Anda di halaman 1dari 6

Strategi Pengembangan Prasarana Permukiman Kumuh di

Kelurahan Gebang, Jember Guna Mewujudkan


Sustainable Livelihood
Strategi Pengembangan Prasarana Permukiman Kumuh di Kelurahan Gebang, Jember
Guna Mewujudkan Sustainable Livelihood
Riyana Aleyda Ayu1, Deni Dwi Putra2, Ayu Mistini3, Gilang Ramadhan4, Albert5
Program Studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37 Jember

ABSTRAK
200-250 kata
Kata Kunci :

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang yang ada didunia dengan segala permasalahan yang
masih menjadi PR bagi Indonesia sendiri. Permasalahan yang sangat penting untuk dibahas
salah satunya yakni mengenai pertumbuhan penduduk yang masih kurang terkendali di
Indonesia. Pertumbuhan penduduk menjadi suatu permasalahan apabila pertumbuhannya
tidak seimbang dan sebanding dengan pertumbuhan ekonomi dan kualitas SDMnya. Dari
permasalahan pertumbuhan penduduk ini, akan memunculkan suatu permasalahan baru
seperti keterbatasan lahan permukiman dan kemampuan manusianya untuk memiliki tempat
tinggal.
Seperti diketahui, bahwa ketersediaan lahan akan semakin berkurang dikarenakan semakin
banyaknya kebutuhan untuk pembangunan. Hal tersebut jelas terjadi di daerah perkotaan
yang memiliki lahan terbatas, namun perpindahan penduduk ke kota sangat tinggi karena
banyaknya penduduk yang mengejar perekonomian di daerah perkotaan. Keterbatasan lahan
untuk permukiman didaerah perkotaan menyebabkan terbentuknya permukiman secara ilegal
yang juga diakibatkan oleh ketidakmampuan penduduk dalam memiliki tanah untuk
bermukim. Permukiman ilegal inilah yang biasanya disebut dengan permukiman kumuh.
Mengapa kumuh ? karena permukiman di tengah perkotaan dengan pembangunan yang tidak
terencana menyebabkan pembangunan bersifat seadanya dan tidak terpenuhi oleh sarana dan
prasarana serta secara fisik permukiman terlihat kurang layak dan kotor. Hal tersebut tentu
bertentangan dengan SDGs Goals pasca 2015, yaitu pemerintah daerah bersama-sama
mengajak pemukim untuk ikut berpartisipasi untuk mewujudkan kawasan perkotaan tanpa
permukiman kumuh dengan rencana tata ruang yang strategis dan berkelanjutan.
Studi yang kami ambil yaitu di kawasan permukiman kumuh daerah Kota Jember, tepatnya
berlokasi di Jalan Melati Kelurahan Gebang, Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember yang
secara fisik sesuai pengamatan kami melalui observasi lapangan, telah mewakili ciri-ciri yang
menunjukan kawasan permukiman kumuh. Selain itu, kami mengutip informasi dari suatu
media massa Jawa Timur bahwa 35,291 hektare merupakan kawasan permukiman kumuh
didaerah perkotaan secara nasional dan 4,2 hektare permukiman kumuh berada di Kabupaten
Jember, khususnya di Kecamatan Patrang, Kaliwates, Sumbersari, dan lain-lain.

METODE
Metode penelitian pada permasalahan permukiman kumuh di Kelurahan Gebang Kabupaten
Jember ini yaitu :

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yaitu berkaitan dengan data sekunder seperti studi literatur, jurnal,
dan kebijakan RTRW Jember. Untuk data primer, yaitu dengan dilakukannya survei
lapangan untuk mengetahui kondisi eksisiting dan mencari potensi serta permasalahan
serta titik lokasi potensi dan masalah.

2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara menggunakan metode analiis SWOT untuk
merumuskan faktor internal dan eksternal yang mendukung atau menjadi ancaman
untuk lokasi penelitian.

3. Pembobotan
Pembobotan dilakukan tetap dengan metode SWOT dengan membobotkan point
mana yang bersifat urgent untuk diteliti dan menjadi objek penting untuk diangkat
sebagai hal utama dalam lokasi penelitian.

4. Solusi dan Program


Melalui pembobotan yang dilakukan sebelumnya, akan keluar objek apa yang akan
menjadi hal utama dalam rencana pengembangan sehingga mampu melahirkan solusi
dan mampu memudahkan dalam penyusunan program.

GAMBARAN UMUM WILAYAH


1. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi berlokasi di Jalan Melati Kelurahan Gebang, Kecamatan Kaliwates
Kabupaten Jember. Tepatnya di sekitar sempadan rel kereta api. Menurut Dinas
Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember, Kecamatan
Kaliwates memiliki luas wilayah 24,94 km2 dengan kepadatan penduduk 3.779,50
jiwa/km2 dan sedangkan volume sampah terangkut untuk kecamatan Kaliwates
adalah 55,27 m3/hari (39%), kecamatan patrang 34.73 m3/hari (26.6%) dan untuk
kecamatan Sumbersari 68,13 m3/hari. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan
pertimbangan beberapa berita dari berbagai literatur yaitu keberadaan permukiman
kumuh di Kabupaten Jember yang teridetifikasi di beberapa kecamatan di Jember,
seperti Kecamatan Sumbersari, Kecamatan Patrang, Kecamatan Kaliwates,
Kecamatan Jember Kidul, dan Kecamatan Ambulu.
2. Lokasi dan Orientasi Kebijakan Tata Ruang
Kecamatan Kaliwates merupakan salah satu kecamatan yang dilalui oleh jalan arteri
primer yang sepanjang jalannya juga dilalui oleh jalur rel kereta api. Objek yang
menjadi pembahasan yaitu permukiman di sepanjang jalur rel kereta api . Di
sepanjang jalur kereta api, terdapat beberapa luasan permukiman kumuh yang
terbangun dengan kondisi lingkungan yang kurang memadai mulai dai bentuk
bangunan rumah, jaringan jalan, jaringan drainase, persampahan serta kepadatan
permukiman disana.

3. Karakteristik Kawsan dan Kaitannya dengan indikator Permukiman Kumuh


Dalam Permen PUPR RI Nomor 02/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, kriteria perumahan dan
permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan yang ditinjau dari :

a. Bangunan Gedung
Ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan tinggi, kualitas
bangunan tidak memenuhi syarat. Pada kondisi eksisiting, kondisi bangunan
gedung yang masih didominasi oleh bangunan semi permanen dengan kepadatan
antar rumah yang tinggi.

Gambar 2 Kondisi Bangunan Gedung


b. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan dengan kualitas jalan yang
buruk. Pada kondisi eksisting, jalan lingkungan masih terbilang dalam kondisi
cukup baik, namun masih susah untuk dijangkau oleh kendaraan pemadam
kebakaran.
Gambar 3 Jalan Lingkungan

c. Penyediaan Air Minum


Ketidaktersediaan akses untuk air minum dan ketidaterpenuhinya kebutuhan air
minum. Untuk prasarana seperti air bersih yang tidak terjangkau PDAM. Namun,
masyarakat memanfaatkan air sumur yang hampir setiap rumah memakai sumur
dengan kondisi sumur dibilang cuku baik.
d. Drainase Lingkungan
Drainase tidak mampu mengalir sehingga menimbulkan genangan, tidak
tersedianya drainase, drainase tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan,
kualitas drainase yang buruk.
Pada kondisi eksisiting, ditemukan bahwa pada lingkungan permukiman terdapat
drainase namun pengelolaan dalam menjaga lingkungan tidak terawat sehingga
kondisi lingkungannya memburuk akibat tumpukan sampah yang menyumbat
aliran drainase sendiri.

Gambar 4 Kondisi Drainase Lingkungan

e. Pengelolaan Air Limbah


Sistem pengelolaan air limbah dan ketersediaan prasarana air limbah tidak sesuai
standar teknis yang berlaku. Pada kondisi eksisting, aliran limbah rumah tangga
tidak memiliki saluran khusus. Pembuangan limbah hanya memanfaatkan lubang
yang berada disekitar permukiman dan tidak jelas pula arah alirahnnya sehingga air
limbah menggenang dengan kondisi tumpukan sampah yang menumpuk.
Gambar 5 Kondisi Pembuangan Limbah Rumah Tangga

f. Pengelolaan Sampah

Sarana, prasarana, dan sistem pengelolaan tidak sesuai dengan standar teknis,
tidak adanya pengelolaan terhadap prasarana persampahan sehingga terjadi
pencemaran lingkungan. Seperti gambar yang telah tertera di atas, bahwa
masyarakat yang mendiami permukiman tersebut memiliki kesadaran akan
persampahan masih minim, hal tersebut ditandai dengan masih banyaknya sampah
yang dtemukan di saluran drainase dan sampah yang berada di aliran limbah rumah
tangga bahkan sampai keadaan sampahnya menumpuk.

Gambar 6 Ketersediaan Tempat Sampah

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai