Anda di halaman 1dari 4

a.

Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara yang sebagaian besar wilayahnya merupakan
perairan sedangkan untuk daratan yang ada di Indonesia lebih kecil dari pada lautnya, bahkan
Indonesia termasuk Negara dengan laut terluas di dunia. Maka Indonesia sering disebut sebagai
Negara maritim karena Indonesia tertampang luas lautnya. Begitu juga seiringan dengan jumlah
penduduk yang semakin bertambah maka kebutuhan juga akan bertambah agar dapat
melangsungkan hidup masyarakat Indonesia. Dengan adanya kekayaan laut, maka masyarakat
Indonesia dapat terpenuhinya kebutuhan hidup. Seperti di Kecamatan Muncar yang merupakan
salah satu Kecamatan yang memanfaatkan sumber kekayaan laut.
Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi merupakan merupakan suatu kawasan yang
dibangun atau dikembangkan dengan konsep yang dititik beratkan pada kemajuan sektor perikanan
dengan mengedepankan prinsip efisien, kualitas, percepatan dan berkesinambungan dengan
beroperasinya kegiatan pelabuhan. Kecamatan Muncar, Banyuwangi memiliki potensi untuk
mengembangkan komoditi unggulannya, sebagai penghasil tangkap ikan utama di kabupaten
Banyuwangi seperti (Lemuru, Tongkol, Recek dan Pepetek), memiliki jenis perikanan tangkap dan
perikanan budidaya, dengan adanya kemandirian pengolahan dari hulu ke hilir dapat dikatakan
bahwa Kecamatan Muncar dapat berdiri sebagai Kawasan Pengembangan dengan konsep
Minapolitan. Maka dengan itu di Kecamatan Muncar direncanakan pembangunan kawasan
Minapolitan atau perencanaan kawasan yang ada di daerah pesisir.
Untuk meyakinkan bahwa kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan Muncar
menjamin keberlanjutan pembangunan itu sendiri, diperlukan kajian lingkungan hidup strategis.
Ketentuan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Amanat yang paling mendasar yang terkandung dalam undang-
undang tersebut adalah bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyusun Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU PPLH No. 32/2009 mewajibkan penerapan
KLHS dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Kebijakan, Rencana, dan
/atau Program (KRP) yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan hidup.
Memahami sifat dan peran KLHS yang menitikberatkan pada isu strategis pembangunan di
masing-masing daerah serta inter-relasi fungsionalnya dengan daerah-daerah lain yang terkait,
baik dengan daerah tetangga maupun lainnya tentunya termasuk lintas kepentingan sektoral maka
dibutuhkan satu pandangan yang independen fokus pada kepentingan keseluruhan masyarakat di
daerah yang
bersangkutan.
Hal ini mengingat Kecamatan Muncar juga menjadi kawasan penghasil ikan terbesar di
Indonesia. Selain itu, isu terkait Kecamatan Muncar sebagai kawasan strategis pertumbuhan
ekonomi yaitu sebagai basis minapolitan tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas lingkungan
menjadikan wilayah Pesisir Muncar terancam ekosistemnya.
Dalam pelaksanaan kajian KLHS, beberapa hal yang perlu dilakukan pengkajian adalah:
 kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan
 perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup
 kinerja layanan/jasa ekosistem
 efisiensi pemanfaatan sumber daya alam
 tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
 tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
Dari isu lingkungan kawasan yang berkembang, perlu suatu kajian lingkungan untuk dapat
menilai dampak resiko yang ditanggung oleh suatu lingkungan akibat kegiatan/ aktivitas guna
lahan yang berkembang. Selain itu, dalam penyusunan KLHS juga melihat KRP tata ruang Bagian
Wilayah Perkotaan Kecamatan Muncar secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan
penyusunan KLHS untuk KRP tata ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kecamatan Muncar
diharapkan prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/ atau program.

b. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kecamatan Muncar adalah
sebagai berikut.
1. Terevaluasinya pengaruh rumusan kebijakan pembangunan, rencana tata ruang dan
program pemanfaatan ruang Kecamatan Muncar terhadap lingkungan hidup dan
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
2. Terintegrasinya konsep-konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasa lingkungan
ke dalam dokumen rencana Pembangunan Kecamatan Muncar.

Berdasarkan tujuan KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan. KLHS digunakan untuk menyiapkan
alternative penyempurnaan KRP agar dampak dan/atau resiko lingkungan yang tidak diharapkan
dapat diminimalkan. Sedang dalam evaluasi kebijakan digunakan untuk mengidentifikasi dan
memberikan alternatif penyempurnaan KRP yang menimbulkan dampak dan/atau resiko negatif
terhadap lingkungan.

b. METODE PENELITIAN

Dalam pelaksanaan penyusunan KLHS Kecamatan Muncar Tahun 2017 dilakukan menggunakan
berbagai metode ilmiah yang komprehensif dan/atau kompleks. Hal ini dilakukan untuk mengkaji beberapa
isu spesifik yang dianggap penting dan sangat berisiko apabila diputuskan tanpa kajian ilmiah dan tidak
sesuai prosedur. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan KLHS adalah:

