Anda di halaman 1dari 18

d.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen


Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen
dalam memutuskan pembelian terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal
dan faktor internal.
1) Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen,
yaitu:
a) Kebudayaan
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengertian,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Perilaku konsumen sangat ditentukan oleh
kebudayaan yang melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu
berubah setiap waktu sesuai dengan kemajuan atau
perkembangan zaman dan masyarakat itu.
b) Kelas Sosial
Menurut Philip Kotler dalam Drs. Danang Sunyoto, kelas sosial
adalah sebuah kelompok yang relatif homogen yang bertahan
lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun secara hierarkhi
dan yang keanggotaannya mempunyai nilai minat dan perilaku
yang sama.
c) Keluarga
Keluarga digunakan menggambarkan berbagai macam bentuk
rumah tangga, yang terdiri dari keluarga inti (ibu, ayah, anak)
dan keluarga besar (ibu, ayah, anak, kakak, paman, bibi dan
menantu). Dalam keluarga masing-masing anggota dapat
berbuat hal yang berbeda dalam membeli sesuatu. Setiap
anggota keluarga memiliki selera dan keinginan yang berbeda.
Oleh karena itu perusahaan dalam mengidentifikasikan perilaku
konsumen harus mengetahui siapa perlu, pengambil inisiatif,
pembeli atau siapa yang memengaruhi keputusan untuk membeli
dengan mengetahui peranan dari masing-masing anggota
keluarga, maka perusahaan dapat menyusun program-program
pemasaran dengan lebih baik dan terarah.
d) Kelompok Referensi dan Kelompok Sosial
1. Kelompok referensi adalah kelompok yang menjadi ukuran
seseorang untuk membentuk kepribadian perilakunya.
Biasanya masing-masing kelompok mempunyai pelopor
opini (opinion leader) yang dapat memengaruhi anggota
dalam membeli sesuatu.
2. Untuk mengetahui alam dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan, manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan
kehendaknya. Sehingga timbul kelompok-kelompok sosial
dalam kehidupan manusia. Kelompok-kelompok tersebut
merupakan himpunan manusia yang hidup bersama, saling
berhubungan timbal balik, pengaruh memengaruhi dan
kesadaran untuk tolong menolong. Kelompok tersebut selalu
berkembang dan mengalami perubahan dalam aktivitas
maupun bentuknya.33

2) Faktor Internal
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku konsumen,
yaitu:
a) Motivasi
Menurut Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko dalam Danang
Sunyoto, motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan
keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk
memperoleh kepuasan. Tanpa motivasi seseorang tidak akan
terpengaruh untuk mencari kepuasan terhadap dirinya.34
b) Persepsi
Menurut Philip Kotler dalam Danang Sunyoto, persepsi
didefinisikaan sebagai proses di mana seseorang memilih,
mengorganisasikan dan mengartikan masukan informasi untuk
menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.
c) Belajar
Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara manusia
yang dasarnya bersifat individual dengan lingkungan khusus
tertentu. Perubahan perilaku seseorang terjual melalui keadaan
saling memengaruhi antara dorongan, rangsangan, petunjuk-
petunjuk penting jawaban, faktor penganut dan tanggapan.
Proses belajar pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen
ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan, atau
sebaliknya tidak terjadi apabila konsumen merasa dikecewakan
oleh produk yang kurang baik.
d) Kepribadian dan Konsep Diri
1. Kepribadian adalah pola sifat individu yang dapat
menentukan tanggapan untuk bertingkah laku. Kepribadian
mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan ciri-ciri sifat dan
watak yang khusus yang menentukan perbedaan perilaku dari
tiap-tiap individu, dan yang berkembang apabila orang tadi
berhubungan dengan orang lain.
2. Konsep diri memengaruhi perilaku konsumen di dalam
pembelian. Konsep diri merupakan implikasi yang sangat
luas dalam proses pembelian konsumen, maka dapat
digunakan dalam menentukan segmentasi pasar, periklanan,
pembungkusan, personal selling, pengembangan produk dan
distribusi.
e) Kepercayaan dan Sikap
1. Menurut Philip Kotler dalam Danang Sunyoto, kepercayaan
adalah suatu pikiran deskriptif yang dianut seseorang
mengenai sesuatu. Kepercayaan ini merupakan citra produk
dan merek.
2. Menurut Philip Kotler dalam Danang Sunyoto, sikap
menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak
baik, perasaan-perasaan emosional dan kecenderungan
berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap
beberapa objek atau gagasan.35

Dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pemutusan pembelian


perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
faktor eksternal, yang terdiri dari kebudayaan, kelas sosial, keluarga serta
kelompok referensi dan kelompok sosial. Selain itu dipengaruhi juga oleh
faktor internal, yang terdiri dari motivasi, persepsi, belajar, kepribadian
dan konsep diri, serta kepercayaan dan sikap.

3. Klasifikasi Konsumen
Konsumen diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
a. Konsumen Individu
Konsumen individu adalah orang-orang atau individu-individu yang
membeli produk (barang, jasa, atau ide) untuk dikonsumsi sendiri,
bersama anggota keluarga, atau bersama teman-teman.Sebagai contoh,
Budi membeli makanan untuk dirinya sendiri; Ani membelikan buku
untuk adiknya; Boy membelikan bunga untuk temannya.
b. Konsumen Organisasi
Konsumen organisasi diartikan sebagai lembaga atau instansi yang
membeli produk (barang, jasa, atau ide) untuk diperjualbelikan atau
untuk kepentingan instansi/lembaga tersebut. Sebagai contoh, koperasi
A membeli pakaian seragam SD, SMP, dan SMA untuk dijual kepada
masyarakat; POLRI membeli pakaian seragam untuk anggotanya;
Yayasan X membeli ATK untuk keperluan yayasan tersebut.36

Jumlah masyarakat Indonesia yang banyak, dan juga terdiri dari


berbagai ras dan suku, membuat beragamnya karakteristik masyarakat.
Beragamnya karakteristik tersebut mempengaruhi banyaknya jenis atau
tipe konsumen dalam membeli barang atau jasa guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pedagang harus bisa memahami setiap karakteristik
konsumennya, agar produk atau barang yang dijualnya dapat diminati
oleh konsumennya.

4. Pola Konsumsi
Pola konsumsi berasal dari kata pola dan konsumsi. Pola adalah
bentuk (struktur) yang tetap (sumber), sedangkan konsumsi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh individu/kelompok dalam rangka
pemakaian barang dan jasa hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan. Jadi,
pola konsumsi adalah bentuk (struktur) pengeluaran individu/kelompok
dalam rangka pemakaian barang dan jasa hasil produksi sebagai pemenuhan
kebutuhan.37
Menurut Samuelson dan Nordhaus dalam Sri Mulyani, menjelaskan
keteraturan pola konsumsi secara umum yang dilakukan oleh rumah tangga
atau keluarga-keluarga miskin adalah membelanjakan pendapatan mereka
terutama untuk memenuhi kebutuhan hidup berupa makanan dan perumahan.
Setelah pendapatan meningkat, pengeluaran untuk makanan akan mengalami
peningkatan juga. Akan tetapi, ada batasan terhadap uang ekstra yang
digunakan untuk pengeluaran makanan ketika pendapatan naik. Oleh karena
itu, ketika pendapatan semakin tinggi, proporsi total pengeluaran yang
dialokasikan untuk makanan akan mengalami penurunan. Kemudian
pengeluaran-pengeluaran untuk barang yang sifatnya non makanan akan
mengalami peningkatan seperti untuk pakaian, rekreasi dan kendaraan serta
barang mewah.38
Pola konsumsi yang dilakukan seseorang dapat dijadikan salah satu
indikator dalam kesejahteraan rumah tangga. Pola konsumsi yang cenderung
pada pengeluaran makanan merupakan gambaran masyarakat dengan
kesejahteraan yang rendah, hal ini disebabkan karena rumah tangga yang
memiliki pendapatan rendah hanya fokus untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya saja, seperti makanan. Sedangkan pola konsumsi yang cenderung
pada pengeluaran non makanan merupakan gambaran masyarakat dengan
kesejahteraan yang lebih baik, hal ini disebabkan karena rumah tangga yang
memiliki pendapatan lebih tinggi dapat memenuhi kebutuhan makanan dan
non makanan.
Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut kelompok makanan
dan bukan makanan. Perubahan pendapatan seseorang akan berpengaruh pada
pergeseran pola pengeluaran. Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi
pengeluaran bukan makanan. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat
dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan
penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk
perubahan tingkat kesejahteraan.39 Seperti teori Keynes yang menyatakan
bahwa, jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan
meningkat.40 Berdasarkan hasil Susenas September 2014, persentase
pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran sebesar 46,45 persen.
Menurut daerah tempat tinggal, pengeluaran penduduk perkotaan dan
perdesaan mempunyai pola yang terbalik. Sebagian besar pengeluaran
penduduk di perdesaan 54,15 persen untuk makanan, sedangkan di perkotaan
58,11 persen untuk bukan makanan.41 Berikut penjelasan BPS mengenai
makanan, minuman, tembakau serta non makanan dalam Sri Mulyani.
a. Konsumsi Makanan, Minuman dan Tembakau
1) Padi-padian, macam: beras jagung basah dengan kulit, beras
jagung, sorgum, bulgur, dan nasi aking (sisa nasi yang dikeringkan
dan dimasak kembali).
2) Umbi-umbian, macam: sagu dari pohoin sagu, gaplek antara lain
gadung, oyek (beras yang dibuat dari singkong), uwi, gembili,
grogik, dan sagu dari ketela pohon.
3) Ikan, udang, cumi, kerang, penyu, ubur-ubur,dan teripang, ikan
dalam kaleng, ikan diawetkan, ubur-ubur diawetkan abon udang
dan bekicot diawetkan.
4) Daging, terdiri dari daging kambing, unggas, daging kalneg, abon
daging, abon dalam kaleng, daging yang diawetkan, daging kuda,
daging kelinci, ular, dan anjing, laron, belalang, tawon, dan marus
(darah ayam atau sapi).
5) Telur dan susu, meliputi telur penyu, telur angsa, telur asin, baik
mentah maupun yang siap dimakan matang, susu murni, susu cair
pabrik, susu kental manis, susu bubuk, dan susu bubuk bayi serta
hasil lain dari pengolahan susu seperti yoghurt dan dadih.
6) Sayur-sayuran, seperti bayam, kangkung, kubis, sawi hijau, buncis,
terong dan sayuran lainnya.
7) Kacang-kacangan, seperti seperti kacang kedelai, kacang merah,
kacang polong, kacang tunggak, kacang bogor, kacang koro,
kacang jogo, dan kacang ercis/kapri, tempe, tahu, tepung, dan
makanan lainnya dari kacang-kacangan.
8) Buah-buahan, seperti mangga, apel, alpukat, jeruk, semangka,
duku, durian, dan salak.
9) Minyak dan lemak, meliputi minyak jagung, minyak kelapa,
minyak sawit, minyak lemak dan santan instant, serta minyak yang
sudah dimurnikan.
10) Bahan minuman, seperti gula merah (gula air) instan, kopi bubuk
biji, coklat bubuk, sirup tea, dan lain-lain.
11) Bumbu-bumbuan, seperti garam, kemiri, ketumbar, merica, asam,
biji pala, cengkeh, penyedap masakan/vetsin, kecap dan lain-lain.
12) Konsumsi lainnya, meliputi mie instan, bihun, bubur bayi kemasan,
soun, misoa, kwee tiau basah, vanili dan macam-macam bumbu
kue, selai, meses dan lain-lain.
13) Makanan dan minuman jadi, misalnya roti tawar, kue basah, dan
makanan gorengan.
14) Tembakau dan sirih, meliputi rokok kretek filter, rokok kretek
tanpa filter, rokok putih, sirih/pinang termasuk gambir, rokok
klobot, rokok menyan, papir, daun kawung, cerutu, klembak,
menyan, dan saos rokok/tembakau, termasuk filter plastik.
b. Konsumsi Bukan Makanan / Non Makanan
1) Perumahan dan fasilitas rumah tangga, meliputi sewa rumah,
pembayaran air, pemeliharaan dan perbaikan generator, kayu bakar,
dan bahan makanan lainnya.
2) Aneka barang dan jasa, seperti sabun cuci, bahan pemeliharaan
pakaian, biaya pelayanan obat, biaya obat, biaya pelayanan
pencegahan, biaya pemeliharaan kesehatan, seperti vitamin, jamu,
urut, sumbangan pembangunan sekolah, SPP dan atau BP3, iuran
sekolah lainnya, buku pelajaran, foto copy buku pelajaran, baik
untuk sekolah maupun kursus, transportasi/pengangkutan umum,
hotel, penginapan, bioskop, sandiwara, olahraga, dan rekreasi
lainnya, upah/gaji pembantu rumah tangga, satpam, tukang kebun,
dan sopir, jasa lembaga keuangan (jasa ATM, jasa kartu kredit,
biaya transfer dan lain sebagainya).
3) Pakaian, alas kaki dan tutup kepala, meliputi semua jenis pakaian
laki-laki dan perempuan dewasa, semua jenis pakaian anak-anak,
serta pengeluaran lainnya untuk alas kaki, tutup kepala serta
handuk, mukena, sajadah, jubah, ikat pinggang, semir sepatu, sikat
sepatu dan gantungan pakaian.
4) Bahan tahan lama, terdiri dari perbaikan prabot, perlengkapan, dan
perkakas rumah tangga, HP dan aksesorisnya termasuk
perbaikannya, mainan anak dan perbaikannya, pengeluaran untuk
alat hiburan, binatang dan tanaman peliharaan, barang tahan lama
lainnya seperti pemasangan instalasi listrik, pemasangan instalasi
telepon termasuk pesawat telepon, pemasangan instalasi ledeng,
ayunan, kereta bayi, dan biaya perbaikannya.
5) Pajak, pungutan dan asuransi, seperti PBB, pajak kendaraan
bermotor, pungutan/retribusi, iuran RT/kampung, sampah,
keamanan, perbaikan jalan, kebersihan, parkir, dan sebagainya.
Pengeluaran berbagai jenis asuransi misalnya asuransi kesehatan,
asuransi jiwa, serta asuransi kerugian. Pengeluaran lainnya seperti
tilang, denda dan lainnya.
6) Keperluan pesta dan upacara, serta pesta perkawinan, khitanan, dan
ulang tahun, perayaan hari agama, dan ongkos naik haji.42

