Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN RABIES
DOSEN PENGAMPU : INDRIATI, S.Kep., Ners., M.Kes.

DISUSUN OLEH:
HANA AFTHIRA RISFA
55/PI337420417110
1B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


DIII KEPERAWATAN BLORA
2017/2018
Satuan Penyuluhan Acara (SAP)
Pencegahan Rabies.

Pokok bahasan : Rabies


Sub bahasan : Pencegahan rabies.
Sasaran : 20 Siswa SMA di Desa Tempellemahbang Kec. Jepon Kab.Blora
Pendidikan : SMA sederajat
Waktu pertemuan : 35menit.
Tempat : Balai Desa Tempellemahbang Kec. Jepon Kab.Blora

A. Tujuan

1. Tujuan instruksional umum (TIU)


Setelah mendapatkan penjelasan mengenai rabies diharapkan siswa SMA di Desa
Tempellemahbang Kec. Jepon Kab.Blora terbebas dari rabies.

2. Tujuan instruksional khusus (TIK)


Setelah mendapatkan penjelasan tentang rabies, diharapkan siswa SMA di Desa
Tempellemahbang Kec. Jepon Kab.Blora dapat menyebutkan kembali :
1. Mengenai pengertian Rabies dengan tepat.
2. Penyebabpenularan dan hewan-hewan yang berpotensi menularkan Rabies.
3. 2 ciri hewan yang terinfeksi virus Rabies.
4. Cara pencegahan dan pengobatan Rabies dengan tepat.
5. Demonstrasi cara pencegahan penularan Rabies dengan tepat.

B. MateriBahasan.
Adapun materi yang akan disajikan meliputi:
1. Pengertian Rabies.
2. Penyebab dan hewan perantaraRabies.
3. Ciri hewan yang terinfeksi virus Rabies.
4. Cara pencegahan dan pengobatan Rabies dengan tepat.
5. Demonstrasi cara pencegahan penularan Rabies dengan tepat.
C. Proses Belajar Mengajar

Waktu Tahap kegiatan Kegiatan


Penyuluhan Sasaran
1.Membuka acara dengan 1. Membalassalam.
mengucapkan salam. 2. Mendengarkan dan member
5 Pembukaan 2.Menyampaikan topic dan tujuan respon
Menit penkes. 3.Menyetujui kesepakatan waktu
3.Kontrak waktu untuk kesepakatan pelaksanaan penkes.
pelaksanaa penkes.

20 Kegiataninti 1.Menjelaskan materi penyuluhan. 1.Mendengarkan dengan penuh


menit 2.Memberikan kesempatan kepada perhatian.
sasaran untuk menanyakan hal-hal 2. Bertanya.
yang belum dimengerti. 3. Memperhatikan demonstrasi
3. Melakukan demonstrasi

10 Evaluasi/ 1.Memberikan pertanyaan. 1.Menjawab pertanyaan.


menit Penutupan 2.Menyimpulkan materi. 2.Mendengarkan kesimpulan.
3. Melakukan kembali demonstrasi 3. Melakukan demonstrasi.
4.Menutupa cara dengan 4. Menjawab salam.
mengucapkan salam serta
terimakasih kepada sasaran.

D. Materi : (Terlampir)
E. Metode : Ceramah, Diskusi danTanya jawab
F. Media : Leaflet, PPT, Labtop, LCD dan bahan peraga ( Revanol dan bitadint)
G. Sumber :
1. Anonim. (2011). MengenalPenyakit Rabies danMetodePencegahannya (online)
(www.berbagaihal.com)
2. Anonim. (2011). ApaCiri-CiriHewan yang Terkena Rabies (online)
(www.lampung.tribunnews.com)
H. Evaluasi
1. Prosedur : Post test.
2. Bentuk : Lisan.
3. Jenis : Tanya jawab.
4. Butir pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian Rabies.
b. Jelaskan penyebeb dan hewan yang berpotensi menularkan Rabies.
c. Sebutkan 2 ciri hewan yang terinfeksi virus Rabies.
d. Jelaskan cara pencegahan dan pengobatan Rabies dengan tepat..
e. Demobstrasikan cara pencegahan penularan Rabies dengan tepat.
Lampiran 1

Materi.

A. Pengertian Rabies.
Rabies adalah penyakit infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan
mamalia yang berakibat fatal. Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang termasuk
genus Lyssa-virus, famili Rhabdoviridae dan menginfeksi manusia melalui sekret yang
terinfeksi pada gigitan binatang. Nama lain ialah hydrophobia, la rage (Perancis), la
rabbia (Italia), la rabia (Spanyol), die tollwut (Jerman) atai di Indonesia dikenal sebagai
penyakit anjing gila.

B. Penyebab rabies.
Rabies disebabkan oleh virus Rabies yang masuk kekeluarga Rhabdoviridae dan
genus Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya
memiliki satu utas negative RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa
jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan. Gejala biasanya mulai timbul
dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masainkubasinya bervariasi dari 10 hari
sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit
pada kepala atau tempat yang tertutup celana pendek atau bila gigitan terdapat di banyak
tempat.
Pada 20% penderita, Rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah
yang menjalar keseluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode
yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan
akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan
mengeluarkan air liur.
Kejang otot tenggorokan dan pita suara bias terasa sakit luar biasa. Kejang ini
terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan
pernafasan. Anginsepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bias menyebabkan
kekejangan ini. Oleh karena itu penderita Rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah,
maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis. Hewan-hewan
yang diketahui dapat menjadi perantara Rabies antara lain rakun (Procyonlotor) dan
sigung (Memphitismemphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpesvulpes) di Eropa,
dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki
tingkat Rabies yang masih tinggi. Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa 7 berupa
hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan
perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf
menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus
akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk
kedalam air liur.
Selain itu, Rabies bias ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar virus
Rabies tetapi ini sangat jarang terjadi. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi
hal ini setelah mereka terekspos udara yang mengandung virus Rabies. Pada tahun 1950,
dilaporkan dua kasus Rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang
menghirup udara di mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga
tertular lewatu dara karena tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas
gigitankelelawar.

C. Ciri-ciri hewan yang terinfeksi virus Rabies.

Hewan yang terinfeksi bias mengalami Rabies ganas ataupun Rabies jinak. Pada
Rabies ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala
macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh
dan mati. Pada Rabies jinak, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan local atau
kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit
bernapas, serta menunjukkan kegalakan.
Secara umum, hewan yang terinfeksi Rabies akan mengalami 3 tahapan, yaitu :

1. Fase Prodormal: Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat
menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku
(tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari. Setelah fase Prodormal
dilanjutkan fase Eksitasi atau bias langsung ke fase Paralisa.
2. Fase Eksitasi: Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di
sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh
dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran, selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
3. Fase Paralisa: Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan
berakhir dengan kematian.
Sedangkan pada manusia yang terinfeksi Rabies akan mengalami 4 stadium sakit,
yaitu :
1. Stadium Prodromal: Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita
tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit
makan yang menuju tara fanoreksia, pusing dan pening, dan lain sebagainya.
2. Stadium Sensoris: Dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami
rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air
liur, pupil membesar, hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
3. Stadium Eksitasi: Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget,
kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada
udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air
(hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang
mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita
Rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha
menelan air.
4. Stadium Paralitik: Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium
sebelumnya, penderita memasuki stadium paralitik ini menunjukkan tanda
kelumpuhan dari bagian atas tubuh kebawah yang progresif.

D. Pencegahan dan pengobatan rabies


Untuk mencegah infeksi virus rabies pada penderita yang terpapar dengan virus
rabies melalaui kontak ataupun gigitan binatang pengidap atau tersangka rabies harus
dilakukan perawatan luka yang adekuat dan pemberian vaksin antirabies dan
imunoglobulin. Vaksinasi rabies perlu pula dilakukan terhadap individu yang beresiko
tinggi tertular rabies.
Penaganan luka
Pengobatan lokal luka gigitan adalah faktor penting dalam pencegahan rabies.
Luka gigitan harus segera dicuci dengan sabun, dilakukan debridemen dan diberikan
desinfektan seperti alkohol 40-70%, tinktura yodii, atau larutan ephiran 0,1%. Luka
akibat gigitan binatang penular rabies tiidak dibenarkan untuk dijahit kecuali bila
keadaan memaksa dapat dilakukan jahitan situasi. Profilaksis tetanus dapat diberikan dan
infeksi bakterial yang berhubungan dengan luka gigitan perlu diberikan antibiotik.

Vaksinasi
a. Vaksinasi post-exposure
Dasar Vaksinasi post-exposure (pasca-paparan) adalah neutralizing antibody terhadap
virus rabies dapat segera terbentuk dalam serum setelah masuknya virus kedalam tubuh
dan sebaliknya terdapat titer yang cukup tinggi selama setahun sehubungan dengan
panjangnya inkubasi penyakit. Vaksin ini berasal dari imunitas pasif dengan serum anti
rabies atau secara aktif diproduksi olehtubuh oleh karena imunisasi aktif.

Secara garis besar ada 2 tipe vaksin anti rabies (VAR)


1. Nereve tissue vaksin (NTV) yang dapat berasal dari otak hewan dewasa seperti
kelinci, kambing, domba dan monyet atau berasal dari otak bayi hewan mencit
seperti Suckling Mouse Brain Vaccine (SMBV).
2. Non Nerve Tissue Vaccine yang berasal dari telur itik bertunas (Duck Embryo
Vaccibe = DEV) dan vaksin yang berasal dari biakan jaringan seperti Human
Diploid Cell vaccine (HDCV) dan Purified Vero Cell Rabies Vaccine (PVRV).

Pada luka gigitan yang ringan pemberian vaksin saja sudah cukup tetapi pada semua
kasus gigitan yang parah dan semua gigitan binatang liar yang biasanya menjadi vaktor
rabies, kombinasi vaksin dan serum anti rabies (SAR) adalah yang paling ideal dan
memberikan proteksi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan vaksin saja.

b. Vaksinasi pre-exposure.
Untuk menghindari infeksi virus rabies, disamping pemberian VAR setelah
mendapatkan gigitan binatang tersangka rabies, pencegahan lebih dini juga dapat
dilakukan dengan pemberian suntikan yang sama tetapi dengan waktu, cara dan dosis
yang berbeda melalui profilaksis pre-exposure (pra-paparan).
Dianjurkan bagi individu yang beresiko tinggi untuk kontak dengan virus rabies
seperti dokter hewan dll untuk mendapatkan pencegahan pre-exposure. vaksin anti
rabies diberikan dengan dosis 1 ml secara intramuskuler pada hari 0,7 dan 28 lalu
booster setelah 1 tahun dan tiap 5 tahun.

E. Indikasi Pemberian Vaksin Rabies.


1. Hanya untuk korban gigitan atau cakaran binatang yang sudah pasti atau dicurigai
menderita penyakit rabies.
2. Hanya untuk mereka yang akan berpergian atau yang tinggal didaerah endemic
penyakit rabies, sehingga sangat beresiko dan kemungkinan orang akan tertular virus
rabies ini.
3. Hanya untuk mereka yang berhubungan dan merawat pasien rabies dirumah sakit,
atau tenaga kesehatan yang bekerja di laboratorium yang memeriksa specimen pasien
rabies.
F. Kontraindikasi Pemberian Vaksin Rabies.
Tidak ada kontraindikasi yang spesifik terhadap vaksin sel diploid ini dan penggunaanya
harus dipertimbangkan bila pasien telah diserang binatang di Negara yang rabie endemic,
walaupun tidak ada bukti langsung adanya rabies pada binatang penyerang. Karena
konsekuensi potensial dari pemaparan rabies yang ditangani secara indekuat dan tidak ada
data bahwa abnormalitas fetus berhubungan dengan imunisasi rabies, kehamilan tidak
dianggap sebagai kontraindikasi untuk profilaksis pasca pemaparan.
G. Efek
Vaksin rabies tidak memberikan efek fatal terhadap tubuh namun sebaliknya akan
mmberikan kekebalan tubuh terhadap rabies itu sendiri. Efek samping yang timbul
hanyalah efek samping ringan seperti ruam pada bekas suntikan yang akan hilang 1-2 hari
setelah suntikan, nyeri otot, demam ringan dan sakit kepala.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). MengenalPenyakit Rabies danMetodePencegahannya (online)


(www.berbagaihal.com)

Anonim. (2011). ApaCiri-CiriHewan yang Terkena Rabies (online)


(www.lampung.tribunnews.com)

Anda mungkin juga menyukai