Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat beberapa jenis sifat sediaan farmasi yakni sediaan solid, semi solid
dan sediaan larutan. Sediaan solid adalah sediaan farmasi yang dibentuk
berdasarkan sifat padat dari zat pembentuknya. Sediaan solid farmasi dapat berupa
tablet, kapsul, kaplet, suppositoria dan bentuk padat lainnya (Prasad, 2017).

Tablet merupakan sediaan yang banyak digunakan dikarenakan kemudahan


pembuatan, biaya yang lebih hemat dan penampilan estetika yang baik. Tablet
sendiri didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat terkompresi yang mengandung
obat-obatan dengan atau tanpa eksipien. Berdasarkan kemudahan pembuatan dan
beberapa faktor lainnya, sediaan solid tablet menjadi sediaan solid yang paling
disenangi oleh masyarakat dengan total sekitar 70% dari obat yang ada
merupakan obat dengan bentuk sediaan tablet (Patil, et. al., 2016).

Pembuatan sediaan tablet diawali dengan pembuatan granul dari zat aktif
maupun zat eksipien yang ditambahkan atau kempa langsung apabila laju alir dari
zat obat (aktif maupun eksipien) baik. Terdapat dua metode pembuatan granul
berdasarkan sifat dari zat yang akan dibuat menjadi tablet, yakni metode granulasi
basah dan granulasi kering. Dari pembentukan granul tadilah kemudian dikempa
menjadi bentuk sediaan tablet (Jannat, et. al., 2016)

Berdasarkan uraian diatas, tujuan review jurnal sediaan solid tablet ini adalah
untuk mengetahui apa itu sediaan solid (tablet), macam-macam zat eksipien,
metode grranulasi dan permasalahan yang ditemui dalam pengempaan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sediaan Tablet

Tablet adalah bentuk sediaan satuan padat yang mengandung bahan aktif
dengan atau tanpa eksipien yang cocok untuk digunakan baik untuk tujuan
pengobatan lokal atau sistemik. Tablet adalah bentuk sediaan yang paling populer
karena kesederhanaan dan ekonomi mereka dalam pembuatan, relatif stabil dan
kenyamanan dalam kemasan, pengiriman dan penyimpanan(Harbir, 2012).
Berdasarkan Shet, N (2014) menyatakan bahwa Tablet adalah sediaan
padat ukuran tunggal. Sediaan ini dicetak dari serbuk kering, kristal atau granul.
Umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan
menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus,
batang, dan cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Kesempurnaan dimiliki
bentuk bundar, bentuk melengkung cembung ganda atau bentuk cakram. Garis
tengah tablet pada umunya berukuran 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g.
Berikut merupakan sifat – sifat dari tablet diantaranya adalah (Harbir,
2012):
 Harus produk elegan memiliki identitas sendiri serta bebas dari cacat
seperti retak, perubahan warna dan kontaminasi.
 Harus memiliki kekuatan untuk menahan kerasnya guncangan yang
dihadapi dalam produksi, kemasan, pengiriman dan pengeluaran.
 Harus memiliki stabilitas fisik untuk mempertahankan atribut fisik dari
waktu ke waktu.
 Harus mampu melepaskan agen obat di dalam tubuh dengan cara yang
diprediksi dan direproduksi.
 Harus memiliki stabilitas kimia yang cocok dari waktu ke waktu sehingga
tidak memungkinkan perubahan agen obat pengeringan, pencampuran,
pelumasan, kompresi dan coating.
Selain itu, terdapat kelebihan dari sediaan tablet diantaranya sebagai
berikut (Guptal dan Mayur, 2013):
1. Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dan dengan kecepatan produksi
yang sangat tinggi sehingga lebih murah
2. Memiliki ketepatan dosis tiap tablet/tiap unit pemakaian
3. Lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karena dalam bentuk
kering dengan kadar air yang rendah
4. Dapat dibuat produk untuk berbagai profil pelepasan
5. Tablet bukan produk steril (kecuali implan/hipodermik tablet) sehingga
penanganan selama produksi, distribusi dan pemakaian lebih mudah
6. Mudah dalam pengepakan (blister atau strip) dan transportasi
7. Pasien dapat membawa kemanapun dengan mudah
8. Bau, rasa dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan
penyalutan
9. Produk dengan mudah dapat diidentifikasi, dengan memberi tanda/logo di
punch atau dengan printing
10. Tablet tersedia dalam berbagai tipe yaitu: buccal, effervescent, dispersible
dan lain-lain
11. Dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan tenaga
medis
Sedangkan, kekurangan dari sediaan tablet diantaranya sebagai berikut
(Guptal dan Mayur, 2013):
1. Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompresibel sulit dibuat
tablet karena tablet yang dihasilkan akan besar sehingga tidak acceptable
2. Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit terbasahi
dan tidak larut, serta disolusinya rendah
3. Onsetnya lebih lambat dibandingkan sediaan parenteral, larutan oral, dan
kapsul
4. Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat/trap ke dalam
tablet sangat kecil
5. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut
usia
6. Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan tablet

2.2 Zat Tambahan (Exipient)


Zat tambahan (Eksipien) adalah salah satu bagian dari formulasi sediaan
solid dalam hal ini adalah formulasi pembuatan tablet. Eksipien merupakan zat
tambahan selain zat aktif yang telah dievaluasi secara tepat untuk keamanan
(Ambore S et al, 2013). Fungsi dari zat ini dalam formulasi tablet adalah untuk
meningkatkan bulkiness, disintegrasi, laju disolusi dan bioavabilitas obat (V
Kathink, 2016). Zat eksipien harus memenuhi criteria yaitu sebagai berikut (V
Kathink, 2016) :
1. Tidak bereaksi secara fisiologis
2. Diterima oleh tubuh
3. Memiliki sifat fisika dan kimia yang stabil
4. Tidak menurunkan bioavabilitas obat
5. Tidak mengandung bakteri
6. Murah
7. Memenuhi standar persyaratan zat tambahan

Berikut merupakan macam –macam dari zat tambahan diantaranya :


1. Pengisi
Zat pengisi adalah suatu zat yang digunakan untuk menambah volume
tablet apabila volume tablet yang dihasilkan sangat kecil. memiliki
kompaktibilitas dan sifat alir yang baik, dapat bercampur dengan bahan lainnya,
dan stabilitas yang baik (V Kathink, 2016). Zat pengisi yang umum digunakan
dalam pembuatan tablet dengan metode cetak langsung antara lain: Avicel PH 102
atau Microcrystalline Cellulose, Spray Dried Lactose (SDL), Starch 1500,
dikalsium fosfat, trikalsium fosfat, kalsium sulfat dihidrat (Ambore S et al, 2013).
2. Pengikat
zat pengikat bertujuan untuk memberikan daya kohesif pada granul yang
akan dijadikan sebagai tablet. Zat tambahan dapat diberikan dengan cara kering
maupun basah untuk membentuk granul. Bahan yang digunakan sebagai zat
tambahan adalah gelatin, glukosa, laktosa, amilum, povidone dan lain –lain (V
Kathink, 2016.)
3. Lubricant
Penambahan lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan antara punch,
die dengan tablet, mencegah adhesi tablet sehingga tablet mudah dikeluarkan (V
Kathink, 2016). Jumlah penambahan lubrikan pada formulasi tablet tidaklah
mudah. Jumlah yang berbeda pada penambahannya sangat mempengaruhi tablet
(Paul., and Changquan 2018). Bahan yang dapat digunakan sebagai lubrikan
adalah Mg –Stearat, kalsium stearat, talcum dan paraffin (V Kathink, 2016).
4. Desintegran
Desintegran adalah zat yang ditambahkan pada formulasi sediaan solid
(tablet) dengan tujuan mempermudah pecahnya tablet menjadi fragmen –fragmen
yang lebih kecil dalam air. Zat ini meningkatkan penghancuran sehingga zat aktif
obat dapat mudah diserap oleh tubuh (Adjei F et al, 2017). Salah satu bahan yang
berfungsi sebagai desintegran adalah amilum. Penambahannya dapat di lakukan
secara intrangular, ekstrangular atau sebagai kombinasi teknik intrangular dan
ekstrangular. Akan tetapi menurut penelitian (Adjei F et al, 2017). menunjukkan
bahwa penambahan desintegran yang baik dilakukan secara ekstrangular daripada
intrangular.
5. Glidants
Glidan berfungsi untuk membantu memperbaiki sifat alir granul untuk
masuk ke die dan meminimalkan gesekan antara granul yang satu dengan yang
lain (V Kathink, 2016). Selain itu, glidan juga berfungsi agar jumlah granul yang
masuk pada punch memiliki volume yang sama. Bahan yang dapat digunakan
sebagai glidant adalah aerosol, talk dan amilum maydis (Chan H and Nora Y,
2014).
6. Antiadheran (Anti lekat )
Fungsi penambahan zat ini adalah untuk mencegah adhesi pada granul saat
dimasukkan dalam punch. Bahan yang dapat digunakan adalah talcum 1-5% (V
Kathink, 2016).

2.3 Macam-Macam Metode Pembuatan Tablet

Granulasi adalah proses dimana partikel bubuk (serbuk) dibuat untuk


membentuk zat atau entitas yang lebih besar yang disebut dengan granul (butiran).
Butiran Farmasi biasanya memiliki ukuran berisar 0,2 – 4,0 mm. Meskipun
ukuran yang ditetapkan adalah 0,2-0,4 mm, namun yang sering diproduksi
industri farmasi adalah 0,2-0,5 mm untuk dikemas sebagai bentuk sediaan yang
dicampur terlebih dahulu dengan eksipien lain sebelum dibentuk menjadi tablet.
Terdapat beberapa metode dalam membuat granulasi yaitu: (Jannat, et. al., 2016).

2.3.1 Metode Granulasi Basah

Penggunaan metode granulasi basah, didasarkan pada sifat dari zat yang
akan digranulisasi. Metode granulasi basah didasarkan/diperuntukkan zat yang
tahan panas dan uap. Metode granulasi merupakan metode dimana serbuk
melakukan penambahan cairan yang mampu mengikat antar partikel dari serbuk.
Dimana penambahan larutan tersebut wajib mengandung pelarut yang wajib
mudah menguap, sehingga dapat dihilangkan dengan pengeringan, sehingga tidak
menjadi toksik (Jannat, et. al., 2016). Berikut gambaran kelebihan dan
kekurangan dari metode granulasi basah:

Kelebihan Kekurangan
Adanya peningkatan kekompakan dan Dikarenakan jumlah proses yang
kompresibilitas dari serbuk banyak, dibutuhkan area dengan
suhu dan kelembaban yang terjaga
Distribusi yang baik dan ukuran yang Membutuhkan sejumlah peralatan
seragam mahal yang juga memakan waktu
Berbagai macam bubuk dapat Adanya kemungkinan kerugian
dimasukkan dalam satu batch material selama pemrosesan
Sediaan lepas kontrol dapat dipenuhi karena transfer bahan dari satu
dengan adanya pemilihan zat pengikat unit ke unit lain dan memiliki
dan zat pelarut yang cocok kemungkinan kontaminasi asing.

2.3.2 Granulasi Kering

Granulasi kering adalah metode sederhana dan berbiaya rendah menjadi


lebih popiler karena kesederhanaan dan biayanya yang terjangkau. Pada metode
ini, partikel serbuk dikumpulkan/disatukan pada tekanan tinggi (Muralidhar, et.
al., 2016). Terdapat dua proses pada metode ini, pertama penyatuan dalam bentuk
tablet besar dan yang kedua adalah pemecahan menjadi partikel yang lebih kecil.
Berikut penjelasannya:

1. Proses slugging
Proses slugging adalah pengompresan bubuk kering dari tablet yang
akan diformulasikan dengan penekan tablet dengan diameter yang
cukup besar dengan waktu yang relatif cepat. Akurasi kondisi kondisi
dari slug tidak terlalu penting, yang penting adalah keefektifan
pengempaan untuk mengubah sebuk menjadi bentuk yang lebih besar
(slug), setelah itu diperkecil lagi menjadi ukuran granul (Jannat, et.
al., 2016).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa baik bahan yang dibuat
dalam bentuk slug (Jannat, et. al., 2016):
a. Kompresibilitas dan kekohesifan dari bahan
b. Rasio kompressi dari bubuk
c. Densitas
d. Tipe mesin
e. Ukuran pemampat
f. Ketipisan slug
g. Kecepatan kompresi
h. Tekanan yang digunakan dalam memproduksi slug
Berikut kekurangan dan kelebih dari metode granulasi kering(Muralidhar,
et. al., 2016):

