Anda di halaman 1dari 9

PELAYANAN KESEHATAN PADA KLINIK PRATAMA

RAWAT INAP
(Studi Tentang Penerapan Peraturan Menteri Kesehatan RI.
Nomor 028/ Menkes/ Per/I/2011 Tentang Klinik Di Kabupaten
Cilacap)
Listyorini
Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Abstrak

Pelayanan kesehatan pada Klinik Pratama Rawat Inap dan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya pelanggaran serta penerapan sanksi terhadap Klinik Pratama Rawat Inap di
Kabupaten Cilacap dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Permenkes RI
Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik. Penelitian menggunakan pendekatan yuridis
sosiologis. Penelitian menggunakan data primer bersumber dari Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan dan Kefarmasian Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Kepala Klinik Pratama
Rawat Inap, Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan pada Klinik Pratama Rawat Inap
dan masyarakat yaang menggunakan jasa pelayanan Klinik Pratama Rawat Inap. Pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Klinik Pratama Rawat Inap belum sepenuhnya sesuai
dengan yang diatur dalam Permenkes RI Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik. Faktor
terjadinya pelanggaran yaitu: 1) Ketidaktahuan pengelola tentang perizinan radiologi. 2)
Keterbatasan SDM (dokter) yang berdomisili dekat dengan Klinik. 3) apoteker pengelola tidak
seimbang dengan jumlah apoteker yang ada. 4) Pengawasan tidak berjalan dengan baik. 5)
Sanksi belum memiliki daya paksa karena hanya bersifat saran dan teguran lisan maupun
tertulis. 6) Pemerintah Daerah belum membuat peraturan daerah tentang klinik.
Kata Kunci : Klinik, Pelayanan Kesehatan, Pelanggaran

Abtract

Health services at the clinic Pratama Hospitalization and the factors that affect the violations as
well as the application of sanctions against Clinics Pratama Hospitalization in Cilacap Regency
in providing health services in accordance with Permenkes RI Number 028/Menkes/Per/I/2011
About the clinic. Juridical sociological approach uses research. Research using primary data
sourced from the head of the Ministry of health and District Health Service Kefarmasian Cilacap,
head of Clinic Pratama Inpatient health care personnel, health care givers on Inpatient Clinic
Pratama and community Clinics services using yaang Pratama hospitalization. Organized by the
health services Clinic Pratama Hospitalization is not fully in accordance with that set forth in
Permenkes RI Number 028/Menkes/Per/I/2011 about the clinic. Factors of occurrence of
offences, namely: 1) Ignorance about licensing Manager Radiology. 2) Limitations of human
resources (doctor), a company based near to the clinic. 3) pharmacist-Manager was
disproportionate to the number of existing pharmacies.

Pendahuluan
Upaya peningkatan kualitas hidup nyebutkan bahwa kesehatan menyangkut
manusia di bidang kesehatan, merupakan semua segi kehidupan yang ruang lingkup
suatu usaha yang sangat luas dan menye- dan jangkauannya sangat luas dan kom-
luruh, usaha tersebut meliputi peningkatan pleks. Hal ini sesuai dengan pengertian ke-
kesehatan masyarakat baik fisik maupun sehatan yang diberikan oleh dunia Inter-
non fisik. Sistem Kesehatan Nasional me- nasional sebagai berikut: A state of complete
physical, mental, and social, well being and
51 Jurnal Idea Hukum
Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2015
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

not merely the absence of deseaseor f. pelayanan laboratorium Klinik


infirmity.1 Pratama.
Peraturan Menteri Kesehatan Repu- (2) Pelayanan rawat inap hanya dapat
dilakukan maksimal selama 5 (lima)
blik Indonesia No. 028/Menkes/Per/I/2011 hari.
Tentang Klinik Pasal 1 ayat (1) menyebut- Peraturan Menteri Kesehatan Repu-
kan: blik Indonesia No. 028/Menkes/ Per/I/2011
Tentang Klinik. diantaranya mengatur ten-
Klinik adalah fasilitas pelayanan kese- tang pelayanan medik dasar dengan rawat
hatan yang menyelenggarakan pela-
yanan kesehatan perorangan yang me- inap, hal tersebut masih menimbulkan keran-
nyediakan pelayanan medis dasar dan cuan dalam pelaksanaan di lapangan. Klinik
/atau spesialistik, diselenggarakan oleh Pratama Rawat Inap di Kabupaten Cilacap
lebih dari satu jenis tenaga kesehatan berkembang cukup pesat. Sampai dengan
dan dipimpin oleh seorang tenaga me- tahun 2012 telah dikeluarkan izin pendirian
dis.
klinik sebanyak 24 klinik.2
Pendirian klinik diatur dalam Pasal 6 Pera-
turan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Perumusan Masalah
No. 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik Bagaimana pelayanan kesehatan pa-
yaitu klinik harus memenuhi persyaratan da Klinik Pratama Rawat Inap dan faktor-
lokasi, bangunan dan ruangan, prasarana, faktor yang mempengaruhi terjadinya pe-
peralatan, dan ketenagaan. Terlindunginya langgaran Permenkes RI Nomor 028/Men-
pasien untuk mendapatkan pelayanan kese- kes/Per/I/2011 Tentang Klinik.
hatan tidak hanya didasarkan pada terpe-
Metode Penelitian
nuhinya persyaratan tersebut, namun justru
Penelitian ini merupakan penelitian
proses pelayanan kesehatan yang dalam
kualitatif dengan pendekatan yuridis sosio-
konteks penelitian ini adalah pelayanan ke-
logis yaitu merupakan gabungan antara pe-
sehatan rawat inap. Pelayanan pada pasien
nelitian lapangan yang menggunakan data
rawat inap di klinik diatur dalam Pasal 22 se-
sekunder berupa peraturan perundang-
bagai berikut.
undangan bidang kesehatan, dan penelitian
(1) Klinik yang menyelenggarakan pela- kepustakaan serta data primer berupa ob-
yanan rawat inap harus menyedia- servasi lapangan dan wawancara dengan
kan: informan.3 Informan ditentukan dengan tek-
a. ruang rawat inap yang memenuhi nik snowball, yaitu cara pemilihan informan
persyaratan; yang didasarkan atas petunjuk informan kun-
b. tempat tidur pasien minimal 5
(lima) dan maksimal 10 (sepuluh); ci.
c. tenaga medis dan keperawatan
yang sesuai jumlah dan kualifi- Pembahasan
kasinya; Pasal 21 Peraturan Menteri Kese-
d. tenaga gizi, tenaga analis kese- hatan Republik Indonesia Nomor 028/Men-
hatan, tenaga kefarmasian dan te-
naga kesehatan dan/atau tenaga kes/Per/I/2011 Tentang Klinik disebutkan:
non kesehatan lain sesuai ke- (1) Untuk mendirikan dan menyeleng-
butuhan; garakan klinik harus mendapat izin
e. dapur gizi; dari pemerintah daerah kabupaten/

1 2
Hermien Hadiati Koeswadji, 1998, Hukum Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap tahun 2012.
3
Kedokteran, (Studi Tentang Hubungan Hukum Angkasa. 1993. Prisonisasi dan Permasalahannya
Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), terhadap Pembinaan Narapidana. Tesis. Universitas
Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 17. Diponegoro. Semarang. hlm 19.
Pelayanan Kesehatan Pada Klinik Pratama Rawat Inap… 52

kota setelah mendapatkan rekomen- paten Cilacap bersifat badan usaha. Per-
dasi dari dinas kesehatan kabupaten/ syaratan administrasi maupun bangunan di-
kota setempat. siapkan sebagai persyaratan agar dapat
(2) Dinas kesehatan kabupaten/kota me-
ngeluarkan rekomendasi sebagaima- memberikan pelayanan kesehatan yang
na dimaksud pada ayat (1) setelah kli- standar sesuai dengan kewenangan Klinik
nik memenuhi ketentuan persyaratan Pratama Rawat Inap.
klinik dalam Peraturan ini. Kendala yang dihadapi dalam pen-
(3) Permohonan izin klinik diajukan de- dirian Klinik Pratama Rawat Inap lebih
ngan melampirkan: a) surat rekomen-
dasi dari dinas kesehatan setempat; bersifat internal seperti kesulitan dalam
b) salinan/fotokopi pendirian badan mendapatkan SDM yang sesuai persyaratan
usaha kecuali untuk kepemilikan pero- Kegiatan pelayanan kesehatan kepada pa-
rangan; c) identitas lengkap pemohon; sien yang diberikan oleh Klinik Pratama Ra-
d) surat keterangan persetujuan lokasi wat Inap sudah sesuai dengan kewenangan
dari pemerintah daerah setempat; e)
bukti hak kepemilikan atau pengguna- sebagaimana diatur dalam Peraturan Men-
an tanah atau izin penggunaan ba- teri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
ngunan untuk penyelenggaraan ke- 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik pada
giatan bagi milik pribadi atau surat Pasal 4 sebagai berikut.
kontrak minimal selama 5 (lima) tahun
bagi yang menyewa bangunan untuk (1)Klinik menyelenggarakan pelayanan
penyelenggaraan kegiatan; f) doku- kesehatan yang bersifat promotif,
men Upaya Pengelolaan Lingkungan preventif, kuratif dan rehabilitatif.
(UKL) dan Upaya Pemantauan Ling- (2)Pelayanan kesehatan sebagaimana
kungan (UPL); g) profil klinik yang dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
akan didirikan meliputi struktur organi- dalam bentuk rawat jalan, one day
sasi kepengurusan, tenaga keseha- care, rawat inap dan/atau home care.
tan, sarana dan prasarana, dan pera- (3)Klinik yang menyelenggarakan pela-
latan serta pelayanan yang diberikan; yanan kesehatan 24 (dua puluh em-
dan h) persyaratan administrasi lain pat) jam harus menyediakan dokter
sesuai dengan ketentuan peraturan serta tenaga kesehatan lain sesuai ke-
perundang-undangan. butuhan yang setiap saat berada di
(4) Izin klinik sebagaimana dimaksud pa- tempat.
da ayat (1) diberikan untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun dan dapat diper- Berdasarkan temuan peneliti di Klinik
panjang dengan mengajukan permo-
honan perpanjangan 6 (enam) bulan Pratama Rawat Inap, dokter berada di Klinik
sebelum habis masa berlaku izinnya. Pratama Rawat Inap hanya pada saat mela-
(5) Pemerintah daerah kabupaten/kota kukan pemeriksaan. Dokter tidak selalu ada
dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak per- di Klinik Pratama Rawat Inap, sehingga tidak
mohonan diterima harus menetapkan selalu siap jika dibutuhkan. Tenaga kese-
menerima atau menolak permohonan
izin atau permohonan perpanjangan hatan yang selalu siap 24 jam hanya tenaga
izin. perawat. Hal ini menunjukkan telah terjadi
(6) Permohonan yang tidak memenuhi pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur
syarat ditolak oleh pemerintah daerah dalam Pasal 4 ayat (3) Peraturan Menteri
kabupaten/kota dengan memberikan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 028/
alasan penolakannya secara tertulis.
Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik.
Berdasarkan pada hasil wawancara Pelayanan kesehatan bersifat kuratif
dengan informan diperoleh informasi, bahwa dan rehabilitatif. Adapun penyakit yang dita-
proses pendirian Klinik Pratama Rawat Inap ngani oleh Klinik Pratama Rawat Inap antara
yang dilakukan melalui Dinas Kesehatan. lain diare, Typhoid fever, Ispa dan sebagai-
Pemilik Klinik Pratama Rawat Inap di Kabu-
53 Jurnal Idea Hukum
Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2015
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

nya yang masih menjadi kewenangan Klinik hasil temuan oleh Dinas Kesehatan, masih
Pratama Rawat Inap. ada Klinik Pratama Rawat Inap yang ber-
Letak atau alamat operasional Klinik gabung dengan rumah tinggal. Dinas Kese-
Pratama Rawat Inap tidak tersebar merata hatan telah memberikan teguran agar memi-
sehingga ada yang letaknya berdekatan sahkan tempat tinggal dengan bangunan kli-
dengan rumah sakit. Klinik Pratama Rawat nik. Pasal 12 Peraturan Menteri Kesehatan
Inap yang pemiliknya dokter tidak memper- Republik Indonesia Nomor 028/Menkes/Per/
kerjakan dokter lain, dokter yang berstatus I/2011 Tentang Klinik disebutkan:
PNS tidak mempekerjakan dokter lain terapi
dilakukan melalui telpon yang dinstruksikan Peralatan medis yang digunakan di klinik
kepada perawat. Klinik Pratama Rawat Inap harus diuji dan dikalibrasi secara berkala
oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kese-
yang pemiliknya bukan dokter mepekerjakan hatan dan/atau institusi penguji dan
dokter dengan jangkauan yang relatif jauh pengkalibrasi yang berwenang.
dari domisili dokter penanggungjawab atau-
pun dokter sebagai pelaksana. Masyarakat Selanjutnya pada Pasal 13 Peraturan
masih banyak yang memanfaatkan pela- Men-teri Kesehatan Republik Indonesia
yanan kesehatan di Klinik Pratama Rawat Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang
Inap. Alasan yang diberikan oleh pasien Klinik dise-butkan:
adalah karena faktor dekat dengan rumah Peralatan medis yang menggunakan
dan karena tergesa-gesa agar pasien segera radiasi pengion harus mendapatkan
mendapatkan pengobatan. izin sesuai ketentuan peraturan per-
undang-undangan.
Ketentuan tentang persyaratan lokasi
klinik sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Hasil temuan Dinas Kesehatan dike-
ayat (2) menentukan adanya pengaturan tahui masih adanya Klinik Pratama Rawat
persebaran klinik yang diselenggarakan Inap yang menggunakan alat radiologi belum
masyarakat di wilayahnya dengan memper- memilik izin. Hal ini telah melanggar Pera-
hatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan turan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
rasio jumlah penduduk. Peraturan perun- Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Kli-
dang-undangan (peraturan daerah) tentang nik pasal 12 dan 13.
persebaran klinik sampai saat penelitian dila- Pengawasan oleh Dinas Kesehatan
kukan belum ada. Hal ini menyebabkan Kli- terhadap Klinik Pratama Rawat Inap mene-
nik Pratama Rawat Inap tidak tersebar me- mukan belum adanya apoteker sebagai pe-
rata. Beberapa Klinik Pratama Rawat Inap nanggung jawab ruang farmasi jelas me-
letaknya berdekatan dengan rumah sakit de- langgar ketentuan yang diatur dalam Pasal
ngan jangkauan yang relatif jauh dari domi- 22 Peraturan Menteri Kesehatan Republik
sili dokter penanggungjawab ataupun dokter Indonesia Nomor 028/Menkes/Per/I/2011
sebagai pelaksana, merupakan salah satu Tentang Klinik yang menegaskan bahwa:
faktor yang dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan tidak memenuhi standar. (1) Klinik yang menyelenggarakan pela-
Sesuai dengan yang diatur dalam yanan rawat inap harus menyediakan:
Pasal 8 ayat (1) Peraturan Menteri Kese- a) ruang rawat inap yang memenuhi
persyaratan; b) tempat tidur pasien
hatan Republik Indonesia Nomor 028/Men-
minimal 5 (lima) dan maksimal 10 (se-
kes/Per/I/2011 Tentang Klinik bahwa klinik puluh); c) tenaga medis dan kepera-
diselenggarakan pada bangunan yang per- watan yang sesuai jumlah dan kualifi-
manen dan tidak bergabung dengan tempat kasinya; d) tenaga gizi, tenaga analis
tinggal atau unit kerja lainnya. Berdasarkan kesehatan, tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan dan/atau tenaga
Pelayanan Kesehatan Pada Klinik Pratama Rawat Inap… 54

non kesehatan lain sesuai kebutuhan; Kondisi tersebut terjadi akibat kegia-
e) dapur gizi; f) pelayanan laborato- tan pengawasan oleh Dinas Kesehatan ter-
rium Klinik Pratama. hadap Klinik Pratama Rawat Inap tidak di-
(2) Pelayanan rawat inap hanya dapat di-
lakukan maksimal selama 5 (lima) lakukan secara menyeluruh dan kontinyu.
hari. Informasi yang diperoleh dari Dinas Kese-
hatan diketahui bahwa keterbatasan SDM
Pasal 24 baik menyangkut kualitas dan kuantitas me-
nyebabkan kegiatan pengawasan terhadap
(1) Klinik menyelenggarakan pengelolaan
dan pelayanan kefarmasian melalui Klinik Pratama Rawat Inap tidak dapat ber-
ruang farmasi yang dilaksanakan oleh jalan dengan baik.
apoteker yang memiliki kompetensi Peraturan daerah yang mengatur ten-
dan kewenangan untuk itu. tang kegiatan pelayanan kesehatan oleh Kli-
(2) Apabila klinik berada di daerah yang nik Pratama Rawat Inap sampai saat ini di
tidak terdapat Apoteker sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pelayanan Kabupaten Cilacap juga belum ada. Hal ini
kefarmasian dapatdilaksanakan oleh dapat disebabkan karena dalam Undang-
tenaga teknis kefarmasian sesuai de- undang Kesehatan tidak disebutkan tentang
ngan ketentuan peraturan perundang- Klinik. Peraturan Daerah menurut Prakoso
undangan. merupakan produk pemerintah daerah yang
(3) Ruang farmasi sebagaimana dimak-
sud pada ayat (1) hanya dapat mela- bertujuan untuk mengatur hidup bersama,
yani resep dari tenaga medis yang be- melindungi hak dan kewajiban masyarakat
kerja di klinik yang bersangkutan. serta menjaga keselamatan dan tata tertib
masyarakat di daerah yang bersangkutan.
Pasal 22 ayat (2) Peraturan Menteri Pemahaman tersebut maka selayaknya se-
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 028/ tiap keputusan penting mengenai penga-
Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik menen- turan dan pengurusan rumah tangga daerah
tukan tentang pelayanan rawat inap hanya harus selalu mengikutsertakan rakyat de-
dapat dilakukan maksimal selama 5 (lima) ngan melalui wakil-wakilnya yang duduk
hari. Namun demikian, dalam prakteknya di Badan Perwakilan Rakyat.4
ada yang melebihi 5 hari. Informasi tersebut Dilihat dari konteks bekerjanya hukum
diperoleh dari tenaga kesehatan Klinik Pra- Menurut L. Friedman, dalam hal ini adalah
tama Rawat Inap maupun dari pasien. Na- Permenkes. No. 028/Menkes/Per/I/2011
mun demikian, dalam Peraturan Menteri Ke- Tentang Klinik, maka faktor struktur, subs-
sehatan Republik Indonesia Nomor 028/ tansi dan kultur secara keseluruhan menjadi
Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik tidak dije- faktor yang menyebabkan penyelenggaraan
laskan tentang ketentuan atau sanksi ter- pelayanan kesehatan oleh Klinik Pratama
hadap Klinik Pratama Rawat Inap yang Rawat Inap belum dapat berjalan seperti apa
memberikan pelayanan rawat inap lebih dari yang seharusnya yang tercantum pada Per-
5 (lima) hari. menkes. No. 028/Menkes/Per/I/2011 Ten-
Berdasarkan hasil wawancara dengan tang Klinik
pemilik Klinik Pratama Rawat Inap tentang Dilihat dari faktor struktur, fasilitas
kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh yang digunakan untuk menjamin agar pela-
Dinas Kesehatan diperoleh informasi tidak yanan kesehatan oleh Klinik Pratama Rawat
ada temuan. Hal ini berbeda dengan infor- Inap dapat berjalan dengan baik belum ter-
masi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan
maupun hasil dokumentasi berita acara pe-
4
meriksaan oleh Dinas Kesehatan. Prakoso, Joko. 1985. Proses Pembuatan Peraturan
Daerah dan Beberapa Usaha Penyempurnaannya,
Jakarta : Ghalia Indonesia. Hlm 45
55 Jurnal Idea Hukum
Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2015
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

sedia cukup. Keberadaan Dinas Kesehatan tempat tinggal pemilik; 6) Belum mempe-
yang bertanggungjawab dalam melakukan kerjakan tenaga apoteker sebagai pengelola
pengawasan terkendala dengan kurangnya atau penanggung jawab kefarmasian; 7) Be-
SDM baik secara kualitas maupun kuantitas. lum adanya SPO yang menjadi pedoman
Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan pe- dalam memberikan tindakan medis maupun
ngawasan tidak optimal. Faktor substansi, is- non medis; 8) Pelayanan rawat inap melebihi
tilah klinik hanya ditemui pada Peraturan batas maksimal rawat inap yaitu 5 (lima)
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No- hari; 9) Izin dikeluarkan oleh kepala Dinas
mor 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik. Kesehatan Kabupaten Cilacap.
Istilah Klinik tidak ditemui di undang-undang Adapun faktor-faktor yang menyebab-
kesehatan maupun peraturan perundang- kan terjadinya pelanggaran tersebut antara
undangan lainnya termasuk belum adanya lain: 1) Jarak tempuh dokter antara domisili
peraturan daerah yang mengatur tentang dan klinik tempat bekerja relatif jauh ( lebih
Klinik. Peraturan Menteri Kesehatan Re- dari 1 jam); 2) Ketidaktahuan tentang pera-
publik Indonesia Nomor 028/Menkes/Per/ turan perundang-undangan bidang keseha-
I/2011 Tentang Klinik juga belum ada pe- tan; 3) Keterbatasan SDM; 4) Kurangnya
tunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya. pembinaan dan pengawasan oleh instansi
Jika dilihat dari faktor kultural adalah karena yang berwenang; 5) Sanksi hanya berupa
lemahnya pemahaman masyarakat tentang teguran, belum ada pencabutan izin usaha;
pelayanan kesehatan yang standar baik di- 6) Belum adanya peraturan daerah yang me-
lihat dari sarana prasarana maupun tenaga ngatur tentang klinik; 7) Sanksi hanya be-
kesehatan juga masih kurang. Warga mas- rupa teguran, belum ada pencabutan izin; 8)
yarakat yang menggunakan jasa pelayanan Ketidaktahuan masyarakat terhadap pelaya-
kesehatan lebih dititikberatkan pada faktor nan kesehatan di klinik; 9) Kurangnya pema-
kedekatan fasilitas kesehatan. Masyarakat haman SDM Dinas Kesehatan tentang
menganggap seluruh fasilitas pelayanan ke- peraturan perundang-undangan bidang ke-
sehatan termasuk klinik dapat memberikan sehatan.
pelayanan kesehatan yang sama. Beberapa pelanggaran oleh Klinik
Berdasarkan pada hasil penelitian dari Pratama Rawat Inap dalam penyeleng-
hasil wawancara, observasi dan dokumen- garaan pelayanan kesehatan sebagaimana
tasi hasil pengawasan Dinas Kesehatan Ka- diatur dalam Permenkes RI Nomor 028/Men-
bupaten Cilacap dapat dides-kripsikan be- kes/Per/I/2011 Tentang Klinik. Berdasarkan
berapa pelanggaran terhadap Permenkes RI pada hasil wawancara dengan Dinas Kese-
Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Kli- hatan Kabupaten Cilacap diketahui bahwa
nik, pada Klinik Pratama Rawat Inap seba- sanksi yang diterapkan pada Klinik Pratama
gai berikut: 1) Dokter hanya berada di Klinik Rawat Inap bersifat administratif baik de-
Pratama Rawat Inap jika sedang melakukan ngan teguran lisan maupun tertulis. Hal ini
praktik (ada klinik yang hanya ada satu dok- terkait dengan kewenangan Dinas Keseha-
ter; 2) Pengelola ruang farmasi bukan tan yang hanya bersifat administratif.
seorang apoteker dan pelaksana bukan Permenkes RI Nomor 028/Menkes/
seorang tenaga teknik kefarmasian; 3) Peng- Per/I/2011 Tentang Klinik juga tidak dijelas-
gunaan alat radiologi tanpa surat izin ; 4) kan tentang sanksi lain selain sanksi ad-
Belum adanya SPO yang menjadi pedoman ministrasi. Selain itu juga tidak ada penjela-
dalam memberikan tindakan medis maupun san lebih lanjut tentang sanksi administrasi
non medis. 5) Bangunan Klinik Pratama Ra- tersebut. Menurut van Wijk bahwa yang
wat Inap yang masih bergabung dengan dimaksud dengan sanksi administrasi ialah
Pelayanan Kesehatan Pada Klinik Pratama Rawat Inap… 56

sarana-sarana kekuatan menurut hukum pu- baik berdasarkan konsensus bersama dalam
blik yang dapat diterapkan oleh badan atau melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi
jabatan tata usaha negara sebagal reaksi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas pelaya-
terhadap mereka yang tidak mentaati norma- nan kesehatan berdasarkan standar profesi.
norma hukum tata usaha negara.5 Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wa-
Tidak adanya ketentuan lebih lanjut jib memprakarsai penyusunan Standar Pro-
yang mengatur tentang sanksi yang adminis- sedur Operasional sesuai dengan jenis dan
trasi dalam Permenkes RI No. 028/Menkes/ strata fasilitas pelayanan kesehatan yang
Per/I/2011 Tentang Klinik menyebabkan dipimpinnya. SPO harus dijadikan panduan
fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Di- bagi seluruh tenaga kesehatan di fasilitas
nas Kesehatan untuk menjamin pelayanan pelayanan kesehatan dalam melaksanakan
kesehatan yang bermutu di Klinik Pratama kesehatan.
Rawat Inap tidak dapat berjalan dengan Belum adanya SPO di Klinik Pratama
optimal. Kondisi tersebut juga menyebabkan Rawat Inap menunjukkan setiap tindakan
Dinas Kesehatan atau petugas yang ber- medis maupun non medis yang diberikan
wenang melakukan pengawasan memberi- pada pasien tergantung pada tenaga kese-
kan interpretasi yang berbeda-beda dalam hatan yang menangani dan memungkinkan
penerapan sanksi tersebut. pasien mendapatkan pelayanan yang ber-
Berdasarkan hasil temuan Dinas Ke- beda pada jenis tindakan yang sama. Dinas
sehatan dalam pemeriksaan terhadap Klinik kesehatan hanya dapat memberikan sanksi
Pratama Rawat Inap antara lain adalah dengan memberikan saran agar melengkapi
masalah belum adanya SPO dan ada klinik baik secara lisan maupun tertulis.
yang belum memiliki apoteker sebagai pe- Ketentuan yang diatur dalam Pasal 29 Per-
ngelola/ penanggungjawab kefarmasian pa- menkes RI Nomor 028/Menkes/Per/I/2011
da Klinik Pratama Rawat Inap. Terkait de- Tentang Klinik sebagai berikut:
ngan masalah SPO, dalam Peraturan Men- (1) Dalam rangka pembinaan dan penga-
teri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan wasan, pemerintah dan pemerintah
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No- daerah sesuai dengan kewenangan
mor 35 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pe- masing-masing dapat mengambil tin-
nyusunan Standar Operasional Prosedur Ad- dakan administratif.
(2) Tindakan administratif sebagaimana
ministrasi Pemerintahan disebutkan bahwa dimaksud pada ayat (1) dilakukan me-
Standar Operasional Prosedur adalah se- lalui: a) teguran lisan; b) teguran ter-
rangkaian instruksi tertulis yang dibakukan tulis; atau c) pencabutan Izin.
mengenai berbagai proses penyelenggaraan
aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan Ketentuan tentang teguran lisan, ter-
harus dilakukan, dimana dan oleh siapa di- tulis maupun pencabutan izin tidak ada pen-
lakukan. jelasan ataupun ketentuan yang mengatur
Standar Prosedur Operasional, se- tentang persyaratan dari setiap sanksi ad-
lanjutnya disingkat SPO menurut permenkes ministrasi tersebut. Hal ini menyebabkan ins-
1438/Menkes/Per/IX/2010 adalah suatu pe- tansi yang berwenang memberikan sanksi
rangkat instrukti/langkah-langkah yang diba- hanya berani memberikan sanksi berupa te-
kukan untuk menyelesaikan proses kerja ru- guran lisan dan teguran tertulis saja terha-
tin tertentu,atau langkah yang benar dan ter- dap temuan hasil pemeriksaan.
Faktor-faktor non hukum yang dapat
mem-pengaruhi penegakan hokum menurut
5
Indroharto, 1994. Usaha Memahami Undang-
Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
hlm 238.
57 Jurnal Idea Hukum
Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2015
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Soer-jono Soekanto6 antara lain: (1) mempekerjakan tenaga apoteker sebagai


Substansi hukum, yaitu produk hukum, penanggung jawab ruang farmasi (kefar-
kaidah-kaidah yang terdapat di dalam aturan masian); (3) Belum tersedianya Standar
hukum; (2) Penegakan hukum (law Prosedur Operasional (SPO) tindakan medis
enforcement sys-tem;. (3) Sarana dan maupun non medis; (4) Pelayanan rawat
fasilitas, yaitu lem baga-lembaga yang inap melebihi batas maksimal rawat inap ya-
mendukung pene-gakan hukum; (4) Faktor itu 5 (lima) hari; (5) Ada Klinik Pratama Ra-
masyarakat, me-nyangkut status sosial dan wat Inap yang belum memiliki izin sudah ber-
individu di mas-yarakat; (5) Faktor budaya. operasional; (6) Izin Klinik Pratama Rawat
Sanksi yang diberikan oleh peme- Inap dikeluarkan oleh Kepala Dinas Keseha-
rintah berupa sanksi administratif, sejatinya tan
sangat ringan dan berpotensi tidak menim- Faktor yang menyebabkan terjadinya
bulkan efek jera bagi Klinik Pratama rawat pelanggaran terhadap Permenkes RI Nomor
Inap untuk melakukan pelanggaran yang se- 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik di-
rupa. Oleh karena itu, pemerintah yang ber- antaranya: (1) Keterbatasan SDM (dokter)
wenang untuk menegakkan hukum, hendak- yang domisili berdekatan dengan Klinik Pra-
nya meningkatkan pengawasan dengan tama Rawat Inap; (2) Ketidak tahuan penge-
ketat terhadap proses penyelenggaraan pe- lola Klinik Pratama Rawat Inap tentang per-
layanan kesehatan yang diberikan oleh Kli- izinan radiologi; (3) Perkembangan fasilitas
nik Pratama rawat Inap, agar masyarakat se- kesehatan di Kabupaten Cilacap tidak se-
bagai receiver atau penerima layanan kese- imbang dengan jumlah apoteker yang ada;
hatan tidak dirugikan. Sehingga Klinik Pra- (4) Pembinaan dan pengawasan oleh Dinas
tama rawat Inap sebagai institusi yang mem- Kesehatan yang tidak berjalan dengan baik;
berikan pelayanan kesehatan benar-benar (5) Peraturan perundang-undangan tidak
menjalankan fungsinya sebagai tempat disertai petunjuk pelaksanaan termasuk ten-
yang digunakan untuk menyelenggarakan tang kriteria sanksi; (6) Pemahaman masya-
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, rakat yang kurang tentang hak dan kewa-
preventif, kuratif maupun rehabilitatif. jiban untuk memperoleh pelayanan kese-
hatan yang baik; (7) Tidak dilakukannya
Penutup evaluasi terhadap perizinan yang telah dike-
Simpulan luarkan; (8) Kurangnya SDM Dinas Kese-
Pelayanan kesehatan yang diseleng- hatan Kabupaten Cilacap bidang pelayanan
garakan oleh Klinik Pratama Rawat Inap be- kesehatan dan kefarmasian baik secara
lum sepenuhnya sesuai dengan yang diatur kwantitas maupun kwalitas; (9) Pemerintah
dalam Permenkes RI Nomor 028/Menkes/ Daerah Kabupaten Cilacap belum membuat
Per/I/2011 tentang Klinik. Beberapa bentuk peraturan daerah yang mengatur tentang
pelanggaran terhadap Permenkes RI Nomor klinik.
028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik meli- Penerapan sanksi terhadap Klinik Pra-
puti: (1) Belum tersedianya dokter yang sela- tama Rawat Inap di Kabupaten Cilacap yang
lu berada di Klinik Pratama Rawat Inap se- memberikan pelayanan kesehatan yang me-
lama 24 jam; (2) Adanya klinik yang meng- lakukan pelanggaran Permenkes RI Nomor
gunakan alat radiologi tanpa surat Izin; (3) 028/Menkes/Per/I/2011 Tentang Klinik hanya
Belum seluruh Klinik Pratama Rawat Inap berupa teguran lisan maupun tertulis.

Saran
6
Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-Faktor yang Permenkes RI Nomor 028/Menkes/
Mempengaruhi Penegakkan Hukum, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, hlm 21 Per/I/2011 tentang Klinik perlu disertai de-
Pelayanan Kesehatan Pada Klinik Pratama Rawat Inap… 58

ngan petunjuk pelaksanaanya terutama da-


lam hal sanksi, yaitu diberikan kriteria pen-
jatuhan sanksi terhadap setiap pelanggaran.

Daftar Pustaka
Buku
Angkasa. 1993. Prisonisasi dan Permasa-
lahannya terhadap Pembinaan Nara-
pidana. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro;
Hermien Hadiati Koeswadji, 1998, Hukum
Kedokteran, (Studi Tentang Hubu-
ngan Hukum Dalam Mana Dokter
Sebagai Salah Satu Pihak), Bandung:
Citra Aditya Bakti;
Indroharto, 1994. Usaha Memahami Un-
dang-Undang Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara;
Peters, A.A.G dan Koesriani S, 2000. Hukum
dan Perkembangan Sosial, Buku III,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan;
Moleong, J. Lexy, 2000, Metodologi Pen-
elitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya;
Prakoso, Joko. 1985. Proses Pembuatan
Peraturan Daerah dan Beberapa
Usaha Penyempurnaannya, Jakarta:
Ghalia Indonesia;
Soemitro Ronny Hanitijo.1990. Metode Pe-
nelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta,
Ghalia Indonesia;
Soekanto, Soerjono. 1983. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Penegakkan
Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Per-
sada
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 ten-
tang Pembentukan Peraturan Perun-
dang-undangan;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
29 tahun 2004 tentang praktik kedok-
teran;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik In-
donesia Nomor 028/Menkes/Per/I/
2011 Tentang Klinik;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 tahun 2009 Tentang Peker-
jaan Kefarmasian.

Anda mungkin juga menyukai