Jadi dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi merupakan bentuk


pengeluaran yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk
membelanjakan berbagai jenis kebutuhannya, baik kebutuhan makanan
maupun non makanan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

5. Mahasiswa
Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan
tinggi, baik di universitas, institut, maupun akademi.43 Menurut KBBI
mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi.44 Mahasiswa
adalah kaum terpelajar, kaum intelektual. kaum yang bisa dibilang memiliki
intelegensi diatas rata-rata, sehingga dapat memberikan kontribusi positif
demi perubahan dan kemajuan di tengah masyarakat.45 Dalam buku pedoman
akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasiswa adalah peserta didik
yang terdaftar sebagai mahasiswa di PTAI.46
Menurut Tonny Trimasanto dalam Fitriah Yatmi mahasiswa
digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu mahasiswa yang apatis dan
mahasiswa aktif terhadap organisasi kampus. Mahasiswa yang apatis
terhadap organisasi kampus merupakan mahasiswa yang aktif terhadap
perkuliahan saja, segala sesuatu diukur dari pencarian kredit semester dan
indeks prestasi kumulatif yang tinggi dan dapat meraih gelar sarjana
secepatnya. Sedangkan mahasiswa organisasi adalah mahasiswa yang aktif
dalam berbagai organisasi kemahasiswaan di kampus, yang sering disebut
dengan “aktivis kampus”.47
Menurut Kartono mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang
mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain:
a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan
tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia.
b. Karena kesempatan yang ada, mahasiswa diharapkan nantinya dapat
bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai
pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.
c. Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses
modernisasi.
d. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang
berkualitas dan profesional.48

Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswa merupakan seseorang yang


terdaftar di perguruan tinggi, institusi maupun akademik sesuai dengan
peraturan yang berlaku dengan tujuan untuk belajar.

6. Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa


Menurut Nopirin dalam Agustina Resi Karoma, konsumsi dalam
istilah sehari-hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan makanan dan
minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang
dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang
dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap
dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi
sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu
kali.49
Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga berbeda
beda tergantung kebutuhannya dan pendapatan yang diterimanya. Pendapatan
yang diterimanya tersebut akan digunakan untuk membeli kebutuhan
makanan maupun non makanan yang digunakan untuk memeuhi
kebutuhannya sehari-hari. Sama halnya dengan rumah tangga, mahasiswa
juga melakukan konsumsi. Pengeluaran konsumsi mahasiswa merupakan
nilai belanja yang dilakukan mahasiswa untuk membeli berbagai jenis
kebutuhannya. Seperti dalam penelitian Andi Agung Perkasa, secara garis
besar kebutuhan mahasiswa dapat dikelompokkan dalam 2 kategori besar,
yaitu kebutuhan makanan dan non makanan. Dengan demikian pada tingkat
pendapatan tertentu, mahasiswa akan mengalokasikan pendapatannya untuk
memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Konsumsi makanan adalah pengeluaran
yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan, yaitu
makanan pokok, protein hewani, sayur-sayuran, buah-buahan, jajanan, dan
kelompok kebutuhan lain-lain (teh,kopi, gula, minyak goreng, bumbu-bumbu
dapur dan lain-lain) yang diukur dalam kalori. Sedangkan konsumsi non
makanan adalah pengeluaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan di luar bahan
makanan yaitu berupa transportasi, komunikasi (pulsa dan biaya akses
internet), entertainment (seperti pembelian baju, aksesoris, dan lain
sebagainya), dan perlengkapan perkuliahan (seperti pembelian buku, fotocopy
untuk tugas dan materi kuliah, biaya untuk menjilid tugas dan print tugas,
perlengkapan alat tulis seperti pulpen, kertas, stabilo dan lain sebagainya).50
Sama seperti halnya yang dijelaskan oleh Flinsia Debora Wurangian,
Daisy Engka dan Jacline Sumual yang menyatakan bahwa konsumsi non
makanan mahasiswa dapat dikelompokan dalam empat hal yaitu transportasi;
komunikasi meliputi biaya pulsa, internet dan lainnya; entertainment meliputi
pembelanjaan untuk membeli pakaian, handphone, laptop, aksesoris dan
lainnya.51
Seiring perkembangan zaman mengakibatkan kebutuhan masyarakat
semakin kompleks, tidak terkecuali mahasiswa. Perkembangan zaman
berdampak pada pola konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat, dimana
terjadi pergeseran dari konsumsi makanan ke konsumsi non makanan. Dalam
skripsi Sri Mulyani menjelaskan teori Engel yang menyatakan bahwa
pergeseran permintaan konsumsi non makanan lebih besar daripada konsumsi
makanan, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Tingkat pendapatan perkapita masyarakat
2) Cita rasa atau selera konsumen terhadap barang
3) Harga barang lain, terutama barang pelengkap dan barang
pengganti
4) Harapan atau perkiraan konsumen terhadap harga barang yang
bersangkutan52