Kelebihan Kekurangan
Untuk obat yang sensitif terhadap Memakan waktu yang lama dan
panas, kelembaban atau keduanya biaya yang besar

Perbandingan granulasi basah dan kering(Jannat, et. al., 2016):

Metode Keuntungan Batasan


Granulasi Kering Menghilangkan Pajanan  Adanya debu
terhadap kelembapan dan dalam proses
pengeringan  Tidak cocok
untuk semua
senyawa/zat
 Prosesnya lambat
Granulasi Basah  Proses yang kuat  Mahal: Waktu
sehingga cocok untuk dan tenaga yang
sebagian besar terbuang selama
senyawa proses
 Menambah  Dibutuhkan
kemampuan alir perlengkapan
keformulasi khusus
 Meminimalisir  Masalah stabilitas
masalah elastisitas untuk sensifitas
 Pelapisan permukaan terhadap
dengan polimer kelembaban dan
hidrofilik dapat termolabilitas
meningkatkan
keterbasahan
 Mengikat API dengan
eksipien sehingga
mengurangi potensi
segregasi

2.3.2 Kempa Langsung

Metode ini adalah metode termudah dalam membuat tablet. Tablet


dikompres langsung dari campuran obat dan eksipien tanpa perawatan awal.
Campuran yang akan di komptes harus memiliki sifat aliran yang memadai dan
mampu membentuk bentuk yang memadai (sesuai dengan indikator yang ada).
Faktor yang harus diperhatikan dalam evaluasi kempa langsung adalah distribusi
ukuran partikel, sudut diam, distribusi ukuran pori, kekerasan tablet dan
kelembaban. Seluruh faktor ini menentukan seberapa baik sediaan tablet tersebut
(Bhaskar, et. al., 2018).

2.4 Macam – Macam Evaluasi Tablet


2.4.2 Evaluasi Granul
1. Kecepatan alir dan sudut diam
Granul yang akan dicetak harus dapat dengan teratur dan mudah
mengalir ke pencetak tablet. Keteraturan dan keseragaman aliran
diperlukan untuk menghasilkan tablet dengan bobot yang seragam. Untuk
itu dilakukan pengukuran kecepatan alir dan sudut diam granul.Kecepatan
alir granul yang baik jika lebih besar dari 10 g/detik, dengan sudut diam
antara 24 - 40°, dimana hubungan antara sudut diam dan kecepatan alir
sebagai berikut (Latha et al., 2016):

Sudut Diam Daya Alir


< 20 Sangat Baik
20-30 Baik
30-34 Cukup Baik
>40 Buruk
2. Kandungan Lembab
Kandungan lembab dalam granul merupakan faktor penting
terhadap mutu granul, stabilitas kimia bahan, dan kemungkinan terjadinya
kontaminasi mikroba.Granul yang sudah dikeringkan, masih mengandung
kelembaban tertentu.Kandungan lembab yang terlalu rendah
meningkatkan kemungkinan terjadinya capping sedangkan kandungan
lembab yang terlalu tinggi meningkatkan terjadinya picking pada
sediaan.Persyaratan granul yang baik memiliki kandungan lengas 1-
2%(Shet et al., 2014).

3. Kadar Fines
Kadar fines dari granul ditentukan dengan metode analisis ayakan
yaitu dengan menggunakan alat Sieve Shaker. Sampel diayak melalui
sebuah susunan menurut besarnya lubang ayakan penguji yang disusun
keatas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan.
Granul ditimbang dan diayak selama 10 menit, jumlah partikel pada setiap
saringan diperoleh secara gravimetri dengan tujuan untuk mengetahui
jumlah fines yang berada dalam granul, fines adalah partikel-partikel yang
mempunyai ukuran < mesh 100 (Shet et al., 2014).
4. Kompresbilitas
Kompresbilitas merupakan pengukuran persen kemampatan. Pada
uji ini menggunakan gelas ukur bervolume besar, kemudian seluruh granul
dimasukkan ke dalam gelas ukur. Tinggi awal granul dicatat, kemudian
gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan kecepatan
konstan. Tingginya lulu diukur lagi dan dicatat Diukur persen (%)
kemampatan (K) dengan rumus sebagai berikut (Shet et al., 2014).
BJ mampat  BJ nyata
%K   100%
BJ mampat
2.4.3 Evaluasi Tablet
1. Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot dapat diterapkan pada beberapa bentuk
sediaan, yaitu sediaan padat seperti serbuk, granul, dan sediaan padat steril
dalam wadah dosis tunggal dengan atau tanpa zat tambahan yang
disiapkan dari larutan asal dan dikeringkan dalam wadah serta pada etiket
dicantumkan metode pembuatan. Berikut merupakan syarat keseragaman
bobot tablet (Sharma et al., 2017).

Bobot Rata – rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam


tablet %
A B
< 25 mg 15 30
26-150 mg 10 20
151-300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10

2. Keseragaman Kandungan
Uji kesergaman kandungan berdasarkan pada penetapan kadar
masing-masing kandungan zat aktif dalam sediaan untuk menentukan
apakah kandungan masingmasing terletak dalam batasan yang ditentukan
(Sharma et al., 2017).
3. Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet adalah kekuatan yang diperlukan untuk memecah
tablet dalam uji kompresi. Secara umum tablet harus mempunyai
kekuatan, kekerasan, dan ketahanan yang cukup terhadap kerapuhan untuk
menahan guncangan selama proses penanganan, pembuatan, pengemasan
hingga pengiriman. Tekanan minimum untuk menghancurkan tablet
adalah 4 kg, dengan alat yang digunakan adalah hardness tester
monosanto. Saat melakukan uji tablet diletakkan diantara dua katup pada
alat kemudian tuas ditekan hingga tablet pecah, setelah itu catat angka
yang memecahkan tablet. Peningkatan tekanan dapat menyebabkan
laminasi pada tablet. Tablet yang baik adalah tablet yang mampu bertahan
terhadap guncangan selama proses penanganan, pembuatan hingga
pengiriman dan mudah hancur dalam saluran pencernaan (Ambore et al.,
2013).
4. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan tablet merupakan uji mekanisme penentuan kekuatan
tablet dengan menggunakan alat friability tester. Tablet yang mudah
menjadi serbuk, menyerpih, dan pecah-pecah pada penanganannya, akan
kehilangan keindahannya serta konsumen enggan menerimanya, dan dapat
menimbulkan pengotoran pada tempat pengangkutan dan pengepakan juga
dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Dimana
kehilangan berat menunjukkan kemampuan tablet menahan abrasi dalam
penanganan, pengemasan, dan pengiriman. Penurunan berat tablet
maksimal tidak lebih dari 1%, dengan rumus yang digunakan sebagai
berikut (Sharma et al., 2017).

Wo  Wf
F  100%
Wo
5. Waktu Hancur Tablet
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu
hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan sebagai tablet isap atau
kunyah serta dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap
dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode
berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara periode
pelepasan tersebut (Sharma et al., 2017).
6. Disolusi Tablet
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk
sediaan tablet dan kapsul kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet
harus dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin
lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada
etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik sedangkan dalam masing-
masing monografi uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus
dinyatakan untuk sediaan lepas tunda, prosedur dan intepretasi yang tertera
pada sediaan lepas tunda dapat digunakan, kecuali dinyatakan lain pada
tiap monograf (Ambore et al., 2013).

2.5 Permasalahan Dalam Proses Pembuatan Tablet

Masalah-Masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet


secara umum, sebagai berikut:

1. Capping dan Laminasi; Capping merupakan pemisahan sebagian atau


keseluruhan bagian atas atau bawah tablet dari badan tablet (Xu et al.,
2018). Sedangkan Laminasi merupakan pemisahan tablet menjadi dua
bagian atau lebih menjadi biasanya berbentuk lapisan. Dimana
permasalahan pada proses ini dapat kita lihat setelah satu jam atau satu
hari dari masa pembuatan. Penyebab terjadinya capping dan laminasi
adalah sebagai berikut(Xu et al., 2018).
a. Terjeratnya udara di antara partikel-partikel atau granul yang masuk ke
lubang kempa selama pukulan kempa dan tidak lolos sampai tekanan
kempa dibebaskan dan kemudian memuai ketika tekanan dibebaskan.
b. Perubahan bentuk formulasi selama dan setelah mengalami
pengempaan.
c. Kurangnya kohesi cenderung terjadi pada proses granulasi yang terlalu
kering.
d. Kandungan fines yang terlalu banyak.
e. Pada alat cetak, permukaan punch yang cekung atau sisi miring secara
berangsur membelah ke dalam dan membentuk cakar yang dapat
menarik mahkota tablet.
f. Penyetelan mesin tablet yang tidak benar.
g. Lubang kempa menjadi aus sehingga menimbulkan seperti cincin
dalam area pengempaan.
2. Chipping merupakan keadaan dimana badan tablet terpotong atau tercuil
yang disebabkan karena beberapa hal sebagai berikut (Rana and S.L. Hari,
2013);
a. Granul menempel pada punch
b. Granul terlalu kering
c. Terlalu banyak ikatan menyebabkan chipping di bagian bawah.
3. Cracking merupakan keadaan dimana tablet retak atau pecah, lebih sering
dibagian atas tengah, disebut juga dengan Cracks yang disebabkan karena
beberapa hal sebagai berikut (Rana and S.L. Hari, 2013);
a. Ukuran granul yang besar
b. Granul terlalu kering
c. Granulasi terlalu dingin
d. Tablet berkembang tidak sempurna.
4. Sticking merupakan keadaan dimana massa tablet menempel pada dinding
die (ada adhesi). Hal ini terjadi dikarenakan adanya proses pengeringan
yang tidak memadai atau granulasi yang dilubrikasi sehingga permukaan
tablet melekat pada permukaan punch. Kondisi ini makin lama makin
memburuk dan dapat menyebabkan sumbing pada pinggir tablet serta
menyebabkan tepi tablet menjadi kasar(Chattoraj et al., 2018).
5. Picking merupakan pengelupasan dan pengangkatan dari permukaan tablet
oleh punch, dengan badan tablet menempel pada permukaan die. Selain
itu, suatu bentuk dari sticking ketika bagian kecil granul melekat pada
permukaan punch dan bertambah setiap putaran mesin tablet. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya lubang pada permukaan tablet (Chattaroaj et al.,
2018).
6. Binding merupakan kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak
melekat pada dinding ruang cetakan. Masalah ini disebabkan oleh
lubrikasi yang tidak cukup, sehingga hal-hal berikut (Rana and S.L. Hari,
2013):
a. Bunyi keras pada mesin
b. Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, dan kadang-kadang hitam
7. Mottling merupakan keadaan dimana distribusi warna tablet tidak merata
dan pada permukaan tablet terdapat bagian-bagian yang terang dan gelap.
Penyebab dari terjadinya masalah sebagai berikut (Rana and S.L. Hari,
2013):
a. Zat aktif yang warnanya berbeda dengan zat penambah tablet atau
suatu zat aktif yang hasil penguraiannya berwarna.
b. Zat warna dapat memecahkan persoalan mottling, tetapi dapat
menimbulkan masalah lain. Zat warna dapat menyebabkan mottling
dengan bermigrasi ke permukaan granul selama proses pengeringan.
Untuk mengatasi masalah tersebut dapat mengganti sistem pelarut,
pengikat, menurunkan suhu pengeringan atau membuat partikel yang
lebih kecil. Pemberian zat warna pada metoda cetak langsung dapat
menyebabkan mottling bila zat warna tersebut tidak terbagi rata, atau
bila ukuran partikelnya terlalu besar.
BAB III

KESIMPULAN

Tablet adalah bentuk sediaan satuan padat yang mengandung bahan aktif
dengan atau tanpa eksipien yang cocok untuk digunakan baik untuk tujuan
pengobatan lokal atau sistemik. Komonen tablet tablet berupa zat aktif, bahan
pengisi, pengikat, lubricant, disintegran, glidant, serta anti adheran (anti lekat).
Cara pembuatan tablet dapat dilakukan dengan cara granulasi basah, granulasi
kering, atau kempa langsung. Selain itu, tablet harus memenhi persyaratan
keseragaman ukuran, keseragaman bobot, memenuhi waktu hancur, keseragaman
kandungan serta memenuhi waktu larut. Dalam pembuatan tablet, juga terdapat
bebagai macam permasalahan, seperti Capping, Laminasi, Chipping, Cracking,
Sticking, Picking, Binding, dan Motling.
DAFTAR PUSTAKA

Adjei, F.K .,Yaa, A.O ., Noble, K., Kwaabena, O.K. 2017. Evaluation Of The
Disintegran Properties Of Native Starches Five New Cassava
Varieties In Paracetamol Tablet Formulations. Journal of
Pharmaceuties, Volume 17, Nomor 9 halaman 1-2.

Ambore, S.M., Ambar, A. G., Mukesh, M. G., Swapnil, G. P. 2013. Development


of Pharmaceutical Excipient from Vigna mungo husk Powder. The
Pharma Innovation – Journal, Volume 2, Nomor 10, halaman 34-35.

Bhaskar, Rajveer., Monika, Ola Sandip., S. Bhamare. 2018. A Review on


Formulation Approaches in Immediate Release Tablet. Journal of
Drug Delivery and Therapeutics. Volume 8, Nomor 3, halaman 156.

Chan, H.K dan Nora, Y.K. 2014. Excipients : Powders and Solid Dosage Forms.
Encylopedia of Pharmaceutical Technology, Volume 10 , No 1
halaman 1647-1650.

Chattoraj, S., Patrick, D., Todd, Mc., Angela, O., Wyatt, J. R., Mike, T. 2018.
Sticking and Picking in Pharmaceutical Tablet Compression: An IQ
Consortium Review. L Journal of Pharmaceutical Sciences, Volume
4, Nomor 3, halaman 2-3.
Guptal, M.M., dan Mayur, M. 2013. Formulation Development And Evalution of
Immediate Release Tablet of Anti Hypertensive Drug Olmesartan
Medoxomile. The Pharma Innovation – Journal, Volume 2, Nomor 3,
halaman 67.
Harbir, Kaur. 2012. Processing Technologies for Pharmaceutical Tablets : A
Review. International Research Journal of Pharmay, Volume 3,
Nomor 7, halaman 20.
Jannat, Esratun, Abdullah Al Arif, Md. Mehdi Hasan, Abdullah Bin Zarziz dan
Harun Ar Rashid. 2016. Granulation Techniques and its Updates
Modules. The Pharma Innovation. Volume 5, Nomor 10, halaman
134-139.
Latha, S. M., N. Gayatri, D., N. Anusha., M. Sameera., N. Silpa., N. Mehar, L.
2016. Formulation and Comparative Evaluation of Aceclofenac
Tablets by Two Granulation Methods. International Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research, Volume 8, Nomor 7, halaman
650.

Muralidhar, P. E,. Bhargac., C. Sownya. 2016. Novel Techniques of Granulation:


A Review. International Research Journal of Pharmacy. Volume 7,
Nomor 10, halaman 8.

Patil, Purushottam R., Vaibhav D. Bobade, Pankaj L. Sawand dan Rajendra P.


Marathe. 2016. Emerging Trends in Compression Coated Tablet
Dosage Forms: A Review. International Journal of Pharmaceutical
Sciences and Research. Volume 7, nomor 3, halaman 930-931.

Paul, S., dan Changquan, C. S. 2018. Systemic Evaluation Of Common Lubricant


For Optimal Use In Tablet Formulation. European Journal of
Pharmaceutical Sciences, Volume 1, Nomor 5, halaman 3.

Prasad, Deva V. 2017. Formulation and Modifying Drug Release from Hard and
Soft Gelatin Capsulesfor Oral Frug Delivery. International Journal of
Research and Development in Pharmacy and Life Science. Volume 6,
nomor 4, halaman 2663.

Rana, Abhinav. S., dan S.L. Hari, K. 2013. Manufacturing Defects Of Tablets - A
Review. Journal of Drug Delivery & Therapeutics, Volume 3, Nomor
6, halaman 200-206.

Sharma, D., M.D. Godbole., Ameya, L., Sushil, B. 2017. Formulation And
Evaluation Of Tablets Containing Poorly Water Soluble Drug By
Madg Method. World Journal of Pharmaceutical Research, Volume
6, Nomor 3, halaman 1530.

Shet, N., Vaidya. I., Banerjee. N. 2014. Formulation And Evaluation Of


Aceclofenac Sodium Effervescent Taste Masked Granules.
International Journal of Biopharmaceutics, Volume 5, Nomor 1,
halaman 51.

V, Karthik. V. 2016. Excipients Used In the Formulation of Tablets. Journal of


Chemistry, Volume 5, Nomor 2, halaman 1-2.

Xu, Xiaochi., Chaitanya, K. P. V., Stephen, W. H., Vivek, S. D. 2018. Early


detection of capping risk in pharmaceutical compacts. International
Journal of Pharmaceutics, Volume 553, Nomor 1, halaman 341-343.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kimia-Eksoterm Dan Endoterm
    Kimia-Eksoterm Dan Endoterm
    Dokumen3 halaman
    Kimia-Eksoterm Dan Endoterm
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Bahaya Alkohol untuk Kesehatan
    Bahaya Alkohol untuk Kesehatan
    Dokumen2 halaman
    Bahaya Alkohol untuk Kesehatan
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • E Coli
    E Coli
    Dokumen48 halaman
    E Coli
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Teosofi
    Teosofi
    Dokumen1 halaman
    Teosofi
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bab 10
    Makalah Bab 10
    Dokumen17 halaman
    Makalah Bab 10
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Sistem Tasawuf
    Sistem Tasawuf
    Dokumen1 halaman
    Sistem Tasawuf
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Lima Induk Akhlaq Tercela dan Cara Menghindarinya
    Lima Induk Akhlaq Tercela dan Cara Menghindarinya
    Dokumen19 halaman
    Lima Induk Akhlaq Tercela dan Cara Menghindarinya
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Reza Amalia Febriani PDF
    Reza Amalia Febriani PDF
    Dokumen26 halaman
    Reza Amalia Febriani PDF
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • TEOSOFI
    TEOSOFI
    Dokumen9 halaman
    TEOSOFI
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Resume Materi 15
    Resume Materi 15
    Dokumen1 halaman
    Resume Materi 15
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • TEOSOFI
    TEOSOFI
    Dokumen1 halaman
    TEOSOFI
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Lima induk Akhlaq tercela
    Lima induk Akhlaq tercela
    Dokumen1 halaman
    Lima induk Akhlaq tercela
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • TEOSOFI
    TEOSOFI
    Dokumen1 halaman
    TEOSOFI
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • TEOSOFI
    TEOSOFI
    Dokumen2 halaman
    TEOSOFI
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • TEOSOFI
    TEOSOFI
    Dokumen1 halaman
    TEOSOFI
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • TEOSOFI
    TEOSOFI
    Dokumen1 halaman
    TEOSOFI
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Relasi Syariat Tasawuf Akhlaq
    Relasi Syariat Tasawuf Akhlaq
    Dokumen1 halaman
    Relasi Syariat Tasawuf Akhlaq
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Teosofi
    Teosofi
    Dokumen1 halaman
    Teosofi
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Sistem Tasawuf
    Sistem Tasawuf
    Dokumen1 halaman
    Sistem Tasawuf
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Teosofi 4
    Teosofi 4
    Dokumen1 halaman
    Teosofi 4
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Teosofi
    Teosofi
    Dokumen1 halaman
    Teosofi
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Teosofi
    Teosofi
    Dokumen1 halaman
    Teosofi
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Farfis KLP 4
    Farfis KLP 4
    Dokumen17 halaman
    Farfis KLP 4
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • TEOSOFI
    TEOSOFI
    Dokumen1 halaman
    TEOSOFI
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Granulasi
    Makalah Granulasi
    Dokumen5 halaman
    Makalah Granulasi
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Makalah TEOSOFI
    Makalah TEOSOFI
    Dokumen10 halaman
    Makalah TEOSOFI
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat
  • Reza Amalia Febriani - REVIEW MATERI 6
    Reza Amalia Febriani - REVIEW MATERI 6
    Dokumen1 halaman
    Reza Amalia Febriani - REVIEW MATERI 6
    Reza Amlalia Febriani Febriani
    Belum ada peringkat