Anda di halaman 1dari 18

A.

PENGERTIAN

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan


adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli (Axton &
Fugate, 1993)
Pneumonia adalah Suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (FKUI).
Pneumonia adalah Radang parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia
dibagi menjadi pneumonia laboris, pneumonia lobularis, bronkopneumonia &
pneumonia interstisialis (Makmuri MS).
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi
pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi.
Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam bidang
kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi saluran
nafas bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan
hampir 3,5 juta kematian per tahun.
Pneumonia dan influenza didapatkan sebagai penyebab kematian sekitar
50.000 estimasi kematian pada tahun 2010.1,2 Pneumonia didefinisikan
sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.

B. ETIOLOGI
 Virus Influenza respiratorik
 Virus Synsitical  Adenovirus
 Rhinovirus relatif besar)
 Rubeola  Pneumococcus
 Varisella  Streptococcus
 Micoplasma (pada anak yang  Staphilococcus

C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi
imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran
napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius
dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis
yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan
normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari
satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus
Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen
baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi
akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.
D. KLASIFIKASI
Macam pneumonia antara lain:
a. Pneumonia Lobaris
Terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila kedua
lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
b. Pneumonia Interstisial
Pneumonia interstisial dapat terjadi di dalam dinding alveolar dan jaringan
peribronkhial serta interlobaris.
c. Bronkhopneumonia
Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus.
E. KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi
komplikasi sebagai berikut :
a. Otitis media akut (OMA) à terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara,
kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
b. Efusi pleura.
c. Emfisema.
d. Meningitis.
e. Abses otak.
f. Endokarditis.
g. Osteomielitis.

F. TANDA DAN GEJALA


 Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38– 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
 Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
 Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal,
 Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung
kadang-kadang terdapat nasal discharge (ingus).
 Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.
 Frekuensi napas :
 Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.
 Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
 Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
 Nadi cepat dan bersambung.
 Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
 Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
 Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
 Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
 Malaise, gelisah, cepat lelah.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses).
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi
karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
 Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
 Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus.
 Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
 Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.
 Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
 Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.
2. FOKUS PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat
penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit
yang menyertai.
b. Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan,
faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : umum, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang
dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/ keluarga: pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan :
kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis tergantung tingkat
penyebaran penyakit
c. Tanda-tanda vital
1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
2) Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif, pernapasan
dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.
3) Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon
oleh hipotalamus.
d. Berat badan dan tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.
e. Integumen
Kulit
1) Warna : pucat sampai sianosis
2) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah
hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
3) Turgor : menurun ketika dehidrasi
f. Kepala dan mata
Kepala
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata
3) Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut,
perubahan warna.
g. Sistem Pulmonal
1) Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea, sianosis
sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : Non produktif Sampai produktif
dan nyeri dada.
2) Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkin
membesar.
3) Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit.
4) Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
h. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala.
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun.
i. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.
j. Sistem Genitourinaria
Subyektif : mual, kadang muntah.
Obyektif : konsistensi feses normal/diare.
k. Sistem Digestif
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal.
b. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah.
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Studi Laboratorik :
 Hb : menurun/normal
 Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen
darah, kadar karbon darah meningkat/normal
 Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler
alveolus.
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.

