I. Nama Peneliti/NIM/Semester
Maria Mumtaz (G0011132)
Rifki Aviani (G0011170)
Zakiatunnisa (G0011216)
Hernowo Setyo U. (G0011108)
Arifin Ahmad A. S. (G0011038)
Novian Anindhito S. (G0011154)
Novalya Kurniawati (G0011152)
1
menarche pada wanita dan timbulnya ejakulasi pertama pada pria. Rata-rata
usia pubertas untuk wanita adalah 11-12 tahun dan untuk pria adalah 12-13
tahunPertumbuhan organ seksual laki-laki stadium Genital 2 (G2) terjadi rata-
rata pada usia 11,6 tahun (9,5-13,5 tahun). Pembesaran testis sebagai tanda
pubertas pertama terjadi pada 98% laki-laki. Ejakulasi pertama terjadi pada
TMS 3 (Rosen, 2004; Batubara, 2007). TMS 3 merupakan suatu tingkatan
maturasi seksual dimana remaja memasuku masa remaja menengah. Laki-laki
yang status nutrisi dan gizi baik cenderung mempunyai kecepatan
pertumbuhan dan maturasi seksual (usia spermake dan perkembangan
genital/rambut pubis) yang lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki yang
status nutrisi dan gizinya buruk. (Heffner & Schust, 2006)
Menurut Tanner, dalam seratus tahun terakhir terjadi kematangan biologis
pada usia yang lebih muda. Kematangan biologis yang lebih cepat ini
menimbulkan perhatian akan masalah hubungan heteroseksual, emosional,
dan sosial pada usia yang lebih muda pula. Penyebab kematangan biologis
yang lebih cepat ini masih belum jelas tetapi beberapa faktor yang ikut
memengaruhi antara lain: perbaikan gizi, peningkatan status sosial,
pencegahan berbagai penyakit berat pada anak-anak serta pengetahuan
mengenai ilmu kesehatan anak yang lebih maju. Pada tahun 1971 Frisch dan
Revelle mengemukakan peran nutrisi dalam hubungannya dengan awal
timbulnya pubertas. Dibutuhkan perbandigan tertentu antara massa lemak
tubuh dan lean body mass untuk memacu timbulnya pubertas dan
mempertahankan kapasitas reproduksi (Batubara, 2007)
V. Perumusan Masalah
Adakah hubungan status gizi dengan usia ejakulasi pertama pada siswa SMP
Negeri 1 Cilacap?
2
Mengetahui hubungan status gizi dengan usia ejakulasi pertama pada siswa
SMP Negeri 1 Cilacap
2. b. Manfaat Aplikatif
Sebagai bahan informasi, komunikasi, dan edukasi kepada remaja
tentang pentingnya status gizi yang baik dalam menunjang proses
tumbuh kembang menuju dewasa yang sehat dan normal.
3
Pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang cepat mendahului
tercapainya kematangan seksual. Pertumbuhan yang cepat ini meliputi
pertambahan tinggi dan berat badan. Biasanya pertambahan tinggi badan
pada anak laki-laki terjadi 2 tahun lebih lambat dari anak perempuan.
pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan berbeda dalam besar dan
susunan tubuh, sehingga kebutuhan gizinya pun berbeda. Puncak kecepatan
tumbuh pada anak laki-laki terjadi sekitar umur 14 tahun dan berakhir pada
umur 18 tahun. Pertambahan berat badan yang terjadi selama masa remaja
disebabkan perubahan komposisi tubuh. Pada anak laki-laki biasanya
ditandai dengan meningkatnya jaringan otot sedangkan pada anak
perempuan ditandai dengan meningkatnya massa lemak tubuh. Perubahan
komposisi tubuh ini terjadi karena pengaruh hormon seks (Batubara, 2007;
Nurhaedar, 2005).
Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan
baku perngukuran antropometri pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun
yang telah direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) pada
tahun 1997 dan The National Institute of Health (NIH) pada tahun 1998.
IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan
berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat
tinggi badan dalam meter). Interpretasi IMT tergantung pada umur serta
jenis kelamin anak. Hal ini disebabkan adanya perbedaan lemak tubuh pada
anak laki-laki dan anak perempuan. IMT merupakan cara termudah untuk
memperkirakan obesitas dan berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh.
Pada anak remaja, IMT seharusnya diukur secara spesifik menurut usianya.
Oleh karena itu, untuk mengukur IMT pada umur 2-20 tahun digunakan
standard terbaru dari CDC 2000 Growth Chart (Syarif, 2002; Gibson, 2005).
b. Ejakulasi Pertama
Ejakulasi pertama pada remaja umumnya berupa mimpi basah, tetapi
ada beberapa kasus ejakulasi bisa juga disebabkan oleh perilaku seksual
seperti masturbasi. Pada masa remaja, peristiwa ejakulasi pertama
biasanya tidak bersamaan dengan munculnya tanda-tanda awal pubertas.
4
Mimpi basah biasanya terjadi setelah setahun atau lebih mengalami onset
pubertas (Kinsey et al, 1998)
Mimpi basah adalah peristiwa ketika seorang laki-laki bermimpi
melakukan hubungan seksual atau peristiwa lainnya hingga mencapai
ejakulasi. Mimpi basah terjadi karena terlalu penuhnya cairan semen di
dalam urethra interna sehingga terjadi pengeluaran secara alami. Mimpi
basah adalah suatu kejadian normal yang dialami seorang laki-laki ketika
memasuki masa pubertas. Mimpi ini biasanya terjadi pada saat tidur di
malam hari, tetapi bisa juga terjadi saat tidur di siang hari. Tidak ada
kepastian berapa kali dalam satu minggu seorang remaja mengalami
mimpi basah. Biasanya mimpi basah muncul karena remaja tersebut
membayangkan sesuatu yang dapat merangsang secara seksual atau
melihat blue film dan buku-buku porno saat menjelang tidur. Mekanisme
fisiologis terjadinya mimpi basah sampai saat ini masih belum jelas. Data
menunjukkan ada beberapa pria yang sering mengalami mimpi seksual
pada malam hari tetapi tidak sampai menghasilkan ejakulasi. Para ahli
fisiologi dan psikologi berpendapat bahwa mimpi seksual memiliki latar
belakang psikoseksual (Dianawati, 2003)
Mimpi yang aktif biasanya berhubungan dengan periode Rapid Eye
Movement. Fase REM menggambarkan kondisi otak yang aktif dan
biasanya muncul setiap 90 menit setelah seseorang tertidur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jumlah periode tidur REM, sekresi
kortisol, dan aktivitas sistem syaraf simpatis meningkat setelah larut
malam. Pada tidur yang normal jumlah periode tidur REM berkorelasi
positif dengan kadar kortisol bebas dan ekskresi katekolamin dalam urin
24 jam. Adapun variabel yang berhubungan dengan distribusi dan
kekerapan tidur REM tidak memiliki korlasi dengan kadar hormon
(Guyton and Hall, 2008)
Siklus seksual pada pria biasanya selalu diawali oleh fase ereksi dan
dilanjutkan dengan beberapa tahap hingga mencapai ejakulasi. Stimulasi
saraf parasimpatis diketahui dapat menyebabkan terjadinya ereksi melalui
5
dua macam tipe rangsangan yaitu psychogenic erection dan reflexogenic
erection. Psychogenic erection diinduksi oleh rangsanga nerotismelalui
penglihatan, pendengara, penciuman, rabaan dan khayalan, sedangkan
reflexogenic erection diinduksi oleh rangsangan lansung pada organ
genital. Proses psychogenic erectionmelibatkan beberapa neurotransmitter
di otak seperti dopamine, oksitosin dan nitrit oksida. Sinyal parasimpatis
ni diteruskan melalui Sacral Erectile Center dan pleksus pelvikus untuk
merangsang relaksasi otot polos sinus interkavernosus, meningkatkan
aliran darah yang masuk arteri dan menekan aliran darah yang keluar lewat
vena didaerah penis untuk mempertahankan ereksi. Sebaliknya sistem
saraf simpatis berperan dalam menhambat proses ereksi ini melalui peran
noradrenalin. Noradrenalin akan berikkatan dengan reseptor α-1 untuk
menginduksi terjadinya kontraksi serabut oto polos pada arteri dan sinus
kavernosus. Apabila pada akhir siklus seksual pria terjadi dominasi dari
saraf simpatis maka bisa terjadi proses ejakulasi (Griffiths and Manioulux,
2004).
Ejakulasi merupakan puncak dari aksi seksual pria ketika rangsangan
seksual menjadi sangat kuat. Pada kondisi tersebut pusat dari refleks pada
medula spinalis mulai melepas impuls simpatis melalui Lumbal 1 dan
Lumbal 2 serta menyebrang ke organ genital melalui pleksus hipogastrik
dan pleksus pelvikus untuk mengawali terjadinya ejakulasi. Proses
ejakulasi dimulai dengan kontraksi vas deferent dan ampula yang
menyebabkan keluarnya sperma ke dalam uretra interna. Pada tahap ini
terjadi penambahan cairan prostat, cairan vesikula seminalis dan mukus
dari kelenjar bulbouretralis untuk membentuk semen. Adapun ejakulasi
adalah sinyal sensoris yang membangkitkan kontrkasi otot-otot
isiokavernosus dan bulbokavernosus sehingga menekan jaringan erektil
penis. Pengaruh ini menyebabkan peningkatan tekanan ritmik berupa
gelombang di dalam duktus genital dan uretra yang mendorong ejakulasi
semen ke luar ( Guyton and Hall, 2008).
6
c. Pengaruh Status Gizi terhadap Usia Ejakulasi Pertama
Hipofisis merupakan kelanjar yang menghasilkan hormon – hormon
yang berfungsi meregulasi sekresi berbagai kelenjar dalam tubuh sehingga
disebut master gland. Dalam kerjanya, sekresi hipofisis diatur oleh
hipotalamus sehingga membentuk hubungan timbal balik yang biasa
disebut aksis hipotalamus-hipofisis. Kerja testis sangat dipengaruhi oleh
rangsang hormonal dari hipofisis sehingga hipofisis membentuk aksis
dengan testis. Keseluruhan rangkaian rangsang hormonal dari hipotalamus
menuju hipofisis, kemudian dari hipofisis menuju testis disebut aksis
hipotalamus-hipofisis-gonad. Gonadotropik hormone mulai disekresi oleh
hipofisis rata-rata pada usia 13 tahun karena rangsang dari Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH) yang dihasilkan hipotalamus. Gonadotropik
hormone memiliki reseptor pada sel leydig testis memicu sel-sel tersebut
menghasilkan androgen, hormon pria yang meliputi testosteron,
dihidrotestosteron dan androstenedion. Testosteron jumlahnya lebih
banyak sehingga dianggap sebagai hormon testis paling penting.
Testosteron memicu spermatogenesis pada tubula seminiferus. Ketika vas
deferens penuh oleh sel-sel sperma dan sekret-sekret dari glandulae
accessoria untuk yang pertama kalinya akan terjadi ejakulasi pertama pada
anak laki-laki (Guyton and Hall, 2008).
Aktivasi aksis hipotalamus-hipofisis-gonad (gonadarkhe) ditandai
dengan peningkatan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena
menhilangnya inhibisi susuna saraf pusat sehingga terjadi mekanisme
umpan balik akibat kadar steroid yang rendah. Akibatnya, GnRH da
gonadotropin akan dilepaskan dalam jumlah yang banyak selama masa
pubertas. GnRH akan berikatan dengan reseptor sel-sel gonadotropin di
hipofisis untuk menstimulasi pengeluaran Lutenizing Hormone (LH) dan
Follicel Stimulating Hormone (FSH). LH akan menstimulasi sel Leydig
untuk menghasilkan testosteron yang akan memacu pertumbuhan seks
sekunder dan pematangan spermatozoa di epididimis. Adapun FSH akan
menstimulasi perkembangan tubulus seminiferus dan merangsang sel
sertoli untuk mengahsilkan Androgen Binding Protein (ABP) yang
7
berguna dalam mengangkut dan mengkonsentrasikan testosteron
(Batubara, 2007).
Semua hormon androgen adalah senyawa steroid, termasuk
testosteron, dihidrotestosteron dan androstenedion. Hormon androgen
dibentuk dari metabolisme lemak terutama asetil koenzim-A dan
kolesterol. Setelah disekresi oleh testis sebagian besar testosteron akan
terikat pada jaringan dan diubah menjadi dihidrotestosteron dengan
bantuan enzim 5α-reduktase. Testosteron bebas bersirkulasi dalam darah
dengan cepat diubah oleh hati menjadi androsteron dan
dehidroepiandrosteron kemudian dikonjugasikan sebagai glukoronida atau
sulfat untuk diekskresikan melalui cairan empedu dan urin (Guton and
Hall, 2008).
Secara umum testosteron berperan dalam berbagai sifat maskulinisasi
tubuh. Testosteron menyebabkan pembesaran penis, skroom, da testis
setelah masa pubertas sampai kira-kira umur 20 tahun. Selain itu,
testosteron juga menyebabkan tumbuhnya rambut disekitar pubis, aksila,
dada dan wajah.Adapun karakteristik terpenting testosteron adalah
meningkatkan massa otot dan matriks tulang pada pria. Pada tahun 1985
Udry et al melaporkan bahwa mimpi basah, masturbasi, dan gairah seksual
memiliki korelasi yang kuat dengan indeks perhitungan testosteron bebas
pada anak laki-laki ras kaukasoid kelompok umur 9-10 tahun. Data
tersebut didukung oleh penemuan Finkelstein et al pada tahun 1998 yang
menyebutkan bahwa terapi menggunakan testosteron dapat meningkatkan
frekuensi mimpi basah (Guyton and Hall, 1996; Jansen, 2007).
Testosteron diketahui memiliki hubungan timbal balik terhadap
perkembangan status gizi selama masa remaja. Pada periode pubertas
Growth Hormone (GH) diekresikan dalam jumlah lebih besar dan
berhubungan dengan proses pacu tumbuh selama pubertas. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa testosteron memiliki peran penting melalui
Growth Hormone (GH) untuk menigkatkan kadar asam lemak bebas,
mengurangi massa lemak total, menurunkan konsentrasi leptin,
meningkatkan kecepatan klirens insulin, dan menurunkan pemecahan
8
protein dan sel-sel tubuh. Suplementasi testosteron juga telah terbukti
menghambat pengambilan trigliserida in vivo dan aktivitas lipoprotein
lipasein vivo (Batubara, 2007).
Siklus seksual pada pria biasanya selalu diawali oleh fase ereksi dan
dilanjutkan dengan beberapa tahap hingga mencapai ejakulasi. Stimulasi
saraf parasimpatis diketahui dapat menyebabkan terjadinya ereksi melalui
dua macam tipe rangsangan yaitu psychogenic erection dan reflexogenic
erection. Psychogenic erection diinduksi oleh rangsanga nerotismelalui
penglihatan, pendengara, penciuman, rabaan dan khayalan, sedangkan
reflexogenic erection diinduksi oleh rangsangan lansung pada organ
genital. Proses psychogenic erection melibatkan beberapa neurotransmitter
di otak seperti dopamine, oksitosin dan nitrit oksida. Sinyal parasimpatis
ni diteruskan melalui Sacral Erectile Center dan pleksus pelvikus untuk
merangsang relaksasi otot polos sinus interkavernosus, meningkatkan
aliran darah yang masuk arteri dan menekan aliran darah yang keluar lewat
vena didaerah penis untuk mempertahankan ereksi. Sebaliknya sistem
saraf simpatis berperan dalam menhambat proses ereksi ini melalui peran
noradrenalin. Noradrenalin akan berikkatan dengan reseptor α-1 untuk
menginduksi terjadinya kontraksi serabut oto polos pada arteri dan sinus
kavernosus. Apabila pada akhir siklus seksual pria terjadi dominasi dari
saraf simpatis maka bisa terjadi proses ejakulasi (Griffiths and Manioulux,
2004).
Ada bebrapa faktor lain yang mempengaruhi hubungan status gizi terhadap
usia ejakulasi pertama, antara lain:
1. Genetik
9
diketahui dari munculnya tanda-tanda pubertas pada usisa kurang dari
9 tahun (Jean et al, 2004).
2. Stress
10
al.,2005). Aktivitas fisik berat diketahui mempunyai hubungan
terhadap penurunan massa lemak tubuh (Gutin et al.,2005)
5. Kondisi Sosial Ekonomi
11
IX. Kerangka Pemikiran
X.
Status Gizi
X.
Aktivitas Fisik
X. Kondisi sosial
X. Ekonomi
X. Perubahan
X. Komposisi Penyusun
Tubuh Regulasi Aksis
Hormon X. Hipotalamus-
Pertumbuhan Hipofsis-Gonad
X.
X. Hormon Testosteron
X.
Genetik
Regulasi X. Sistem Stress
Simpatis- X. Pengaruh Media
Parasimpatis Usia Ejakulasi Pornograf
X.
Pertama
X.
Hipotesis
Ada hubungan status gizi dengan usia ejakulasi pertama pada siswa SMP
Negeri 1 Cilacap.
12
Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa laki-laki kelas VII, VIII,
dan IX SMP Negeri 1 Cilacap yang sudah mengalami ejakulasi pertama.
Berdasarkan data yang diambil dari buku besar sekolah didapatkan jumlah
siswa laki-laki berdasarkan kelompok usia adalah sebagai berikut :
No. KELAS 12 Th 13 Th 14 Th 15 Th 16 Th JUMLAH
1 VII 135 8 - - - 143
2 VIII 9 111 10 - - 130
3 IX - 18 114 8 3 143
JUMLAH 144 137 124 8 3 416
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling yaitu pemilihan subyek berdasarkan atas ciri-ciri atau suatu sifat
tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi tersebut
(Taufiqurrohman, 2003).
Rumus ukuran sampel untuk menguji hipotesis tentang korelasi pada suatu
populasi tunggal adalah :
n= besar sampel
= batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas
kemaknaan
= batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas
kemaknaan
13
= perkiraan koefisien korelasi pada populasi
(Dahlan, 2009)
Dalam penelitian ini tingkat kemaknaan yang digunakan adalah α=0,05
dan perkiraan koefisien korelasinya adalah
Jadi besarnya sampel minimal yang diperlukan untuk mengukur korelasi
antar variabel adalah :
E. Desain Penelitian
Kriteria Inklusi
Penilaian Status
Gizi dengan
Pengukuran
Antropometri
Analisis
Data
F. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Status Gizi
2. Variabel terikat : Usia Ejakulasi Pertama
3. Variabel luar :
a. Terkendali : Umur dan Jenis Kelamin
b. Tak terkendali : Genetik, stres, aktivitas fisik, kondisi sosial
ekonomi dan pengaruh media pornografi
14
1) Status Gizi
a) Definisi
Status gizi adalah keadaan tubuh yang tercapao akibat
penggunaan zat-zat gizi serta dapat diklasifikasikan menurut
pedoman tertentu. Status gizi pada anak dan remaja dapat
diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh / Body Mass Index
menurut CDC Growth Chart 2000 dengan rumus :
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan2 (m)
Setelah itu hasil pengukuran IMT dicocokkan dengan CDC
Growth Chart 2000 dengan kriteria sebagai berikut
Kategori Status Batasan persentil
Gizi
Kurang Kurang dari persentik ke-5
Normal Persentil ke-5 sampai kurang dari persentil
ke-85
Lebih Sama atau lebih dari persentil ke - 85
b) Skala
Ordinal
2) Usia Ejakulai Pertama
a) Definisi
Usia ejakulasi pertama adalah usia yang masih dapat diingat ketika
seorang pria mengalami mimpi basah pertama kali. Data usia sewaktu
mengalami ejakulasi pertama diperoleh lewat kuisioner dan hasilnya
disusun dalam beberapa kelompok sebagai berikut :
Kelompok Usia Ejakulasi Batasan Rentang Usia
Pertama
Cepat (12 tahun) 12 tahun 0 bulan s.d. 12 tahun
11 bulan
Sedang (13 tahun) 13 tahun 0 bulan s.d. 13 tahun
11 bulan
Lambat (14 tahun) 14 tahun 0 bulan s.d. 14 tahun
11 bulan
b) Skala
Ordinal
H. Instrumen Penelitian
15
Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah :
1) Kuisioner
2) Timbangan injak dilengkapi dengan stadiometer
a) Berat badan diukur dengan menggunakan alat timbangan injak
HEALTH SCALE ZT-120 yang telah ditera dengan kapasitas
maksimal 120 kg dan ketelitian 0,5 kg. Anak ditimbang dengan
mengenakan pakaian seragam serta diminta untuk melepaskan
sepatu, kaos kaki dan ikat pinggang. Angka dibaca dalam
kilogram. Pengukuran dilakukan 3 kali dan hasilnya adalah rata-
rata ketiganya.
b) Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat stadiometer
HEALTH SCALE ZT-120 yang telah ditera dengan kapasitas
maksimal 190 cm dan ketelitian 0,5 cm. Anak diukur tanpa
menggunakan sepatu, kedua tumit merapat, pandangan ke
depan, dengan pantat, punggung dan kepala menempel pada
tiang stadiometer. Angka dibaca dalam sentimeter. Pengukuran
dilakukan 3 kali dna hasilnya adalah rata-rata ketiganya.
I. Cara Pengambilan Data
1) Semua siswa laki-laki dalam populasi tersebut diberikan kuisioner
2) Siswa-siswa yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok usia ejakulasi
pertama
3) Setiap siswa dalam kelompok tersebut dilakukan pengukuran
antopometri untuk mengetahui status gizinya
4) Data tersebut dianalisis untuk mengetahui hubungan status gizi
dengan usia ejakulasi pertama
J. Teknik Analisis Data
16
Minggu ke- I II III IV V VI VII VII IX X XI XII XII XIV XV XVI
Mengajukan
topik
Dibahas Tim
Skripsi
Bimbingan
Proposal
Ujian
Proposal
Pengumpula
n Data
Penulisan
Skripsi
Ujian Skripsi
17
Groholt EK, Stigum H, Nordhagen R (2008) Overweight and obesity among
adolescents in Norway: cultural and socio-economic differences. Journal of
Public Health, 30 (3):258–265.
Huriyati E, Hadi H, Julia M (2003). Aktivitas fisik pada remaja SLTP kota
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta hubungannya dengan kejadian
obesitas. IJCN, 1(2) :2-3.
Lee JM, Appugliese, Kaciroti N, Corwyn RF, Robert H (2007). Weight status in
young girls and the onset of puberty. Pediatric, 119 (3) : e624
18
Nurhaedar Jafar. (2005). Pertumbuhan remaja.
repository.unhas.ac.id/.../b24%20pertumbuhan%20re...
19