Dari permasalahan yang sudah dijelaskan diatas, maka peneliti ingin


meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi non makanan khususnya
di kalangan mahasiswa. Dari penjelasan diatas mengenai konsumsi
mahasiswa yang meliputi konsumsi makanan dan non makanan, dapat
disimpulkan bahwa konsumsi non makanan mahasiswa mencakup
komunikasi, transportasi, entertainment, dan biaya perkuliahan.
1) Komunikasi
Komunikasi merupakan kebutuhan mahasiswa seperti membeli pulsa
dan kuota internet. Di zaman yang serba canggih sekarang,
komunikasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan, dimana kita tahu
hampir semua informasi dapat kita akses melalui internet. Tanpa
adanya internet kita akan ketinggalan informasi dan komunikasi akan
berjalan kurang efektif.
2) Transportasi
Transportasi merupakan kebutuhan mahasiswa seperti biaya membeli
bensin untuk kendaraan pribadi atau biaya naik angkot.
3) Entertainment
Kebutuhan entertainment meliputi pembelanjaan untuk membeli
pakaian, handphone, laptop, aksesoris dan lainnya yang menunjang
kegiatan mahasiswa.
4) Biaya perkuliahan
Biaya penunjang kuliah meliputi pembelian buku, print atau fotocopy
tugas kuliah ataupun biaya untuk menjilid tugas, membeli alat tulis
yang diperlukan, atau biaya praktikum tambahan.
C. Kerangka Berpikir
Konsumsi adalah kondisi dimana seseorang dan kebutuhan yang
dimilikinya saling berhubungan untuk mendapatkan kepuasan yang dicarinya.
Kepuasan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menikmati,
menonton, melihat, menghabiskan, mendengar, memperhatikan, dan lainnya.
Secara umum konsumsi dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan
konsumsi non makanan. Konsumsi makanan contohnya meliputi lauk pauk,
protein hewani, buah-buhan, maupun jajanan, dan lain-lain. Sedangkan
konsumsi non makanan seperti kebutuhan pakaian, transportasi, komunikasi,
tempat tinggal, dan lainnya. Setiap rumah tangga dalam melakukan pengeluaran
konsumsi berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Menurut Pratama rahardja dan Mandala Manurung, faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi terdapat tiga faktor, yaitu (1)faktor ekonomi, meliputi
pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah tangga, tingkat harga, dan perkiraan
tentang masa depan; (2)faktor demografi, meliputi jumlah penduduk, dan
komposisi penduduk; (3)faktor non ekonomi, meliputi sosial budaya.
Selanjutnya menurut Godam, faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumsi yaitu, (1)faktor ekonomi, meliputi pendapatan, kekayaan, tingkat
bunga, dan perkiraan masa depan; (2)faktor demografi, meliputi komposisi
penduduk, dan jumlah penduduk; (3)faktor lain, meliputi kebiasaan adat sosial
budaya, dan gaya hidup seseorang.
Sedangkan menurut Suparmoko, faktor yang mempengaruhi konsumsi
yaitu, (1)orang yang berumur sama dan berpendapat sama; (2)faktor sosial
ekonomi; (3)kekayaan; (4)keuntungan/kerugian kapital; (5)tingkat harga; dan
(6)tingkat bunga.
Dari beberapa pendapat diatas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi, peneliti akan mengambil beberapa faktor yang
mempengaruhi konsumsi menurut Godam dan Suparmoko. Disini peneliti hanya
mengambil tiga faktor dari beberapa faktor yang dijelaskan diatas. Faktor
tersebut meliputi pendapatan, gaya hidup seseorang, dan tingkat harga.
Faktor pertama adalah pendapatan, pendapatan dalam ruang lingkup
mahasiswa adalah uang saku. pendapatan mahasiswa rutin setiap bulannya
diterima dari orang tua yang dialokasikan untuk konsumsi. Setiap mahasiswa
memiliki pendapatan yang tidak sama. Mahasiswa yang memiliki pendapatan
tinggi maka konsumsinya pun tinggi, dan juga mahasiswa yang memiliki
pendapatan rendah maka konsumsinya pun akan lebih rendah. Terdapat
beberapa mahasiswa yang memiliki tambahan pendapatan selain dari orang tua,
yaitu dari beasiswa maupun gaji sampingan bagi yang sudah bekerja. Tambahan
pendapatan tersebut dapat meningkatkan konsumsi yang dilakukan mahasiswa.
Faktor kedua adalah gaya hidup, mahasiswa yang memiliki gaya hidup
tinggi, biasanya diikuti dengan pengeluaran konsumsi yang tinggi pula. Oleh
karena itu, mahasiswa yang memiliki gaya hidup tinggi umumnya mereka
memiliki pendapatan yang tinggi, dan sebaliknya mahasiswa yang memiliki
gaya hidup sederhana umumnya mereka memiliki pendapatan yang cenderung
lebih rendah. Gaya hidup mahasiswa bisa dilihat dari apa yang biasa dipakai,
kebiasaan, dan lain-lain.
Faktor ketiga adalah tingkat harga, tingkat harga suatu barang ataupun
jasa sangat berpengaruh terhadap konsumsi mahasiswa. Biasanya seorang
mahasiswa akan lebih teliti dalam memperhatikan harga suatu produk.
Umumnya mereka senang dengan barang/jasa yang harganya relatif lebih murah.
Misalnya ketika di suatu mall ada diskon/potongan harga, hasrat untuk membeli
barang lebih tinggi dibandingkan ketika tidak ada potongan harga, sehingga
tingkat harga sangat mempengaruhi pola konsumsi mahasiswa
Seperti halnya rumah tangga, mahasiswa juga melakukan kegiatan
konsumsi dalam melangsungkan kehidupannya. Konsumsi yang dilakukan
mahasiswa terbagi menjadi dua, yaitu konsumsi makanan yang meliputi lauk
pauk, protein hewani, buah-buahan, makanan ringan, dan lain-lain. Dan
konsumsi non makanan. Sesuai dengan tujuan peneliti yaitu meneliti faktor-
faktor yang mempengaruhi konsumsi non makanan khususnya di kalangan
mahasiswa, maka berikut penjelasan konsumsi mahasiswa yang mencakup non
makanan.
Menurut Andi Agung Perkasa konsumsi non makanan adalah
pengeluaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan di luar bahan makanan yaitu
berupa transportasi, komunikasi (pulsa dan biaya akses internet),
entertainment (seperti pembelian baju, aksesoris, dan lain sebagainya), dan
perlengkapan perkuliahan (seperti pembelian buku, fotocopy untuk tugas dan
materi kuliah, biaya untuk menjilid tugas dan print tugas, perlengkapan alat
tulis seperti pulpen, kertas, stabilo dan lain sebagainya).60
Sama seperti halnya yang dijelaskan oleh Flinsia Debora Wurangian,
Daisy Engka dan Jacline Sumual yang menyatakan bahwa konsumsi non
makanan mahasiswa dapat dikelompokan dalam empat hal yaitu transportasi;
komunikasi meliputi biaya pulsa, internet dan lainnya; entertainment meliputi
pembelanjaan untuk membeli pakaian, handphone, laptop, aksesoris dan
lainnya.61
Dapat disimpulkan bahwa konsumsi non makanan mahasiswa meliputi
transportasi, komunikasi, entertainment, dan biaya perkuliahan yang dijadikan
sebagai variabel terikat peneliti. Jadi dalam penelitian ini terdapat tiga variabel
yang diduga dapat mempengaruhi pola konsumsi non makanan mahasiswa,
variabel tersebut yaitu variabel bebas, meliputi pendapatan (X1), gaya hidup
(X2), dan tingkat harga (X3). Serta variabel terikat, yaitu pola konsumsi
mahasiswa non makanan (Y).

KONSUMSI

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Jenis-Jenis Konsumsi

Godam Suparmoko Makanan Non Makanan


Faktor-Faktor Ekonomi: 1. Orang yang berumur Mahasiswa
1. Pendapatan sama dan
2. Kekayaan berpendapat sama 1. Komunikasi
3. Tingkat bunga 2. Faktor sosial 2. Transportasi
4. Perkiraan masa depan ekonomi 3. Entertainment
3. Kekayaan 4. Biaya perkuliahan
Faktor-Faktor Demografi: 4. Keuntungan/kerugian
1. Komposisi penduduk kapital
2. Jumlah penduduk 5. Tingkat bunga
6. Tingkat harga
Faktor-Faktor Non Ekonomi:
1. Kebiasaan adat sosial
budaya
2. Gaya hidup seseorang

1. Pendapatan (X1)
Konsumsi Non Makanan
2. Gaya hidup (X2)
Mahasiswa (Y)
3. Tingkat harga (X3)

Gambar 2. 2 Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, sesuai dengan rumusan masalah. Berdasarkan kajian review terdahulu
dan landasan teori diatas, maka peneliti akan mengajukan hipotesis atau dugaan
sementara dari penelitian ini sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai