3.1 Pengkajian.
3.1.1 Identitas klien, meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada. usia muda),
jenis kelamin (kebanyakan laki-laki karena sering mengebut saat
mengendarai motor tanpa pengaman helm), pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor
register, dan diagnosis medis.
3.1.2 Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolong-an
kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan ekstremitasnyeri tekan
otot, hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan deformitas pada daerah
trauma.
3.1.3 Riwayat penyakit sekarang. Kaji adanya riwayat trauma tulang belakang
akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, jatuh
dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka tembak, trauma karena tali
pengaman (fraktur chance), dan kejatuhan benda keras. Pengkajian yang
didapat meliputi hilangnya sensibilitas, paralisis (dimulai dari paralisis layu
disertai hilangnya sensibilitas secara total dan melemah/menghilangnya
refleks alat dalam) ileus paralitik, retensi urine, dan hilangnya refleks-
refleks.
3.1.4 Riwayat penyakit dahulu. Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya
riwayat penyakit degeneratif pada tulang belakang, seperti osteoporosis dan
osteoartritis.
3.15 adl
1. Pernapasan.
2. Kardiovaskular
Pengkajian sistem kardiovaskular pada klien cedera tulang belakang
didapatkan renjatan (syok hipovolemik) dengan intensitas sedang dan berat.
Hasil pemeriksaan kardiovaskular klien cedera tulang belakang pada beberapa
keadaan adalah tekanan darah menurun, bradikardia, berdebar-debar, pusing
saat melakukan perubahan posisi, dan ekstremitas dingin atau pucat.
3. Persyarafan
(1) Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan pada klien cedera tulang
belakang dan tidak ada kelainan fungsi penciuman.
(2) Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam kondisi
normal.
(3) Saraf III, IV, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat
kelopak mata dan pupil isokor.
(5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
(6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
(7) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Ada usaha klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk
(8) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi, Indra pengecapan normal.
c) Pemeriksaan refleks:
(2) Pemeriksaan refleks patologis. Pada fase akut refleks fisiologis akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul
kembali yang didahului dengan refleks patologis.
4. Perkemihan
Kaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi
cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
5. Pencernaan.
Pada keadaan syok spinal dan neuropraksia, sering dida-patkan adanya ileus
paralitik. Data klinis menunjukkan hilangnya bising usus serta kembung dan
defekasi tidak ada. Hal ini merupakan gejala awal dari syok spinal yang akan
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pemenuhan nutrisi
berkurang karena adanya mual dan kurangnya asupan nutrisi.
6. Muskuloskletal.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik kompresi
saraf: spasme otomatis.
a. Diagnosa keperawatan I
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik kompresi
saraf: spasme otomatis.
Kriteria hasil :
Tindakan Rasional
1. Kaji adanya keluhan nyeri, 1. Membantu menentukan
catat lokasi, lama serangan, intervensi dan memberikan
faktor pencetus atau dasar untuk perbandingan dan
memperberat. Minta klien evaluasi terhadap terapi.
untuk mendapatkan skala
nyeri 1 – 10.
2. Pertahankan tirah baring 2. Tirah baring dalam posisi yang
selama fase akut. Letakkan nyaman memungkinkan klien
klien dalam posisi semi untuk menurunkan penekanan
fowler dengan tulang spinal, pada bagian tubuh tertentu dan
pinggang dan lutut dalam intervertebralis.
keadaan fleksi; posisi
telentang dengan atau tanpa
meninggikan kepala 10° -
30° atau pada posisi lateral.
3. Batasi aktivitas selama fase 3. Menurunkan gaya gravitasi
akut sesuai kebutuhan dan gerak yang dapat
menghilangkan spasme otot
dan menurunkan edema dan
tekanan pada struktur sekitar
discus intervertebralis yang
terkena
4. Letakkan semua kebutuhan, 4. Menurunkan resiko
termasuk bel panggil dalam peregangan saat meraih
batas yang mudah dijangkau
atau diraih klien.
5. Ajarkan teknik distraksi dan 5. Memfokuskan perhatian klien
relaksasi dan membantu menurunkan
tegangan otot dan
meningkatkan proses
penyembuhan.
6. Instruksikan atau anjurkan 6. Menghilangkan stress pada
klien untuk melakukan otot dan mencegah trauma
mekanisme tubuh atau lebih lanjut.
gerakan yang tepat.
7. Berikan kesempatan untuk 7. Berbicara dapat menurunkan
berbicara atau strees atau rasa takut selama
mendengarkan masalah klien dalam keadaan sakit dan
dirawat.
1. Klien mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan aturan
pengobatan individu.
Tindakan Rasional
1. Berikan tindakan pengamanan Berikan tindakan pengamanan sesuai
sesuai indikasi dengan situasi indikasi dengan situasi yang spesifik.
yang spesifik.
2. Catat respon-respon emosi atau Immobilisasi yang dipaksakan dapat
perilaku pada immobilisasi, memperbesar kegelisahan, peka
berikan aktivitas yang disesuaikan rangsangan. Aktivitas pengalihan dapat
dengan klien. membantu dalam memfokuskan
perhatian dan meningkatkan koping
dengan batasan tersebut.
4. Anjurkan klien untuk melatih kaki 4. Stimulasi sir vena atau arus
bagian bawah dan lutut balik vena menurunkan
keadaan vena yang statis dan
kemungkinan terbentuknya
thrombus
5. Bantu klien dalam melakukan 5. Keterbatasan aktivitas
ambulasi progresif tergantung pada kondisi yang
khusus, tapi biasanya
berkembang dengan lambat
sesuai toleransi.
1. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.
Tindakan Rasional
1. Kaji tingkat anxietas pasien. 1. Membantu mengidentifikasi
dalam keadaan sekarang
2. Berikan informasi yang akurat 2. Memungkinkan pasien untuk
dan jawab dengan jujur membuat keputusan yang
didasarkan atas pengetahuan.
3. Berikan pasien untuk
3. Meningkatkan koping yang
mengungkapkan masalah yang
sedang dihadapi
dihadapinya
4. Kaji adanya masalah sekunder
4. Memberikan perhatian terhadap
yang mungkin merintangi
klien, tanggung jawab untuk
keinginan untuk sembuh
meningkatkan penyembuhan.
5. Cara perilaku dari orang terdekat
5. Orang terdekat keluarga secara
atau keluarga yang meningkatkan
tanpa sadar memungkinkan untuk
peran sakit.
mempertahankan sesuatu yang
dapat klien lakukan.
6. Rujuk pada kelompok pelayanan
6. Memberikan dukungan untuk
sosial, konselor finansial,
beradaptasi pada perubahan dan
psikoterapi dan sebagainya.
memberikan sumber – sumber
untuk mengatasi masalah
3) Berikan penkes kepada klien dan keluarga tentang penyakit dan diit makanan yang