Anda di halaman 1dari 2

Nama : Restu Hidayah

Kelas : PLB B

Matkul : Ortopedagogik

Hasil Observasi di SLB Negeri Pembina Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 14 November 2019

SLB Negeri Pembina Yogyakarta merupakan salah satu SLB yang bertempat di Giwangan.SLB
ini merupakan SLB yang unggul dan terakreditasi A yang berjenjang mulai dari TK sampai SMA.SLB
tersebut memiliki banyak siswa dan merupakan SLB terlengkap diantara SLB lainnya.Mulai dari anak
tuna rungu,tuna netra,tuna grahita,tuna laras,tuna majemuk,autis dll. dengan begitu tak lain dan tak lebih
mereka memiliki guru guru yang handal dan profesional.

Dalam observasi kelas kami,kebetulan dibagi beberapa kelompok dan saya masuk di kelas
Busana.Disana terdapat 8 siswa tetapi 2 diantara mereka sedang mengikuti kejuaraan olahraga tingkat
nasional.Dalam satu kelas tersebut terdapat 6 siswa yang memiliki kebutuhan khusus berbeda beda tetapi
lebih tepatnya masuk dalam kategori tuna grahita ringan,sedang,maupun berat.

Hasil observasi saya menurut beberapa ahli yaitu:

Awal dari bagaimana para guru menjuruskan anak tersebut ke kloter busana,salah satunya karena
keterampilan mereka yang menonjol disana.Keterlatihan mereka di kelas busana sudah menghasilkan
berbagai jenis produk.Hasil observasi ini sudah terefleksikan ke dalam pendapat beberapa ahli:

1. Itard (visualisasi dan komunikasi)


Salah satu yang paling mendukung dari kelas tersebut yaitu komunikasi antara guru dan siswa
yang cukup akrab,walaupun guru tersebut belum lama menempati SLB itu.Dari arah komunikasi
mereka yang selalu nyambung dan tidak menyebabkan kelas tersebut menjadi canggung sehingga
siswa dapat menempatkan posisi ternyaman mereka.
Kelas busana tersebut telah menggerakkan beberapa sarana dan prasarana yang cukup memadai
seperti beberapa mesin jahit.dalam menggerakkan mesin jahit mereka otomatis menggunakan inra
perasa dan penglihatan sehingga banyak dari mereka ber 8 yang telah menghasilkan berbagai
produk pakaian,yang nantinya akan dijual dan dipamerkan.Dengan keterbatasan mereka,mereka
mampu menghasilkan apa yang belum tentu dapat dihasilkan oleh anak anak yang tidak
berkebutuhan khusus.

2. Seguin (Metode fisiologik)


Siswa kelas busana tersebut dilatih kemandirian,guna untuk meningkatkan kreativitas tanpa
bantuan orang lain.Guru yang melatih mereka juga membebaskan mereka melakukan apapun
sesuai keinginan mereka.Nah ,hasil dari latihan kemandirian tersebut mereka mampu membuat
bros dengan jahitan manual,mereka menggambar,mewarnai dan itu tak lepas dari pengawasan
guru.Yang terpenting guru dapat mendorong bakat dan minat siswa sesuai dengan kebutuhan
mereka.
3. Montessory (alat alat penunjang)
Salah satu pemikiran montessory yaitu memerdekakan anak,ini berarti guru tidak memberatkan
aktivitas siswa sehingga siswa dengan mudah berinteraksi dengan siawa lainnya.Dalam kelas
busana tersebut terdapat 2 kelas dengan 8 siswa yang memiliki sifat berbeda beda.Disamping itu
mereka dengan bebas menggunakan fasilitas sekolah seperti alat peraga,sehingga guru dan siswa
dengan mudah menciptakan kelas yang kondusif.

Anda mungkin juga menyukai