Metode dengan kajian yang komprehensif akan sangat bermanfaat karena menelaah berbagai faktor
terkait dan dapat memberikan hasil yang lebih jelas. Namun perlu diperhatikan tingkat akurasi data dan
informasi yang digunakan dalam kajian sehingga hasilnya dapat bermanfaat dan memberikan nilai tambah
bagi proses pengambilan keputusan.
Kegiatan pengumpulan data atau survey lapangan pada penyusunan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Kecamatan Muncar Tahun 2017 dilakukan dengan 2 jenis kegiatan yang didasarkan pada jenis
datanya, yaitu:

a. Survey Primer

Survey primer ini dilakukan untuk mendapatkan data-data atau informasi yang bersifat primer, yaitu
data atau informasi yang didapat langsung dari lapangan. Teknik untuk mendapatkan data tersebut
adalah dengan observasi, pengukuran, perhitungan serta wawancara. Kegiatan ini terutama bertujuan
untuk memperoleh gambaran keadaan yang spesifik di wilayah perencanaan.

b. Survey Sekunder

Survey sekunder ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang bersifat sekunder, yaitu
data-data yang dihasilkan atau dikumpulkan oleh dinas-dinas maupun instansi terkait. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara tanya jawab maupun dengan
mereproduksi dari data yang ada.

Metode analisis dalam kegiatan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR di
Kecamatan Muncar sebagai berikut:

a. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder,
baik yang berupa perundang-undangan maupun hasil-hasil penelitian, hasil pengkajian dan
referensi lainnya. Pada umumnya metode penelitian pada penyusunan strategi pengendalian
pemanfaatan ruang di kawasan nilai budaya juga menggunakan pendekatan yuridis normatif yang
utamanya menggunakan data sekunder, yang dianalisis secara kualitatif. Namun demikian, data
primer juga sangat diperlukan sebagai penunjang dan untuk mengkonfirmasi data sekunder.
b. Pendekatan Yuridis Empiris dapat dilakukan dengan menelaah data primer yang
diperoleh/dikumpulkan langsung dari masyarakat. Data primer dapat diperoleh dengan cara:
pengamatan (observasi), diskusi (Focus Group Discussion), wawancara, mendengar pendapat
narasumber atau para ahli, menyebarkan kuestioner dan sebagainya.
c. Self-Report research (Observasi Langsung). Dalam penelitian self-report, informasi dikumpulkan
oleh orang tersebut yang juga berfungsi sebagai peneliti. Dalam penelitian self-report ini penelitian
dianjurkan menggunakan teknik observasi secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi
dan dilihat kegiatanya dalam situasi yang alami. Tujuan obsevasi langsung adalah untuk
mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Dalam penelitian
self-report, peneliti juga dianjurkan menggunakan alat bantu lain untuk memperoleh data, termasuk
misalnya dengan menggunakan perlengkapan lain seperti catatan, kamera, dan rekaman. Alat-alat
tersebut digunakan terutama untuk memaksimalkan ketika mereka harus menjaring data dari
lapangan. Yang perlu diperhatikan oleh para peneliti yang dengan model self-report adalah bahwa
dalam menggunakan metode observasi dalam melakukan wawancara, para peneliti harus dapat
menggunakan secara simultan untuk memperoleh data yang maksimal.
d. Analisis Komparatif, yaitu sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara
mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun
munculnya suatu fenomena tertentu. Jangkauan waktunya adalah masa sekarang. Metode
komparatif ini bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang
dikumpulkan telah selesai berlangsung. Analisis komparatif yang digunakan dalam pekerjaan ini
adalah suatu metode analisis yang membandingkan antara KRP tata ruang yang disusun oleh
kabupaten/kota dengan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Dari hasil analisis ini, nantinya akan digunakan sebagai dasar perbaikan dalam memberikan
rekomendasi perbaikan KRP.
e. Skoring/ Pembobotan, analisis pembobotan digunakan untuk memberikan penilaian/ bobot
terhadap suatu faktor/parameter untuk menghasilkan nilai suatu kelas. Analisis
skoring/pembobotan ini digunakan dalam pengkajian pengaruh KRP terhadap dampak atau resiko
lingkungan hidup.
f. Superimposed peta, digunakan untuk analisis peta-peta. Teknik ini akan meninjau beberapa aspek
kondisi yang ada pada wilayah perencanaan, baik itu potensi maupun permasalahan. Tujuan dari
analisis ini adalah dengan menggabungkan beberapa aspek, maka akan didapatkan suatu temuan
yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam penentuan penyusunan kegiatan selanjutnya.

c. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan


berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan. KLHS digunakan
untuk menyiapkan alternative penyempurnaan KRP agar dampak dan/atau resiko
lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan. Sedang dalam evaluasi kebijakan
digunakan untuk mengidentifikasi dan memberikan alternatif penyempurnaan KRP yang
menimbulkan dampak dan/atau resiko negatif terhadap lingkungan.
Dengan metode yang diantaranya yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang
menelaah (terutama) data sekunder, baik yang berupa perundang-undangan maupun hasil-hasil
penelitian, hasil pengkajian dan referensi lainnya. Pendekatan Yuridis Empiris dapat dilakukan
dengan menelaah data primer yang diperoleh/dikumpulkan langsung dari masyarakat. Self-Report
research (Observasi Langsung). Dalam penelitian self-report, informasi dikumpulkan oleh orang
tersebut yang juga berfungsi sebagai peneliti. Analisis Komparatif, yaitu sejenis penelitian
deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Skoring/
Pembobotan, analisis pembobotan digunakan untuk memberikan penilaian/ bobot terhadap suatu
faktor/parameter untuk menghasilkan nilai suatu kelas. Superimposed peta, digunakan untuk
analisis peta-peta. Teknik ini akan meninjau beberapa aspek kondisi yang ada pada wilayah
perencanaan, baik itu potensi maupun permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai