Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM IRIGASI DAN DRAINASE

ACARA IX

“MENGUKUR KUALITAS AIR IRIGASI”

Disusun Oleh :

Nama : Okta Viona

NPM : E1J015008

Shift : D2/Kamis, jam 12.00-14.00 wib

Dosen : Dr. Ir. Sigit Sudjatmiko, Ph.D

Coass : Eti Roma Manurung

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi
rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media
pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku
(subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan
tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila
terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber
kehidupan.

Kualitas air yang bagus di tentukan oleh pH air tersebu. Bila pH air berkisar 7 maka
kualitas air tersebut bagus dan air itu belum terkontaminasi senyawa-senyawa yang
mengandung logam berat yang dapat menyebabkan air tidak layak lagi untuk di pakai atau di
pergunakan oleh manusia atau organieme lain karena menyebabkan kematian. Perairan umum
adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air
tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan
badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya
adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong dan
legokan).

Kualitas air merupakan suatu mutu yang ditetapkan sesuai standar yang ada. Standar
mutu yang digunakan berbeda-beda tergantung dari penggunaan air itu sendiri. kualitas air
irigasi salah dapat dilihat dari segi kimia, fisika dan biologi. Sedimen merupakan endapan
tanah yang ikut terbawa dalam air. Adanya sedimen dalam penyaluran di saluran irigasi
tentunya harus diminimalkan. Hal tersebut dikarenakan dapat menurunkan kualitas air irigasi.
Air irigasi apabila dialirkan dalam suatu lahan dan air tersebut mengandung sedimen maka
dapat mengubah tekstur suatu tanah tersebut. Serta dapat merugikan karena mempersempit
saluran yang disebabkan banyak endapan sedimen yang ada.
Secara sederhana, kualitas air dapat diduga dengan melihat kejernihannya dan
mencium baunya. Namun ada bahan-bahan pencemar yang tidak dapat diketahui hanya dari
bau dan warna, melainkan harus dilakukan serangkaian pengujian.
1.2 Tujuan
Mengukur dan membandingkan kualitas air irigasi dari berbagai tempat di Bengkulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sumber irigasi harus memenuhi syarat kualitas agar tidak berbahaya bagi tanaman
yang akan dialiri, karena dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil
produksi pertanian. Kualitas air merupakan faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam
budidaya tanaman secara hidroponik. Tanaman terdiri atas 80 – 90% air sehingga
ketersediaan air yang berkualitas sangat penting untuk mendukung keberhasilan proses
budidayanya (Susila dan Poerwanto, 2013). Kualitas air dapat ditentukan dari apa yang
terkandung di dalam sumbernya (sumur atau sungai), juga tingkat kemasamannya
(Zimmerman, 1966).
Kualitas air pengairan harus memenuhi syarat kualitas agar tidak berbahaya bagi
tanaman yang akan dialiri, karena dalam jangka waktu yang panjang dapat mempengaruhi
kualitas hasil. Kualitas air pengairan sangat bergantung pada kandungan sedimen atau lumpur
dan unsur-unsur kimia dalam air tersebut. Sedimen atau lumpur akan berpengaruh terhadap
tekstur tanah. Tanah dengan tekstur tanah sedang sampai kasar, sedimen akan menghambat
permeabilitas penampang tanah akibat pori-pori tanah tersumbat oleh sedimen tersebut, serta
menurunkan kesuburan tanah. Sedimen atau lumpur yang mengendap di dalam saluran irigasi
akan mengurangi kapasitas pengaliran air dan memerlukan biaya tinggi untuk
membersihkannya (Effendi, 2003).
Keasaman dan kebasaan dari air dinyatakan dalam pH dan diukur dalam skala 0
sampai 14. Angka yang semakin rendah menunjukkan kondisi larutan yang semakin masam,
sebaliknya semakin tinggi pH maka kondisi larutan semakin alkalin. Skala pH adalah
logaritmik, artinya peningkatan 1 angka, misalnya 4 ke 5 menunjukkan 10 kali peningkatan
alkalinitasnya, demikian juga sebaliknya. Pengukuran pH mencerminkan reaksi kimia air dan
larutan hara. Kondisi pH larutan hara sangat menentukan tingkat kelarutan unsur hara, dan
ketersediaan hara bagi tanaman, dalam hal ini adalah air irigasi (Susila dan Perwanto, 2013).
Kondisi pH optimum pada air irigasi (air kelas IV menurut PP No. 82 Tahun 2001) berkisar
antara 6-9 (Zulkarnaen, 2005).
Air merupakan regulator yang universal dimana hampir berbagai macam zat terlarut di
dalamnya dan berinteraksi langsung dengan sistem yang terdapat dalam setiap organisme
hidup. Kualitas air merupakan salah satu aspek yang semakin banyak mendapatkan perhatian
dan pengelolaan sumber daya air. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi
air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan ke kegiatan lain. Sebagai contoh: kualitas air untuk
keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Kualitas air
mengacu pada kandungan polutan yang terkandung dalam air dan kaitannya untuk menunjang
kehidupan ekosistem yang ada di dalamnya. Dalam memahami kualitas air, kita perlu
mengetahui sifat-sifat air terlebih dahulu (Haslam, 1995).
Pencemaran air dapat dijadikan indikator penentuan kualitas air. Pencemaran air
dikelompokkan menjadi empat, yaitu dari bahan organik, anorganik, zat kimia, dan limbah.
Bahan buangan organik biasanya berupa limbah yang dapat terdegradasi oleh mikroorganisme
sehingga dapat meningkatkan perkembangan mikroorganisme. Sementara itu, bahan buangan
anorganik berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan mikroorganisme tidak dapat
mendegradasinya. Macam-macam bahan anorganik berasal dari logam-logam seperti ion
kalsium (Ca), ion timbal (Pb), ion magnesium (Mg), ion arsen (As), dan air raksa (Hg). Bila
logam-logam tersebut mencemari air, maka akan menimbulkan akumulasi yang pada akhirnya
menyebabkan air menjadi sadah dan mengganggu kesehatan manusia. Bahan buangan yang
berasal dari zat kimia dihasilkan oleh sabun, pestisida, zat warna kimia, larutan penyamak
kulit, dan zat radioaktif. Limbah adalah zat, energi atau komponen lain yang dikeluarkan/
dibuang akibat sesuatu kegiatan baik industry maupun non-industri. Limbah bisa merusak
kualitas air untuk pertanian dan membahayakan kesehatan tanaman budidaya (Harmayani dan
Konsukartha, 2007).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
a. Water sample
b. pH stick
c. Conductivity meter
d. Termometer
e. Ember kapasitas 10 liter
f. Botol 1,5 liter (3 buah)
g. Pengaduk
h. Oven
i. Cawan alumunium
j. Timbangan analitik

3.3 Prosedur Kerja

1. Mengambil sampel air pada saluran irigasi primer, sekunder dan saluran drainase.
Pada saluran primer mengambil sampel air di 3 titik yaitu pada bagian tengah dan dua
pada bagian tepi saluran, masing-masing tepi kanan dan kiri.
2. Mengambil contoh air di masing-masing titik dengan menggunakan water sampler.
Mencatat ketinggian air di saluran dan menurunkan water sampler sampai ½
ketinggian air. Khusus untuk saluran drainase, pengambilan sampel air menggunakan
gayung karena dangkal.
3. Saat mengambil sampel air melakukan pengukuran pH dengan pH stick dan
pengukuran suhu.
4. Mengkomposit air yang diambil dari ketiga titik didalam ember dan setelah itu
mengaduk kemudian memasukkan ke dalam botol berkapastas 1,5 liter
5. membawa ke laboratorium untuk dianalisis diantaranya:
a. Menguji bau dan warna sampel air
b. Mengukur kadar garam dengan cara mengukur daya hantar listrik sampel air
c. Mengukur sedimen atau kekeruhan sampel air dengan cara:
 Mengaduk air selama 5 menit
 menimbang berat cawan alumunium sebelum digunakan (a)
 Air yang telah homogen kemudian diambil ± 100 ml memasukkan ke dalam
cawan alumunium kemudian dioven pada suhu 1050 C sampai mengering
(sekitar 48 jam)
 Menimbang berat keseluruhan setelah di oven (b)
 Menghitung berat sedimen (b-a) gram. Dihitung kosentrasi dengan
persamaan : kosentrasi (gram/L) = berat sedimen (gr)/volume air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Tabel Hasil Pengamatan


Berat
No Air Warna Bau Temperatur PH TDS DHL sedimen
(OC) g/ L (µs) (gr)
1. Kemumu Putih/bening - 29,4 7,08 45,8 76,2 0,002

2. Danau Kuning Amis 28.89 7,14 42,8 70,5 0,009


dendam jernih
3. Curup Putih keruh karat 29,4 6,76 125,4 28,89 0,046

Perhitungan :
Berat sedimen
1. Air kemumu
Berat kertas saring sebelum di oven :0,914 gram
Berat kertas saring setelah di oven :0,912 gram
Berat suspensei :0,914- 0,933= 0,002 gram
2. Air Curup
Berat kertas saring sebelum di oven : 0,933 gram
Berat kertas saring setelah di oven :0,924 gram
Berat suspensei :0,933- 0,924= 0,009 gram
3. Air Danau Dendam
Berat kertas saring sebelum di oven : 0,955 gram
Berat kertas saring setelahdi oven :0,909 gram
Berat suspense : 0,955- 0,909= 0,046 gram

Konsentrasi Sedimen
KS = Berat Sedimen / Volume Air

a..Sumber air kemumu


KS = 0,002 g / 0,1 L = 0,02 g/L
b. Sumber air curup
KS = 0,009 g / 0,1 L = 0,09 g/L

c. Sumber air danau dendam


KS = 0,046 g / 0,1 L = 0,46 g/L

4.2 Pembahasan

Praktikum untuk menentukan kualiatas air dilakukan dengan menganalisis 4 sample


air. Sample air yang digunakan meliputi air AC, Curup, Kemumu dan Tanjung Agung.
Sample air tersebut diamati dengan empat karakteristik untuk kemurnian air sehingga kita
dapat menentukan kualitas air yang ada. Karakteristik yang diamati meliputi pH , DHL, suhu,
kadar garam, sedimen maupun bau yang terkandung dalam air.
Karakter pH dianggap perlu dalam penentuan kualitas air. pH yang baik seperti yang
kita tahu bahwa air yang baik akan ber-pH netral. Dengan demikian indikator pH akan
memberikan gambaran sekilas tentang nilai kualitas air disamping karakterlain yang dihitung
selanjutnya. Hasil perhitungan nilai pH dari seluruh sample yang ada menunjukkan pH pada
contoh air AC biasa cenderung basa namun dalam hal kebutuhan untuk irigasi masih dianggap
memenuhi syarat. Air dari kemumu ber- pH 7,08, air dari Curup memiliki pH 6,76. Analisis
pH air yang selanjutnya dilakukan pada contoh air dari Tanjung Agung dengan hasil nilai pH
7,14 yang berarti keasaman dari zat kontaminasi cukup tinggi.
Suhu pada masing masing sample berdasarkan hasil pengukuran masih homogen.
Rentang suhu yang dimilki pada masing-masing sample pada 28,89-29,40C. Indikator suhu
pada pengamatan ini tidak begitu mengambarkan nilai kualitas air. Hal ini dapat kita analisis
dengan nilai yang cukup homogen menunjukkan jumlah zat yang terlarut dalam masing-
masing sample tidak begitu mengubah peningkatan suhu air.
Tinjauan dari segi daya hantar listrik menunjukkan keserasian dengan nilai uji
indikator pH. Hal ini dapat kita lihat daengan membandingkan nilai pH dan daya hantar
listrik. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa setiap terjadi penurunan pH maka akan terjadi
kenaikan daya hantar listrik. Pengetahuan yang ada menyatakan dengan semakin asamnya pH
maka akan semakin tinggi nilai daya hantar listrik. Hal ini disebabkan dengan semakin
masamnya air maka zat terlarut didalamnya semakin tinggi dan menunjukkan semakin
buruknya kualiatas air tersebut.
Hasil pengukuran sedimen yang diperoleh menunjukkan angka yang paling dekat
dengan nilai netral memiliki sedimen yang paling sedikit. Air dengan pH yang rendah
memilki kandungan sedimen paling banyak. Air dengan pH yang melebihi nilai pH netral
menempati urutan kedua terbanyak memiliki kandungan sedimen, hal ini memberikan
gambaran bahwa semakin asam pH semakin jelek kualitas air, begitu juga dengan kebasaan
pada air, akan menurunkan kualitas air.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kualitas air yang baik adalah memiliki pH netral atau mendekati netral. Hal ini
disebabkan dengan pH yang netral atau mendekati netral membuktikan zat terlarut dalam air
tersebut rendah. Penurunan pH yang semakin masam akan menurunkan kualitas air tersebut.
Air yang memiliki nilai pH yang telah melebihi netral juga memiliki kualitas yang kurang
baik, sebab dengan pH basa ternyata nilai kandungan zat terlarut juga tinggi. Berdasarkan
indikator pengamatan menunjukkan bahwa kualitas air terbaik adalah air dari Tanjung Agung.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan untuk Praktikan diharapkan lebih teliti dan
cermat dalam melakukan segala bentuk praktikum. Selain itu Praktikan diharapkan utuk
belajar seputar percobaan sebelum melakukan percobaan ini. Yang terakhir Praktikan
diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan yang ada saat
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Wardhana W A 2001. Dampak Pencemaran
Lingkungan. Andi. Yogyakarta.

Harmayani, K.D. dan I.G.M. Konsuhartha. 2007. Pencemaran air tanah akibat pembuangan
limbah domestik di lingkungan kumuh. Jurnal Pemukiman Notah 5 : 62 – 75.

Haslam, S.M. 1995. River Pollution and Ecological Perpective. John Wiley and Sons.
Chichester.

Zimmerman, J.D. 1966. Irrigation. Wiley and Sons. Inc.Company Ltd. Japan.

Zulkarnaen. 2005. Kajian Kualitas Air Sungai Kuantan Ditinjau dari Parameter Fisika, Kimia
dan Biologi di Kota Kecamatan Kuantan Tengah kabupaten Kuantan Singingi Riau.
Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai