Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas refleksi kasus individu dengan judul
“Hemorrhoid” untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang di Puskesmas Kowilsel Kota Kediri.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Hartadi Pramulia selaku dokter
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis selama
mengikuti Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
kritik dan saran selalu penulis harapkan. Besar harapan tugas ini bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya serta penyusun pada khusunya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Hemorrhoid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti aliran darah (haem = darah,
rhoos = aliran) sehingga dapat didefinisikan sebagai darah yang mengalir keluar.1 Hemorrhoid adalah
pembengkakan submukosa pada lubang anus yang memiliki pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan
areola yang melebar.2 Hemorrhoid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran
balik vena hemorrhoidalis.
Hemorrhoid dapat mengenai segala usia, bahkan kadang-kadang dapat dijumpai pada anak
kecil. Walaupun hemorrhoid tidak mengancam keselamatan jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan
yang tidak nyaman. Gejala yang dirasakan, yaitu rasa gatal, terbakar, pendarahan, dan terasa
sakit. Hanya apabila hemorrhoid menyebabkan keluhan atau penyulit, maka dilakukan tindakan.
Hemorrhoid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan
kausal adalah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas.1
Hemorrhoid dibagi menjadi dua jenis, yaitu hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna.
Hemorrhoid interna adalah varises vena hemorrhoidalis superior dan media. Sedangkan
hemorrhoid eksterna merupakan varises vena hemorrhoidalis inferior. Sesuai istilah yang
digunakan, maka hemorrhoid interna timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemorrhoid
eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani. Hemorrhoid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik vena hemorrhoidalis.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Canalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit
bertanduk yang memiliki persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar, kulit
ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis berpigmen yang
bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat.
Canalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ectoderm, sedangkan
rectum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini, maka pendarahan,
persarafan, serta aliran vena dan limfe berbeda, demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum
dilapisi oleh mukosa glanduler usus, sedangkan kanalis analis oleh endoderm yang merupakan lanjutan
epitel berlapis gepeng kulit luar. Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan
jenis epitel.
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind gut). Gambaran
anatomi yang penting adalah : 4
2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan satu sama lain
pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris yang dinamakan valvula analis (sisa membran
proctedeum.
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom pleksus
hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri rectalis superior,
suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah vena terutama oleh vena rectalis
superior, suatu cabang v. Mesenterica inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju nodi lympatici
para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici mesenterica inferior.
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan struktur sebagai
berikut :
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus dengan epidermis
perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka terhadap nyeri, suhu,
raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda interna. Aliran vena
oleh v. rectalis inferior, muara dari v. pudenda interna, yang mengalirkan darah vena ke v. iliaca
interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis medialis.
2.2 Klasifikasi
2. Hemorrhoid interna derajat II. Hemorrhoid berupa benjolan yang lebih besar, yang tidak
hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah lubang anus. Benjolan ini
muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk kembali kedalam
kanalis anal bila proses defekasi telah selesai.
3. Hemorrhoid interna derajat III. Benjolan hemorrhoid tidak dapat masuk kembali secara
spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan tangan ke dalam anus.
4. Hemorrhoid interna derajat IV. Hemorrhoid yang telah berlangsung sangat lama dengan
bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik ke
dalam kanalis anal.
Hemorrhoid Interna
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I (+) (-) (-)
II (+) (+) Spontan
III (+) (+) Manual
IV (+) Tetap Tidak dapat
Gambar 1.2 Stadium hemorrhoid
1. Hemorrhoid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-
ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2. Hemorrhoid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan kulit anus
yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.5 Patofisiologi
Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu risiko untuk
terjadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu beristirahat akan menurunkan
venous return sehingga vena membesar dan merusak jar. ikat penunjang Kejadian hemorrhoid
diduga berhubungan dengan faktor endokrin dan usia.
Hubungan terjadinya hemorrhoid dengan seringnya seseorang mengalami konstipasi, feses
yang keras, multipara, riwayat hipertensi dan kondisi yang menyebabkan vena-vena dilatasi
hubungannya dengan kejadian hemmorhoid masih belum jelas hubungannya.
Hemorrhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis superior (v.
hemorrhoidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak pada colllum analis posisi
jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat pasien dalam posisi litotomi mudah sekali menjadi varises.
Penyebab hemorrhoid interna diduga kelemahan kongenital dinding vena karena sering ditemukan
pada anggota keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling bergantung pada
sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar pada vena yang
terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar submukosa sedikit memberi
penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan
otot dinding rectum selama defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan dengan mengedan yang
lama merupakan faktor predisposisi. Hemorrhoid kehamilan sering terjadi akibat penekanan vena
rectalis superior oleh uterus gravid. Hipertensi portal akibat sirosis hati juga dapat menyebabkan
hemorrhoid. Kemungkinan kanker rectum juga menghambat vena rectalis superior.
Kedua pleksus hemorrhoid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemorrhoid intern mengalirkan darah ke v. hemorrhoid superior dan selanjutnya ke vena
porta. Pleksus hemorrhoid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah
perineum dan lipat paha ke daerah v. Iliaka. Benjolan atau prolaps terjadi pada grade 2-4.
2.6 Diagnosis
- Anamnesis
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan), pasien sering duduk
berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh
penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Hemorrhoid eksterna dapat dilihat
dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemorrhoid interna mengalami
prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat
apabila penderita diminta mengejan.
- Pemeriksaan Fisik
A. Inspeksi
Dilihat kulit di sekitar perineum dan dilihat secara teliti adakah jaringan /
tonjolan yang muncul.
B. Palpasi
C. Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemorrhoid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemorrhoid interna terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemorrhoid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip,
fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.6,8
D. Proktosigmoidoskopi
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemorrhoid interna yang juga terjadi
pada :
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu
dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum juga
harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemorrhoid interna.6
2.8 Penatalaksanaan
Non Invasive Treatment
- Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet
- Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati atau larutan quinine dan urea 5%.
Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di
bawah hemorrhoid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang
kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di
sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop.
Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada
nyeri.Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam
prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan. Terapi ini
cocok untuk hemorrhoid interna grade I yang disertai perdarahan Kontra indikasi
teknik ini adalah pada keadaan inflammatory bowel desease, hipertensi portal, kondisi
immunocomprommise, infeksi anorectal, atau trombosis hemorrhoid yang prolaps.
Komplikasi sklerotherapy biasanya akibat penyuntikan cairan yang tidak tepat atau
kelebihan dosis pada satu tempat. Komplikasi yang paling sering adalah pengelupasan
mukosa, kadang bisa menimbulkan abses.
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan
merupakan terapi yang efektif untuk hemorrhoid interna derajat I dan II, tidak
tepat untuk hemorrhoid yang lebih parah atau prolaps. 6,8
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemorrhoid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang
lebih sederhana. Penderita hemorrhoid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan
hebat dapat ditolong segera dengan hemorrhoidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemorrhoidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan
pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi
jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi
deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa. 5,6
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional ( menggunakan
pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler (
menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
- Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemorrhoid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis
massa hemorrhoid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan
diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal
terhadap pleksus hemorrhoidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan
melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemorrhoid eksterna. Suatu incisi
elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemorrhoidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemorrhoid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi cat gut maka hemorrhoid ekstena dibawah kulit dieksisi.
Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga
kelompok hemorrhoid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat
merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu
banyak jaringan. 9
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemorrhoid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemorrhoid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemorrhoid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0.
Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya
mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder
yang biasa menimbulkan stenosis. 6
- Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,
hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh
jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan
dengan nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena
syaraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah
konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat
memotong jaringan, serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut
sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel jadi
satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemorrhoidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat,
luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka
akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan 7 .
- Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse
Hemorrhoids (PPH) atau Hemorrhoid Circular Stapler. Teknik ini mulai
diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama
Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia
sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai
dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran
di depan dan pendorong di belakangnya. Pada dasarnya hemorrhoid merupakan
jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan
saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemorrhoid dan m. sfinter ani untuk
melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari
dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemorrhoid dengan
mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan
hemorrhoid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemorrhoid ini
masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang
semua.
Gambar.2.2 Dilator
Gambar. 2.3 Purse String
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan
kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik
dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemorrhoid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.
Tindakan pada hemorrhoid eksterna yang mengalami trombosis
Keadaan ini bukan hemorrhoid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan
trombosis vena hemorrhoid eksterna yang terletak subkutan di daerah kanalis analis.
Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika
mengangkat barang berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang
menonjol itu dapat terjepit sehingga kemudian terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri
sekali ini dapat terjadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya
hemorrhoid interna, kadang terdapat lebih dari satu trombus.
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang
nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa milimeter
sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat unilobular, dan
dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur dapat terjadi pada dinding vena,
meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan tipis adventitiia
menutupi darah yang membeku.
Pada awal timbulnya trombosis, terasa sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang
dalam waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya udem akut. Ruptur
spontan dapat terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat pula terjadi
tanpa terapi setelah dua sampai empat hari.5
Terapi
Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat,
salep yang mengandung analgesik untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu
berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat membantu mempercepat
berkurangnya pembengkakan.
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik dengan
cara segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap secara
hemorrhoidektomi dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah dikeluarkan, kulit dieksisi
berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan pembentukan kembali
trombus dibawahnya. Nyeri segera hilang pada saat tindakan dan luka akan sembuh
dalam waktu singkat sebab luka berada di daerah yang kaya akan darah.
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini terapi
konservatif merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi hemorrhoid ekstern
yang mengalami trombus tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi pada struktur
luar anus yang tidak dapat direposisi. 5
Dilatasi anus merupakan salah satu pengobatan pada hemorrhoid interna yang
besar, prolaps, berwarna biru dan sering berdarah atau yang biasa disebut hemorrhoid
strangulasi. Pada pasien hemorrhoid hampir selalu terjadi karena kenaikan tonus
sfingter dan cincin otot sehingga menutup di belakang massa hemorrhoid menyebabkan
strangulasi. Dilatasi dapat mengatasi sebagian besar pasien hemorrhoid strangulasi,
akan terjadi regresi sehingga setidak-tidaknya akan terjadi penyembuhan sementara.
Dilatasi tidak boleh dilakukan jika sfingter relaksasi ( jarang pada strangulasi), karena
bisa menyebabkan inkontinensia flatus atau tinja atau kedua-duanya yang mungkin
menetap.
Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral kiri atau
posisi litotomi. Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas sehingga dapat dilalui 6–
8 jari. Sangat penting sekali bahwa untuk prosedur ini diperlukan waktu yang cukup
agar tidak merobekkan jaringan. Satu menit untuk sebesar satu jari sudah cukup ( berarti
dibutuhkan waktu 6-8 menit), terutama jika kanalis agak kaku. Selama prosedur
tersebut, sfingter anus dapat terasa memberikan jalan. Namun karena metode dilatasi
menurut Lord ini kadang disertai penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
BAB III
LAPORAN KASUS
Anal : Inspeksi : Tak tampak benjolan. Ulkus (-), hiperemis (-), darah(-)
Rectal Touche :
Spinchter ani mencekik
Teraba massa yang menonjol pada arah jam 5, 7, 9. Nyeri tekan (+), konsistensi
lunak, permukaan rata
Ampulla isi feses
Handschoen : darah (+),lendir (-), feses (+)
3.4 Resume
Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu darah yang keluar berwarna merah segar, tidak
bercampur dengan feses dan tidak berlendir dan muncul sesaat setelah BAB darah
menetes, keluhan ini disertai dengan benjolan yang awalnya kecil yang semakin lama
semakin membesar. Benjolan terasa sakit dan panas terutama saat setelah BAB. Pasien
merasakan adanya benjolan yang keluar dari dalam anus, keluhan ini dirasakan sejak
kurang lebih 1 tahun. Mula–mula keluar benjolan kecil dan semakin lama semakin
bertambah besar dari dalam dubur dan masih bisa keluar masuk dengan sendirinya.
Pasien seringkali dalam seminggu buang air besarnya tidak teratur dan bila buang air
besar harus berlama-lama jongkok di kakus dan harus mengejan karena BAB nya keras.
Tidak ada demam, tidak ada mual, tidak ada muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada
nyeri ulu hati, tidak mengeluh nafsu makan menurun dan tidak ada penurunan berat
badan. BAK : Kesan lancar¸ warna kuning.
Tidak ada riwayat perubahan pada pola defekasi, tidak ada riwayat BAB seperti
kotoran kambing.
Dari pemeriksaan fisis pada anal ditemukan dari Inspeksi : Tampak benjolan arah
jam 7 dan jam 9. Ulkus (-), hiperemis (-), darah (-), Palpasi: Teraba benjolan konsistensi
lunak, batas tegas, permukaan rata. Dari pemeriksaan Rectal Touche didapatkan:
1. Adanya benjolan pada anus yang terasa nyeri dan tidak nyaman.
2. Adanya darah segar yang menetes pada akhir BAB, darah tidak bercampur
dengan feses dan tidak berlendir.
3. Adanya benjolan yang keluar dari anusnya setiap buang air besar yang dapat
masuk dengan sendirinya.
4. Tidak ada riwayat perubahan pada pola defekasi, tidak ada riwayat BAB seperti
kotoran kambing.
Dari pemeriksaan fisis pada anal ditemukan dari Inspeksi: Tak tampak benjolan.
Ulkus (-), hiperemis (-), darah (-).
Dari pemeriksaan Rectal Touche didapatkan:
Spinchter ani mencekik
Teraba massa yang menonjol Pada anus pada arah jam 5, 7, 9. Nyeri tekan (+),
konsistensi lunak, permukaan rata
Ampulla isi feses
Handschoen : darah (+),lendir (-), feses (+)
Hemorrhoid dapat diklasifikasikan atas hemorrhoid eksterna dan interna.
Hemorrhoid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas:
1. Derajat 1: Bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang tidak prolaps keluar kanal
anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
2. Derajat 2: Pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan.
3. Derajat 3: Pembesaran hemorrhoid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus
dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat 4: Prolaps hemorrhoid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami thrombosis dan infark.
Diagnosis hemorrhoid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari
hemorrhoid berdasarkan klasifikasi hemorrhoid (derajat 1 sampai dengan derajat 4) dan
pemeriksaan anoskopi/kolonoskopi juga dibutuhkan.
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemorrhoid interna yang
tidak menonjol keluar. Hemorrhoid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit maka ukuran
hemorrhoid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan karena hemorrhoid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Apabila terdapat tumor dan jika
tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma kolon dibagian proksimal
sering berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
Penatalaksanaan hemorrhoid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmakologis,
farmakologis, tindakan minimal invasive.
Untuk penanganan awal hemorrhoid yaitu berupa perbaikan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola/cara defekasi, jangan mengedan
terlalu lama, mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi, membiasakan selalu
defekasi, jangan ditunda dan minum kurang lebih 8 gelas/hari.
Pada pasien dengan hemorrhoid eksterna keluhan dapat dikurangi dengan
rendam duduk menggunakan larutan hangat, salep yang mengandung analgesik untuk
mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur
dapat membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan. Jika keluhan belum
teratasi, dapat dilakukan eksisi dengan lokal anestesi. Kemudian dilanjutkan dengan
pengobatan non operatif. Eksisi dianjurkan karena trombosis biasanya meliputi satu
pleksus pembuluh darah.
Pada hemorrhoid interna selain tindakan konservatif dapat juga dilakukan
skleroterapi untuk grade I dan II, Ligasi dengan Rubber band (Grade II dan III),
Cryosurgery (Grade II dan III) dan dapat dilakukan tindakan pembedahan
hemorrhoidectomy pada Grade III – IV. Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini
yaitu bedah konvensional (menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser
sebagai alat pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja
stapler).
Dengan terapi yang sesuai, semua hemorrhoid simptomatis dapat dibuat
menjadi asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu
pada semua kasus. Hemorrhoidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik.
Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan
makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemorrhoid. Dengan
demikian prognosis pada pasien ini pasca operasi adalah bonam.
3.6 Diagnosis
Hemorrhoid interna grade II
3.7 Pemeriksaan anjuran
Dalam rangka diagnosa:
Anoskopi
Proktosigmoidoskopi
3.8 Penanganan
Anti Hemorrhoid Suppositoria 1 kali sehari sewaktu malam akan tidur selama 2
hari
Vit K 3x1
Novabion 3x1
3.9 Prognosis
Bonam
Daftar Pustaka