Anda di halaman 1dari 22

Nama : Yuli Ismawati

NIM : 20181210025
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan
Dosen : Dr. Novi Satria Pradja, S.E M.Pd

1. Bagaimana sikap seorang kepala sekolah / pengurus untuk dapat menerapkan prosedur pelaksanaan
dari masing-masing jabatan sehingga menciptakan suatu kinerja yang baik dan sesui dengan tujuan
organisasi?
https://intanrumapea.wordpress.com/2012/02/09/tugas-dan-peranan-kepala-sekolah/

ugas dan Peranan Kepala Sekolah Dalam Manajemen Sekolah


Seorang kepala sekolah hendaknya memahami betul apa yang menjadi tugas dan perannya disekolah.
Jika kepala sekolah mampu memahami tugas dan perannya sebagai seorang kepala sekolah, maka ia
akan mudah dalam menjalankan tugasnya, terutama berkenaan dengan manajemen sekolah yang akan
dikembangkannya. Bekal kemampuan dalam memahami kompetensi sebagai seorang kepala sekolah ini
akan menjadi bekal dalam pelaksanaan kinerja yang harus dilakukannya. Ada banyak kompetensi kepala
sekolah yang setidaknya harus sudah dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam tugasnya sehari-hari
disekolah yang dipimpinnya. Kompetensi yang dimiliki kepala sekolah adalah memahami bahwa sekolah
adalah sebagai suatu system yang harus dipimpin, karena kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Jadi
kepemimpinan kepala sekolah harus menunjuk kepada suatu proses kegiatan dalam hal memimpin,
membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah
pengawasannya.

Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran kepala sekolah yaitu
educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja, dan
wirausahawan.
1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Pendidik adalah orang yang mendidik, sedangkan mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan. Sebagai seorang pendidik kepala sekolah harus mampu
menanamkan, memajukan dan meningkatkan empat macam nilai, yaitu:

 Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia.
 Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban
atau moral.
 Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia
secara lahiriah.
 Artistik, hal-hal yang berkaitan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan.
Maka hal yang perlu diperhatikan oleh seorang kepala sekolah sebagai pendidik mencakup dua hal
pokok yaitu sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu diarahkan dan bagaimana peranan
sebagai pendidik itu dilaksanakan. Oleh karena itu ada tiga yang menjadi sasaran utamanya yaitu para
guru atau tenaga fungsional yang lain, tenaga administrative (staf) dan para siswa atau peserta didik.
Disamping ketiga sasaran utama pelaksanaan peranan kepala sekolah sebagai pendidik, terdapat pula
kelompok sasaran lain yang tidak kalah pentingnya yaitu organisasi orang tua siswa, organisasi siswa,
dan organisasi para guru. Keberadaan organisasi orang tua siswa lebih banyak diperlukan untuk
membantu dan mengatasi keperluan berbagai sumber daya dalam membina kehidupan kepala sekolah,
baik berupa dana, sarana, jasa maupun pemikiran-pemikiran juga membantu pelaksanaan pembinaan
kesiswaan, khususnya pelaksanaan program-program diluar kurikuler. Organisasi siswa diperlukan
dalam usaha memberikan wadah bagi para siswa dalam menumbuhkan dan mengembangkan berbagai
minat, bakat, dan kreativitas melalui program-program kokurikuler, maupun diluar kurikuler serta dalam
usaha menunjang keberhasilan program kurikuler. Organisasi guru sebenarnya merupakan organisasi
profesi, sebab didalam organisasi terhimpun para guru yang mempunyai latar belakang pendidikan yang
sama. Sebagai organisasi profesi ada dua hal pokok yang sangat penting menjadi acuan, yaitu sebagai
salah satu wadah pembinaan dan pengembangan profesi sesuai dengan bidangnya.
2. Kepala sekolah sebagai manajer
Seorang manajer atau kepala sekolah hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan
seorang pengendali. Menurut Stoner ada delapan macam fungsi seorang manajer yang perlu
dilaksanakan dalam suatu organsisi dan merupakan fungsi kepala sekolah juga yaitu:

 Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain (work with and through other people).
 Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (responsible and accountable).
 Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang Kepala sekolah harus mampu menghadapi
berbagai persoalan (managers balance competing goals and set priorities).
 Kepala sekolah harus berpikir secara analistik dan konsepsional (must think analytically and
conceptionally).
 Kepala sekolah sebagai juru penengah (mediators).
 Kepala sekolah sebagai politisi (politicians)
 Kepala sekolah adalah seorang diplomat.
 Kepala sekolah berfungsi sebagai pengmbil keputusan yang sulit (make difficult decisions).
Sedangkan menurut Longenecker cs berpendapat bahwa berdasarkan hasil analisis kegiatan manajerial,
mengidentifikasi adanya landasan utama fungsi-fungsi manajemen, yaitu:

 Planning and decision making;


 Organizing for effective performance;
 Leading and motivating;
 Controlling performance.
3. Kepala sekolah sebagai pemimpin
Kata “memimpin” memberikan arti memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan dan berjalan
didepan (precede). Pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal
dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh
sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang
efektif. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (followership), kemauan orang lain atau bawahan
untuk mengikuti keinginan pemimpin. Maka dengan kata lain pemimpin tidak akan terbentuk tanpa
bawahan.
Menurut Koontz kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu:

– Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf
dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.

– Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan
memacu dan berdiri didepan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin menurut H.G.Hicks dan C.R. Gullet mengatakan bahwa
fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin adalah 1. Harus memberikan perlakuan yang sama terhadap
orang-orang yang menjadi bawahannya yang dapat menciptakan semangat kebersamaan diantara guru,
staf dan para siswa; 2. Selalu memberikan sugesti kepada guru, staff dan siswa agar terpelihara
semangat , rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing; 3. Kepala
sekolah bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para
guru, staff, dan siswa baik berupa dana, peralatan, waktu, dan bahkan suasana yang mendukung; 4.
Berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat baru guru,
staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan; 5. Dapat menciptakan rasa aman didalam
lingkungan sekolah agar guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman; 6. Menjadi
teladan dalam hal sikap dan penampilan; 7. Selalu memberikan penghargaan terhadap guru, staf dan
siswa yang berprestasi.
4. Kepala sekolah sebagai administrator
Menurut Gorton (Sagala, 2009) bagi kepala sekolah ada tiga alasan penting untuk mengetahui prinsip-
prinsip dalam memberikan pelayanan pendidikan yaitu kepala sekolah dapat mengembangkan rencana
yang belum memiliki pola organisasi, mengevaluasi dan memperbaiki struktur organisasi, dan membuat
rekomendasi dan mengevaluasi rencana struktur yang diusulkan. Semua prinsip dan program pelayanan
diorganisasikan sehingga semua aktivitas dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan tujuan
akhir membantu mencapai tujuan sekolah. Sebagai administrator juga kepala sekolah hendaknya dapat
mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru yaitu dengan
menghargai setiap guru yang berprestasi.
5. Kepala sekolah sebagai supervisor
Secara specifik program supervise menurut Sestina (sagala 2009) meliputi: membantu guru secara
individual dan secara kelompok dalam memecahkan masalah pengajaran; mengkoordinasikan seluruh
usaha pengajaran menjadi perilaku edukatif yang terintegrasi dengan baik; menyelenggarakan program
latihan berkesinambungan bagi guru-guru; mengusahakan alat-alat yang bermutu dan mencukupi bagi
pembelajaran; membangkitkan dan memotivasi kegairahan guru yang kuat untuk mencapai prestasi kerja
yang maksimal; membangun hubungan yang baik dan kerjasama antara sekolah, lembaga social dan
instansi terkait serta masyarakat.

Jadi untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala
sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas
untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan
metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004).
Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi,
pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus
mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk
menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh
karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan
yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas
dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga
dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang dari
setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman
juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh
kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa,
2003).
7. Kepala sekolah sebagai wirausahaan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru,
maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta
memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani
melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang
berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

Dampak dari tugas dan peran kepala sekolah yang juga harus dipahami dipahami adalah kepala sekolah
harus mampu melihat kinerjanya dalam memahami dan menghayati Standar Pelayanan Minimal (SPM)
dan melaksanakannya secara tepat, serta memahami lingkungan sekolah sebagai bagian dari system
sekolah yang bersifat terbuka.

Tugas dan peran kepala sekolah lainnya menurut Glickman, Stephen, and Jovita (Glatthorn, 2006:
232) yaitu berhubungan dengan guru yaitu membantu mengembangkan kompetensi guru. Ada
empat cara membantu guru untuk meningkatkan kompetensinya yaitu; menawarkan bantuan
secara langsung, memberikan service pendidikan, bekerja dengan guru dalam mengembangkan
curriculum, dan membantu guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas

ala sekolah adalah orang yang diberi tugas dan wewenang mengelola sekolah, menghimpun,
memanfaatkan dan menggerakkan seluruh potensi sekolah secara optimal untuk mencapai
tujuan. Untuk mendorong visi menjadi aksi, tentunya kepala sekolah harus mampu
melaksanakan pekerjaannya sebagai educator, manajer, administrator dan supervisor, leader,
innovator, figur dan motivator ( EMASLIM – FM ). Semua itu harus dipahami kepala sekolah
karena yang paling penting adalah bagaimana kepala sekolah mampu mengamalkan dan
menjadikan visi tersebut dalam bentuk tindakan nyata di sekolah.
Pelaksanaan fungsi dan tugas tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Kepala
sekolah demikianlah yang mampu mendorong visi menjadi aksi dalam manajemen pendidikan
khususnya bidang actuating ( penggerakan ). a. Kepala sekolah sebagai educator ( pendidik )
Sebagai educator , kepala sekolah harus senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi
profesionalisme kepala sekolah.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam usahanyasebagai educator adalah : •
Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran • Kepala sekolah harus berusaha
menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja • Menggunakan
waktu belajar efektif disekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan
mengakhiri pembelajaran tepat waktu b. Kepala sekolah sebagai manajer Dalam hal ini kepala
sekolah dituntut untuk bisa menggerakkan dan mengusahakan para bawahannya, sikap kepala
sekolah dalam hal pelaksanaan tujuan antara lain : • strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikaan melalui kerja sama kooperatif • memberi kesempatan kepada para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya • mendorong keterlibatan seluruh tenaga
kependidikan dalam setiap kegiatan sekolah c. Kepala sekolah sebagai administrator Kepala
sekolah sebagai administrator erat kaitannya dnegan aktivitas penngelolaan tentang pencatatan,
penyusunan dan pendokumentasian seluruh program di sekolah.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai administrator, kepala sekolah harus bisa bertindak secara
situasional, sesuai kondisi yang ada. Disamping berorintasi pada tugasnya, kepala sekolah juga
harus bisa menjaga hubungan kemanusiaan dengan para staffnya, agar setiap tenaga
kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang
melaksanakan tugasnya. Dengan demikian, efektivitas kerja kepala sekolah bergantung pada
tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat menyenangkan dalam situasi
apapun, ketika para tenaga kependidikan melakukan tiugas-tugas yang diembankan kepadanya.
d. Kepala sekolah sebagai supervisor Sebenarnya supervisi pendidikan lebih bermuara pada
proses pengendalian dan pengawasan untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.

Akan tetapi supervisi bisa dirancang khusus untuk membantu para guru dalam mempelajari
tugas-tugas di sekolah, mendorong guru untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
orangtua dan peserta didik. Supervisi sesungguhnya dapat dilakukan kepala sekolah yang
berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan
supervisor khusus yang lebih independent dan dapat meningkatkan objektivitas dalam
pembinaan dan pelaksanaan tugasnya. e. Kepala sekolah sebagai leader Kepala sekolah sebagai
leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Pengetahuan kepala
sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuan : • Memahami kondisi
tenaga kependidikan (guru dan non guru) • Memahami kondisi dan karakteristik peserta didik •
Menyusun program pengembangan tenaga kependidikan • Menerima saran dan kritik
Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari kemampuannya untuk : •
Mengembangkan visi sekolah • Mengembangkan misi sekolah • Melaksanakan program untuk
mewujudkan visi menjadi aksi ( tindakan ) f. Kepala sekolah sebagai innovator Dalam rangka
melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki stategi yang
tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan,
untuk dapat melaksanakan tugas dan wewenang yang telah diberikan masing-masing. g. Kepala
sekolah sebagai motivator Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi tepat untuk
memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan
fungsinya.

Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin,
dorongan penghargaan efektif dan penyediaan sumber belajar melalui pengembangan pusat
sumber belajar ( PSB ) Selain itu gaya kepemimpinan kepala sekolah juga berpengaruh terhadap
kinerja tenaga pendidikan di sekolah untuk meningkatkann produktivitas kerja demi mencapai
tujuan dan mewujudkan visi menjadi aksi.

Ref:

Dr E Mulyasa, M.Pd. “ 2007 “. Menjadi Kepala Sekolah Professional “. PT Remaja Rosdakarya.


Bandung. Cet-9. Hlm.91 – 122

Dr.H. Syaiful Sagala, M.Pd. “ 2009 “. Manajemen Strategik Dalam Penimgkatan Mutu
Pendidikan “. Alfabeta. Bandung

https://www.kompasiana.com/indri92/56ea54708d7a61a32a5e8cc2/kumpulan-tanya-jawab-
part2?page=all# indrichairunnissa

2. Bagaimana manajemen actuating dapat menghasilkan dampak positif terhadap peserta


didik? Contohnya?

Kita masuk dalam manajemen actuating aplikasi manajemen kesiswaan, dimana actuating
diterapkan pada siswa atau lingkup kegiatan yang berbasis pada peserta didik. Saya akan
menjelaskan satu dengan contoh : Contoh Pertama : Untuk membuat siswa senang ,
tentunya dimulai terlebih dahulu dengan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (
tujuan itu sendiri ). Misalnya , siswa belajar menghadapi ujian karena senang dengan
mata pelajaran yang diujikan tersebut.

Menurut ( Wigfield & Eccles, 2002, Hensey & Amabile 1998 ) siswa termotivasi untuk
belajar saat mereka diberi pilihan, sennag menghadapi tantangan sesuai kemampuan
mereka. Pujian juga memperkuat motivasi intrinsik siswa. Sedangkan Motivasi Ekstrinsik
adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain ( cara untuk mencapai
tujuan ). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan
dan hukuman. Misalnya, siswa belajar lebih keras untuk mendapatkan nilai yang baik.
Contoh Kedua : Menciptakan Psikologi Lingkungan Pembelajaran Positif Siswa
memerlukan lingkungan belajar yang positif. Dalam arti, lingkungan belajar dapat
menciptakan suasana kebatinan siswa yang menenangkan dan bebas dari perasaan takut
apalagi terancam keselamatannya baik sesama teman maupun oleh guru. Menurut Diana
Baumrind ( 1971, 1996 ), guru yang menggunakan gaya Otoritatif dalam manajemen
kelas cenderung siswa bersikap mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan
teman dan menunjukkan penghargaan yang tinggi. Gaya otoritarian ( otoriter ) yang
diterapkan guru dikelas cenderung kaku dan absolut. Sesuatu yang menjadi peraturan
dalam kelas wajib dilaksanakan tanpa sedikitpun kesalahan. Siswa dalam kelas
otoritarian cenderung pasif, tidak mau membuat inisiatif aktivitas, mengekspresikan
kekhawatiran tentang perbandingan sosial atau dibandig-bandingkan dengan siswa lain.
Misalnya :kejelekan, prestasi akademik dan perilakunya dengan siswa di kelompok lain.
Yang menerapkan gaya permisif dikelas banyak memberi otonomi kepada siswa, tetapi
tidak memberikan banyak dukungan untuk mengembangkan keahlian pembelajaran atau
pengelolaan perilaku mereka.

Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan guru untuk mendukung kondisi kelas yang
efektif dan hal-hal yang seharusnya dilakukan dan dihindari guru dalam manajemen kelas
: No Yang dilakukan No Yang dihindari 1 Mengamati secara reguler perilaku siswa dari
awal sampai akhir 1 Membiarkan setiap perilaku negatif siswa 2 Mengeliminasi situasi
tumpang tindih di dalam kelas secara efektif, khususnya yang melanghgar disiplin 2
Selalu menyalahkan siswa dalam setiap kejadian dikelas 3 Menjaga kelancaran dan
kontinuitas belajar siswa 3 Memberi julukan dan pelebelan negatif 4 Melibatkan siswa
dalam berbagai aktivitas yang menantang 4 Mengatur-atur siswa 5 Membangun aturan
dan prosedur dalam kelas yang tetap 5 Ceramah moral sehingga siswa merasa bersalah
dan gelisah 6 Mengajak siswa untuk bekerja sama memecahkan persoalan belajar 6
Memberi sanksi tidak proporsional 7 Mengajak siswa berbagi mengembangkan tanggung
jawab 7 Tidak mau mendengar keluhan siswa Contoh ketiga : Kreasi Tempat yang
Menarik Selain ruangan yang bersih dan menarik, kita perlu memperhatikan juga setiap
penataan ruang sekolah. Di antaranya formasi duduk, salah satu hal yang memperngaruhi
suasana kelas adalah penataan tempat duduk. • Formasi melingkar • Formasi U • Formasi
setengah melingkar Yang harus diperhatikan adalah: 1. Jangan sampai seoranganak pun
terhalangi pandanagnnya sehingga ia tidak dapat melihat gurunya dengan baik 2. Posisi
duduk jangan membuat anak cepat lelah “ misal “ karena harus menoleh terus selama
acara.

Ref:

Syaifurrahman dan Tri Ujiati. 2013. “ Manajemen Dalam Pembelajaran “. PT Indeks.


Jakarta. Cet-1

3. Dibawah ini adalah factor-faktor apa yang paling besar pengaruhnya baik dalam arti positif
maupun negative terhadap system pendidikan nasional? Jelaskan pengaruhnya secara detail
factor-faktor tersebut.
a. Sumber daya manusia;
SDM merupakan kunci utama yang mempengaruhi system pendidikan nasional. Bila
SDMnya baik (sidiq, amanah, tabligh dan fatonah), maka system pendidikan nasional akan
baik. Sebaliknya jika SDMnya tidak baik, berkualitas rendah, maka system pendidikan pun
tidak akan terlaksana dengan baik, terurama dalam tataran pelaksanaan. Artinya bisa jadi
konsepnya baik, tetapi jika SDM yang melaksanakan konsep tersebut tidak baik, maka
pendidikan tidak akan terlaksana dengan baik.

(2) politik dan kebijakan pemerintah;


Politik dan kebijakan pemerintah menjadi salah satu faktor yang kuat mempengaruhi
terhadap pelaksanaan system pendidikan nasional. Sebab SPN pun pada dasarnya adalah
produk dari kebijakan pemerintah yang dilandasari oleh politik tertentu. Jika politik dan
kebijakan pemerintah memberikan dukungan yang tepat terhadap pelaksanaan system
pendidikan nasional, maka pendidikan akan berjalan dengan baik. Sebaliknya jika politik
dan kebijakan pemerintah mengabaikan aspek pendidikan, maka pendidikan tidak akan
memiliki kekuatan untuk mencapai tujuannya.