C. RENCANA KEPERAWATAN
 Prioritas Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan
kapiler alveolus.
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
 Rencana Keperawatan
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan,
penumpukan secret.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama ..x 24 jam diharapkan bersihan
jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan
secret.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
1) Monitor frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak
simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan
penyempitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi tekanan semakin
meningkat frekuensi pernapasan.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara
Rasional : suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan
bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area
konsolidasi dengan cairan. Krekels terjadi pada area paru yang
banyak cairan eksudatnya.
3) Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.
Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru
atau jalan napas lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah
pengeluaran dahak dan mengurangi tingkat kelelahan akibat batuk.
4) Suction sesuai indikasi.
Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah
obstruksi jalan napas.
5) Lakukan fisioterapi dada.
Rasional : merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding dada
supaya sputum mudah bergerak keluar.
6) Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali kontraindikasi).
Tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi
tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.
7) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator dan mukolitik melalui
inhalasi (nebulizer).
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret dengan
cepat.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan
kapiler alveolus.
Tujuan : setelah diberikan askep selama...x24 jam diharapkan
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
1) Observasi frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.
Rasional : Distres pernapasan yang dibuktikan dengan dispnea dan
takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan menyediakan
oksigen bagi jaringan.
2) Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku, dan
jaringan sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi. Sedangkan
sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut
(membran hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.
3) Kaji status mental dan penurunan kesadaran.
Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen
sebagai petunjuk hipoksemia atau penurunan oksigenasi serebral.
4) Awasi frekuensi jantung atau irama
Rasional : Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau
dehidrasi tetapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia
5) Awasi suhu tubuh.
Rasional : Demam tinggi saat meningkatkan kebutuhan metabolik
dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigensi seluler.
6) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar, misalnya dengan
masker, masker venturi, nasal prong.
Rasional : tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di
atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg). Oksigen diberikan
dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi
pasien.
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
Tujuan : setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan nyeri dapat
berkurang.
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
1) Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk,
selidiki perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri.
Rasional : nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam dan
meningkat saat inspirasi dan biasanya menetap. Nyeri dapat
dirasakan pada bagian apeks atau tengah dada, kalau pada dada
bagian bawah nyeri kemungkinan timbul komplikasi perikarditis.
2) Pantau tanda vital.
Rasional : nyeri akan meningkatkan mediator kimia serabut
persarafan yang dapat merangsang vasokonstriksi pembuluh darah
sistemik, meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kebutuhan
oksigen jaringan (meningkatkan RR).
3) Berikan tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik anak,
menonton film tentang anak-anak.
Rasional : mengurangi fokus terhadap nyeri dada sehingga dapat
mengurangi ketegangan karena nyeri.
4) Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung, perubahan
posisi, musik tenang, relaksasi, atau latihan napas.
Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut
dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan mempertahankan efek
terapi analgesik.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
Tujuan : Setelah diberikan askep ....x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya
sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Rasional : sputum akan merangsang nervus vagus sehingga
berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan makan
di medula oblongata.
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.
Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah. Setelah
tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
Rasional : menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan
pasien dan dapat menurunkan mual.
3) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini.
4) Auskultasi bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen.
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi
berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat
menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada
saluran GI.
5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun
nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
6) Evaluasi status nutrisi umum. Ukur berat badan dasar.
Rasional : adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme)
atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons
terhadap terapi.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan :
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam.
Rasional : untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.
2) Pantau warna kulit dan suhu.
Rasional : sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respons tubuh
terhadap demam.
3) Berikan dorongan untuk minum sesuai pesanan.
Rasional : peningkatan suhu tubuh meningkatkan peningkatan IWL,
sehingga banyak cairan tubuh yang keluar dan harus diimbangi
pemasukan cairan.
4) Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan, misalnya kompres
hangat.
Rasional : demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik
dan kebutuhan oksigen dan menggangu oksigenasi seluler.
5) Kolaborasi pemberian antipiretik yang diresepkan sesuai kebutuhan.
Rasional : mempercepat penurunan suhu tubuh.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,
peningkatan kelemahan atau kelelahan
Rasional : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih
yang tepat.
Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan. Pembatasan aktivitas dilanjutkan dengan respons
individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan
pernapasan.
4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di
kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kenutuhan oksigen.

D. IMPLEMENTASI

a. mengevaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,


peningkatan kelemahan atau kelelahan
Rasional : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
b. memberikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase
akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan
pengalih yang tepat.
Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
c. menjelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan. Pembatasan aktivitas dilanjutkan dengan respons
individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan
pernapasan.
d. membantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau
tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di
kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.
e. membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kenutuhan oksigen.

E. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: TIM
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1,
EGC, Jakarta.
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4,
EGC, Jakarta.
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.
http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/02/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan.html (diakses 13 Maret 2013)
http://stikmuh-ptk.medecinsmaroc.com/t3-askep-anak-dengan-pneumonia (diakses 13
Maret 2013)
http://wildanprasetya.blog.com/2009/04/18/askep-pneumonia/ (diakses 13 Maret
2013)
http://wwwensufhy.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-anak-pneumonia.html
(diakses 13 Maret 2013)
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : SUP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 69 tahun
Alamat : Jalan Subur, Monang-Maning, Denpasar
Bangsa : Indonesia
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status : Menikah
Pendidikan :-
Orang terdekat : Istiqomah (anak kandung)
Tanggal MRS : 21 Februari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 22 Februari 2017

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama
Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke UGD RSUP Sanglah pada tanggal 21 Februari 2017
dengan keluhan sesak nafas. Sesak dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit (SMRS) dan bertambah berat sejak 1 hari SMRS. Sesak dirasakan
seperti tertekan beban berat pada kedua dada sehingga pasien sulit untuk
bernafas. Sesak dikatakan berat dan dirasakan sepanjang hari sehingga pasien
sulit untuk beraktivitas. Sesak mulai dirasakan hilang timbul sejak 2 tahun
yang lalu. Sesak dikatakan awalnya terasa ringan namun dirasa terus
memberat dan semakin memburuk. Sesak dikatakan terasa bertambah berat
ketika melakukan aktivitas seperti berjalan jauh, saat pasien jalan menaiki
tangga, ataupun saat pasien menghirup debu atau asap kendaraan. Sesak yang
dialami pasien dikatakan tidak membaik dengan perubahan posisi, baik itu
dalam keadaan duduk, terlentang, maupun setengah tidur. Pasien juga
mengeluh batuk yang sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS. Batuk disertai
dahak bewarna putih dengan volume dahak sekali batuk ± 1-2 sendok makan.
Batuk dikatakan hilang timbul. Keluhan batuk ini sudah sering dialami yakni
sejak 2 tahun yang lalu, namun keluhan batuk ini hilang timbul, kadang
disertai dengan dahak kadang tidak. Pasien sempat berobat ke dokter untuk
mengatasi keluhannya dan diberikan obat, kemudian batuk membaik setelah
minum obat. Namun, sejak 2 hari yang lalu batuk dirasakan semakin berat.
Batuk dikatakan disertai dahak berwarna putih kekuningan, sulit dikeluarkan,
dengan volume dahak sekali batuk lebih banyak dari biasanya ± 2-3 sendok
makan. Karena batuk yang disertai keluarnya dahak ini, pasien mengaku
mengalami sulit tidur pada malam hari. Pasien juga mengeluhkan adanya
demam. Demam dikatakan muncul sejak 2 hari SMRS. Keluhan demam
dirasakan seperti sumer-sumer pada seluruh tubuh. Demam dikatakan tidak
terlalu tinggi dan berlangsung sepanjang hari. Keluhan demam awalnya
dirasakan tiba-tiba setelah keluhan sesak muncul, dirasakan terus-menerus dan
semakin memberaat hingga pasien masuk rumah sakit. Pasien mengatakan
tidak ada mengonsumsi obat untuk meringankan keluhan demam tersebut.
Pasien mengaku tidak ada yang memperberat keluhan demamnya. Riwayat
batuk darah, keringat dingin pada malam hari, dan penurunan berat badan
disangkal oleh pasien. Mual dan muntah disangkal oleh pasien, namun nafsu
makan pasien dikatakan menurun semenjak adanya keluhan sesak dan
demam. Buang air kecil dan buang air besar pasien dikatakan biasa, dengan
frekuensi berkemih sekitar 4-5 kali dalam sehari, volume tiap berkemih ± ½
hingga ¾ gelas, warna jernih kekuningan. Buang air besar dikatakan normal,
1-2 hari sekali dengan konsistensi padat.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan keluhan sesak nafas pertama kali muncul sekitar 2
tahun yang lalu. Sesak dirasakan muncul saat beraktivitas berat disertai batuk,
yang kadang batuk disertai dahak dan kadang tidak. Selama 2 tahun ini, ketika
keluhan sesak muncul pasien beberapa kali ke praktik dokter swasta dan
membaik setelah diberikan obat-obatan. Riwayat asma, diabetes mellitus,
penyakit jantung, rhinitis alergi, alergi makanan dan obat-obatan disangkal
oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat asma, rhinitis alergi, alergi makanan dan obat-obatan pada
keluarga disangkal. Riwayat penyakit jantung, hipertensi, ataupun diabetes
melitus pada keluarga disangkal. Keluarga pasien tidak ada yang memiliki
keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien dahulu bekerja sebagai pedagang, namun diusianya sekarang
pasien hanya menghabiskan waktunya di rumah dan tidak bekerja. Pasien
mengaku memiliki kebiasan merokok sejak remaja, kira-kira sejak pasien
berusia 16 tahun. Pasien mengaku merokok kurang lebih 1-2 bungkus dalam
sehari. Pasien juga mengaku baru berhenti merokok sejak tahun 2013. Di
lingkungan rumah pasien juga dikatakan banyak yang merokok. Pasien juga
dulu sempat bekerja sebagai pedagang keliling sehingga sering terpapar oleh
asap kendaraan bermotor. Pasien tidak memiliki riwayat mengonsumsi
alcohol.

Anda mungkin juga menyukai