BERKEBUN
Pembimbing Akademik : Nasrudin, S.KM,. M.Kes & Edi Wibowo S, S.Kep. Ns., M. Kep.
Kelompok A:
PRODI NERS
JOMBANG, 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianya-Nya
proposal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Proposal “Terapi Aktivitas Kelompok Berkebun” ini dibuat untuk memenuhi tugas
mahasiswa dari Keperawatan Gerontik tahun ajaran 2015/2016 Universitas Pesantren Tinggi
Darul Ulum Jombang,Fakultas Ilmu Kesehatan. Pada kesempatan ini tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Nasrudin, SKM., M Kes. & Edi Wibowo S, S. Kep. Ns., M. Kep selaku pembimbing
Keperawatan Gerontik
2. Fredhi L.S., S.Kep.Ns. & Maya Fitria, S.Kep.Ns.Selaku Pembimbing Lahan
Keperawatan Gerontik
3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Proposal TAK Keperawatan Gerontik yang sederhana ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan karena pengalaman kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan proposak TAK Keperawatan Gerontik ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
Latar Belakang....................................................................................................................2
BAB II Topik......................................................................................................................2
Kesimpulan........................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................45
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TAK
KEPERAWATAN GERONTIK
Disusun Oleh :
Menyetujui / Mengesahkan
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami penurunan kemampuan
fisik, mental dan sosial secara bertahap sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari.
Bagi kebanyakan orang masa tua itu masa yang kurang menyenangkan (Stanley, 2009).
Anggapan terhadap lansia adalah bingung dan tidak peduli terhadap lingkungan,
kesepian dan tidak bahagia, pikun, tidak berniat dengan seksual dan tidak berguna bagi
masyarakat. Namun kenyataannya tidak semua usia lanjnut yang mencapai kematangan,
kemantapan dan produktivitas mental dan material pada usia lanjut (Bandiyah, 2010).
Lansia dipanti biasanya akan mengalami berbagai hal yang berhubungan dengan
biopsikospiritualnya yang begitu beragam dan kompleks. Slah satu yang paling menjadi
tingkat kedua dalam masalah lansia adalah gangguan psikologis yang sama tingginya dengan
gangguan penyakit fisik pada lansia. Contoh gangguan psikologis pada lansia yaitu
peningkatan depresi terhadap keadaan penuaan, diri sendiri dan keluarga yang kadang tidak
menghiraukan (Nugroho, 2008). Gangguan psikologis lain adalah lansia mengalami
kebosanan saat tidak dapat melakukan aktivitas karena hambatan berbagai hal yang dialami
lansia. Karena berkurangnya aktivitas pada lansia maka dari itu hubungan sosial di sekitarnya
juga mengalami penurunan bahkan jarang sekali memiliki hubungan sosial antar sesama
(Kuncoro, 2011).
Oleh karena itu perawat dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia
dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan
akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya. Dapat disadari bahwa
pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan
medis dalam proses penyembuhan dan ketenangan para klien lanjut usia (Nugroho, 2014).
Data pengkajian yang sudah dilakukan pada desiminasi awal tanggal 26 Oktober 2015
terdapat kurang lebih 24% dari 44 lansia di UPT Panti Werdha “ Mojopahit “ Mojokerto
mengalami gangguan pada psikologis dan hubungan sosialnya. Ditandai dengan lansia sering
menyendiri dan mengungkapakan kebosanan serta rasa sedih tidak bertemu keluarga. Maka
dari itu terapi modalitas menjadi salah satu pilihan untuk meningkatkan atau melatih lansia
untuk membina hubungan sosial, menurunkan tingkat gangguan psikologis dan mengurangi
kebosanan.
Terapi Modalitas merupakan suatu cara pendekatan agar lanjut usia dapat beradaptasi
terhadap situasi, lebih mampu merawat diri sendiri, banyak aktivitas dan lebih mandiri. Salah
satu terapi modalitas pada lanjut usia untuk menurunkan tingkat gangguan psikologis adalah
terapi berkebun, yaitu terapi dengan menggunakan berkebun secara terapeutik untuk
meningkatkan fungsi fisik, psikologis, kognitif, perilaku dan fungsi sosial serta meningkatkan
hubungan yang terapeutik, juga dapat memperbaiki, memelihara dan meningkatkan status
fisik dan mental (Nugroho, 2014)..
Terapi berkebun dimulai dengan membangun hubungan dan kepercayaan serta rasa
aman dan membuat kanjut usia merasa lebih baik dengan memanfaatkan waktu luangnya.
Jenis terapi berkebun adalah kegiatan bercocok tanam, mencangkok, merawat dan
memelihara tanaman sehingga energy yang dikeluarkan akan menghasilkan keringat
(Nugroho, 2014).
BAB II
MATERI
A. Topik
Terapi berkebun
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikutiterapi modalitas, terapi berkebun klien mampu
beradaptasi terhadap situasi, lebih banyak aktivitas dan lebih mandiri.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi modelitas, terapi berkebun selama 45 menit diharapkan
klien dapat :
a) Meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain, meningkatkan rasa kasih
sayang terhadap lingkungan.
b) Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan kecemasan.
c) Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang dihadapi.
d) Meningkatkan control diri dan perasaan.
e) Mengubah perilaku yang destruktif.
f) Mengembangkan kreativitas.
g) Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan.
C. Landasan Teori
Terapi modalitas adalah berbagai pendekatan penanganan klien yang
bervariasi, yang bertujuan untuk menmgubah perilaku klien dengan oerilaku
maladaptive menjadi perilaku yang adaptif. Terapi modalitas merupakan proses
pemulihan fungsi fisik mental emosional dan sosial kea rah keutuhan pribadi yang
dilakukan secara holistic.
Terapi modalitas menurut Perko & Kreigh :
1. Suatu tekhnik terapi dengan menggunakan pendekatan secara spesifik
2. Suatu system terapi psikis yang keberhasilannya sangat tergantung pada
adanya komunikasi atau perilaku timbal balik antara pasien dan terapis
3. Terapi yang diberikan dalam upaya mengubah perilaku maladaptive menjadi
perilaku adaptif.
D. Indikasi Terapi Berkebun
Dilakukan pada lanjut usia dengan kondisi :
1. Lansia yang masih bisa bergerak dan sehat secara fisik.
2. Deficit fungsional pad afisik, psikologis atau fungsi mental.
3. Marah, gusar dan kesepian.
4. Gangguan emosi dan perilaku.
5. Stress dan kecemasan.
6. Gangguan kepribadian (anti sosial).
E. Proses Seleksi
Seleksi dilakukan oleh mahasiswa selama pengkajian dan observasi serta wawancara
dengan menggunakan pedoman pengkajian fisik, psikososial, masalah emosional,
spiritual, pengkajian fungsional klien yaitu Katz indeks, Barthel indeks, pengkajian
status mental gerontik yaitu SPSMQ dan MMSE serta pengkajian keseimbangan,
yang dilakukan mulai tanggal 26 Oktober 2015.
F. Sasaran Kegiatan
Semua klien lanjut usia, laki-laki dan perempuan dengan kriteria diatas yang
berjumlah 12 orang atau lebih.
G. Tempat
Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
H. Waktu
Hari : Selasa
Tanggal : 3 November 2015
Jam : 16.00-selesai WIB
K. Langkah-Langkah
1. Persiapan
Klien membentuk persegi
2. Fase Orientasi
a) Leader membuka acara
b) Melakuakn perkenalan (terapis dank lien)
c) Leader menyampaikan tujuan terapi berkebun
d) Leader membuat validasi kontrak
e) Co-Leader membaca tata tertib
f) Leader dibantu Co-Leader menjelaskan langkah-langkah terapi berkebun
3. Fase Kerja
Pelaksanaan terapi berkebun
a) Leader memimpin peserta dan terapis untuk menggali tanah sedalam 10-15 cm
b) Lalu tanah yang sudah digali diisi dengan tanaman toga
c) Selanjutnya ditutup kembali dengan tanah
d) Lalu diberi pupuk
e) Serta disiram air
f) Leader membuat kesimpulan
4. Fase Terminasi
a) Leader menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti terapi berkebun
b) Leader menanyakan atau melakuakn evaluasi materi
c) Leader memberikan tugas atau rencana tindak lanjut
d) Leader membuat kontrak untuk yang akan datang
e) Leader menutup acara
Proses :
1. Terapis
a) Melaksanakan terapi berkebun sampai dengan selesai
b) Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan
2. Lansia
a) Mengikuti terapi berkebun sampai dengan selesai
b) Klien aktif mengikuti terapi berkebun dengan ceria
Hasil :
1. Fasilitator
Mengungkapkan tugas dengan baik sesuai rencana atau modifikasi saat acara
2. Lansia
Mengungkapkan rasa senang dan lebih santai
M. Program Antisipasi
1. Bila ada peserta yang melakuakn kegiatan tidak sesuai dengan tujuan, fasilitator
mengingatkan dan mengarahkan
2. Bila peserta pasif, fasilitator memotivasi untuk mengikuti kegiatan
3. Jika peserta ingin pergi sebelum terapi berkebun selesai, fasilitator
membimbingnya agar menyelesaikan terapi
4. Bila Leader blokir maka Co-Leader yang mengambil jalannya acara terapi
berkebun
Tugas:
a. Seting Tempat
L1
CO L
K2
F1 F1 F1
K5 K3
K4 F1
OBSR
Keterangan:
- L1 = Leader
CO L
- = kordinator Leader
- = Fasilitator
F
- = Klien
K
- = Klien
OBSR
N. Struktur Organisasi
1. Leader : Erlinda Shofiana
2. Co-Leader : Teguh K.H. dan Muslimatun N.R.
3. Fasilitator : Luxmanul K., Farichatus S., Sriekawati, Nailatul K., Rusmiati, Yuni
A., Sukry S., Shahnas M., Anjani T.L.
4. Observer : Lutfiana, Uswatun K.
5. Dokumentasi : HB. Defri dan Kadam
Jumlah 360.000
Konsumsi
Jumlah 288.000
Total 648.000
BAB III
PENUTUP
Terapi Modalitas merupakan suatu cara pendekatan agar lanjut usia dapat beradaptasi
terhadap situasi, lebih mampu merawat diri sendiri, banyak aktivitas dan lebih mandiri. Salah
satu terapi modalitas pada lanjut usia untuk menurunkan tingkat gangguan psikologis adalah
terapi berkebun, yaitu terapi dengan menggunakan berkebun secara terapeutik untuk
meningkatkan fungsi fisik, psikologis, kognitif, perilaku dan fungsi sosial serta meningkatkan
hubungan yang terapeutik, juga dapat memperbaiki, memelihara dan meningkatkan status
fisik dan mental (Nugroho, 2014)..
Terapi berkebun dimulai dengan membangun hubungan dan kepercayaan serta rasa
aman dan membuat kanjut usia merasa lebih baik dengan memanfaatkan waktu luangnya.
Jenis terapi berkebun adalah kegiatan bercocok tanam, mencangkok, merawat dan
memelihara tanaman sehingga energy yang dikeluarkan akan menghasilkan keringat
(Nugroho, 2014).