(3) ekonomi
Pelaksanaan system pendidikan nasional tidak dapat dilepaskan dari kondisi ekonomi
Negara. Jika kondisi ekonomi mapan, maka pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan akan
mudah. Namun demikian, dalam kondisi ekonomi yang biasa pun, jika pemerintah lebih
memperhatikan investasi pada bidang pendidikan, maka system pendidikan akan terwujud
dengan lebih baik. Dukungan ekonomi ini menyangkut seluruh pembiayaan bidang
pendidikan mesti dipenuhi oleh Negara.

d. Bagaimana seharusnya faktor-faktor tersebut dikelola agar semuanya menjadi


kekuatan yang menunjang pengembangan system pendidikan nasional?
Dari pendekatan Islami, awali dengan menanamkan keimanan kepada Allah swt. kepada
semua orang yang terlibat dengan system pendidikan; tanamkan kesadaran bahwa hidup
sementara dan akan dimintai pertanggung jawaban diakhirat.
Dari konsep manajemen, idealnya faktor-faktor tersebut dikelola dengan menerapkan
manajemen mutu terpadu (MMT) atau total quality management, yakni pendekatan
manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi
dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang
melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber
daya manusia) dan masyarakat mentransformasi (memproses) input dalam organisasi
untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada
pelanggan (output). http://pendidikanislamfaoz.blogspot.com/2012/06/tanya-jawab-
manajemen-dan-sistem.html

a. Sumber Daya Manusia


b. Politik dan kebijakan pemerintah
Sistem politik merupakan pola hubungan masyarakat yang dibentuk berdasarkan
keputusan-keputusan yang sah dan dilaksanakan dalam masyarakat. Sistem politik
dibedakan dari sistem lain oleh empat ciri khas.Pertama,daya jangkau yang universal,
meliputi semua anggota. Kedua, kontrol mutlak atas pemakaian kekerasan fisik. Ketiga,
hak membuat keputusan-keputusan yang mengikat dan diterima sebagai absah, dan
keempat. keputusannya bersifat otoritatif, artinya mengandung daya pengabsah dan
kerelaan yang besar. Karen keempat ciri khas tersebut adalah juga ciri khas negara, maka
istilah sistem politik umumnya dipakai sebagai nama kolektifilas hubungan dari suatu
negara.
Penganuh politik terhadap pendidikan Islam adalah adanya kebijakan pemerintahan suatu
negara yang memberikan perhatian serta dukungan, baik moral maupun materil, untuk
terlaksananya pendidikan Islam. Keadaan seperti ini akan memberikan pengaruh
yang sangat besar untuk keberhasilan pendidil Islam. Apabila suatu negara mengalami
keguncangan politiknya, atau dipimpin oleh orang yang anti terhadap Islam, maka
mustahil pendidikan Islam mampu menjalankan perannya secara baik.
Pendidikan yang bermutu tinggi juga mempengaruhi lajunya perkembangan politik yang
ada, Generasi yang berkualitas munculnya dari negara berkualitas, karena pendidikan
yang berkualitas akan mempengaruhi peradaban suatu bangsa. Apabila hal itu tercipta,
akan mempengaruhi sistem ekonomiyang baik
Kalau dilihat sejarah perkembangan pendidikan Islam di Indonesia,mengalami pasang
surut seirama dengan perkembangan politik di Indonesia.Pada zaman kolonial Belanda,
pendidikan agama tidak diberikan di sekolah.Hal ini dapat dimengerti karena pemerintah
Hindia Belanda mengembangkan pendidikan yang netral agama (sekuter), walaupun
sebenamya Belanda sangat berkeinginan memasukkan pendidikan agama kristen,
Dalam perkembangan selanjutnya demi menjaga citranya di kalangan mayoritas
penduduk pribumi dan raja-raja muslim yang "berkuasa", akhimya belanda dapat
menunjukkan sikap netralnya Selanjutnya, atas desakan tokoh-lokoh Islam, pendjdikan
agama akhimya diberikan diluarjam pelajaran resmi dan guru agama tjdak mendapal gaji
dan pemerintah.
Pada zaman Jepang, pelaksanaan pendidikan agama relatif lebih baik dimana
pelaksanaan pendidikan agama mendapat persetujuan dari Kantor Agama Pusat dan
guru agama digaji oleh pemerintah daerah setempat.Artinya pendidikan agama sangat
bergantung pada tuntutan masyarakat setempat
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sistem politik yang berlaku pada?suatu negara
cukup besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan sistem pendidikan?Islam, baik terhadap
kurikulum dan materi pelajaran dan pengadaan?maupun kebijakan lain yang menyangkut
identitas sebuah lembaga pendidikan Islam.

Antara ekonomi dan politik hamper tak dapat dipisahkan, karena pembangunan
ekonomi memerlukan politik yang stabil, sedang stabilitas politik juga
memrlukan stabilitas ekonomi, satu sama lain saling pengaruh-mempengaruhi
dan saling memperkokoh.
Bilamana dalam suatu Negara kehidupan politiknya sedang kacau, mustahil
dapat diciptakan suatu keseimbangan yang serasi di dalam system pendidikan.
Politik Negara merupakan kompas yang harus dijadikan pedoman dalam
langkah-langkah pengelolaanya. http://perbandingan-
pendidikan.blogspot.com/2017/12/sistem-pendidikan-dan-latar-belakang.html
http://bungsungaruy.blogspot.com/2012/12/ruanglingkup-sistem-pendidikan-islam.html

Sistem ekonomi sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia karena menyangkut
kebutuhan pokok manusia, yang meliputi pangan, sandang dan papan serta kebutuhan
lainnya. Sistem ekonomi berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan manusia
dan menjadi corak sebuah masyarakat yang menganutnya.
Pendidikan dan ekonomi merupakan sistem yang mempunyai pengaruh timbal balik,
saling mengait dan menunjang karena di satu segi institusi pendidikan mampu
menghasilkan tenaga kerja dan membentuk manusia-manusia yang sanggup
membangun ekonomi masyarakat dan negara. sebaliknya ekonomi merupakan tulang
punggung kehidupan bangsa yang menentukan maju-mundurnya, lemah-kuatnya,
lambat-cepatnya suatu proses pembudayaan bangsa" yang merupakan salah satu fungsi
pendidikan.Menurut laporan UNESCO tahun 1957 yang dikemukakan oleh Pleh Page
dalam Langgulung bahwa menurut kajian lapangan, semakin tersebar pendidikan di saatu
negara semakin cepat pertumbuhan ekonomi negara itu begitu juga semakin
meningkatnya perekonomian suatu negara, berkaitan dengan meningkatnya
pembelanjaan yang diberikan kepada pendidikan." Hal yang menyangkut kebijakan
pemerintah sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap tatanan kehidupan
masyarakat termasuk masalah pendidikan.Semakin banyak alokasi dana yang
diperuntukkan bagi pembinaan pendidikan semakin besar kemungkinan untuk
pengembangan pendidikan yang pada gilirannya menunjang keberhasilan pendidikan itu
sendiri.
Dalam hal ini tentu saja perlu dibarengi oleh adanya pengelolaan dana yang baik tanpa
adanya manajemen keuangan yang baik, dana sebesar apapun tidak banyak
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan
Ketersediaan alal-alat pendidikan baik yang tergolong pada perangkat keras seperti
gedung sekotah, perpustakaan, laboratorium, alat peraga dan perlengkapan belajar
lainnya, maupun perangkat lunak pengelolaan kurikulum,metode metode mengajar
administrasi pendidikan tidak bisa terlepas dari pendanaan. Artinya tanpa dana
pendidikan yang berkualitas sangat sulit dilaksanakan.
c. Ekonomi

factor ekonomi sangat erat kaitannya dengan factor geografis, sebab pembangunan
ekomoni suatu Negara bergantung pada factor geografis, oleh karena factor
geografis mengandung sumber kekuatan baik yang berupa modal materil maupun
modal dasar mental spiritual penduduknya.
Sesungguhnya pembangunan di bidang ekonomi merupakan refleksi dari kombinasi
antara sunber kemampuan manusia alam sekitar dan system kemasyarakatan serta
kebudayaannya. Kombinasi dari ketiga unsure ini sangat bertumpu pada factor
geografis dimana proses kehidupan sehari-hari manusia berada dalam lingkupnya.

4. Jelaskan konsep, sasaran, dan prinsip-prinsip dasar dari manajemen mutu total (TQM), hal-hal
apa yang harus jadi pegangan dan dilakukan apabila TQM tersebut diterapkan dalam bidang
pendidikan?
TQM atau Total Quality Management adalah strategi manajemen yang ditujukan untuk
menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. TQM adalah "suatu
pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi
semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta
memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat."
Total Quality Management adalah suatu upaya pemberdayaan menyeluruh dari elemen perusahaan
yang bekerja pada satu visi untuk meraih objective bersama dari perusahaan. Kerangka dari TQM
adalah sumber daya yang dapat diandalkan, selanjutnya menghasilkan efektifivas dan efisiensi dari
kinerja perusahaan, yang menghasilkan produk yang berkualitas, sehingga kepuasan konsumen akan
dapat diraih dengan mudah. “America Society for Quality Control” mengatakan Quality is the totality
of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisty stated of implied
needs (Kotler : 1994). Definisi di atas berkonotasi kepada pelanggan. Produk bermutu kalau dapat
memuaskan para pelanggan yang mengkonsumsi produk tersebut.

Konsep-konsep tentang mutu terpadu secara garis besar dapat dikemukakan berikut ini.

(1) F.W. Taylor (1856-1915)

Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja
(devision of work). Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk
pekerjaan manual memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” (The Father of Scientific
Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori
manajemen, yaitu sebagai berikut :

o Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari

o Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi
bagiannya.

o Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.

o Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah
ditentukan (personal loss).

Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja. Dengan demikian, dia memisahkan pekerjaan
dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.

(2) Shewart (1891-1967)

Seorang ahli statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama periode 1920-1930. Dalam bukunya The
Economic Control of Quality Manufactured Products, diperoleh suatu kontribusi yang menonjol dalam
usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil pengolahan.

Dia mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat dimengerti
melalui penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan untuk
membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk memilih produk mana yang
memenuhi mutu dan tidak. Penemuan Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, yaitu kedua
sarjana ahli dalam bidang statistik.

(3) Edward Deming


Lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D. pada 1972 sangat menyadari bahwa ia telah memberikan
pelajaran tentang pengendalianmutu secara statistik kepada para insinyur bukan kepada para
manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan.

Katanya “Quality is not determined on the shop floor but in the executive suite”. Pada 1950 beliau
diundang oleh “The Union to Japanese Scientists and Engineers (JUSE)” untuk memberikan ceramah
tentang mutu.

Pendekatan Deming dapat disimpulkan sebagai berikut :

o Quality is primarily the result of senior management actions and not the results of actions taken by
workers.

o The system of work that determines how work is performed and only managers can create system.

o Only manager can allocate resources, provide training to workers, select the equipment and tools
that worekers use, and provide the plant and environment necessary to achieve quality.

o Only senior managers determine the market in which the firm will participate and what product or
service will besolved.

Hal ini berarti bahwa tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak mungkin tercapai manajemen
mutu terpadu.

(4) Prof. Juran

Ia mengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di Jepang Juran membantu pimpinan Jepang di dalam
menstrukturisasi industry sehingga mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu Jepang
untuk mempraktikkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk pabrik ke dalam suatu seri
konsep yang menjadi dasar bagi suatu “management process” yang terpadu.

Juran mendemonstrasikan tiga proses manajerial untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang
dikenal dengan trilogy Juran, yaitu finance planning, financial control, financial improvement. Adapun
perincian trilogi itu sebagai berikut.

o Quality planning, yaitu suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan
menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer
pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan.

o Quality control, yaitu suatu proses di mana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi,
dibandingkan dengankebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah
diketahui kemudian dipecahkan, misalnyamesin-mesin rusak segera diperbaiki.

o Quality improvement, yaitu suatu proses di mana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan
sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber, menugaskan
orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek
mutu, dan pada umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar mutu dan
mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya.

Inti dari semua konsep yang dikemukakan di atas adalah “pentingnya perbaikan mutu secara terus-
menerus bagi setiap produk walaupun teknik yang diajarkan berbeda-beda”.

Dalam hal kualitas dianggap layak, maka diperlukan suatu produk untuk dapat memenuhi dimensi-
dimensi berikut ini:

(1) Performa: seberapa cocok produk itu digunakan sesuai dengan fungsi pemenuhan
kebutuhannya.

(2) Features: konten dari produk yang membedakannya dari produk lain.

(3) Reliabilitas: seberapa lama produk itu dapat bertahan dari kerusakan.

(4) Conformance: sejauh mana produk dapat dikembangkan oleh konsumen itu sendiri.

(5) Durabilitas: seberapa lama produk dapat digunakan sampai benar benar tidak dapat dipakai lagi.

(6) Serviceability, speed, cost, ease to repair: ada tidaknya servis center dan seberapa banyak biaya
yang dikeluarkan konsumen untuk itu.

(7) Esthetic: nilai keindahan dari produk, termasuk dalam definisi ini adalah tampilan fisik produk.

(8) Percieved quality: kesan yang membekas dari produk pada pemikiran konsumen.

Prinsip dasar pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut.

(1) Setiap perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan perbaikan mutu produk
dan pelayanan sehingga dapat memuaskan para pelanggan.

(2) Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan, dan para pemegang saham.

(3) Memiliki wawasan jauh ke depan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.

(4) Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.

(5) Menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan
mutu.

(6) Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi karyawan bukan
dengan cara otoriter sehingga diperoleh suasana kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.

(7) Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi yang
belum berhasil/berbuat salah.

(8) Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.

(9) Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas sehingga pengawasan lebih mudah.
(10) Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan
mutu.

b. Hal-hal apa yang harus jadi pegangan dan dilakukan apabila TQM tersebut diterapkan dalam
bidang pendidikan?

Hal-hal yang harus dijadikan pegangan dalam menerapkan TQM dalam bidang pendidikan antara lain
bahwa tidak semua konsep TQM yang berasal dari bisnis (profit), dapat diterapkan dalam bidang
pendidikan yang bersifat non profit. Alat ukur produktivitas dan efektivitas tidak hanya ditentukan
dari hal-hal yang sifatnya kongkrit (material).

Di lingkungan organisasi non profit, khususnya pendidikan, penetapan kualitas produk dan kualitas
proses untuk mewujudkannya, merupakan bagian yang tidak mudah dalam pengimplementasian
Manajemen Mutu Terpadu (TQM). Kesulitan ini disebabkan oleh karena ukuran produktivitasnya
tidak sekedar bersifat kuantitatif, misalnya hanya dari jumlah lokal dan gedung sekolah atau
laboratorium yang berhasil dibangun, tetapi juga berkenaan dengan aspek kualitas yang menyangkut
manfaat dan kemampuan memanfaatkannya.

Bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika
menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :

(1) Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.

(2) Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain
masyarakat yang dilayani semakin berkurang.

(3) Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat

(4) Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa
diketahui sebab – sebabnya.

(5) Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat,
sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan
umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(6) Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.

(7) Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara
bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan
umum terus meningkat

c. Bagaimana keterkaitan TQM dengan penjaminan mutu dan akreditasi sekolah/perguruan tinggi
yang sekarang banyak digunakan? Jelaskan!
Total quality management memiliki keterkaitan yang erat dengan Quality assurance dan akreditasi
(sekolah/perguruan tinggi). Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh
satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah,
Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.
Dalam hal ini TQM dapat dijadikan sebagai alat untuk melakukan penjaminan mutu.
Mutu pendidikan dimaknai sebagai upaya menghasilkan produk (output) pendidikan yang memiliki nilai
manfaat tinggi yang berorientasi pada tuntutan kebutuhan pelanggan, baik pelanggan internal maupun
pelanggan eksternal" Oleh karena itu, mutlak diperlukan akuntabilitas tinggi dalam pengelolaan sekolah"
Salah satu komponen terciptanya akuntabilitas lembaga pendidikan yang efektif (berkualitas) adalah
ditetapkannya unit penjaminan mutu" Melalui unit ini, setiap komponen stakeholders akan mudah
mengakses gambaran jaminan mutu dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan.
Akreditasi adalah bagian dari jaminan mutu eksternal yang bila bisa berjalan sinergis dengan evaluasi diri
akan menunjang pemeliharaan peningkatan mutu perguruan tinggi, baik institusinya maupun program
studinya.

http://vitahafyan.blogspot.com/2011/12/konsep-total-quality-manajemen.html

tal quality management juga dapat diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari
perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,
produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam Pawitra, 1993, p.
135). Definisi lainnya menyatakan bahwa Total quality management merupakan sistem
manajemen yang menyangkut kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada
kepuasaan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa, 1992, p. 33)[2]

onsep TQM

Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) merupakan suatu penerapan metode
kuantitatif dan sumber daya manusia untuk memperbaiki dalam penyediaan bahan baku maupun
pelayanan bagi organisasi, semua proses dalam organisasi pada tingkat tertentu di mana kebutuhan
pelanggan terpenuhi sekarang dan di masa mendatang. TQM lebih merupakan sikap dan perilaku
berdasarkan kepuasan atas pekerjaannya dan kerja tim atau kelompoknya. TQM menghendaki
komitmen dari manajemen sebagai pemimpin organisasi di mana komitmen ini harus disebarluaskan
pada seluruh karyawan dan dalam semua level atau departemen dalam organisasi. TQM bukan
merupakan program atau sistem, tapi merupakan budaya yang harus dibangun, dipertahankan, dan
ditingkatkan oleh seluruh anggota organisasi atau perusahaan bila organisasi atau perusahaan
tersebut berorientasi pada mutu dan menjadikan mutu sebagai way of life.

Pengendalian, sistem, dan teknik-teknik sangat diperlukan dalam penerapan TQM, tetapi
semuanya itu bukan merupakan kebutuhan utama. Yang terpenting dalam penerapan TQM
adalah keterlibatan secara menyeluruh setiap orang dalam organisasi atau perusahaan
tersebut untuk mengubah budaya (culture) yang lama menjadi budaya baru. Perubahan
tersebut antara lain:
Dari kerahasiaan atau sesuatu yang bersifat selentingan menjadi komunikasi terbuka antar
seluruh anggota organisasi atau perusahaan. Dengan keterbukaan maka kerjasama akan
terwujud, dan dengan keterbukaan, maka kesalahpahaman dapat segera teratasi.

Dari pengendalian menjadi pemberdayaan. Karyawan tidak mau kalau secara terus menerus
dimonitor. Mereka ingin selalu dilibatkan, diajak berdiskusi, dan berpendapat. Mereka juga
harus diserahi tanggung jawab yang sesuai serta mendapatkan kesempatan untuk
berkembang dan mendapat penghargaan atas prestasi yang diraih.

Dari inspeksi menjadi pencegahan. Inspeksi adalah pemeriksaan terhadap barang atau produk
jadi setelah keluar dari proses produksi. Sehingga bila ada produk yang cacat atau tidak sesuai
dengan spesifikasi pelanggan, akan dibuang atau diadakan pengerjaan ulang. Hal inilah yang
membuat perusahaan harus membayar mahal. Dalam TQM tidak ada lagi istilah inspeksi,
melainkan pencegahan. Artinya, sejak dari perencanaan produk. Proses produksi hingga
menjadi produk akhir menghasilkan cacat atau kesalahan nol (zero defect).

Dari fokus internal dan fokus eksternal, fokus internal adalah perhatian perusahaan atau
organisasi pada kemampuan yang dimiliki saja, sehingga proses produksi dilaksanakan
berdasarkan kemampuan tanpa memperhatikan permintaan pelanggan (push system)
sedangkan TQM menganggap bahwa cara berproduksi seperti ini adalah pemborosan.
TQM lebih memfokuskan pada kebutuhan dan harapan pelanggan (eksternal fokus) sehingga
melaksanakan proses produksi tarik (pull system).

Dari biaya dan penjualan menjadi kesesuaian terhadap mutu. Semula, perusahaan atau
organisasi hanya memperhatikan masalah biaya dan waktu produksi. Namun kondisi tersebut
kemudian berubah menjadi mutu produk yang menjadi orientasinya. Mutu produk yang
dimaksud di sini adalah dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan. Barang
atau jasa dikatakan bermutu bila mampu mengurangi biaya (cost reduction), menghilangkan
pemborosan (eliminating waste), menyampaikan secara tepat waktu (faster delivery), dan
menjual dengan harga rendah ( lower price). Apabila hal tersebut tercapai, maka profit
meningkat.

Dari stabilitas menjadi perubahan dan perbaikan secara terus menerus. Kondisi yang tidak
berubah bukannya membawa keuntungan dan manfaat bagi perusahaan. Justru perusahaaan
atau organisasi yang mau berubah dan mau secara terus menerus mengadakan perbaikan
itulah yang akan berhasil dengan baik. Dalam kondisi yang serba stabil, orang tidak akan
pernah mau belajar. Sementara dalam organisasi yang menggunakan filosofi TQM dituntut
untuk selalu belajar atau berubah, memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya, karena
prinsip TQM yang continuous quality improvement.
Dari hubungan yang sifatnya persaingan menjadi hubungan kerjasama. Dalam organisasi yang
menggunakan konsep TQM semua pihak yang berhubungan baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan organisasi tersebut (pemasok, pelanggan, pesaing, dan lain-lain)
adalah teman atau saudara. Hal ini menuntut adanya kerjasama yang kuat dan saling
membantu. Hubungan erat dan kerjasama yang baik dengan pelanggan akan membuat
mereka terbuka untuk memberikan kritik dan saran untuk peningkatan produk dan jasa yang
dihasilkan perusahaan.

Dari pengalokasian dan melemparkan hal-hal yang tidak diketahui menjadi penyelesaian
semua masalah sampai akar-akarnya. Perusahaan biasanya akan menutupi masalah yang
dihadapi dan bersikap pura-pura tidak tahu, atau membenci siapa pun yang mengetahui
permasalahan yang ada. Perusahaan atau organisasi yang menganut filosof TQM justru akan
menghadapi semua permasalahan yang ada, mencari penyelesaian hingga tuntas.

Untuk dapat menerapkan TQM pada industri jasa diperlukan beberapa konsep dasar, teknik
dan langkah-langkah penerapannya, antara lain:

Memfokuskan pada produk (yang dalam hal ini adalah jasa yang ditawarkan) dan
pelanggan.

Kepemimpinan dalam organisasi jasa yang mendukung pelaksanaan filosof TQM.

Budaya organisasi (yaitu budaya organisasi yang berorentasi mutu).

Komunikasi yang efektif antar seluruh personil dalam organisasi maupun antara
para personil organisasi dengan pelanggan.

Pengetahuan atau keahlian karyawan dalam melaksanakan filosofi TQM.

Tanggung jawab para karyawan.

Manajemen berdasarkan data dan fakta.

Sudut pandang jangka panjang.

Total quality management merupakan sekumpulan langkah yang harus dilalui tingkat demi
tingkat untuk dapat menerapkannya. Pada dasarnya untuk dapat menerapkan total quality
management yang paling diperlukan adalah dukungan atau komitmen dari pimpinan puncak,
komunikasi antar seluruh anggota organisasi, dan adanya perubahan budaya.[4]

TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen


kualitas kelas dunia. Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem
nilai suatu organisasi. Menurut Hensler dan Brunell (dalam scheuning dan Christopher,
1993: 165-166), ada empat prinsip utama dalam TQM. Keempat prinsip tersebut
adalah:
Kepuasan pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya
bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi ditentukan oleh pelanggan.
Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Kebutuhan
pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga,
keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas perusahaan harus
dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan
sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan.
Makin tinggi nilai yang diberikan, maka makin besar pula kepuasan pelanggan.
Respek terhadap setiap orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya tergolong kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai
individu yang memiliki talenta dan kreativitas yang khas. Dengan demikian, karyawan
merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam
organisasi diperlukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi
dalam tim pengambil keputusan.
Manajemen berdasarkan fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Meksudnya bahwa setiap keputusan selalu
didasarkan pada data, bukan sekedar perasaan (feeling). Ada dua konsep pokok yang berkaitan
dengan hal ini. Pertama, prioritas (prioritization), yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak
dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan mengingat katerbatasan sumber
daya yang ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan data, maka manajemen dan tim dalam
organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital. Kedua, variasi atau
variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas
yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksi
hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
Perbaikan berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perubahan perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan
perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCAA (plan-
do-check-act-analyze) yang terdiri atas langkah-langkah perencanaan, dan melakukan
tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.[5]

https://www.kompasiana.com/ikpj/54ff3f60a33311764c50f837/implementasi-manajemen-
mutu-terpadu-total-quality-management-di-sekolah?page=all# I ketut putra juliantara

ngkan, prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:

1. Setiap orang memiliki pelanggan.

2. Setiap orang bekerja dalam sebuah system.


3. Semua sistem menunjukkan variasi.

4. Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi.

5. Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan.

6. Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup.

7. Manajemen berdasarkan fakta dan data.

8. Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan hanya pada hasil out put.

Syarat- syarat TQM dapat berlangsung di sekolah, yaitu:

v Sekolah harus secara terus menerus melakukan perbaikan mutu produk (output) sehingga
dapat memuaskan para pelanggan baik eksternal maupun internal..

v Memberikan kepuasan kepada warga sekolah, komite sekolah, penyumbang dana


pendidikan di sekolah tersebut.

v Memiliki wawasan jauh kedepan.

v Fokus utama ditujukan pada proses, kemudian baru menyusul hasil.

v Menciptakan kondisi di mana setiap warga sekolah aktif berpartisipasi dalam menciptakan
keunggulan mutu.

v Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi warga
sekolah bukan dengan cara otoriter, sehingga diperoleh suasana yang kondusif bagi lahirnya
ide-ide baru.

v Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf
bagi yang belum berhasil/berbuat salah.

v Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.

v Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga pengawasan lebih mudah.

v Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya
peningkatan mutu.
Di dalam artikel, " Revolusi mutu di dalam Pendidikan," Yohanes Burung- jay Bonstingl
menguraikan secara singkat prinsip TQM yang ia percaya dapat mengubah pendidikan di
sekolah. Ia menyebutnya dengan istilah "Empat pilar TQM”, antara lain:

1: Synergistic Relationships /Hubungan Sinergi.

Konsep ini menekankan pada " sistematis pekerjaan yang dilakukan di mana semua waga
sekolah dilibatkan". Dengan kata lain, kerjasama sekelompok dan kolaborasi adalah sesuatu
yang sangat penting. Konsep sinergi menyatakan bahwa capaian dan produksi ditingkatkan
dengan penyatuan bakat dan pengalaman individu.Prinsip ini menekankan bahwa fokus
utama organisasi sekolah adalah pada pelanggan dan penyalur. Pelanggan utama sekolah
merupakan siswa itu sendiri dan penyalurnya adalah guru. Guru dan siswa adalah tim, dalam
artian dibutuhkan kerjasama yang sinergi antara keduanya. Prinsip ini ditujukan agar
tercapinya pengembangan kemampuan minat dan bakat siswa. Di dalam kelas, guru-murid
regu adalah tim . Produk kesuksesan mereka dalam bekerjasama adalah pengembangan
kemampuan minat, dan karakter siswa. Siswa adalah pelanggan guru,sebagai penerima dari
jasa bidang pendidikan untuk peningkatan dan pertumbuhan siswa. Guru dan sekolah adalah
para penyalur dari efektif alat belajar, lingkungan, dan sistem untuk siswa. Sekolah
bertanggung jawab untuk menjamin kelangsungan pendidikan para siswa dalam jangka
panjang dengan proses pembelajaran tentang bagaimana cara belajar dan cara berkomunikasi,
bagaimana cara mendapatkan pekerjaan berkualitas berdasarkan kemampuan yang mereka
miliki.

2: Perbaikan Terus Menerus dan Evaluasi Diri.

Adanya perbaikan terus menerus, secara individual maupun secara berkelompok baik di
dalam menyeting kualitas sekolah dengan jalan administrator bekerja berkolaborasi dengan
pelanggan dan para guru. TQM menekankan evaluasi diri sebagai bagian dari suatu proses
perbaikan berkelanjutan. Administrator berperan penting sekali dalam upaya perbaikan terus
menerus dengan cara mempertegas disiplin, seperti pengendalian, perintah baik dengan
intimidasi untuk kemajuan sekolah. TQM pendidikan dibutuhkan evaluasi diri

3: Suatu Sistem dari Proses Berkelanjutan.

Pilar TQM yang ketiga yang diterapkan di akademis adalah pengenalan organisasi sebagai
sistem dan pekerjaan yang dilaksanakan di dalam organisasi harus dilihat sebagai suatu
proses berkelanjutan. Dalam pilar ketiga TQM pendidikan ini adalah organisasi dianggap
sebuah sistem artinya komponen-komponen sekolah saling mempengaruhi dan saling
ketergantungan. Guru dan siswa merupakan sistem dari sekolah, mutu ditujukan untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki komponen-komponen yang mengalami cacat/memerlukan
perbaikan.

4: Kepemimpinan.
Prinsip ini menyatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan TQM merupakan tanggung jawab
dari manajemen puncak yaitu kepala sekolah. IMplikasi dari pilar keempat ini adalah
kepemimpinan sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu harus memiliki visi
dan misi atau pandangan jauh yang jelas kedepannya. Aspek kepemimpinan sangat esensial
sekali dalam perkembangan mutu. Kepemimpinan dilihat dari sudut formal yakni kepala
sekolah sebagai pimpinan puncak wajib melakukan perbaikan-perbaikan serta
mengendalikan pelaksanaan kegiatan sekolah dan para guru di sekolah harus mampu
menetapkan konteks di mana para siswa dapat secara optimal mencapai potensi mereka
melalui dampak dari kemajuan berkelanjutan yang disebabkan oleh kerja sama antara para
guru dan para siswa tersebut.

https://pernikmagazine.wordpress.com/category/pendidikan/penerapan-tqm-dalam-dunia-
pendidikan/

Prinsip TQM

Pencapaian tujuan di atas dapat dicapai jika menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut : pemfokusan
pada pelanggan, peningkatan kualitas pada proses, dan melibatkan semua komponen pendidikan.

Pemfokusan pada pengguna menunjuk pada setiap peningkatan kualitas pendidikan haruslah didasarkan
pada keinginan, kebutuhan, dan harapan pengguna pendidikan (internal dan eksternal). Konsep ini
memerlukan pengumpulan dan penganalisaan data lapangan secara tepat sehingga perlu
mempertemukan kedua belah pihak.

Peningkatan kualitas pada proses menunjuk pada peningkatan terus menerus yang dibangun atas dasar :
pekerjaan akan menghasilkan serangkaian tahapan interelasi dan aktivitas yang pada akhirnya akan
menghasilkan output (keluaran).

5. Andaikan anda diangkat menjadi kepala sekolah di daerah anda dan tugas pertama yang
harusa dikerjakan adalah menyusun rencana strategis pengembangan pendidikan menjadi
tanggung jawab dinas selama masa jabatan anda.
a. Coba anda uraikan agak rinci dan lengkap langkah-langkah strategi apa yang akan anda
lakukan. Menyusun renstra (telaah buku perencanaan strategis atau lihat renstra yang
ada) visi, misi, tujuan, strategi, program dan sasaran.
b. Jelaskan pula dasar dan landasan yang menjadi pertimbangan, landasan yuridis
(peraturan perundangan yang berhubungan dengan pendidikan, seperti Pancasila, UUD
45, UU Sisdiknas, PP 19 th 2005, dst)
Landasan filosofis
Landasan Psikologis
Landasan Sosial
c. Tujuan atau sasaran yang akan dicapai
d. (lihat contoh pada renstra depdiknas)
e. Kegiatan dan lingkup capaiannya
(lihat contoh pada renstra depdiknas)
Catatan : setiap jawaban diperkuat minimal dengan 2 jurnal atau teori kecuali no 5
Untuk teori kutipan harus benar (nama, tahun, halaman)
Buat daftar pustaka
Dikirimkan ke Novisatria68@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai