Anda di halaman 1dari 2

ADVOKASI

Bagi kita sebagai pelajar, menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus
tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar.
Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang “agent of change”.
Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu
masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia.

Menjadi seorang mahasiswa alangkah baiknya tidak terpikat jauh dari yang namanya Tridharma
Perguruan Tinggi. Namun, sayangnya kata Tridharma saat ini menjadi kata yang sangat asing di telinga
ataupun hanya menjadi jargon semata. Hal ini mengakibatkan perguruan tinggi hanya dianggap sebagai
tempat bagi mahasiswa untuk mendapat pendidikan dan penelitian, dimana tidak ada kontribusi
langsung dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat.

Dalam Tridharma sendiri terdapat point utama yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan
Pengembangan, serta yang terakhir Pengabdian Kepada Masyarakat. Mahasiswa dalam kehidupan
kampus tentu setiap hari berkutat dalam melakukan pendidikan, sekurang-kurangnya di saat skripsi
seorang mahasiswa harus melakukan penelitian. Dewasa ini, point ketiga dari Tridharma ini jarang sekali
menjadi momok topik utama tentang menjadikan mahasiswa sadar akan tanggung jawab dan menjadi
agent of change, yaitu terhadap pengabdian kepada masyarakat. Saat ini sebenarnya banyak yang dapat
kita lakukan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat seperti membantu masyarakat yang
membutuhkan bantuan, membela kepentingan masyarakat umum, bakti social dan masih banyak lagi.

Kegiatan seperti itu dapat disebut dengan “advokasi”, advokasi sendiri secara umum adalah suatu
perhatian yang lebih menargetkan terhadap suatu isu yang terjadi, dan mengontrol para pengambil
kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi perlu dilakukan dengan diorganisir, digagas secara
strategis, didukung informasi, komunikasi, pendekatan, serta mobilisasi (Margaret Schuler, Human Right
Manual). Advokasi sendiri identic dengan kerja keras yang berkemungkinan besar dapat memberatkan
pikiran kita karena berkemungkinan besar dapat memberi isu ataupun masalah yang diterima. Tapi,
advokasi sendiri memberikan kita spirit untuk berjuang membela yang benar dan melawan yang tidak
benar.

Banyak definisi yang menyatakan tentang advokasi, dalam segi bahasa sendiri “advokasi” dalam KBBI
bermakna pembelaan. Sedangkan dalam bahasa inggris “advokasi” bermakna “to advocate” yang
apabila diterjemahkan menjadi “membela” (to defend), “menyokong”, “memajukan”, “menganjurkan”,
“mengemukakan” (to promote), atau dapat diartikan sebagai “perubahan (to change). Secara singkat
dalam segi bahasa, advokasi sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang cermat, terencana, dan
terorganisir untuk melakukan pembelaan atau melakukan perubahan (khususnya bagi para korban
kebijakan atau kaum lemah).

Advokasi jika dikaitkan dalam skala masalah yang dihadapi bisa dikategorikan kepada 3 jenis yaitu (1)
Advokasi diri, yaitu advokasi yang dilakukan pada skala lokal dan bahkan sangat pribadi (2) Advokasi
kasus, yaitu advokasi yang dilakukan sebagai proses pendampingan terhadap orangatau kelompok yang
belum memiliki kemampuan membela dirinya dan kelompoknya (3) Advokasi kelas, yaitu sebuah proses
mendesakkan kebijakan publik atau kepentingan satu kelompok masyarakat (dalam hal ini pelajar dan
remaja) dengan tujuan akhir terwujudnya perubahan sistematik yang berujung pada lahirnya kebijakan
yang melindungi atau berubahnya legislasi yang dianggap tidak adil. Lalu bagaimana dengan advokasi
yang dilakukan di kampus, advokasi yang ada di kampus bisa dilakukan dengan cara mengadvokasikan
biaya spp yang dikira masih mahal untuk mahasiswa ataupun adanya ketidakadilan yang dilakukan oleh
pihak kampus kepada para mahasiswa, baik yang dirasakan oleh seluruh mahasiswa maupun sebagian
mahasiswa. Jika salah satu teman seperjuangan kita mendapatkan ketidakadilan, maka kita wajib
membela agar kebenaran dan keadilan serta kesejahteraan dapat dirasakan oleh seluruh mahasiswa.

Dalam dunia pendidikan, kita yang sudah membayar uang kuliah tentu memiliki hak untuk menerima
bahan kuliah yang sesuai dengan prosedur yang jelas. Selain itu, fasilitas yang memadai juga harus
didapatkan oleh mahasiwa, karena melihat dari ruang kuliah ada beberapa fasilitas penunjang yang
tidak memadai contohnya seperti yang ada , dimana ada sedikit kerusakan pada LCD, lalu ada AC yang
juga tidak menyala. Hal-hal yang seperti itulah yang mengganggu proses perkuliahan dan mempengaruhi
suasana perkuliahan. Selain itu,fasilitas lainnya ada pada kamar mandi yang tidak ada lampunya dan
keran air yang rusak.

Oleh karena itu, saya mempunyai usul agar para korban kebijakan dimudahkan untuk memberikan
aspirasinya dengan diberikannya sarana yang lebih mudah, nyaman, efektif dan efisien. Sistem yang
saya usulkan adalah dengan “kotak mingguan” yang berisi aspirasi, isu ataupun permasalahan para
masyarakat kampus (terutama teknik perminyakan). Sesuai dengan namanya kotak ini akan diperiksa
oleh para pengampu divisi advokasi setiap minggunya. Kemudian, apabila terdapat isu yang sama antara
mahasiswa yang satu dengan yang lain akan dilakukan meeting bersama agar para mahasiswa yang
mendapat korban kebijakan dapat saling sharing ke mahasiswa lain yang mendapat isu yang sama.
Menurut saya, keuntungan dari system ini adalah dapat menumbuhkan rasa nyaman terhadap
mahasiswa yang menjadi korban kebijakan karena bisa saling sharing, sarana lebih mudah karena tidak
harus secara langsung bertemu anggota divisi secara langsung, dan yang terakhir adalah efektif dan
efisien karena tiap masalah apabila dirembuk bersama tidak akan menjadi hal yang berat dan berakhir
cepat.

Anda mungkin juga menyukai