TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Abortus
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Saifuddin,2010) .
luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia
a. Faktor kromosom
seks.
7
8
Konsepsi.
2). Gizi ibu kurang karena anemi atau terlalu pendek jarak kehamilan.
dapat berfungsi.
menimbulkan keguguran.
retroplasenter.
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks
post partum.
Manuaba (2010) :
Keguguran terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan
sendiri.
a. Indikasi medis.
hati yang berat, gangguan jiwa ibu; dijumpai kelainan bawaan berat
Sesuai dengan gejala, tanda dan proses patologi yang terjadi menurut
Saifuddin (2010) :
ditandai dengan serviks yang telah mendatar, dan ostium uteri telah
membuka akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam
proses pengeluaran.
2.1.4.3. Abortus completus, seluruh hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram..
2.1.4.4. Abortus incompletus, sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri
2.1.4.5. Missed abortion, abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
2.1.4.6. Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genital.
Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran
dibawah ini :
Missed Abortion
2.1.5.2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah, kesadaran yang
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat
2.1.5.4. Rasa mules atau kram perut di daerah atas simfisis, sering nyeri pinggang
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
setelah abortus.
masih hidup.
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis dan diikuti
sampai 12 chorion tumbuh dengan cepat dan hubungan villi khorialis dengan
decidua makin erat sehingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa chorion
2.1.7.1. Perdarahan
2.1.7.2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus pada posisi
teliti. Jika ada tanda bahaya perlu segera dilakukan lapratomi dan penjahitan
2.1.7.3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus incompletus dan lebih sering pada abortus buatan
2.1.7.4. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemorogik) dan
sebagai berikut :
tanda-tanda vital.
sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih dari 122 kali per menit.Jika
dicurigai terjadi syok segera berikan cairan infus (garam fisiologik atau
a. Abortus Imminens
3). Jika perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa, jika
b. Abortus insifien.
(D & K).
diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari
dosis awal. Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat
c. Abortus Inkomplit
1) Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap
setiap 8 jam.
d. Abortus Komplit
1) Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet ergometrin 3x1 tablet
profilaksis.
e. Abortus Infeksiosa
pasien ke RS.
17
3) Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.
evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.
menjadi 26 % pada wanita berumur diatas 40 tahun. Pada usia 35 tahun keatas
dengan peningkatan tekanan darah dan penyakit ibu yang melemahkan kondisi
ibu sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ibu ke janin. Hal ini
kematian atau terlepasnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi dari tempat
implantasinya. Bagian yang terlepas ini dianggap benda asing oleh uterus
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal
semakin meningkat dengan bertambahnya usia ibu dan ayah. Frekuensi secara
klinis bertambah dari 12 % menjadi 26 % pada usia kurang dari 20 tahun dan
pada wanita usia lebih dari 35 tahun karena alat-alat reproduksi belum matur
sehingga belum siap menerima hasil konsepsi, sedangkan pada usia lebih dari
35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung sehingga sirkulasi darah
Hasil penelitian Oci Bulan Purnama Sari (2011) tentang Hubungan Antara
Paritas dan Umur Ibu Dengan Kejadian Abortus Di RSUP Dr. Mohammad
bahwa ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan kejadian abortus
2.2.2. Paritas
Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang
implantasi kurang sempurna dan tidak siap menerima hasil konsepsi, sehingga
pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang sempurna dan
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih kematian maternal. Resiko pada paritas
1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, pada paritas yang lebih
Hasil penelitian Oci Bulan Purnama Sari (2011) tentang Hubungan Antara
terhadap 208 responden priode Januari – Desember 2010 bahwa ada hubungan
bermakna antara paritas dengan kejadian abortus dengan p value = 0,005 lebih
sedangkan bila pernah 2 kali, resikonya akan meningkat 25%. Beberapa studi