Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya adalah pola perilaku yang berulang-ulang yang tercetak dalam kepala
yang mempengaruhi pola pikir, perilaku, dan pola ekspresi manusia. Budaya
diperoleh melalui enkulturasi dari pembelajaran dan di terima oleh anggota
masyarakat. (Giger, 2017)

Tenaga kesehatan profesional seringkali menghadapi dilema atau kendala


apabila berhadapan dengan budaya klien dimana budaya tersebut sangat
mempengaruhi kehidupan klien. Menurut Winkelman (2009) Perbedaan budaya
antara tenaga kesehatan dan klien akan mempengaruhi persepsi tentang kondisi
kesehatan dan pengobatan yang tepat. Budaya juga mempengaruhi perilaku
dalam yang membuat klien terpapar penyakit, alasan yang mendorong mencari
bantuan kesehatan, bagaimana menggambarkan gejala dan kepatuhan terhadap
perawatan. Hal ini membuat budaya merupakan masalah penting bagi semua
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dan klien harus mempunyai pengetahuan
tentang hubungan antara kesehatan dan budaya. Karena budaya adalah dasar dari
keperdulian dan praktik kesehatan setiap orang.

Ada beberapa faktor yang mendasari pentingnya pengetahuan keperawatan


transkultural. Faktor yang pertama adalah faktor demografi yang selalu berubah
dan sensitif. Faktor demografi ini meliputi usia, jenis kelamin dan status
perkawinan. Selain itu menurut Office of Minority Health dan Equality (2013
dalam Andrew, M.M., & Boyle, J.S., 2016) adanya kesadaran tentang perlakuan
yang tidak adil terhadap kelompok rentan. Kelompok rentan adalah kelompok
yang terintegrasi buruk terhadap sistem pelayanan kesehatan karena suku,
budaya, ekonomi, geografi, disabilitas dan kondisi kronik

Perawat profesional dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan yang peka


budaya. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang peka budaya, perawat
harus mempunyai kompetensi atau kemampuan mengenali dan mengapresiasi
adanya perbedaan budaya. Untuk dapat melakukan hal tersebut, perawat
memerlukan pengetahuan tentang kebudayaan orang lain serta ketrampilan
psikomotor yang diperlukan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
kongruen dan kompeten.

Berdasarkan masalah di atas, maka pada makalah ini kelompok akan membahas
tentang kompetensi budaya yang meliputi pengertian kompetensi budaya,
komponen kompetensi budaya, tingkatan kompetensi budaya dan metoda untuk
meningkatkan kompetensi budaya serta aplikasi kompetensi budaya dalam
kasus.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah perawat dan mahasiswa
dapat memahami tentang kompetensi budaya.
1.2.2 Tujuan Khusus
adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah:
a. Perawat/ mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian
kompetensi budaya menurut beberapa ahli.
b. Perawat/ mahasiswa dapat menjelaskan komponen kompetensi
budaya menurut beberapa ahli.
c. Perawat/ mahasiswa dapat menjelaskan tentang tingkatan kompetensi
budaya.
d. Perawat/ mahasiswa dapat menjelaskan tentang metode untuk
meningkatkan kompetensi budaya.
e. Perawat/ mahasiswa dapat memahami aplikasi kompetensi budaya
dalam kasus.
1.3 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yang sistematika penulisannya sebagai
berikut: BAB I terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan. BAB II Tinjauan pustaka, terdiri dari : Pengertian kompetensi budaya,
Komponen kompetensi budaya, tingkatan kompetensi budaya, matode untuk
meningkatkan kompetensi budaya dan aplikasi kompetensi budaya pada kasus.
BAB III Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Budaya adalah hasil enkulturasi dari pembelajaran dan diterima oleh
masyarakat. Dalam memberikan asuhan keperawatan seringkali terdapat
perbedaan antara tenaga kesehatan dan klien. Perbedaan budaya akan
mempengaruhi persepsi tentang kondisi kesehatan dan pengobatan yang tepat.
Oleh sebab itu tenaga kesehatan khususnya perawat harus mempunyai
pengetahuan budaya agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang peka
budaya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang peka budaya, perawat harus
mempunyai kompetensi atau kemampuan mengenali dan mengapresiasi adanya
perbedaan budaya.
Kompetensi perawat terdiri dari dua komponen, yaitu komponen individu dan
komponen kontekstual antar budaya. Komponen individu terdiri atas motivasi,
perilaku, sikap, pengetahuan, serta kemampuan seorang individu. Sementara
itu, komponen kontekstual antar budaya diantaranya adalah konteks historis,
hubungan, budaya, gender dan ras (Martin & Nakayama, 2013).
Sebelum perawat memberikan asuhan yang kompeten secara budaya,
diperlukan penilaian diri terhadap budaya. Saat berinteraksi dengan klien dari
berbagai latar belakang budaya, perawat harus menyadari, memiliki nilai-nilai
budaya, sikap, kepercayaan, dan praktik budaya.
3.2 Saran
Pengetahuan budaya bagi tenaga kesehatan khususnya perawat harus di
tingkatkan sehingga perawat dapat memperhatikan keragaman aspek individu
yang meliputi dalam memberikan nilai, kebiasaan dan kepercayaan klien.
Sosialisasi dan pelatihan mengenai kompetensi budaya hendaknya kontinu di
berikan kepada semua tenaga kesehatan. Dengan demikian diharapkan perawat
dapat membantu klien dengan memberikan asuhan keperawatan yang peka
budaya

Anda mungkin juga menyukai