, akan tetapi juga kebutuhan nonakademis yakni berbagai
kebutuhan yang berkenaan dengan potensi, minat dan bakat setiap siswa
sesuai dengan tuntutan masyarakat. Dalam konteks inilah perlu
dilaksanakan studi kebutuhan nonakademis setiap siswa. Tujuan
menganalisis kebuthan nonakademis adalah untuk menjaring berbagai
kepentingan dan tuntutan masyarakat yang perlu dikembangkan oleh
sekolah untuk dipelajarai siswa sesuai dengan minat, bakat dan potensi
yang dimilikinya, agar mereka dapat hidup dimasyarakat. Ada sejumlah
prinsip pengembangan kebutuhan nonakademis, yakni :
1)      Tidak bertentangan dengan filsafat atau pandangan hidup
bangsa yaitu nilai-nilai Pancasila.
2)      Dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai local
dimana siswa tinggal.
3)      Dikembangkan untuk meningkatkan nilai0nilai kebangsaan
atau untuk menumbuhkembangkan budaya nasional.
4)      Dikembangkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
5)      Dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan
berkompetisi pada masyarakat global.
D.    Kesimpulan
Dalam merancang suatu pembelajaran salah satu kegiatan yang perlu
dilakukan yaitu menganalisis kebutuhan, hal itu dilakukan untuk mengetahui dan
mendata daftar kebutuhan pendidikan untuk menentukan skala prioritas, analisis
kebutuhan bisa juga disebut suatu informasi kebutuhan hal itu digambarkan oleh
Glasglow yang menyatakan bahwa langkah-langkah yang diperlukan dalam
menganalisis kebutuhan diawali dari pengumpulan informasi dan diakhiri dengan
perumusan masalah.
Menganalisis  kebutuhan merupakan salah satu kegiatan yang sangat
penting dalam merancang pembelajaran. Hal itu sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang di desain untuk membantu menyelesaikan kebutuhan belajar
untuk siswa. Dalam merancang pembelajaran yang diawali dengan menganalisis
kebutuhan memungkinkan hasil pencapaian tujuan yang optimal, secara sederhana
digambarkan “apabila seseorang mengetahui akan turun hujan, maka dia
membutuhkan payung untuk berjalan. Hal itu dibutuhkan agar dalam berjalan 
dia tidak kehujanan dan jatuh sakit”.
Dari ilustrasi diatas, dapat disimpulkan apabila seorang manajemen
mengetahui informasi apa yang dibutuhkan, maka dia juga dapat mendesain suatu
pembelajaran dengan baik untuk  pencapaian hasil yang baik pula.

Http+ěššččřřžčěščřžýááááííííééé=íáýžřř

Anda mungkin juga menyukai