Salah satu hal yang belum bisa dipenuhi oleh pembangkit listrik energi
terbarukan adalah intermitensi atau ketidakpastian. Pembangkit listrik tersebut
memiliki ketergantungan pada kondisi alam. Misalkan saja PLTS yang tidak bisa
beroperasi ketika mendung maupun hujan. Padahal ada terdapat beberapa sistem
kelistrikan yang sama sekali tidak boleh mati ketika memikul beban yang penting.
Beban tersebut disebut beban dasar. Karena prosentase yang cukup besar dalam sistem
kelistrikan kita, beban tersebut harus disuplai oleh pembangkit dengan kapasitas besar
dan keandalan yang tinggi dimana PLTU lah yang menjadi jawaban kebutuhan energi
saat ini karena bahan bakar yang digunakan dapat diusahakan dan tidak bergantung
kepada kondisi alam. Intermitensi erat kaitannya dengan kontinuitas penyaluran tenaga
listrik karena sistem ketenagalistrikan harus andal, tidak terputus-putus dan secara
kontinu dapat menyalurkan tenaga listrik pada konsumen.
Keandalan sistem tenaga berkaitan dengan kemampuan sistem tenaga listrik
yang terdiri dari sistem pembangkitan, transmisi, dan distribusi dalam menjaga
kontinuitas suplai kebutuhan beban dalam keadaan yang telah direncanakan.
Komponen utama dalam keandalan adalah sistem keamanan, dimana hal ini berkaitan
dengan kemampuan sistem untuk bertahan dari gangguan seperti kegagalan peralatan
dan hubung singkat. Pemadaman listrik yang terlalu sering dengan waktu padam yang
lama dan tegangan listrik yang tidak stabil, merupakan refleksi dari keandalan dan
kualitas listrik yang kurang baik, dimana akibatnya dapat dirasakan secara langsung
oleh pelanggan. Oleh karena itulah, diperlukan suatu mekanisme untuk menjaga
keandalan sistem berbasis energi terbarukan yang dihadapkan dengan permasalahan
intermitensi sehingga diperoleh solusi yang menjawab permasalahan tersebut.